Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERANG SALIB
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Nandang Abdurohim, M.Ag

Disusun Oleh :
Kelompok 8
Muhamad Iqbal Attarqi 1202010082
Muhamad Rifa’I Suhendra 1202010085

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021
KATA PENGATAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah yang berjudul “Perang Salib” dengan lancar. Dalam pembuatan makalah ini,
penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Nandang Abdurohim, M.Ag
yang telah bersedia membantu memberikan arahanya, dan semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan lancar.
Makalal ini, berisi tentang pengertian perang salib, latar belakang terjadinya
perang salib, periodesasi perang salib, pengaruh yang menyebar setelah terjadinya perang
salib, tokoh yang terkenal pada perang salib.
Penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuataan
makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang
bersifat membangun demi perbaikan kearah yang lebih baik. Akhir kata penulis
sampaikan terimakasih.

Sumedang, 27 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Perang Salib…………………………………………..….2
B. Latar Belakang Perang Salib…………………………………………2
C. Proses Terjadinya perang Salib……………………………………....3
D. Dampak Setelah Terjadinya Perang Salib…………………………..13
E. Masa Kemunduran…………………………………………………..14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………….……19
B. Saran………………………………………………………….……..19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah Peradaban Islam memiliki banyak cerita di dalamnya. Cerita tentang
penyebaran, kebudayaan dan tokoh-tokoh yang berpengaruh. Dalam salah satu bab
menceritakan tentang Perang Salib. Sebagai gambaran, Perang Salib yang familiar bagi kita
adalah suatu perang keagamaan yang sangat terkenal. Jika kita pernah menonton film
Kingdom of Heaven, mungkin kita memiliki sedikit gambaran tentang Perang Salib ini.
Disebut Perang Salib karena para tentara atau pejuang Kristen ini menggunakan simbol
salib ditameng, baju, topi dan segala atribut berperangnya. Perang Salib ini terbagi atas
beberapa periode. Didalamnya, terdapat banyak tokoh-tokoh yang menarik cerita saat
pemimpin perang ini yang dapat menambah wawasan kita.

B. Rumusan Masalah

Setelah dipaparkan sedikit dalam latar belakang di atas, didapatlah rumusan masalah yaitu:

1. Apa itu Perang Salib?

2. Apa yang menjadi latar belakang yang memicu terjadinya Perang Salib antara kaum
Muslim dan Kristen?

3. Bagaimana Proses Perang Salib?

4. Pengaruh/dampak apa yang menyebar setelah terjadinya Perang Salib?

5. Bagaimana Masa Kemunduran Islam dalam Perang Salib ?


BAB II
PEBAHASAN

A. Pengertian Perang Salib


Perang Salib (The Crusades) adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang
memerangi umat Muslim di Palestina secara berulang-ulang mulai abad ke-11 sampai
abad ke-13, dengan tujuan untuk merebut Tanah Suci dari kekuasaan kaum Muslim dan
mendirikan gereja dan kerajaan Latin di Timur. Dinamakan Perang Salib, karena setiap
orang Eropa yang ikut bertempur dalam peperangan memakai tanda salib pada bahu,
lencana dan panji-panji mereka.

Istilah ini juga digunakan untuk ekspedisi-ekspedisi kecil yang terjadi selama
abad ke-16 di wilayah di luar Benua Eropa, biasanya terhadap kaum pagan dan kaum
non-Kristiani untuk alasan campuran; antara agama, ekonomi, dan politik. Skema
penomoran tradisional atas Perang Salib memasukkan 9 ekspedisi besar ke Tanah Suci
selama Abad ke-11 sampai dengan Abad ke-13. “Perang Salib” lainnya yang tidak
bernomor berlanjut hingga Abad ke-16 dan berakhir ketika iklim politik dan agama di
Eropa berubah secara signifikan selama masa Renaissance.

Perang Salib pada hakikatnya bukan perang agama, melainkan perang merebut
kekuasaan daerah. Hal ini dibuktikan bahwa tentara Salib dan tentara Muslim saling
bertukar ilmu pengetahuan.

B. Latar Belakang Penyebab Terjadinya Perang Salib

Terjadinya Perang Salib antara kedua belah pihak, Islam dengan Kristen
disebabkan oleh faktor-faktor utama yaitu agama, politik dan sosial ekonomi.

1. Faktor Agama

Pada tahun 1009, kalifah Bani Fatimiyah, Al-Hakim bi-Amr


Allah memerintahkan penghancuran Gereja Makam Kudus (Church of the Holy
Sepulchre). Penerusnya memperbolehkan Kekaisaran Byzantium untuk
membangun gereja itu kembali dan memperbolehkan para peziarah untuk berziarah
di tempat itu lagi. Akan tetapi, banyak laporan yang beredar di Barat tentang
kekejaman kaum Muslim terhadap para
peziarah Kristen. Laporan yang didapat dari para peziarah yang pulang ini kemudian
memainkan peranan penting dalam perkembangan Perang Salib pada akhir abad itu.
Mereka merasa mendapat perlakuan jelek dari orang-orang Seljuk yang fanatic. Umat
Kristen merasa perlakuan para penguasa Dinasti Seljuk sangat berbeda dengan para
penguasa Islam lainnya yang pernah menguasai kawasan itu sebelumnya.

Sebelumnya, Paus Urbanus II memerintahkan untuk ekspedisi besar-besaran


atas permintaan Alexius I yang ingin merebut kembali Asia Kecil (Anatolia) yang
direbut Turki Utsmani. Semangat ini semakin besar tatkala Paus menerima berita bahwa
Khalifah Abdul Hakim-yang menguasai Palestina saat itu-menaikkan pajak ziarah ke
Palestina bagi orang-orang Kristen Eropa. “Ini perampokan! Oleh karena itu, tanah suci
Palestina harus direbut kembali,” kata Paus. Disanalah kaum Kristen merasa semakin
sulit berziarah dan ingin merebut kembali daerah Palestina.

2. Faktor Politik

Kekalahan Bizantium (sejak tahun 330 M disebut Constantinopel atau sekarang


Istanbul Turki) tahun 1071 M di Manzikart (Malazkird atau Malasyird, Armenia) dan
Asia kecil jatuh ke bawah kekuasaan Seljuk, mendorong Kaisar Alexius I Comnenus
(Kaisar Constantinopel) meminta bantuan seperti yang sudah dipaparkan di atas kepada
Paus Urbanus II untuk mengembalikan kekuasaannya di daerah-daerah pendudukan
Dinasti Seljuk. Sementara itu, kondisi kekuasaan Islam sedang melemah sehingga
orang-orang Kristen di Eropa berani untuk ikut dalam Perang Salib. Dinasti Fathimiyah
dalam keadaan lumpuh dan kekuasaan Islam di Andalusia semakin goyah dengan
dikuasainya Toledo dan Sicilia oleh Kristen Spanyol.

3. Faktor Sosial Ekonomi

Pedagang-pedangan besar di pantai timur Laut Tengah, terutama yang berada di


kota Venezia, Genoa dan Pisa berambisi untuk menguasai kota-kota dagang di
sepanjang pantai timur dan selatan Laut Tengah sehingga rela menanggung sebagian
dana Perang Salib. Apabila pihak Kristen Eropa menang, mereka menjadikan kawasan
itu sebagai pusat perdagangan mereka. Stratifikasi sosial masyarakat Eropa terdiri dari
tiga kelompok yaitu kaum gereja, kaum bangsawan dan ksatria dan rakyat jelata. Ketika
rakyat jelata dimobilisasi oleh pihak gereja untuk ikut Perang Salib dijanjikan
kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik bila menang perang, mereka menyambut
secara spontan dan berduyun-duyun terlibat dalam perang itu.

Saat itu, di Eropa berlaku hukum waris bahwa anak tertua yang berhak menerima
harta warisam, apabila anak tertua meninggal maka harta warisan harus diserahkan
kepada gereja. Oleh karena itu, populasi orang miskin meningkat sehingga anak-anak
yang miskin beramai-ramai mengikuti seruan mobilisasi umum Perang Salib dengan
harapan mendapatkan perbaikan ekonomi.

C. Proses Perang Salib


Perang Salib (Holy War) dalam sebagian literatur mengungkapkan masa
terjadinya antara tahun 1096 sampai 1291. Perang Salib berlangsung hampir
mencapai dua abad lamanya. Dari waktu yang demikian panjang itu, bisa
dibayangkan, betapa banyak korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Bila diukur
dari waktu berkangsungnya Perang Salib, secara global dibagi atas tiga periode,
sebagai berikut:
a. Periode pertama, disebut periode penaklukan umat Kristinani yang berlangsung
dari tahun 1096-1144 M.
b. Periode kedua , disebut sebagai periode reaksi umat Islam yang berlangsung
dari tahun 1144-1192 M.
c. Periode ketiga, disebut sebagai periode kehancuran pasukan Salib yang
berlangsung dari tahun 1192 hingga 1291.

a. Periode Pertama (1096-1144 M).


Seruan Perang Salib yang menggoncang dunia ini, merupakan hasil kerja
keras Paus Urbanus II dalam kampanyenya di kalangan Keuskupan Agung. Di
samping itu didukung oleh kampanye yang sama dikalangan masyarakat luas
yang dilakukan oleh seorang penginjil bernama Peters Amin. Peters Amin sangat
gencar dan aktif melakukan kampanye dan boleh di katakan kampanyenya sukses
menggugah emosi keagamaan masyarakat Eropa. Hasil kerja keras dari dua juru
kampanye (jurkam) Perang Salib yaitu Paus Urbanus II dan Peters Amin, maka
dimulai pada 1096 tepatnya musim semi, berkumpullah sebanyak 150.000 tentara
Eropa yang sebagian besar berasal dari Perancis dan Normandia. Pasukan Perang
Salib ini berkumpul di Konstantinopel. Dalam perjalanan mereka menuju
Palestina melalui Asia Kecil, banyak pasukan bergabung, sehingga jumlah
pasukan mencapai 300.000 orang.

Namun sangat disayangkan, pasukan sebanyak ini tidak dapat menjalankan


tugasnya dengan baik, mereka banyak melakukan perbuatan brutal, perampokan,
mabuk-mabukan dan perzinahan pada tempat-tempat yang mereka lalui. Tindakan
pasukan Salib ini menyebabkan kemarahan bangsa Bulgaria dan Hongaria, yang segera
memberikan serangan hingga pasukan Salib berantakan dan sisanya dihadapi langsung
oleh pasukan Bani Saljuk. Pada perang pertama ini, rombongan tentara Salib
seluruhnya binasa sebelum mereka dapat membebaskan Baitul Maqdis.11 Reputasi
pasukan Salib pertama ini menandakan mereka tidak dibekali pengetahuan strategi
perang dan etika perang, dalam hal ini nampaknya Paus Urbanus II dan Peters Amin
hanya membekali pasukan Salib tersebut dengan kebencian dan dendam terhadap umat
Islam.

Hancurnya pasukan Salib pertama, segera disusul oleh bangkitnya pasukan Salib
berikutnya setahun kemudian yaitu pada tahun 1097. Kali ini tentara Salib menyebrang
selat Bosor, memasuki Asia Kecil dan memblokade kota Nicea. Selama sebulan kota
ini dikepung sampai akhirnya dapat ditaklukan pada tanggal 18 Juni 1097 M. Setahun
kemudian pasukan Salib dapat melumpuhkan Raha (Edessa), Syiria Utara hingga
Antokia.12 Pada bulan juni 1099, bergerak lagi tentara Salib melanjutkan
penyerbuannya. Kali ini sasaran mereka adalah Baitul Maqdis, selama kurang lebih satu
bulan mereka mengepung kota suci ini, akhirnya mereka berhasil menguasainya,
tepatnya pada tanggal 15 Juli 1099 M.13 Di kota ini mereka bertindak kejam,
melakukan pembantaian bukan saja terhadap umat Islam tetapi juga terhadap orang-
orang Yahudi dan Nasrani setempat yang tidak mau bekerjasama dengan mereka.

Dengan berhasilnya pasukan Salib menguasai Baitul Maqdis dan kota-kota di


sekitarnya, maka mereka dapat mendirikan empat kerajaan Latin, yaitu:

a. Kerajaan Latin I di Edessa ( 1096 M) yang dipimpin oleh raja Boldwin.

b. Kerajaan Latin II di Antokia (1098 M) yang dipimpin oleh raja Bahemond.

c. Kerajaan Latin III di Baitul Maqdis (1099 M) dipimpin oleh raja Godfrey.

d. Kerajaan Latin IV di Tripolo (1099 M) dipimpin oleh Raymond.


Berdasarkan informasi di atas, maka dalam periode pertama Perang Salib,
umat Islam mengalami kekalahan, sementara pasukan Salib dapat merealisasikan
tujuan utamanya yaitu menguasai Baitul Maqdis dari kekuasaan Islam. Menurut
analisa penulis, penyebab kekalahan pasukan Islam atas pasukan Salib, antara lain;
ketidaksiapan pasukan Islam dalam menghadapi pasukan Salib dan berkobarnya
semangat perang Pasukan Salib untuk merebut Baitul Maqdis dan memperoleh
keuntungan ekonomi dalam peperangan.

b. Periode kedua (1144-1192 M)

Periode ini merupakan periode kebangkitan umat Islam setelah menderita


kekalahan melawan kekuatan tentara Salib yang dapat menguasai wilayah Syiria
dan Palestina pada tahun 1144 M. Dibawa pimpinan Imad al-Din Zanki, tentara
Islam berjuang dengan sungguhsungguh merebut kembali beberapa kota yang
jatuh ke tangan tentara Salib antara lain; Aleppo, Hamimah dan kota-kota lainnya
hingga Edessa.

Pada tahun 1146 M Imad al-Din Zanki wafat, maka perjuangan dilanjutkan
oleh putranya bernama Nur al-Din Zanki. Dibawah pimpinannya, beberapa kota
di sekitar Antokia dapat dikuasainya pada tahun 1149 M. Dua tahun kemudian
Pasukan Islam merebut kembali kota di sekitar Edessa dan bahkan tentara Islam
sempat menangkap Emir Edessa. Selanjutnya pada tahun 1164 M Nur al-Din
Zanki berhasil menaklukan kota Antokia dan menyandera Emir Bahemond III dan
sekutunya Raymond III. Keduanya dibebaskan setelah membayar tebusan dalam
jumlah besar.

Peperangan dilanjutkan dengan mengerahkan tentara Islam untuk


membebaskan Mesir dalam tahun 1196 M. Jatuhnya daerahdaerah kekuasaan
tentara Kristiani ke tangan umat Islam memancing emosi tentara Salib untuk
mengobarkan Perang Salib berikutnya, akan tetapi gerakan mereka mendapat
perlawanan sengit dari pasukan Nur al-Din Zanki Nasib pemimpin tentara Salib,
Louis IV dan Condrad II melarikan diri dan pulang ke negerinya.

Pada tahun 1174 M, pasukan Islam berkabung atas wafatnya pemimpin


tentara Islam terbaik, Nur al-Din Zanki, selanjutnya pimpinan perang di pegang
oleh Shalah al-Din al-Ayyubi (seorang pendiri Dinasti Ayyubiah di Mesir).
Dibawa pimpinannya tentara Islam semakin berjaya; keberhasilan pertama yang
dicetak pasukan Islam yaitu keberhasilannya mengembalikan Baitul Maqdis
kepangkuan umat Islam dalam tahun 1187 M, Mesjid Aqsa pun kembali
mengumandangkan Azan, sementara pasukan Salib banyak yang menjadi
tawanannya.

Perjuangan tentara Salib selanjutnya dipimpin raja Jerman Frederick


Barbarosa, Raja Inggris Richardo dan Raja Perancis Philip August. Pada
pertempuran ini, Raja Fredirick tewas, sedangkan Philip dan Richardo berhadapan
dengan tentara Islam di Akka. Pasukan Islam berhasil mundur teratur untuk
menyusun strategi, sementara pasukan Salib tidak berhasil memasuki kota suci
Baitul Maqdis. Peperangan ini berlangsung sampai tahun 1192 M.

Keunggulan pasukan Salib di Akka, belum dapat memuluskan jalan mereka


untuk datang segera membebaskan Baitul Maqdis, sebab mereka masih harus
melalui perjuangan yang sangat berat menghadapi tentara Islam yang senantiasa
menggalang kekuatan. Di samping itu namaknya Raja Richardo merasa berat dan
jenuh melanjutkan peperangan dan memilih menawarkan gencatan senjata melalui
surat,21 maka pada tanggal 2 Juli 1192 M lahirlah apa yang disebut dengan “shulh
al-Ramlah,” yang berisi dua kesepakatan, yaitu:

1. Daerah pantai sekitar akka dalam kekuasaan tentara salib

2. Palestina tetap dibawa kekuasaan Islam, akan tetapi jamaah Kristen


diizinkan berziarah ke Baitul Maqdis dengan persyaratan tidak boleh
membawa senjata.

Dengan disahkannya perjanjian tersebut, maka Baitul Maqdis tetap berada


di tangan umat Islam. Beberapa bulan setelah pengesahan dua kesepakatan
tersebut di atas, pada tanggal 3 Maret 1193 M, Salahuddin al-Ayyubi tutup usia
dalam usia 55 tahun dan beliau di makamkan di Syiria.

c. Periode ketiga (1193-1291 M)

Skala prioritas pasukan Salib pada periode ini adalah menguasai Mesir.
Berdasarkan pertimbangan ekonomi, bahwa jika Mesir dapat di kuasai, mereka
dapat memperoleh keuntungan besar dalam peperangan, sebab dari Mesir akan
terbuka kesempatan untuk memasuki Laut Merah dan mengembangkan
perdagangan ke Hindia dan kepulauan Hindia sebelah Timur (sekarang
Indonesia).23 Beberapa tahun setelah pasukan Salib berhasil menduduki
Konstantinopel, pada tahun 1218 M, mereka menyerang Mesir, tetapi tidak
berhasil dan hanya dapat menguasai kota Dimyat sebagai pintu gerbang strategi
untuk memasuki Mesir. Dalam tahun 1229 M pimpinan tentara Salib Frederick
mengadakan perundingan damai dengan Malik al-Kamil penguasa Mesir dari
Dinasti Ayyubiah. Isi perjanjian tersebut adalah Baitul Maqdis diserahkan ke
tentara Salib dan sebagai gantinya Dimyat diserahkan kepada tentara Islam.24
Dengan ditandatanganinya perjanjian tersebut, Baitul Maqdis kembali
kepangkuan pasukan Salib dengan Frederick II sebagai rajanya. Tetapi setelah
melalui beberapa pertempuran melawan tentara Salib, Baitul Maqdis dapat direbut
kembali oleh penguasa Dinasti Ayyubiah, al-Malik al-Shaleh putra alMalik pada
tahun 1247 M.

Perlawanan tentara Salib dilanjutkan oleh Dinasti Mamalik pada tahun 1263
M. Al-Malik al-Zahir Baybars berhasil menaklukan kota-kota Caesarea dan Akka.
Keberhasilan yang sama juga terjadi dalam menaklukan Yaffa dan kota Antokia
yang merupakan benteng pertahanan tentara Salib dalam tahun 1271 M.

Perjuangan Baybars dilanjutkan oleh Sultan Qalawun yang memerintah


ditahun 1279-1290 M. Dibawa pemerintahannya Laziqiyah dan Tripoli dapat
ditaklukan dalam tahun 1289 M. Pada tahun itu pula Sultan Qalawun
mempersiapkan tentaranya untuk menaklukan daerah-daerah yang masih dikuasai
tentara Salib, namun dia meninggal sebelum usaha tersebut berhasil. Usahanya
dilanjutnya oleh putranya, Asyraf Khalil yang berkuasa dalam tahun 1290-1293
M. Pada tanggal 5 April 1291 M, ia menyerang dan mengepung kota Akka dan
berhasil menguasai kota tersebut pada tanggal 28 Mei 1291 M. Selanjutnya, kota-
kota yang dikuasai tentara Salib satu demi satu jatuh ke tangan pasukan Islam,
termasuk Baitul Maqdis. Tanggal 14 Agustus 1291 M kekuasaan tentara Salib
sudah lenyap di Timur Tengah.27Adapun sisa-sisa tentara Salib, selanjutnya
melarikan diri melalui jalan laut dan kebanyakan mereka mengungsi ke Ciprus.

Kemenangan demi kemenangan yang diraih tentara Islam pada periode


terakhir ini, sangat didukung oleh pimpinan perang yang tangguh dan berani;
beberapa pemimpin tentara Islam yang terakhir yaitu Malik al-Kamil, Shaleh al-
Kamil, Sultan Qalawun dan Asyraf Khalil berhasil memberikan kekalahan
pasukan Salib. Di samping itu tentara-tentara Islam juga merupakan pasukan-
pasukan yang terlatih di medan perang.
D. Dampak Perang Salib

a. Di Eropa

Perang Salib menimbulkan beberapa akibat penting dalam sejarah dunia.


Perang Salib membawa Eropa kedalam kontak langsung dengan dunia muslim
dan terjadinya hubungan antara timur dan barat. Kontak ini menimbulkan saling
tukar pikiran antara kedua belah pihak. Pengetahuan orang timur yang maju
memberi daya dorong besar bagi pertumbuhan intelektual Eropa Barat.

Keuntungan Perang Salib bagi Eropa adalah menambah lapangan


perdagangan, mempelajari kesenian, dan penemuan penting,seperti kompas
pelaut, kincir angin dan sebagainya dari orang Islam. Mereka juga dapat
mengetahui cara bertani yang maju dan mempelajari kehidupan industri timur
yang lebih berkembang. Ketika kembali ke Eropa, mereka mendirikan sebuah
pasar khusus untuk barang-barang timur. Orang barat mulai mnyadari
kebutuhan akan barang-barang timur, dan karena kepentingan ini perdagangan
antara timur dan barat menjadi lebih berkembang.

b. Dunia Islam

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa Perang Salib dimenangakan


oleh umat Islam, akan tetapi dampak negatif yang ditimbulkan oleh perang salib
sangat banyak, termasuk dalam segi perekonomian, karena Perang Salib terjadi
di daerah kekuasaan Islam, meskipun umat Kristen juga tidak kalah merugi.

Meskipun pihak Kristen Eropa menderita kekalahan dalam Perang Salib,


namun mereka telah mendapatkan hikmah yang tidak ternilai harganya karena
mereka dapat berkenalan dengan kebudayaan dan peradaban Islam yang sudah
sedemikian majunya. Bahkan kebudayaan dan peradaban yang mereka peroleh
dari Timur Islam menyebabkan lahirnya renaisans di Barat.

Selain Ekonomi, beberapa dampak negatif dan kerugian dunia Islam akibat
Perang Salib adalah sebagai berikut :
1. Politik

Kekuatan politik umat Islam menjadi lemah. Dalam kondisi demikian


mereka bukan menjadi bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak dinasti
kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di
Baghdad.

2. Militer

Dalam bidang militer, dunia Barat menemukan persenjataan dan teknik


berperang yang belum pernah mereka temui sebelumnya di negerinya,
seperti penggunaan bahan-bahan peledak untuk melontarkan peluru,
pertarungan senjata dengan menunggang kuda, teknik melatih burung
merpati untuk kepentingan informasi militer, dan penggunaan alat-alat
rebana dan gendang untuk memberi semangat kepada pasukan militer di
medan perang.

3. Perindustrian

Dalam bidang perindustrian, mereka menemukan kain tenun dan


peralatannya di dunia Islam, kemudian mereka bawa ke negerinya, seperti
kain muslin, satin, dan damas. Mereka juga menemukan berbagai jenis
parfum, kemenyan, dan getah Arab yang dapat mengharumkan ruangan.

4. Pertanian

Sistem pertanian yang sama sekali baru di dunia Barat mereka temukan
di Timur-Islam, seperti model irigasi yang praktis dan jenis tumbuh
tumbuhan dan buah-buahan yang beraneka macam, termasuk penemuan
gula.

5. Perniagaan

(rangkuman)Orang barat memakai sistem perdagangan Islam yang


menggunakan uang sebagai alat tukar dalam jual beli. Karena sebelumnya
mereka masih menggunakan sistem barter.
6. Ilmu pengetahuan dan kesehatan

Ilmu astronomi yang sudah dikembangkan oleh umat Islam sejak abad
ke-9 telah pula memepengaruhi lahirnya berbagai observatorium di Barat.
Selain itu bangsa barat juga meniru adanya rumah sakit, sebagaimana sudah
berkembang lama di dunia Islam.

E. Masa Kemunduran

Masa kemunduran adalah masa dimana islam diserang oleh berbagai pihak,
masa kemunduran diawali pada tahun 1250-1500 M. Masa kemunduran sendiri
diawali dengan serangan bangsa Mongol.

a. Invasi mongol

Serangan-serangan yang dilakukan oleh Mongol memiliki latar belakang


yang menjadi motivasi mereka untuk melakukan penyerang tersebut. Maidir
Harun dan Firdaus memaparkan bahwa ada beberapa hal yang menjadi motivasi
bagi Mongol untuk melakukan serangan, sebagai berikut :

1. Faktor Politik

Pada tahun 615 H. sekitar 400 orang pedagang bangsa Tartar dibunuh
atas persetujuan wali (gubernur) Utrar. Barang dagangan mereka dirampas
dan dijual kepada saudagar Bukhara dan Samarkand dengan tuduhan mata-
mata Mongol. Tentu saja hal ini menimbulkan kemarahan Jenghis Khan.
Jenghis Khan mengirimkan pasukan kepada Sultan Khawarizmi untuk
meminta agar wali Utrar diserahkan sebagai ganti rugi kepadanya. Utusan
ini juga dibunuh oleh Khawarizmi Syah sehingga Jenghis Khan dengan
pasukannya melakukan penyerangan terhadap wilayah Khawarizmi.

Sedangkan menurut Muhammad Masyhur Amin, bahwa faktor politik


yang menyebabkan bangsa Mongol melakukan penyerangan ke wilayah
Islam adalah pertama, karena Sultan Alauddin Muhammad Khawarizmi
Syah memasukkan daerah suku Qarahatun ke dalam kekuasaannya pada
tahun 1210 M., sehingga wilayahnya langsung berbatasan dengan wilayah
kerajaan Jenghis Khan. Kedua, pembataian pedagang Mongol disebabkan
karena tiga orang Islam saudagar besar bersama rombongan-nya dibunuh
dan dirampas barang dagangannya oleh orang-orang Mongol di Ibu Kota
Qoraqarun. Oleh sebab itu, amir Ghayun Khan diperintahkan oleh Sultan
Alauddin agar membunuh 150 orang pedagang Mongol yang ada di Utrara.

2. Motif Ekonomi

Motif ini diperkuat oleh ucapan Jenghis Khan sendiri, bahwa


penaklukan-penaklukan dilakukannya adalah semata-mata untuk
memperbaiki nasib bangsanya, menambah penduduk yang masih sedikit,
membantu orangorang miskin dan yang belum berpakaian. Sementara di
wilayah Islam rakyatnya makmur, sudah berperadaban maju, tetapi
kekuatan militernya sudah rapuh.

3. Tabiat Orang Mongol yang Suka Mengembara

Tabiat mereka yang suka mengembara, diundang ataupun tidak


diundang mereka akan datang juga menjarah dan merampas harta kekayaan
penduduk dimana mereka berdiam. Penyerangan-penyerangan yang
dilakukan oleh Jenghis Khan dengan pasukan perangnya yang terorganisir,
berusaha memperluas wilayah kekuasaan dengan melakukan penaklukan.
Para ahli pertukangan mereka bawa dalam pasukan batalion Zeni (yon-
zipur) untuk membuat jembatan dan menjamin melancarkan transportasi
dalam penyerangan. Para tawanan perang dimanfaatkan secara paksa untuk
memanggul perlengkapan perang dan makanan. Strategi perang Jenghis
Khan yang tidak ketinggalan juga adalah membariskan penduduk sipil yang
telah kalah di depan tentara sebagai tameng untuk menggetarkan musuh. Di
samping itu, Jenghis Khan membawa penasehat yang terdiri dari para rahib
dan tukang ramal.

b. Serangan Dinasti Khan

Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia, yang


membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara. Nenek moyang mereka
mempunyai dua putra kembar yaitu tatar dan mongol. Kedua putranya itu
melahirkan dua suku bangsa besar yaitu suku bangsa Tatar dan suku bangsa
Mongol. Kemajuan bangsa Mongol secara besar-besaran terjadi pada masa
kepemimpinan Yasugi Bahadur Khan.

Setelah Yakusugi meninggal, Kemudian digantikan oleh anaknya yang


bernama Jengis Khan yang mempunyai nama asli Timujin. Jengis Khan adalah
gelar yang diberikan oleh siding para kepala suku Mongol yang mengangkatnya
sebagai pemimpin tertinggi bangsa itu pada tahun 1206 M, ketika Jengis Khan
berumur 44 tahun.

Jengis Khan berusaha memperluas daerah kekuasaan dengan melakukan


penaklukan terhadap daerah-daerah lain. Serangan pertama diarahkan ke
kerajaan Cina (Peking). Ia berhasil menduduki Peking tahun 1215 M. Sasaran
selanjutnya adalah negeri-negeri Islam yaitu Turki,Ferghana, Bukhara,
Khurasan, dan lainnya.

Setelah kondisi fisik Jengis Khan mulai melemah ia membagi wilayah


kekuasaannya menjadi 4 bagian kepada anaknya yaitu Yuchi, Chagatai,Ogatai,
dan Tuli. Tuli menguasai Khurasan, karena kerajaan Islam ketika itu sudah
terpecah belah dan kekuatannya melemah. Tuli berhasil menguasai irak pada
tahun 1256 M. Setelah ia meninggal, kemudian digantikan oleh anaknya yang
bernama Hulaghu Khan. Ditangannyalah, Baghdad jatuh ketangan Mongol. Ini
bukan saja mengakhiri masa kekhalifahan Dinasti Abbasiyah tetapi juga
merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam.

Dengan berakhirnya Dinasti Abbasiyah, maka muncullah Dinasti Ilkhan


yang dipimpin oleh Hulaghu Khan. Di bawah Dinasti Ilkhan ini, Baghdad
diturunkan posisinya menjadi ibukota propinsi dengan nama Irak al-Arabi.

c. Serangan Timur Lenk

Sulthan Timur Lenk merupakan keturunan Mongol yang sudah masuk


Islam, dimana sisa-sisa kebiadaban dan kekejaman masih melekat kuat. Dia
berhasil mengalahkan Tughluk Temur dan Ilyas Khoja, dan kemudian dia juga
melawan Amir Hussain (iparnya sendiri). Dan dia memproklamirkan dirinya
sebagai penguasa tunggal di Transoxiana, pelanjut Jagatai dari keturunan Jengis
Khan.

Setelah lebih dari satu abad umat Islam menderita dan berusaha bangkit
dari kehancuran akibat serangan bangsa Mongol di bawah Hulagu Khan,
malapetaka yang tidak kurang dahsyatnya datang kembali, yaitu serangan yang
juga dari keturunan bangsa Mongol. Berbeda dari Hulagu Khan dan
keturunannya pada dinasti Ilkhan, penyerang kali ini sudah masuk Islam, tetapi
sisa-sisa kebiadaban dan kekejaman masih melekat kuat. Serangan itu dipimpin
oleh Timur Lenk, yang berarti Timur si Pincang.

Timur Lenk terkenal sebagai penguasa yang sangat ganas dan kejam
terhadap para penentangnya. Ia adalah penganut Syi'ah yang taat dan menyukai
tasawuf tarekat Naqsyabandiyyah. Dalam perjalanan-perjalanannya ia selalu
membawa serta ulama-ulama syi’ah, sastrawan dan seniman. Ulama syi’ah dan
para ilmuwan dihormatinya. Ketika berusaha menaklukkan Syria bagian utara,
ia menerima dengan hormat sejarawan terkenal, Syeikh Ibnu Khaldun
Rahimahullah yang diutus Sulthan Faraj untuk membicarakan perdamaian.
Kota Samarkand diperkayanya dengan bangunan-bangunan dan masjid yang
megah dan indah. Di masa hidupnya kota Samarkand menjadi pasar
internasional, mengambil alih kedudukan Baghdad dan Tabriz. Ia datangkan
tukang-tukang yang ahli, seniman-seniman ulung, pekerjapekerja yang pandai
dan perancang-perancang bangunan dari negeri-negeri taklukannya; Delhi,
Damaskus dan lain-lain. Ia meningkatkan perdagangan dan industri di
negerinya dengan membuka rute-rute perdagangan yang baru antara India dan
Persia Timur. Ia berusaha mengatur administrasi pemerintahan dan angkatan
bersenjata dengan cara-cara rasional dan berjuang menyebarkan Islam.

Setelah Timur Lenk meninggal, dua orang anaknya, Muhammad Jehanekir


dan Khalil, berperang memperebutkan kekuasaan. Khalil (1404-1405 M) keluar
sebagai pemenang. Akan tetapi, ia hidup berfoya-foya menghabiskan kekayaan
yang ditinggalkan ayahnya. Karena itu saudaranya yang lain, Syah Rukh (1405-
1447 M), merebut kekuasaan dari tangannya. Syah Rukh berusaha
mengembalikan wibawa kerajaan. Ia seorang raja yang adil dan lemah lembut.
Setelah wafat, ia diganti oleh anaknya Ulug Beg (1447-1449 M), seorang raja
yang alim dan sarjana ilmu pasti. Namun, masa kekuasaannya tidak lama. Dua
tahun setelah berkuasa ia dibunuh oleh anaknya yang haus kekuasaan, Abdal-
Latif (1449- 1450 M). Raja besar dinasti Timuriyah yang terakhir adalah Abu
Sa'id (1452-1469 M). Pada masa inilah kerajaan mulai terpecah belah. Wilayah
kerajaan yang luas itu diperebutkan oleh dua suku Turki yang baru muncul ke
permukaan, Kara Koyunlu (domba hitam) dan Ak Koyunlu (domba putih). Sa'id
Dinasti Mamluk.
Jika mengkaji sejarah Islam, dikenal ada dua Dinasti Mamluk yaitu di
Mesir (648 H-922H/1250 M-1517M), dan di India (604 H-689 H/1206 M-
1290M). 58 Dinasti Mamluk di Mesir muncul menjelang Daulah Abbasiyah
runtuh. Mereka dapat membangun peradaban yang -sampai saat ini sebagiannya
masih dapat disaksikan walaupun dinasti ini dipimpin oleh para budak.
Suksesnya mereka membangun peradaban disebabkan perekonomiannya
khususnya perdagangan maju dengan pesat. Di samping itu, perluasan wilayah
pun dilakukan sehingga mereka dapat menguasai wilayah-wilayah Suriah dan
sekitarnya. Setelah berkuasa cukup lama, dinasti tersebut mengalami konflik
internal sehingga mereka terpecah menjadi dua, masing-masing Mamluk Bahri
dan Mamluk Burji. Dengan pecahnya dinasti.

Pada awalnya, kekuasaan Dinasti Mamluk dibangun di wilayahMesir,


selanjutnya, wilayah kekuasaannya semakin luas, bukan hanya di Mesir.
Perluasan wilayahnya seiring dengan perannya sebagai benteng umat Islam
dalam menghadapi kekuatan bangsa Mongol, pasukan Salib dan juga orang-
orang Nasrani di sekitar Mesir. Sejarah mencatat, mereka merebut kota benteng
Arsuf (662 H/1263 M) dan menghancurkan ordo Hospitallers yang
mempertahankan kota benteng tersebut. Mereka juga merebut kota benteng
Safad (663 H/1264 M) dan menghancurkan ordo Templars yang
mempertahankan kota, dan merebut kota benteng Arkad (664 H/1265 M). Pada
tahun 665 H/1266 M, perhatiannya ditujukan pada kelompok Hasyasyin di
pegunungan Lebanon/Syria, yang masih bertahan pada kota-benteng AlMasyaf
yang terkenal kukuh, yang tidak dapat direbut dan dikuasai oleh Sulthan
Shalahuddin.

Mereka menguasai ibukota Antioch (667 H/1268 M) di Syria Utara


sehingga berakhirlah sejarah Country of Antioch. Pada tahun 670 H/1271 M,
mereka melancarkan serangan dan pengepungan terhadap kota-benteng Acre
(Akka), yang dewasa itu pertahanannya dipimpin oleh Prince Edward of
England, dan akhirnya pada tahun 671 H/1272 M mereka memohon Gencatan
Senjata Sepuluh Tahun (Ten Years’ Truce) dengan kesediaan membayar upeti
tahunan ke Mesir.
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa selain faktor agama yang
menjadi pemicu terjadinya Perang Salib, faktor yang tidak kalah pentingnya
adalah ambisi politik dan ekonomi dari pembesar-pembesar Kristiani dan tentara-
tentara Salib. Perang Salib berlangsung hampir dua abad, kalah dan menang silih
berganti antara pasukan Salib dengan tentara Islam.
Salahuddin al-Ayyubi merupakan pimpinan tentara Islam yang sangat
populer dalam Perang Salib. Dia ditakuti sekaligus dikagumi oleh tentara
Kristiani. Kesuksesannya dalam memukul mundur Pasukan Salib menjadi
barometer bagi pemimpin-pemimpin tentara Islam kemudian dalam mengusir
pasukan Salib dari Timur.
Perang Salib menyebabkan kerugian bagi kedua belah pihak dan khusus
bagi dunia Islam, Perang Salib telah meninggalkan dampak yang negatif bagi
dunia Islam karena menyebabkan terjadinya kemusnahan dan kehancuran fisik.
Tetapi sebaliknya bagi dunia Eropa, Perang Salib banyak memberikan
sumbangsih bagi perkembangan peradaban dan budaya Eropa.

b. Saran
Para pembaca yang budiman, di penghujung tulisan ini kami berharap
semoga kita semua mampu mengartikan dan memahami cerita tentang Perang
Salib ini. Semoga tidak membuat kita saling membenci, akan tetapi terus
menjaga kerukunan sesama umat manusia. Semoga pembaca yang budiman
tidak puas akan hasil makalah ini dan dapat menindaklanjutinya.
DAFTAR PUSTAKA

(Syukur, Juni 2011)


Syukur, S. (Juni 2011). PERANG SALIB DALAM BINGKAI SEJARAH . Jurnal Al- Ulum, Hal. 189-204 .

Suntiah, Ratu dan Maslani. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Interes Media.
Ibrahim Hasan, Hasan, 1967, Tarîkh al-Islâm, Juz IV, Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-
Misriyyah.
Harun, Yahya, 1987, Perang Salib dan Pengaruhnya di Eropa, Yogyakarta: Bina Usaha.
http://hestiara.blogspot.com/2012/07/buku-tokoh-tokoh-perang-salib-paling_4422.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Salib
http://indraazzikra.blogspot.com/p/salahudin-al-ayyubi-sang-legenda-perang.html
http://warofweekly.blogspot.com/2011/05/tokoh-tokoh-yang-berpengaruh-pada.html
http://www.beritaunik.net/misteri-dunia/kisah-keganasan-dracula-di-perang-salib.html
http://www.islampos.com/perang-salib-bagaimana-permulaan-akhirnya-42239/

Anda mungkin juga menyukai