Anda di halaman 1dari 16

DESAIN PENGAJARAN PAI (HAKIKAT, PROSES PEMILIHAN, DAN

SUMBER MATERI PENGAJARAN PAI)

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah Perencanaan Sistem
Pengajaran PAI

Dosen Pengampu : Nurul Azizah,S.Pd.I., M.Pd

Di susun oleh :

Kelompok 3

1. Fiqi Aziz 18106011116

2. Achmad Baehaqi 18106011125

3. Muhammad Nur Azka 18106011085

4. Gusnedi Sugiantoro 18106011106

5. Nurjamilah 18106011100

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS WAHID HASYIM

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat
dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan para sahabatnya.

Dalam makalah ini kami akan membahas tentang “DESAIN


PENGAJARAN PAI (HAKIKAT, PROSES PEMILIHAN, DAN SUMBER
MATERI PENGAJARAN PAI) “.Ada beberapa sumber yang kami gunakan
sebagai referensi baik sumber buku maupun media masa seperti internet.

Selain hal tersebut, kami menyadari masih banyak kesalahan-kesalahan


dalam pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami memohon kritik dan saran
yang dapat membangun sebagai acuan untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Demikian yang dapat kami sampaikan, akhir kata kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Semarang, 6 Maret 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar.....................................................................................................1
Daftar isi .............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ..................................................................................3
B. Rumusan masalah .............................................................................5
C. Tujuan penulisan.................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Materi Pengajaran PAI...................................................6

B. Kriteria Pemilihan Materi Pembelajaran.....................................8


C. Sumber Materi Pengajaran PAI...................................................9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan......................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................15

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu proses untuk menghasilkan suatu out put


yang mengarah kepada pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas
tinggi dan berdisiplin tinggi.1 Pada intinya pendidikan proses rekayasa
membangun kepribadian. Manusia sebagai subjek pendidikan memiliki
potensi berubah dan mengubah. Berbagai faktor yang mempengaruhi manusia
baik faktor alamiah maupun faktor ilmiah, secara disengaja atau tidak, akan
menentukan keberadaan kepribadian manusia.

Konsep tentang pendidikan yang baik adalah yang mampu menjawab


tantangan zaman. Bagaimanakah dengan konsep pendidikan Islam. Menurut
Sajjad Husain, pendidikan Islam adalah suatu pendidikan yang melatih
perasaan murid-murid dengan cara begitu rupa, sehingga dalam sikap hidup,
tindakan, keputusan, dan pendekatan mereka terhadap segala jenis
pengetahuan, mereka dipengaruhi sekali oleh nilai spritual dan sangat sadar
akan nilai etis Islam. Perumusan tentang konsep materi pendidikan Islam ini
tidak lepas dari konsep dasar dan tujuan dalam pendidikan Islam yang
berlandaskan kepada pola pikir atau sudut pandang yang islami, yaitu sudut
pandang yang berprinsip pada al-Quran dengan pola menurut yang
dicontohkan Rasul Allah.

Pemahaman tentang eksistensi alam dan manusia merupakan dasar


dalam memahami wawasan tentang konsep materi pendidikan Islam. Falsafah
tentang alam dan manusia di dalam Islam yang didasarkan atas asas ketuhanan
juga termasuk acuan dalam konsep pendidikan Islam, dalam arti bahwa Allah

1
Marasudin Siregar, Konsepsi Pendidikan Ibnu Khaldun: Suatu Analisa Fenomenologi,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 35.

3
adalah Tuhan, di samping sebagai Khaliq , Ia berperan sebagai Rab, yaitu
pengatur alam. Maka keberadaan alam merupakan eksistensi Allah
berdasarkan hukum-hukum-Nya. Hukum Allah tentang al kaun, alam semesta
yang terhampar luas selalu tunduk pada sunatullah, yaitu patuh mengikui
hukum Allah. Peredaran matahari pada mustaqarnya, begitu pula planet-planet
lain seperti bumi, bulan dan bintang, semua beredar pada orbit yang telah
ditetapkan oleh Allah penciptanya, sehingga antara satu dengan lainnya
berjalan secara teratur mengikuti sunnatullah.

Berdasarkan fitrahnya, manusia itu putih bersih yang dibekali


potensi. Potensi dasar yang dibawa sejak lahir berupa pendengaran,
penglihatan, perasaan dan alat-alat indra lainnya adalah sarana untuk
menerima pengetahuan. Dengan fitrah yang dibawa sejak lahir itu pula
manusia berpotensi untuk menerima berbagai pengaruh yang akan membentuk
kepribadian manusia. Manusia juga dilengkapi dengan akal. Dengan akal
manusia mampu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, baik potensi
alamiah maupun potensi ilmiah.

Pengetahuan manusia yang hanya berdasarkan pada pengamatan


indrawi yang bersudut pandang empiris, dan pengamatan batin yang bersudut
pandang intuitif akan melahirkan manusia yang pragmatis. Untuk memberikan
arahan yang benar kepada manusia dalam menentukan pilihannya, Allah
memberikan pedoman, yaitu wahyu-Nya atau ajaran yang disampaikan
melalui para Rasulullah.

Al-Quran adalah wahyu yang disampaikan melalui Rasulullah,


merupakan landasan konsepsional bagi manusia dalam beradaptasi dengan
lingkungan sekitar, baik lingkungan manusia maupun lingkungan alam.
Mengikuti kehendak Allah berarti mengikuti hukum-hukum dan tata aturan-
Nya yang terdapat di dalam al-Quran. Dengan demikian maka seseorang
dikatakan bertuhan Allah manakala ia menggunakan al-Quran sebagai
pedoman dalam kehidupannya. Konsep dasar inilah yang dijadikan pedoman
tujuan pendidikan agama Islam dan sekaligus sebagai landasan untuk

4
menyusun materi pendidikan agama Islam. Dari penjelasan di atas, secara
filosofis materi pendidikan agama Islam sangat terkait dengan pedoman hidup
manusia, tujuan hidup manusia dan tujuan pendidikan secara universal. Hal ini
sejalan dengan an-Nahlawi bahwa Pendidikan Islam mengantarkan manusia
pada perilaku dan perbuatan manusia yang berpedoman pada syariat Allah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa hakikat materi pengajaran PAI?

2. Bagaimana proses pemilihan materi pengajara PAI?

3. Apa saja sumber materi pengajaran PAI?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui hakikat materi pengajaran PAI

2. Untuk mengetahui proses pemilihan materi pengajaran PAI

3. Untuk mengetahui sumber materi pengajaran PAI

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Materi Pengajaran PAI

Salah satu komponen pendidikan sebagai suatu sistem adalah materi.


Materi pendidikan ialah semua bahan pelajaran yang disampaikan kepada
peserta didik dalam suatu sistem institusional pendidikan. 2 Maka materi
pendidikan merupakan seperangkat bahan yang dijadikan sajian dalam aktivitas
pendidikan. Perumusan tentang materi pendidikan didasarkan atas konsep
dasar dan tujuan pendidikan. Terbentuknya kepribadian yang Qurani sebagai
mana dikemukakan di atas adalah tujuan dalam pendidikan Islam. Dengan
demikian secara filosofis rumusan tetang materi pendidikan Islam adalah
seperangkat bahan yang dijadikan sajian dalam upaya mengembangkan
kepribadian yang selaras dengan al-Quran, yaitu manusia yang bertakwa dalam
arti patuh terhadap Allah dan Rasulullah.3 Hal ini sesuai dengan QS. Al-Anfal:
20, Al-Hujurat : 13, Al-Syura: 25.

Materi pendidikan juga lebih dikenal dengan istilah kurikulum, sedangkan


kurikulum menunjuk pada materi yang sebelumnya disusun secara sistematis
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.4 Demikian pula materi
pendidikan Islam juga terkait dengan kurikulum, karena materi pendidikan
Islam merupakan bagian dari kurikulum. Secara tradisional kurikulum berarti
mata pelajaran yang diberikan kepada anak didik untuk menanamkan sejumlah
pengetahuan agar mampu beradaptasi dengan lingkungan. Kurikulum tersebut
disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.

2
Hamdani Ihsan dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hlm.
133.
3
Moh. Chudlori Umar, http://fahdamjad.files.wordpress.com/2007/09/pendidikan-
islam-kontemporer.pdf, minggu, 5 April 2020, akses pukul 20.17
4
Hamdani Ihsan dkk, Filsafat ..., hlm. 134.
6
Sejalan dengan itu JM. Muslimin mengatakan bahwa isi (materi)
merupakan bagian dari batang tubuh kurikulum, karena anatomi tubuh
kurikulum terdiri dari: tujuan, isi (materi), proses dan evaluasi.5

Athiyah A. menyatakan, pendidikan agama adalah untuk mendidik akhlak


dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadillah (keutamaan), membiasakan
mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk
kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur.6

Urutan prioritas pendidikan Islam dalam upaya pembentukan kepribadian


muslim, menurut Zuhairini adalah:7

a. Pendidikan Keimanan kepada Allah SWT, (QS. Luqman: 13)

b. Pendidikan Akhlakul Karimah, (QS. Luqman: 14, dan 18-19)

c. Pendidikan Ibadah, (QS. Luqman: 17, al Baqarah: 21)

Selanjutnya menurut Dr. Asma Hasan yang dikutip Hamdani Ihsan, prinsip-
prinsip kurikulum (materi) ada 6 macam, yaitu:

a. Materi atau mata pelajaran harus memiliki pengaruh dalam mencapai


kesempurnaan jiwa dengan cara mengenal Tuhan Yang Maha Esa
(Tauhid).

b. Materi atau mata pelajaran harus mengandung nasehat untuk


mengikuti jalan hidup yang baik dan utama (akhlak).

c. Materi atau mata pelajaran harus memiliki pengaruh membentuk


kebiasaan melatih akal (penalaran).

5
Moh. Athiyah al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam Terj. Bustami A.
Ghoni & Djohar Bahri LIS, (Jakarta: IAIN Indonesia Social Equity, Project [IISEP], 2008), hlm.
157.
6
Kusmana, JM. Muslimin (ed), Paradigma baru Pendidikan Restrospeksi dan
Proyeksi Mordenisasi Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hlm. 15.
7
Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara & Depag, 2008),
hlm. 155.
7
d. Materi atau mata pelajaran harus memfungsikan otak untuk senang
(membudayakan) kepada bermacam-macam jenis ilmu pengetahuan.

e. Materi atau mata pelajaran harus berfungsi mempersiapkan seseorang


guna memperoleh pekerjaan untuk penghidupan (keterampilan).

f. Materi atau mata pelajaran harus berfungsi sebagai alat atau media
untuk mempelajari ilmu lain (bahasa)

B. Kriteria Pemilihan Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran berada dalam ruang lingkup isi kurikulum. Karena


itu, pemilihan materi pelajaran tentu saja harus sejalan dengan ukuran-ukuran
(kriteria) yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang studi
bersangkutan.
Secara garis besar, Kriteria pemilihan materi pembelajaran:
1. Kriteria Tujuan Pembelajaran
Suatu materi pelajaran yang terpilih dimaksudkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran khusus atau tujuan-tujuan tingkah laku. Karena itu,
materi tersebut supaya sejalan dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.
2. Materi Pelajaran Supaya Terjabar
Perincian materi pelajaran berdasarkan pada tuntutan. Ini berarti
terdapat keterkaiatan yang erat antara spesifikasi tujuan dan spesifikasi
materi pelajaran.
3. Relevan Dengan Kebutuhan Siswa
Kebutuhan siswa yang pokok adalah bahwa mereka ingin berkembang
berdasarkan potensi yang dimilikinya. Karena setiap materi pelajaran yang
akan disajikan hendaknya sesuai dengan usaha untuk mengembangkan
pribadi siswa secara bulat dan utuh. Beberapa aspek diantaranya adalah
pengetahuan sikap, nilai dan keterampilan.
4. Kesesuaian Dengan Kondisi Masyarakat
Siswa dipersiapkan untuk menjadi warga masyarakat yang berguna dan
mampu hidup mandiri. Dalam hal ini, materi pelajaran yang dipilih
hendaknya turut membantu mereka memberikan pengalaman edukatif yang
bermakna bagi perkembangan mereka menjadi manusia yang mudah
menyesuaikan diri.
5. Materi Pelajaran Mengandung Segi-Segi Etik
Materi pelajaran yang akan dipilih hendaknya mempertimbangkan segi
perkembangan moral siswa kelak. Pengetahuan dan keterampilan yang
bakal mereka peroleh dari materi pelajaran yang telah mereka terima
8
diarahkan untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia yang etik sesuai
dengan sistem nilai dan norma-norma yang berlaku dimasyarakatnya.
6. Materi Pelajaran Tersusun Dalam Ruang Lingkup dan Urutan Yang
Sistematik dan logis.
Setiap materi pelajaran disusun secara bulat dan menyeluruh, terbatas
ruang lingkupnya dan terpusat pada satu topik masalah tertentu. Materi
disusun secara berurutan dengan mempertimbangkan faktor perkembangan
psikologis siswa. Dengan cara ini diharapkan isi materi tersebut akan lebih
mudah diserap oleh siswa dan dapat segera dilihat keberhasilannya.
7. Materi Pelajaran Bersumber Dari Buku Yang Baku, Pribadi Guru Yang Ahli,
dan Masyarakat.
Ketiga faktor ini perlu diperhatikan dalam memilih materi pelajaran.
Buku sumber yang baku umumnya disusun oleh para ahli dalam bidangnya
dan disusun berdasarkan GBPP yang berlaku, kendatipun belum tentu
lengkap sebagaimana yang diharapkan. Guru yang ahli penting, oleh sebab
sumber yang diharapkan. Guru yang ahli penting, oleh sebab sumber utama
memang guru itu sendiri. Guru dapat menyimak semua hal yang
dianggapnya perlu untuk disajikan kepada para siswa berdasarkan ukuran
pribadinya. Masyarakat juga merupakan sumber yang luas, bahkan dapat
dikatakan sebagai materi belajar yang paling besar.8

C. Sumber Materi Pengajaran PAI

Untuk mengembangkan atau membangun kepribadian tersebut maka


konsep pokok materi pendidikan dalam Islam, secara garis besar
dikelompokkan menjadi tiga bidang, yaitu 1) Sumber daya ilahiyah (wahyu)
yang mengacu kepada al-Quran sebagai landasan konsepsional dan Sunnah
Rasul sebagai landasan operasional; 2) Sumber daya alami, yang mengacu
kepada benda alam sekitar; 3) Sumber daya insani, yang mengacu kepada
manusia.

1. Landasan konsepsional

Al-Quran berisi tuntunan yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan. Allah


telah mengajarkan kepada manusia tentang ketauhidan, keimanan, cara
berakhlak, beribadah, dan bermuamalah yang benar. Kalam ilahi mengajarkan
manusia secara bijaksana melalui ibrah para umat terdahulu. Menurut Achmadi

8
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 37

9
teologi Islam al-Quran diyakini memiliki kebenaran mutlak yang bersifat
transendental, universal dan eternal (abadi), sehingga secara aqidah diyakini
oleh pemeluknya akan selalu sesuai dengan fitrah manusia, artinya memenuhi
kebutuhan manusia kapan dan dimanapun.9

Tauhid merupakan nilai fundamental. Dengan dasar tauhid seluruh


kegiatan pendidikan agama Islam dijiwai oleh norma-norma ilahiyah yang
sekaligus dimotivasi sebagai ibadah. Dengan ibadah pekerjaan pendidikan
lebih bermakna, tidak hanya makna material tetapi juga makna spiritual. Hal
ini ditegaskan oleh Ruslan sebagaimana dikutip Abudin Nata, bahwa tauhid di
sini harus dipahami dalam kerangka yang terpadu antara yang bercorak
theocentris da anthropocentris. Yakni tauhid yang di dalam fokusnya hanya
tertuju pada mengesakan Allah semata, namun dalam prakteknya berimplikasi
ke dalam pola pikir, tutur kata, dan sikap seseorang yang meyakininya.10

Dalam hubungan ini di samping dasar tauhid tersebut masih terdapat


dasar-dasar lainnya, namun sebenarnya hanya merupakan penjabaran dari
prinsip-prinsip tauhid tersebut, karena pada dasarnya seluruh nilai dalam Islam
berpusat pada tauhid (teosentrisme). Perlu disadari bahwa pemusatan pada
Tuhan pada hakekatnya bukan untuk kepentingan Tuhan, tetapi sebaliknya
justru untuk kepentingan mausia. Allah memerintahkan manusia agar berjihad
dan bersyukur, namun semua kebaikannya untuk manusia sendiri. (QS. Al
Ankabut: 6, Luqman: 40), demikian pula perintah beribadah dan beramal saleh
sebagaimana yang dinyatakan dalam (QS. Al Baqarah: 263 dan 267; Ali
Imran: 97; Al-An’am: 133; Ibrahim: 8; an Naml: 40; al Fathir: 15; dan
Muhammad: 36), tujuannya bukan untuk memenuhi kebutuhan Allah,
melainkan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Dengan demikian materi pendidikan agama Islam, sebagai pedoman


pokok awal adalah penanaman tauhid dan keimanan kepada Allah SWT.

9
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 81.
10
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), hlm.
61.
10
2. Sunnah Rasul sebagai landasan operasional

Para rasul adalah figur objektif dalam mengembangkan konsepsi ilahiah.


Sunnah mereka, dalam arti sikap dan tingah lakunya adalah pola kongkret
dalam operasionalisasi misi ilahiah yang tepat, dan telah terbukti dalam
perjalanan sejarah. Karena itu dalam upaya menumbuh-kembangkan sumber
daya ilahiah di muka bumi, Sunnah para Rasul sampai kapanpun merupakan
landasan operasional dalam melakukan segala aktivitasnya, baik yang
berkaitan dengan pembinaan pandangan maupun pembinaan penataan sikap.
Jika tidak maka eksistensi akurasi nilai-nilai ilahiah akan mandul.11

Hadis Rasul pada dasarnya adalah catatan atau data tentang Sunnah
Rasul yang kini telah diabadikan. Sunnah para Rasul sebelum Nabi
Muhammad datanya dikemukakan oleh Allah dalam wahyu-Nya. Sedangkan
hadis tetang Sunnah Rasulullah Muhammad sebagai oeperasionalisasi al-Quran
diketahui melalui periwayatan para sahabatnya, yang kini datanya telah
dibukukan dalam kitab-kitab hadis.

Dengan demikian hadis Rasul sebagai landasan operasional akan lebih


memperjelas implementasi materi pendidikan Islam, dan ini sangat penting
dipelajari untuk memudahkan memahami al Quran.

3. Sumber daya alami

Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari alam sekitar. kepedulian


manusia terhadap alam akan membawa manfaat bagi kepentingan kehidupan
manusia. Bumi dengan seluruh isinya, flora, fauna, yang hidup di darat maupun
di laut, benda-benda alam, dalam bentuk padat, cair maupun gas yang terdapat
di perut bumi sebagai barang tambang, diciptakan oleh Allah untuk manusia.

Telah diutarakan di muka bahwa keberadaan alam selain manusia, diatur


berdasarkan hukum kauniah, yang bersifat pasti. Dengan hukum kauniah

11
Moh. Chudlori Umar, http://fahdamjad.files.wordpress.com/2007/09/pendidikan-
islam-kontemporer.pdf, minggu, 5 April 2009, akses pukul 20.17
11
tersebut obejektivitas tentang alam akan diketahui oleh manusia melalui
pendekatan empiris, yaitu melalui pengamatan langsung.12

Prinsip pokok pendidikan tentang alam, bahwa setiap yang diperlukan


oleh manusia akan habis jika manusia tidak merawat atau memeliharanya.
Benda-benda alam, padat, cair, maupun gas merupakan sumber daya alam
fisik yang tidak terhitung nilainya bagi manusia. Pengetahuan tentang benda-
benda padat dengan struktur atomnya; benda gas dengan kandungannya; air
dengan berbagai unsurnya, merupakan sumber yang bermanfaat bagi manusia
jika manusia mau memanfaatkannya. Semua yang terhampar di persada dunia
dan di angkasa menuntut perhatian manusia yang mau memanfaatkannya.
Sebaliknya ketidak pedulian terhadap semuanya itu akan menimbulkan
berbagai malapetaka bagi manusia, baik secara langsung, maupun tidak
langsung. Ragam alam yang terhampar di persada dunia demikian banyak,
tidak mungkin setiap orang mempunyai kemampuan untuk menjangkau secara
menyeluruh .

Studi tentang alam yang selama ini dikembangkan, telah diinformasikan


oleh Allah melalui ayat-ayat al Quran antara lain: QS. Al Mulk: 15, al Baqarah:
29 dan 60, Luqman: 20, dan lain-lain.

4. Sumber daya insani

Telah diinformasikan oleh Allah dalam al-Quran bahwa manusia dicipta


dalam keadaan fitrah, kemudian dibekali potensi dasar berupa panca indera,
akal dan hati. Dengan panca indera manusia dapat beraktivitas untuk bekerja,
dengan akal manusia dapat berfikir ketika mengamati, meneliti benda-benda
alam sekitar, dengan hati manusia dapat membedakan antara yang haq dan
yang bathil.

Kata insan bentuk jamaknya al-nas asal kata anasa yang mempunyai arti
melihat, mengetahui dan minta izin. Atas dasar ini kata tersebut mengandung
kata petunjuk adanya kaitan substansial antara manusia dengan kaitan
12
Ibid.
12
penalarannya itu manusia dapat mengambil pelajaran dari apa yang dilihatnya,
ia dapat pula mengetahui yang benar dan yang salah, dan terdorong untuk
minta izin menggunakan sesuatu yang bukan miliknya. 13 Hal ini dapat dilihat
dalam QS. Thaha:10, al-Nisa: 6, al-Nur: 27.

Kata al-insan dalam al-Quran juga digunakan dalam hubungan kegiatan


yang amat luas. Misalnya unutk menerima pelajaran dari Tuhan tentang apa
yang tidak diketahuinya (al-Alaq: 1-5), bahwa manusia mempunyai musuh
yang nyata, yaitu syaithan (Yusuf: 5), bahwa manusia agar pandai
menggunakan waktu (al-ashr: 1-3), manusia hanya mendapatkan bagian yang
dikerjakan (al-Najm: 39), bahwa manusia mempunyai keterikatan dengan
moral atau sopan santun (al-Ankabut: 8). Selanjutnya tentang kegitan bidang
peternakan (al-Qashash: 8), bidang pengolahan besi (al-Hadid: 25), bidang
pelayaran (al-Naqarah: 164), bidang perubahan sosial (Ali Imran: 140), bidang
kepemimpinan (al-Baqarah: 124), tentang ibadah (al-Baqarah: 21), tantangan
menembus ruang angkasa (al-Rahman: 33), dan lain-lain.

Keterangan di atas menunjukkan manusia adalah makhluk yang dibekali


potensi lengkap, hal ini senada apa yang disampaikan Abudin Nata bahwa
manusia adalah makhluk berpikir dan berbudaya. Semua kegitan manusia
didasari dan berkaitan dengan kapasitas akalnya dan aktualitas dalam
kehidupan konkret, yaitu perencanaan, tindakan dan akibat-akibat, atau
perolehan perolehan yang ditimbulkan oleh perbuatan tersebut. 14

Dari penelasan di atas secara filsofis materi pendidikan agama telah


mengandung asas-asas umum yang menjadi landasan pembentukan kurikulum
dalam pendidikan Islam. Menurut at Thoumy asas-asas tersebut adalah: asas
agama, asas falsafah, asas psikologis, dan asa sosial.15

BAB III

13
Musa Asy,ari, Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam al-Quran, (Yogyakarta:
Lembaga Studi Filsafat Islam, 1992), hlm. 19.
14
Abudin Nata, Filsafat ..., hlm. 86.
15
Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan
Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979) hlm. 523.
13
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Materi pendidikan Islam pada dasarnya tersusun mengacu kepada dasar


dan tujuan pendidikan Islam

2. Pemilihan materi pelajaran harus sejalan dengan ukuran-ukuran (kriteria)


yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang studi bersangkutan.

3. Hakekat materi pendidikan Islam adalah ilmu-ilmu dalam al-Quran, hadis,


hukum alam (sunnatullah), manusia dan alam sekitar.

4. Dasar Pendidikan Islam adalah al Quran dan hadis. Tujuan Pendidikan


Islam membentuk manusia yang berkepribadian Islami, bertakwa kepada
Allah dan Rasulullah, dan berakhlakul karimah.

DAFTAR PUSTAKA

14
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Al Abrasyi, Moh. Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam Terj. Bustami


A. Ghoni & Djohar Bahri LIS, Jakarta: IAIN Indonesia Social Equity,
Project [IISEP], 2008.

Al-Syaibany, Omar Muhammad al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, terj.


Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.

Asy’ari, Musa, Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam al-Quran, Yogyakarta:


Lembaga Studi Filsafat Islam, 1992.

Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1997

Ihsan, Hamdani, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2007.

Kusmana, JM. Muslimin (ed), Paradigma baru Pendidikan Restrospeksi dan


Proyeksi Mordenisasi Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Bulan
Bintang, 1980.

Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.

Siregar, Marasudin, Konsepsi Pendidikan Ibnu Khaldun: Suatu Analisa


Fenomenologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999.

Umar, Moh. Chudlori, http://fahdamjad.files.wordpress.com/2007/09/pendidi kan-


islam-kontemporer.pdf, minggu, 5 April 2020, akses pukul 20.17.

Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara & Depag, 2008.

15

Anda mungkin juga menyukai