Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

KALIGRAFI

Disusun
Oleh:
 Bagus Nurhidayat
 Riyan
 Muhamad Rijal
 Elisa Marta P
 Dea Amelia
 Sisilia
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KALIGRAFI

Sejarah Munculnya Kaligrafi Arab

Ungkapan Kaligrafi berasal dari kata latin “Kalios” yang berarti indah, dan kata “graph” yang berarti
tulisan atau aksara. Arti seutuhnya dari kaligrafi adalah ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk
huruf tunggal, letak-letaknya dan cara-cara penerapannya menjadi sebuah tulisan yang tersusun.
Kaligrafi merupakan seni arsitektur rohani, yang dalam proses penciptaannya melalui alat
jasmani. Kaligrafi atau khath, dilukiskan sebagai kecantikan rasa, penasehat pikiran, senjata
pengetahuan, penyimpan rahasia dan berbagai masalah kehidupan.

Ada beberapa teori tentang awal mula Sejarah munculnya kaligrafi, diantaranya sebagai berikut:

1. Teori Taufiqi

Munculnya teori ini bersumber dari penafsiran terhadap sumber-sumber islam yaitu al-Qur’an dan as-
Sunnah. Teori ini mengungkapkan bahwa bahasa Arab adalah pemberian dari Allah SWT (Taufiqi)
kepada Nabi Adam A.S dan Nabi-nabi lainnya.

Menurut Muhamad Ibn Yahya As-Suli dalam kitabnya Adab al-Kitab, ia mengambil riwayat dari Ka’ab
bin al-Akhbar, Ibnu Abbas dan Ibnu Faris bahwa yang mebuat tulisan Arab, Suryani dan jenis tulisan
lainnya adalah Nabi Adam As. ia menulisnya diatas tanah dan memahatnya. Ketika bumi tenggelam
karena banjir

Di dalam al-Qur’an, dalil yang digunakan adalah pada Q.S. al-‘Alaq ayat 1-5 dan Q.S. al-Qalam
ayat 1. Di dalam kedua surat tersebut disebutkan kata-kata iqra’ (bacalah) dan al-qalam
(pena), yang menunjukkan bahwa kemampuan membaca dan menulis adalah pemberian dari Allah
SWT.

2. Teori Selatan

Menurut teori ini, bahasa Arab bersumber dari masyarakat Himyar di wilayah Yaman, sebelah selatan
Jazirah Arab. Bahasa ini berkembang seiring dengan luasnya wilayah negeri Saba’ dan Himyar. Namun
tidak ada bukti fisik yang dijadikan rujukan, tetapi statemen para pelaku sejarah yang ditulis oleh
para pakar Islam. Misalnya oleh al-Qalqasyandi: Dikatakan di hadapan Abu Sufyan bin Umayyah,
paman Abu Sufyan bin Harb, awal munculnya tulisan adalah dari Yaman.

Ibnu Khaldun memperkuat pendapat teori ini dalam Muqaddimah, bahwa khat Arab yang pertama dikenal
adalah khat Himyari dan kemudian tersebar ke Hirah, Tha’if dan Quraisy.

3. Teori Utara

Teori ini juga menganggap bahwa tulisan Arab bukan semata- mata pemberian langsung dari
Allah swt., tetapi proses perkembangan yang dilakukan oleh manusia sendiri. Teori ini disebut juga
dengan teori Hirah. Teori ini didukung oleh data-data fisik yang berupa batu ukiran dengan tulisan
model Nabati.
Teori ini didasarkan atas riwayat Ibn Abbas bin Hisyam tentang cerita al-Balazari mengenai tiga orang
dari kaum Thay’ di Baqqah, Maramir bin Murrah, Aslam bin Sadrah, dan’Amir bin Jadrah. Mereka
mengukir huruf hijaiyah dengan model tulisan Suryani, Balok dan Latin.

4. Teori Baru

Teori ini banyak digunakan oleh kalangan peneliti. Menurut teori ini, tulisan Arab berasal dari al-Anbat
(Nabatea). Mereka adalah masyarakat Arab yang berada dibawah pengaruh peradaban dan budaya
Aramic. Dimana bahasa yang digunakan adalah perpaduan antara bahasa Arab dan bahasa Aram.
Pusat pemerintahannya berada di Batrah. Oleh karena itu tulisannya disebut tulisan Aram.
Perkembangan Kaligrafi

1. Pada Masa Pra Islam

Pada masa pra-Islam, pengembangan tulisan mulai dari model tulisan sederhana hingga sampai pada model
simbolis. Berikut adalah masa perkembangannya:

I. Masa tulisan gambar

Pada masa ini, tulisan berupa gambar yang disadur dari alam dan memiliki arti sesuai dengan
gambar tersebut. Misalnya: gambar batu, artinya memang batu. Tidak ada arti lain yang lebih
luas atau berbeda dari gambarnya.

II. Masa tulisan simbol arti

Pada masa ini, tulisan adalah berupa gambar yang disadur dari alam, tetapi gambar
tersebut memiliki arti yang lebih luas dan berbeda
dari gambar semestinya. Misalnya: gambar matahari sebagai lambing
siang hari atau terang. Akan tetapi gambar tersebut bukan berupa lambang bunyi yang
dijadikan sebagai alat komuniasi verbal.

2. Masa Rasulullah SAW dan Khulafa’ al-Rasyidin.

Pada masa Rasulullah saw, masyarakat Arab sudah memiliki tulisan sendiri meskipun masih sangat
sederhana, yakni dengan model Kufi klasik yang tidak memiliki penanda vokal (syakal) dan pembeda
konsonan (jumlah dan posisi titik pada huruf yang sama). Selain itu, masih belum di kenal
penanda kalimat yang berupa titik, koma, ataupun hiasan tulisan.

3. Pada Masa Periode Bani Umayyah

Pada Masa ini mulai muncul “Nuqthah” atau titik dalam huruf untuk membedakan satu huruf dengan yang
lainnya. Dan “Syakal” atau baris untuk mempermudah pelafalan bunyi konsonan huruf.

Pada masa ini telah muncul gaya-gaya penulisan khat diantaranya mudawwar (bundar), mutsallats
(segitiga), dan ti’im (kembar). dari tiga gaya tersebut muncul berbagai variasi tulisan seperti mail (miring),
Masyq (membesar), Naskh (inskriptif), dan Khufi. Dari beberapa variasi tersebut Naskh dan Khufi adalah
model variasi yang paling banyak diminati dan berkembang menjadi menjadi model-model lain.

Diantara kaligrafer Bani Umayyah yang paling termashyur mengembangkan tulisan kursif adalah Qutbah al-
Muharrir. Ia menemukan empat tulisan yaitu Thumar, Jalil, Nisf danTsuluts. Keempat tulisan ini saling
melengkapi antara satu gaya dengan gaya lain sehingga menjadi lebih sempurna. Tulisan Thumar yang
berciri tegak lurus ditulis dengan pena besar pada tumar-tumar (lembaran penuh, gulungan kulit atau
kertas) yang tidak terpotong. Tulisan ini digunakan untuk komunikasi tertulis para khalifah kepada amir-amir
dan penulisan dokumen resmi istana. Sedangkan tulisan Jalil yang berciri miring digunakan oleh masyarakat
luas.
4. Pada Masa Periode Bani Abbasiyyah

Gaya dan teknik menulis kaligrafi semakin berkembang terlebih pada periode ini semakin banyak kaligrafer
yang lahir, diantaranya Ad-Dahhak ibn 'Ajlan yang hidup pada masa Khalifah Abu Abbas As-Shaffah (750-
754 M) dan Ishaq ibn Muhammad pada masa Khalifah al-Manshur (754-775) dan al-Mahdi (775-786). Ishaq
memberikan kontribusi yang besar bagi pengembangan tulisan Tsuluts dan Tsulutsain dan mempopulerkan
pemakaiannya.

Adapun kaligrafer periode Bani Abbasiyah yang tercatat sebagai nama besar adalah Ibnu Muqlah. Ibnu
Muqlah berjasa besar bagi pengembangan tulisan kursif karena penemuannya yang spektakuler tentang
rumus-rumus geometrikal pada kaligrafi yang terdiri dari tiga unsur kesatuan baku dalam pembuatan huruf
yang ia tawarkan yaitu: titik, huruf alif, dan lingkaran. Menurutnya setiap huruf harus dibuat berdasarkan
ketentuan ini dan disebut al-Khat al-Mansub (tulisan yang berstandar). Ia juga mempelopori pemakaian
enam macam tulisan pokok (al-Aqlam as-Sittah) yaitu Tsuluts, Naskhi, Muhaqqaq, Raihani, Riqa' dan Tauqi' .
Tulisan Naskhi dan Tsuluts menjadi populer dipakai karena usaha Ibnu Muqlah yang akhirnya bisa
menggeser dominasi khat Kufi.

Selain Ibnu Muqlah, Khalid bin Abi Hiyaj adalah salah satu kaligrafer yang terkenal pada masa ini. Ia berjasa
dalam penulisan mushaf pada masa permulaaan.

5. Perkembangan Kaligrafi di Indonesia

Di Indonesia, kaligrafi merupakan bentuk seni budaya Islam yang pertama kali ditemukan, bahkan ia
menandai masuknya Islam di Indonesia. Ungkapan rasa ini bukan tanpa alasan karena berdasarkan
hasil penelitian tentang data arkeologi kaligrafi Islam yang dilakukan oleh Prof. Dr. Hasan Muarif
Ambary, kaligrafi gaya kufi telah berkembang pada abad ke-11, datanya ditemukan pada batu nisan
makam Fatimah binti Maimun di Gresik (wafat 495 H/ 1082 M) dan beberapa makam lainnya dari
abad-abad ke-15. Bahkan diakui pula sejak kedatangannya ke Asia Tenggara dan Nusantara, disamping
dipakai untuk penulisan batu nisan [ada makam-makam, huruf arab tersebut (baca: kaligrafi) memang
juga banyak dipakai untuk tulisan-tulisan materi pelajaran, catatan pribadi, undang-undang, naskah
perjanjian resmi dalam bahasa setempat, dalam mata uang logam, stempel, kepala surat dan
sebagainya. Huruf Arab yang dipakai dalam bahasa setempat tersebut diistilahkan dengan huruf Arab
Melayu, Arab Jawa atau Arab Pegon.

Pada abad XVIII-XX, kaligrafi beralih menjadi kegiatan kreasi seniman Indonesia yang diwujudkan
dalam aneka media seperti kayu, kertas, logam, kaca dan media lainnya. Termasuk juga untuk
penulisan mushaf-mushaf al-Qur'an tua dengan bahan kertas deluangdan kertas murni yang diimpor.
Kebiasaan menulis al-Qur'an telah banyak dirintis oleh para ulama besar di pesantren-pesantren
smenjak abad ke-16, meskipun tidak semua ulama dan santri yang piawai menulis kaligrafi dengan
indah dan benar. Amat sulit mencari seorang khattat yang ditokohkan di penghujung abad ke-19 atau
awal abad ke-20, karena tidak ada guru kaligrafi yang mumpuni dan tersedianya buku-buku pelajaran
yang memuat kaidah penulisan kaligrafi. Buku pelajaran tentang kaligrafi pertama kali baru keluar
sekitar 1961 karangan Muhammad Abdur Muhili berjudul "Tulisan Indah" serta karangan Drs. Abdul
Karim Husein berjudul "Khat, Seni Kaligrafi: Tuntunan Menulis Halus Huruf Arab" tahun 1971.

Pada tahun 1985, KH. Didin Sirajuddin AR mendirikan LEMKA (Lembaga Kaligrafi dan Al-Qur’an). Lembaga
ini pertama muncul di kawasan ciputat sekitar Universitas Islam Indonesia dan kini berpusat di kelurahan
Kramat Kota Sukabumi.
DAFTAR PUSTAKA:

Didin Sirojuddin, Seni Kaligrafi Islam, Cet. I (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000)

Ibnu Khaldun, Muqaddimah,. (Beirut: Darul Kitab al-Lubnani, 1979).

Salih Ibrahim al-Hasan, Al-Kitabah al-Arabiyyah min an-Nuqusy Ila kitab al-Makhtuht, (Riyadh: Darul
Fayshal ats-Tsaqafy, 2003)

Yahya Wahib al-Jaburi, Al-Khath wa al-Kitabah fi al-Hadarah al-Arabiyyah, (t.t: Darul Gharb al-Islami,
1994)

http://ponpes-lemka.blogspot.com/2008/10/home.html

Anda mungkin juga menyukai