Anda di halaman 1dari 4

KHOT RIQ'AH

Sejarah Munculnya Khot Riq’ah dan Kegunaannya.

Para pakar sejarah seni Islam sepakat bahwa riq’ah pertama kali muncul pada era Turki Usmani,
melalui tangan para kaligrafer besarnya. Kemunculan riq’ah tidak bisa dipisahkan dari kondisi
seni kaligrafi yang sedang berkembang di Turki saat itu. Kaligrafi menjadi bagian tak terpisahkan
dari kehidupan ekonomi, sosial, serta politik dan keagamaan yang ada. Seorang kaligrafer
mempunyai posisi yang kuat dan memiliki peran ketokohan. Ustadz Belaid Hamidi
menyampaikan bahwa munculnya khot riq’ah juga disebabkan faktor kuatnya para kaligrafer
pada saat itu dalam menghargai dan memposisikan jenis khot naskhi yang telah dulu dikenal.

Naskhi, sebagaimana diketahui banyak dipakai dalam menyalin al-Qur’an dan kitab hadis.
Penggunaan khot naskhi yang sedemikian ‘terhormat’, menjadikan para kaligrafer saat itu
berpikir untuk mengistimewakan khot ini dengan tidak memakainya dalam menulis selain al-
Qur’an dan transaksi sehari-hari. Karena bagi mereka, jika al-Qur’an adalah kalamullah yang
berbeda dengan dengan perkataan manusia, maka tulisan yang dipakai untuk menulis pun
harus berbeda.

Sedemikian ta’dzimnya pada kaligrafer saat itu kepada huruf al-Qur’an, sehingga tidak heran
jika kemudian keberkahan dan pintu-pintu ilmu (termasuk kaligrafi) terbuka lebar. Sehingga
pada gilirannya Turki dan era Turki Usmani khususnya menjadi kiblat dan acuan bagi siapa saja
yang ingin belajar kaligrafi dengan sungguh-sungguh.

Karakteristik/Ciri-ciri khot Riq’ah.

Ciri dari riq’ah di antaranya adalah bentuknya yang khas, huruf-hurufnya cenderung lurus
dalam kemiringan konstan (busholah), serta tidak banyak lengkungan. tidak menerima huruf
yang dipanjangkan (kasyidah). Karena itu, kekuatan huruf dan susunannya terletak pada
kepiawaian kaligrafer dalam menyusun huruf-huruf yang relatif mempunyai anatomi pendek
dan rendah. Hampir semua huruf khot riq’ah ditulis di atas garis kecuali empat huruf saja (jim,
mim, ‘ain dan ha’ di tengah). Ciri lain yang sangat vital adalah, jenis khot ini tidak diberi harakat
(tasykil).

Sumber : https://hamidionline.net/mengenal-kaligrafi-arab/

KHAT KUFI

Khat Kufi dan sejarah penulisan awal Al-Qur’an.

Tradisi tulis-menulis pun dimulai sejak saat itu. Terlebih ketika Rasullullah memilih beberapa
sahabatnya untuk menjadi kuttabnya. Baik penulis wahyu maupun penulis surat untuk
diberikan kepada raja-raja sekitar. Kuttab, sebutan untuk penulis, seperti sekertaris pada masa
sekarang. Disebutkan dalam sejarah bahwa Rasullullah memiliki 42 orang Kuttab. Dan salah satu
kuttabul wahyi yang terkenal adalah Zaid bin Tsabit.

Seiring berjalannya waktu, Khat Anbar semakin berkembang. Dapat dilihat dari bentuknya yang
memiliki perkembangan di setiap waktunya. Khat inilah yang dipakai dalam penulisan ayat Al-
Qur’an masa kodifikasi awal. Pada masa itulah, Rasullullah menyuruh para penulis istimewa
untuk menuliskannya di hadapan Rsaulullulah ketika ayat diturunkan, jika terdapat kesalahan
dalam penulisan, maka Rasulullah memberitahukannya.

Dari Zaid bin Tsabit ia berkata bahwa ia pernah menuliskan wahyu pada masa Rasulullah SAW.
Ketika itu Rasulullah mendiktekannya, dan ketika ia telah selesai menulis maka Rasulullah
memerintahkan Zaid untuk membacakannya, maka Zaid pun membacakan tulisannya
dihadapan Rasulullah, jika terdapat kesalahan, maka Rasulullah akan memberitahukannya.
Ketika itu ayat-ayat Al-Qur’an masih ditulis dalam lembaran-lembaran kulit, daun, tulang pipih,
serta pelepah kurma yang berbeda-beda sesuai dengan situasi turunnya ayat.

Pada masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, dimulailah periode kedua kodifikasi Al-Qur’an
atas usulan Umar bin Khattab melihat banyaknya qurra’ dan huffadz (penghafal Al-Qur’an) yang
meninggal pada perang Yamamah. Pada masa inilah, Al-Qur’an yang dituliskan para kuttabul
wahyi lalu dikumpulkan menjadi satu dan disimpan oleh Abu Bakar hingga ia wafat.
Beberapa lembaran ditulis menggunakan Khat Anbar, dan lembaran lainnya ditulis
menggunakan Khat Makki dan Khat Madani sesuai tempat ditulisnya tiap-tiap lembaran.

Dari Khat Anbar inilah yang menjadi asal muasal Khat Kufi dan menjadi asas tulisan dalam
penulisan Al-Qur’an hingga akhir kekhilafahan Khulafa Rosyidin. Penamaan khat Kufi dikenal
sejak ditaklukkannya Iraq oleh Sa’ad bin Abi Waqqosh pada masa kekhalifah Umar bin Khattab
pada tahun 18 H.

Ketika itu, Umar mengirim sebagian umat muslim untuk menempati kota Bashroh dan Kufah
tepat setelah kota itu ditaklukkan. Pendapat lain mengatakan bahwa para pendatang dari
Madinah mengenalkan khat yang mereka kenal ke Kufah hingga terjadi perkembangan bentuk
dan keindahan di dalamnya hingga setelahnya disebut sebagai Khat Kufi. Sejak saat itulah, khat
Arabi muncul dan berkembang di Khufah mengikuti perkembangan pemerintahan Islam yang
berpusat di Kufah.

Seperti penamaan khat lainnya, disebut “Khat Kufi” karena letaknya di Kufah. Bahkan kemudian
Khat Kufi mampu mengungguli keindahan Khat Makki dan Khat Madani pada saat itu. Maka,
tidak dapat dipungkiri jika khat Kufi menduduki peringkat teratas, bahkan nama khat ‘Arabi
lebih dikenal dengan nama “Khat Kufi” karena tradisi menulis lebih banyak menyebar di Kufah
dan tersebar melalui Kufah di samping banyaknya para khattat dari Kufah yang sangat
memperhatikan keindahan, bentuk, gaya dan seni dari setiap hurufnya melebihi Khat Madani
dan Khat Makki.

Disebukan dalam buku ‘Tarikhul Khat wa Gharaib Rasmihi’ bahwa mushaf pada abad pertama
hingga abad kelima hijriyah dituliskan dengan Khat Kufi, dengan pusat penulisan mushaf yang
berpusat di masjid Kufah. Salah satu contoh mushaf tertua yang ditulis menggunakan khat Kufi
dapat dilihat di museum seni Islam Kairo, ditulis di atas lembaran kulit kijang dengan tinta
hitam.

Sumber : https://hamidionline.net/khat-kufi-dan-perannya-dalam-sejarah-penulisan-al-quran/
Karakteristik/Ciri Khat Kufi.

Gaya penulisan kaligrafi ini banyak digunakan untuk penyalinan Alquran periode awal. Karena
itu, gaya Kufi ini adalah model penulisan paling tua di antara semua gaya kaligrafi. Gaya ini
pertama kali berkembang di Kota Kufah, Irak, yang merupakan salah satu kota terpenting dalam
sejarah peradaban Islam sejak abad ke-7 M. Gaya penulisan kaligrafi yang diperkenalkan oleh
Bapak Kaligrafi Arab, Ibnu Muqlah, memiliki karakter huruf yang sangat kaku, patah-patah, dan
sangat formal. Gaya ini kemudian berkembang menjadi lebih ornamental dan sering dipadu
dengan ornamen floral.

Sumber : http://arumrum9.blogspot.com/2011/09/seni-dan-gaya-penulisan-kaligrafi.html?m=1

Ciri utamanya adalah sapuan ke atas (sisi vertikalnya) yang panjang, dengan ujung runcing ke
kiri, sedangkan sapuan pendeknya (bukan horisontal) bengkok ke kiri. Kembangannya yang
lebih rendah melebar ke bidang sublinier (terkesan menjulur).

Sumber : https://malika.id/mengenal-lebih-dalam-tentang-khat-kufi/#:~:text=Ciri%20utamanya
%20adalah%20sapuan%20ke,bidang%20sublinier%20(terkesan%20menjulur).

Anda mungkin juga menyukai