Anda di halaman 1dari 11

Ingkar As-Sunnah

1

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEMALSUAN HADITS
Pemalsuan hadits atau disebut juga Ingkar As-sunnah adalah sebuah sikap
penolakan terhadap sunnah Rasul, baik sebagian maupun keseluruhannya. Mereka
membuat metodologi tertentu dalam menyikapi sunnah. Hal ini mengakibatkan
tertolaknya sunnah, baik sebagian maupun keseluruhannya.
1

Ada tiga jenis kelompok ingkar As-sunnah. Pertama, kelompok yang menolak
hadits-hadits Rasulullah SAW secara keseluruhan. Kedua, kelompok yang menolak hadits-
hadits yang tidak di sebutkan dalam Al-quran secara tersirat atau tersurat. Ketiga,
kelompok yang hanya menerima hadits-hadits mutawatir yaitu yang diriwayatkan oleh
banyak orang setiap jenjang atau periodenya dan tak mungkin mereka berdusta, serta
menolak hadis-hadis Ahad (hadits yang tidak mencapai derajat mutawatir) walaupun
shahih. Mereka beralasan dengan ayat :

4`4 e+O gO) ;}g` Ug W p)
4pON)l+4C ) Op)4 O}--
/j_^NC =}g` --O4^- 6*^OE- ^gg
...sesungguhnya persangkaan itu tidak berguna sedikitpun terhadap kebenaran (Q.S An-
Najm [53] : 28)
Mereka berhujjah dengan ayat itu, tetntu saja menurut penafsiran model mereka
sendiri.
2


B. SEBAB-SEBAB PEMALSUAN HADITS

Adapun sebab-sebab pemalsuan hadis yang pertama kali muncul dalam sejarah hadis
adalah:

1
Daud Rasyid. Sunnah di Bawah Ancaman: Dari Snouck Hugronje hingga Harun Nasution. Bandung: Syaamil. 2006.
hlm. vi.
2
Ibid.
Ingkar As-Sunnah

2

1. Polemikpolitik
Sebagaimana kita ketahui bahwa munculnya berbagai aliran dalam islam adalah
dikarenakan dari sebab terbunuhnya Utsman radhiyallohu anhu kemudian fitnah Ali ibn
Abu Thalib radhiyallohu anhu dan perang Jamal yang terjadi pada masa kekhalifahan Ali
ibn Abu Thalib radhiyallohu anhu yang semuanya disebabkan oleh perebutan kekuasaan
sehingga menyebabkan terpecahnya kaum muslimin menjadi tiga kubu. Yakni kubu Ali
radhiyallohu anhu, Kubu Muawiyah radhiyallohu anhu, dan yang keluar yang
memberontak pada Ali radhiyallohu anhu.
Pada zaman kekhalifahan mereka tidak terjadi pemalsuan hadits, tetapi pemalsuan
hadits terjadi setelah munculnya orang-orang yang taasub (fanatik) pada golongan
tertentu, hal ini berdasarkan untuk pembelaan eksistensi masing-masing kelompok. Yang
pertama kali mempeloporinya adalah golongan Syiah, dimana mereka membuat hadits
palsu tentang keutamaan Ali radhiyallohu anhu untuk menarik simpati golongannya,
kemudian kubu Muawiyah radhiyallohu anhu berbuat demikian pula, memalsukan hadits
mengenai Abu Bakar, Umar,Utsman, dan Muawiyah radhiyallohu anhum jamian.


2. Cinta kebaikan serta bodoh beragama
Motif yang kedua ini biasanya dilakukan oleh oknum-oknum orang-orang tasawuf.
Tasawuf itu baik, karena tasawuf adalah menyucikan diri dari perbuatan-perbuatan atau
sifat-sifat yang tercela dan berkeinginan untuk berakhlak yang mulia. Namun, kalau
sampai kebablasan, sampai membuat hadis palsu, hal ini sudah menjadi persoalan lain.

Pada abad pertama atau kedua hijriyah, banyak orang yang melakukan maksiat.
Untuk tujuan agar orang meninggalkan maksiat dan taat kepada Allah SWT, banyak ulama
tasawuf yang membuat hadis palsu agar orang giat beribadah. Misalnya, ketika orang
sudah tidak mau membaca al-Qur'an, dibuatlah sebuah hadis palsu, misalnya: Siapa yang
membaca al-Qur'an sepuluh ayat setiap hari, ia akan masuk surga tanpa hisab. Dalam
literatur ilmu hadis, hadis-hadis palsu yang berkaitan dengan pendekatan diri kepada
Allah SWT justru yang paling mendominasi. Kitab-kitab tasawuf sarat dengan hadis-hadis
palsu. Ada sebuah kitab yang berjudul, Dzurrat al-Nshihn (Mutiara Para Penasihat). Kitab
ini memang memuat banyak ayat-ayat al-Qur'an, hadis-hadis shahih, tetapi juga banyak
ditemukan hadis yang tidak jelas perawinya.
Ingkar As-Sunnah

3

Di antara kelebihan Islam adalah memiliki sistem sanad atau sistem transmisi,
sehingga setiap yang dikatakan oleh Rasulullah SAW bisa dilacak kebenarannya. Inilah
yang tidak terdapat dalam agama lain. Dalam Islam, al-Qur'an dan al-Hadis mempunyai
silsilah keguruannya. Hadis memiliki sanad yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Hal ini juga sekaligus menepis angapan orang-orang orientalis, seperti Ignaz
Goldziher yang menuduh, bahwa hadis itu buatan para ulama pada masa awal tahun
hijriyah. Prof. Dr. M. M. Azami menulis sebuah buku yang berjudul The History of Quranic
Text from Revelation to Compalation A Comparative Study with the Old and New Tastament
(Sejarah Teks al-Qur'an dari wahyu Sampai Kompilasi: Kajian Perbandingan dengan
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru). Buku ini menangkis tuduhan orang-orang orientalis
yang menganggap, bahwa al-Qur'an itu tidak asli dari Nabi Muhammad SAW. Namun,
tuduhan orang orientalis tersebut dibantah oleh Prof. M. M. Azami dengan meneliti
manuskrip-manuskrip kuno dari abad pertama, kedua hijriyah dan sebagainya. Prof. Dr. M.
M. Azami adalah satu-satunya intelektual Islam yang belajar dari orientalis, tetapi
kemudian menghantam balik orientalis dan dengan bahasa orientalis.

3. Dalam rangka menjilat (mencari hati) penguasa
Misalnya, ada seorang yang bernama Ghiyas ibn Ibrahim al-Nakhi. Ketika ia
datang kepada Khalifah al-Mahdi ibn Manshur dari Dinasti Abbasiyah, khalifah sedang
main merpati. Begitu ia masuk menjumpai khalifah, ia langsung menyebutkan sebuah
hadis, yang isinya adalah, Perlombaan-perlombaan binatang itu tidak dianjurkan, kecuali
dalam masalah panahan, binatang berkuku satu, binatang berkuku dua, kemudian Ghiyas
menambahi dengan dalam binatang yang bersayap. Hal ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengambil hati sang khalifah. Akhirnya Ghiyas diberi hadiah 10 (sepuluh) dirham.
Begitu Ghiyas akan pulang, ia dipanggil lagi oleh khalifah. Kemudian Khalifah mengatakan,
Saya yakin kamu itu pendusta. Karena hadis itu tidak seperti yang engkau katakan. Yang
benar adalah, tidak ada hewan yang bersayap. Ini adalah salah satu contoh, bahwa ada
orang yang membuat hadis palsu untuk menjilat penguasa atau menarik hati pnguasa agar
mendapat hadiah dari penguasa.

4. Untuk menghancurkan Islam
Kadang-kadang musuh-musuh Islam menghancurkan Islam dari luar merasa
kesulitan, sehingga mereka masuk dari dalam yang disebut dengan Zindik (orang munafik)
Ingkar As-Sunnah

4

misalnya dengan membuat hadis palsu. Misalnya, ada hadis yang menyebutkan: Artinya:
"Saya adalah pamungkasnya para nabi"
Namun, mereka menambahi dengan kata-kata: Artinya: "Kecuali apabila Allah
menghendaki".
Dengan adanya tambahan tersebut, memunculkan kemungkinan bahwa setelah
Nabi Muhammad SAW masih ada nabi-nabi baru lagi. Hal ini yang kemudian memunculkan
nabi-nabi palsu.

5. Perbedaan Mazhab
Seperti halnya dalam persoalan politik yang dapat menyebabkan pamalsuan hadits,
pertikaian pendapat dalam perbedaan mazhab kalam dan fiqih juga sama. Misalnya, hadits
yang diciptakan untuk mengharamkan paham mutazilah:

Artinya: Semua yang tercipta di langit dan di bumi dan yang diantaranya adalah ,akhluk,
kecuali al-Quran.Akan datang kaum dari umatku yang berkata bahwa Al-Quran itu
makhluk. Barang siapa berkata begitu berarti kafir kepada allah dan cerai dengan istrinya
ketika itu juga.
Sebuah hadits popular berbunyi :
(Faham Qodariyah adalah kaum majusi bagi ummat ini) adalah contoh hadits rekayasa
kelompok muslim yang membenci Faham Qodariyah.
Dalam mazhab fiqih, kaum yang membenci Imam SyafiI mencipta hadits :

Artinya: Akan hadir di kalangan ummatku kelak seorang pria yang bernama Muhammad
ibn Idris, ia lebih berbahaya ketimbang iblis.

C. ARGUMENTASI PEMALSUAN HADITS (Ingkar As-Sunnah )
1. Agama bersifat konkret dan pasti
Mereka berpendapat bahwa agama harus di landaskan pada suatu hal yang pasti.
Apabila kita mengambil dan memakai sunnah, berarti landasan agama itu tidak pasti. Al-
quran yang kita jadikan landasan agama itu bersifat pasti, seperti di tuturkan dalam ayat
Al-Quran :
Ingkar As-Sunnah

5

-Og~-.-4 .4L^1EOu El^O)
=}g` U4-^- 4O- O-E^-
+~g-=N` Eg 4u-4 gOuCE4C
Ep) -.- jg14:g) lOO):CO
OO4 ^@

Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al-Kitab (Al-Quran) itulah yang benar,
dengan membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya. (Q.S Faathir [35] : 31)
Mereka berpendapat apabila agama Islam itu bersumber dari hadits, ia tidak akan
memiliki kepastian sebab keberadaan hadits khususnya hadits Ahad- yang bersifat
dhanni (dugaan yang kuat), dan tidak sampai pada peringkat pasti. Karena itu, apabila
agama Islam berlandaskan hadits, islam akan bersifat ketidakpastian. Dan ini di kecam
oleh Allah dalam firman-Nya :
4`4 e+O gO) ;}g` Ug W p)
4pON)l+4C ) O}-- W Ep)4
O}-- /j_^NC =}g` --O4^-
6*^OE- ^gg
Sedangkan sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran.
(Q.S An-Najm [53] : 28)
Demikianlah, argumen pertama Ingkar As-Sunnah , baik yang klasik maupun yang
modern, seperti di ungkapkan oleh Taufiq Sidqi (Mesir) dan Jamiyah Ahl Al-Quran
(Pakistan).
3


2. Al-Quran sudah lengkap
Dalam syariah Islam, tidak ada dalil lain kecuali Al-Quran. Allah SWT berfirman :
4`4 }g` lO+.-E1 O) ^O- 4
OO^C +OOgC4C gO^OEOE4O_ )
v4`q 77V^` _ E` 4L;CO O)
U4-^- }g` 7/E* _ O _O)
jgj4O ]+O=^47 ^@g

3
Azami,op.cit. hlm. 51-52
Ingkar As-Sunnah

6

Telah kami alpakan sesuatu pun dalam Al-Kitab (Al-Quran). (Q.S Al-Anam [6] : 38)
Jika kita berpendapat Al-Quran masih memerlukan penjelasan, berarti kita secara
tegas telah mendustakan Al-Quran dan kedudukan Al-Quran yang membahas segala
sesuatu secara tuntas. Padahal ayat di atas membantah bahwa Al-quran masih
mengandung kekurangan. Oleh karenanya, dalam syariat Allah tidak mungkin di ambil
pegangan lain kecuali Al-Quran. Argumen ini di pakai oleh Taufiq Sidqi (Mesir) dan Abu
Rayyah.
4


3. Al-Quran tidak memerlukan penjelas
Al-Quran itu tidak memerlukan penjelas melainkan Al-Quran merupakan
penjelasan terhadap segala hal. Allah berfirman :
4O4C4 +El4^ O) ]7 lOE`q
-O)_E- )_^1U4 ;}g)` jgO^ W
4L^O_4 C) -OjgE+ _O>4N
g7^E- _ 4L^EO4^4 C^OU4N
=U4-^- 4L4Og> ]7g
7/E* O4-4 LOE;O4O4 O4O;+4
4-g)UOUg ^g_
Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) untuk menjelaskan segalasesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kebar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (Q.S An-
Nahl [16] : 89)
4OO4 *.- /4- VEO
4O-4 -Og~-.- 44O^ N:^1)
=U4-^- 1EOEN` _ 4g~-.-4
O_E4uO>-47 =U4-^- 4pOU;4C
+O^^ EO46N` }g)` El))OO
--O4^) W E E=O7> ;g`
4)O4;^- ^j
Dan Dialah yang telah menurunkan Al-Kitab (Al-Quran) kepadamu dengan terperinci. (Q.S
Al-Anam [6] : 114)

4
Ibid, hlm. 53
Ingkar As-Sunnah

7

Ayat-ayat ini di pakai dalil oleh para pengingkar sunnah, baik dulu maupun kini.
Mereka menganggap bahwa Al-Quran sudah cukup karena memberikan penjelasan
terhadap segala masalahm mereka adalah orang-orang yang menolak hadits secara
keseluruhan. Seperti Taufiq Sidqi (Mesir) dan Abu Rayyah.
D. HADITS MAUDHLU



Hadits yang di cipta serta di buat oleh seseorang (pendusta), yang ciptaan itu di bangsakan
kepada Rasulullah s.a.w. secara palsu dan dusta, baik hal itu di sengaja, maupun tidak.

1. Ciri-ciri hadits maudlu
Sebagaimana para ulama menciptakan kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan
untuk mengetahui shahih, Hasan, atau Dhaifnya suatu hadits, mereka juga menentukan
ciri-ciri untuk mengetahui ke-maudlu-an suatu hadits. Mereka menentukan ciri-ciri yang
terdapat pada sanad dan ciri-ciri yang terdapat pada matan hadits.
a. Ciri-ciri yang terdapat pada sanad
Pengakuan dari si pembuat sendiri, seperti pengakuan seorang guru tashawuf, ketika di
tanya oleh Ibnu Ismail tentang keutamaan ayat-ayat Al-quran, serenta menjawab :



Tidak seorang pun yang meriwayatkan Hadits kepadaku. Akan tetapi serenta kami melihat
manusia-manusia sama membenci Al-Quran, kami ciptakan untukmereka Hadits ini
(tentang keutamaan ayat-ayat Al-quran), agar mereka menaruh perhatian untuk mencintai
Al-Quran.
Qarimah-qarimah yang memperkuat adanya pengakuan membuat Hadits Maudlu
Misalnya seorang rawy mengaku menerima hadits dari seorang guru, padahal ia
tidak pernah bertemu dengan guru tersebut. Atau menerima dari seorang guru yang telah
meninggal dunia sebelum ia di lahirkan.
Ingkar As-Sunnah

8

Qarimah-qarimah yang berkaitan dengan tingkah lakunya
Seperti apa yang pernah di lakukan oleh Ghiyats bin Ibrahim, dikala ia berkunjung
ke rumah Al-Mahdy yang tengah bermain dengan burung merpati. Katanya :


tidak sah perlombaan itu selain :mengadu anak panah, mengadu unta, mengadu kuda atau
mengdu burung.
Perkataan au janahin (atau mengadu burung) adalah perkataan Ghiyats sendiri,
yang dengan spontan ia tambahkan di akhir Hadits yang ia ucapkan, engan maksud untuk
membesarkan hati, atau setidak-tidaknya, membenarkan tindakan Al-Mahdy yang sedang
memlombakan burung.
Tingkah laku Ghiyats semacam itu menjadi qarimah untuk menetapkan ke-maudlu-
an suatu Hadits.
b. Ciri-ciri yang terdapat pada matan
Ciri-ciri yang terdapat pada matan itu, dapat di tinjau dari segi mana dan dari segi
lafadhnya.
Dari segi mananya, maka mana hadits itu bertentangan dengan : Al-Quran, dengan
Hadits Mutawatir, dengan ijma dan dengan logika yang sehat.
Contoh hadits maudlu yang mananya bertentangan dengan Al-Quran, ialah Hadits :



Anak zina itu, tidak dapat masuk surga, sampai tujuh keturunan.
Mana hadits ini bertentangan dengan kandungan surat Al-Anam :164:
~ 4OOEN *.- / =4O
4O-4 O4O ]7 7/E* _ 4 CUO'>
O `^4^ ) OgOU4 _ 4 +O@O>
E4O)e-4 4O^ej O4Ou=q _ ^gj

Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah Tuhan bagi
segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali
kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain
[526]
.
Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa
yang kamu perselisihkan."
Ingkar As-Sunnah

9


Kandungan ayat tersebut menjelaskan bahwa dosa seseorang tidak dapat di
bebankan kepada orang lain, sampai seorang anak sekalipun tidak dapat di bebani dosa
orangtuanya.
Contoh Hadits-hadits maudlu yang bertentangan dengan ijma, ialah hadits-hadits
yang di kemukakan oleh golongan Syiah, tentang washiyat Rasulullah SAW. Kepada Ali r.a.
untuk menjadi khalifah, yang menurut mereka bahwa sahabat bersepakat untuk
membekukan washiyat tersebut.



Bahwa Rasulullah SAW memegang tangan Ali bin Abi Thalib r.a. di hadapan para sahabat
seluruhnya, yang baru kembali dari haji Wada. Kemudian Rasulullah SAW membangkitkan
Ali, sehingga para sahabat mengetahui semuanya. Lalu beliau bersabda : ini adalah
washiyatku (orang yang saya beri ashiyat) dan saudaraku, serta khalifah setelah saya nanti.
Oleh karena itu dengarlah dan taatilah ia.

E. UPAYA MEMBENDUNG HADITS PALSU
Dengan banyak merebaknya hadits palsu, membuat para ulama bekerja keras untuk
menemukan bagaimana caranya untuk memisahkan antara hadist yang palsu dari yang
tidak. Secara sederhana persoalannya adalah apakah sebuah informasi yang terkandung
dalam suatu hadits adalah benar-benar berasal dari nabi atau bukan, mengingat telah
banyak hadits palsu yang beredar. Sehingga para ulama lebih selektif dalam menetapkan
suatu hadits. Seperti terhadap materi (matan), para ulama akan mengkonfirmasikan
kandungan matan tersebut dengan dalil yang lebih kuat, al-Quran atau hadits yang
diriwayatkan oleh orang-orang yang lebih berotoritas. Serta apakah redaksi tersebut layak
atau pantas di ucapkan oleh nabi dan kandungan hadits tersebut bisa diterima oleh akal.
Ingkar As-Sunnah

10

Dan berikut upaya yang telah dilakukan oleh para ulama untuk membendung
peredaran hadits palsu. Diantaranya:
1. Memastikan keshahihan riwayat dengan beberapa cara. Diantaranya:
Bertanya dan memeriksa isnad ( para perawi hadits )
Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Muhammad ibnu Sirin seorang tabiin
(wafat 110 H) dia berkata Ahli hadits pada awal tidak bertanya tentang isnad maka
takkalapada fitnah, mereka berkata



Sebutkan orang-orangmu (yang kamu ambil hadits darinya) kalau ia dari Ahlus-Sunnah dia
ambillah dan kalau ia ahli bidah ditinggalkannya
Bepergian mencari hadits
Imam Abu Aliyah berkata kami telah mendengar dari shahabat Rasulullah shallallohu
alaihi wa sallam di Basrah tetapi kami tidak puas sampai mendengar langsung dari mulut
sahabat di Madinah maka kami safar ke sana ( Al-Khatib, Al Jami 2:224)
Pembukuan Hadits
Sebagaimana disebutkan dalam sejarah,bahwa pembukuan hadits diprakarsai oleh Umar
ibn Abdul Aziz. Hal tersebut dilatarbelakangi karena kekhawatiran hadits nabi bersamaan
dengan gugurnya para ulama penghafal hadits. Tetapi cara ini dinilai kurang efektif karena
akan sulit untuk melacak apakah sebuah informasi itu suatu hadits. Namun upaya sangat
berharga untuk langkah berikutnya. Sehingga Imam Al-Bukhori dan muridnya hanya
membukukan hadits yang shahih saja.

2. Pembentukan Ilmu-ilmu Hadits
Ilmu ini menelusuri berbagai bidang, diantaranya:
a. Bidang kualitas periwayat
Disini akan diketahui apakah seorang periwayat tercela(majruh), sehingga haditsnya
harus ditolak, atau terpuji(adil) sehingga haditsnya layak disebarkan.
b. Bidang persambungan sanad
Ingkar As-Sunnah

11

Disni ditelusuri apakah mata rantai sebuah hadits itu telah benar. Artinya apakah
periwayat tersebut bener-benar bertemu dengan periwayat generasi sebelum dan
sesudahnya atau tidak. Mata rantai yang bersambung terus-menerus disebut muttashil.
c. Bidang jalur periwayatan
Artinya para ulama perlu mengetahui berapa jumlah periwayat hadits pada masing-
masing generasi periwayat(thabaqat). Dari sini dapat diketahui apakah hadits tersebut
mutawatir,ahad atau gharib.
d. Bidang sandaran hadits
Dengan penelusuran ini akan diketahui sebuah hadits disandarkan kepada nabi(marfu),
kepada sahabat(mauquf), atau kepada tabiin(maqthu).

3. Menghimpun Biografi Para Periwayat Hadits
Ilmu ini akan membantu member informasi apakah sebuah mata rantai hadits, masing-
masing orang yang disebut dalam sanad hadits saling bertemu. Dari sini muncul ilmu Rijal
al-Hadits sekaligus muncul kitab-kitab biografi.

4. Perumusan Istilah-istilah Hadits (Musthalah al-Hadits)
Musthalah al-hadits merupakan ilmu untuk memberi istilah hasil penelusuran hadits.
Setelah penelusuran itu selesai maka hadits itu diberi nama mutawatir, ahad, masyhur.
Dari sisi lain hadits diberi nama shahih, hasan, dhaif. Dhaif bisa disebabkan oleh banyak
hal diantaranya karena pesambungan sanad, kualitas periwayat, dan materi hadits itu
sendiri. Sehingga melahirkan istilah sendiri-sendiri. Yaitu hadits mursal, munqathi,
maudhu, mudhtharib, mudallas, syadz, dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai