Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEJARAH ISLAM ASIA TENGGARA


THAILAND

Disusun Oleh:

Desvina Wulandari 11551204895


Puspita Sari 11551202777

Kelas 7D

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2018
Kata Pengantar

Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas rahmat


kesehatan, keselamatan, dan juga kesempatan yang diberikan oleh-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah Islam Asia
Tenggara di Thailand” dengan semaksimal mungkin.

Terimakasih kepada bapak Bambang yang telah memberi penulis


arahan untuk menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini.

Makalah ini penulis susun dengan mencari data dari buku yang
berhubungan dengan judul makalah yaitu Sejarah Islam Asia Tenggara di
Thailand. Semoga dengan diberikannya tugas ini penulis mendapatkan
wawasan yang lebih luas lagi, karena menyadari bahwa wawasan dan
pengetahuan yang penulis miliki saat ini masih minim.

Semoga dengan selesainya makalah ini dapat membantu penulis untuk


mendapatkan nilai yang baik dan dapat dibaca oleh orang lain sehingga dapat
menambah wawasan bagi yang membacanya. Penulis menyadari makalah ini
belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Untuk itu, semoga ke
depannya makalah ini dapat lebih baik lagi.

Senin, 17 September 2018

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................................................... i
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 2
BAB II........................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 3
2.1 Thailand......................................................................................................................................... 3
2.2 Sejarah Singkat Islam Pattani ........................................................................................................ 3
2.3 Minoritas Muslim di Thailand ....................................................................................................... 5
2.4 Pendidikan Islam di Thailand ........................................................................................................ 9
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................143

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Thailand (Muangthai) adalah satu negara yang terletak di Asia Tenggara dan
termasuk anggota Association South East Asian Nations (ASEAN). Pemerintahnya
berbentuk kerajaan yang terdiri 76 provinsi dengan jumalah penduduk 57 juta jiwa.
Wilayah Thailand bagian selatan banyak dihuni oleh umat Islam. Jumlah mereka
adalah 2,3 juta atau sekitar 4% dari seluruh penduduk Thailand. Wilayah yang
banyak dihuni umat Islam ini meliputi Patani, Yala, Narathiwat, dan Satun. Mereka
mempunyai budaya sendiri jika dibandingkan dengan penduduk Thailand di wilayah
lain yang mayoritas beragam Budha.1

Kedudukan Negeri Patani Darussalam di Semenanjung Melayu sangat strategis


ditinjau dari segi geografisnya, Negeri Patani Darussalam telah berdiri menjadi
sebuah kerajaan Melayu yang terpenting dari segi pemikiran keagamaan, pendidikan
Islam, ekonomi serta kestabilan politik dan pemerintahannya.2 Sejarah Islam di Patani
tidak pernah lepas dari konflik, terutama setelah wilayah Patani tersebut, dikuasai
oleh penguasa Thailand dan pelaksanaan program programnya, yang bermaksud
mengubah simbol-simbol unik, yaitu agama Islam, budaya dan pendidikan Melayu
Patani, yang membedakannya dengan seluruh etnis penduduk di negara Thai-budha.
Berulang-kali terjadi protes dan perlawanan bersenjata, melawan penguasa Thailand,
yang mencoba menghilangkan atau menggeser simbol-simbol tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana perkembangan Islam di Thailand.

1
Faculty of Law, Thailand and the Islam World (Bangkok: Chulalongkorn University, tt.). hlm. 7.
2
Ahmad Omar Capakiya, Politik dan Perjuangan Masyarakat Islam di Selatan Thailand 1992-2002,
(Kuala Lumpur: UKM, 2002),hlm. 35.

1
b. Bagaimana perkembangan pendidikan Islam di Thailand.
c. Bagaimana perkembangan Melayu di Thailand.

1.3 Tujuan
a. Mengetahui bagaimana sejarah perkembangan Islam di Thailand.
b. Mengetahui perkembangan pendidikan Islam yang ada di Thailand.
c. Mengetahui Tamadun Melayu di Thailnad.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Thailand
Kerajaan Thai atau yang lebih sering disebut Thailand dalam bahasa Inggris,
atau dalam bahasa aslinya Mueang Thai adalah sebuah negara di Asia Tenggara yang
berbatasan dengan Laos dan Kamboja di timur, Malaysia dan Teluk Siam di selatan,
dan Myanmar dan Laut Andaman di Barat. Kerajaan Thai dahuku dikenal sebagai
Siam sampai tanggal 11 Mei 1949. Kata “Thai” berarti “kebebasan” dalam bahasa
Thai, namun juga dapat merujuk suku Thai, sehingga menyebabkan nama Siam
masih digunakan di kalangan warga Thai terutama kaum minoritas Tionghoa.

Populasi Kerajaan Thai didominasi etnis Thai dan etnis Lao, yang berjumlah 3/4 dari
seluruh penduduk. Selain itu juga terdapat komunitas besar etnis Tionghoa yang secara
sejarah memegang peranan yang besar dalam bidang ekonomi. Etnis lainnya termasuk etnis
Melayu di selatan, Mon, Khmer dan berbagai suku orang bukit. Sekitar 95% penduduk
Kerajaan Thai adalah pemeluk agama Buddha aliran Theravada, namun ada minoritas kecil
pemeluk agama Islam, Kristen dan Hindu. Bahasa Thai merupakan bahasa nasional Kerajaan
Thai, yang ditulis menggunakan aksaranya sendiri, tetapi ada banyak juga bahasa daerah
lainnya. Bahasa Inggris juga diajarkan secara luas di sekolah.

2.2 Sejarah Singkat Islam Pattani


Islam datang ke Thailand dengan perantara pedagang yang berasal dari arab
dan india. Para pedagang yang berasal dari arab dan india disebut Khek islam
(pedagang muslim) oleh penduduk setempat. Para pedagang tersebut meminta kepada
raja Siam untuk mendirikan masjid. Permohonan mereka dikabulkan oleh raja maka
didirikannya Masjid Bangkok Noi (Bangkok kecil). Islam disebarkan di Siam melalui
hubungan dagang dan perkawinan.

Asep Ahmad Hidayat yang dikutip Jaih Mubarok menjelaskan bahwa sebelum
tahun 1801, wilayah Thailand merupakan wilayah kesultanan Patani Darussalam
(patani raya) yang meliputi patani (Thailand selatan), Trengganu, Kelantan

3
(Malaysia). Pada tahun 1901, wilayah tersebut dikuasai oleh kerajaan Thailand.
Berdasarkan perjanjian 1902, wilayah kesultanan patani Darussalam dipecah menjadi
dua, yaitu patani dimasukkan kedalam wilayah Thailand, sedangkan Trengganu dan
Kelantan dimasukkan kedalam wilayah koloni inggris. Sekarang trengganu dan
Kelantan merupakan negara bagian dari Malaysia.

Peristiwa dimasukanya wilayah patani secara resmi ke dalam negara Thailand


dan dihapuskanya sistem kesultanan, mendapat reaksi keras dari rakyat Patani pada
waktu itu. Mereka melakukan perlawanan senjata terhadap kerajaan Thailand.pada
tahun 1903, raja patani yaitu Abdul kadir melakukan gerakan dengan strategi
perlawanan untuk memancing tindakan penindasan sehingga melahirkan
pemberontakan kepada pemerintahan Thailand. Gerakan –gerakan tersebut antara lain
a). perlawanan yang menuntut kemerdekaan penuh dari Thailand dibawah pimpinan
Totae b). perlawanan terhadap pemerintah dengan cara memboikot pembayaran pajak
yang dipimpinoleh haji Bula c). pemberontakan yang dipimpin oleh raja Pattani
terakhir, sultan Abdul Kadir Muhyidin.

Pada masa pemerintahan Pibul Songkram (1938-1948) mucul otonimi bangsa


Melayau Patani yang dipimpin oleh Hji Sulong. Haji Sulong menuntut tujuh
persoalan yang harus di penuhi oleh pemerintah, yaitu: (1) otonomi penuh empat
wilayah (naratiwat, satun, patani, dan jala) diwilayah bagian Thailand selatan (2)
Pengajaran bahasa Melayu bagi anak-anak di empat wilayah tersebut (3) Pendapat
yang diperoleh dari wilayah tersebut diperuntukan bagi kasajahteraan rakyat wilayah
tersebut (4) 80% pegawai pemerintah harus orang Muslim (5) tulisan Arab-Melayu
menjadi bahasa resmi (6) pembentukan Mahkamah Syari’ah serta mengadakan
Mahkamah yang khas untuk mengurus dakwaan yang berdasakan hukum Islam, dan
(7) Majelis agama Islam berhak mengeluarkan undang-undang adminitrasi agama
Islam, dangan disetujui oleh ketua besar diempat wilayah. Karena tuntutan tersebut,
Melayu Petani Semakin ditekan oleh Pemerintah Thailand dan bahkan Haji Sulong

4
bersama dua temannya, Wan Usman Ahmad dan Encik Ishak Yusuf, ditangkan dan
dibunuh oleh poilsi rahasia Thailand pada hari Juat tanggal 15 Agustus 1954.

Secara umum Asep Amad Hidayat membagi gerakan Muslim Thailand


menjadi dua, yaitu gerakan non-kooperatif dan gerakan kooperatif sepeninggalan Haji
Sulong, rakyat Melayu Patani tidak lagi menuntu Otonomi, tetap kenerdekaan penuh
bagi bangsa Pattani. Haji Sulong taeka berhasil membangkintkan rasa nasionalisme
dikalangan Melayu Patani. Sekarang di Thaliand tedapat empat Muslm yang
menuntut penuh bagi kemerdekaan penuh bagi bangsa Pattani, yaitu barisan Nasional
Patani (BNPP) atau National Liberation Front of Pattani (NLFP), barisan revolusi
Nasional (BRN) atau Liberation Front of Republic Pattani (LFRP), Pertumbuhan
Pembiasaan Pattani (PPP) atau Pattani Unit Liberation Front of Republic Pattani
(LFRP), dan Gerakan Mujahidin Patani (GMP).3

2.3 Minoritas Muslim di Thailand


Dalam tatanan sosial, Muslim di Thailand mendapatkan julukan yang kurang
pantas yaitu khaek yang berarti orang luar, pendatang atau tamu. Meskipun pada
mulanya khaek merupakan istilah untuk makro-etnis bagi orang selain Thai tapi lama
kelamaan istilah tersebut dipakai pemerintah untuk mendeskripsikan masyarakat
Melayu Muslim di Thailand Selatan4.Pergolakan menahun antara Melayu Muslim
minoritas dengan pemerintah Thailand menurut Patrick Jory, sebenarnya adalah
perseteruan dua etnis, yaitu Melayu dengan etnis Thai sebagai mayoritas. Akan tetapi
mengapa pada saat ini menggunakan label agama Islam? Hal ini karena pada masa
kolonial, pemerintah berusaha untuk menghilangkan istilah Malay (Melayu) pada
masyarakat Thailand selatan dan menggantinya menjadi “Thai-Muslim” atau “Thai-

3
Dedi Supriadi, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), hlm. 211-212
4
Thanet Aphornsuvan, History and Politics of the Muslim… hlm, 5.

5
Islam”. Karena identitas melayu akan memberikan kekuatan menumbuhkan semangat
nasionalisme dan memicu upaya untuk berpisah dari pemerintah Thailand5.

Muslim di Thailand pada dasarnya dibedakan menjadi dua kelompok yaitu


golongan yang terasimilasi (assimilated group) dan golongan yang tidak terasimilasi
(unassimilated group)6. Kebijakan asimilasi budaya di Kerajaan Thailand mulai
berlaku pada masa pemerintahan Jenderal Phibul Songkhram sebagaimana telah
disebutkan di bagian awal penelitian ini. Pada masa pemerintahan Jenderal Phibul
Songkhram (1938-1944 dan 1947-1957), kebijakan nasionalisasi budaya Thailand
menjadi kebijakan primer negara. Dimulai dari upaya untuk mengasimilasikan bahasa
dan budaya Thailand di seluruh penjuru Thailand, termasuk di wilayah selatan yang
kemudian menciptakan resistensi dari masyarakat Melayu Muslim yang berbahasa
Melayu7. Di tahun 1940 diterapkan aturan tertentu tentang cara berpakaian dengan
pakaian gaya barat dan kewajiban mengadopsi nama Thai jika seorang Melayu
Muslim hendak memasuki sekolah negeri atau ketika hendak melamar pekerjaan pada
instansi pemerintah. Akibatnya banyak Melayu Muslim yang gagal masuk sekolah
negeri untuk mengakses pendidikan. Di dalam sekolah pun masyarakat Melayu
Muslim dilarang menggunakan bahasa Melayu dalam percakapan sehari-hari8.

5
Patrick Jory, “Religious Labeling: From Pattani Malayu to Thai Muslim [Pelabelan Agama: Dari
Melayu Pattani ke Islam Thai”, dalam Asia Research Institute Working Paper Vol. 18, No. 84, 2007.
6
Menurut Thanet Aphornsuvan, assimilated group adalah golongan yang terasimilasi atau berbaur
dengan kaum mayoritas yaitu masyarakat Thai Budha pada segala bidang tatanan kehidupan kecuali
masalah keagamaan. Sedangkan unassimilated group adalah golongan yang tidak berbaur dengan Thai
Budha, melainkan menyendiri di Thailand selatan dimana mereka masih menjaga kultur Melayu Islam
pada nama, bahasa dan adat.
7
Bayu Mitra Adhyatma Kusuma, Dialectics of Islam, Politics and Government: A Comparison of
Indonesia and Thailand[Dialektika Islam, Politik dan Pemerintahan: Perbandingan Indonesia dan
Thailand], dipresentasikan di 6th Joint International Conference and Graduate Workshop on Islamic
Studies Revisited: New Trends in the Study of Islam and Muslim Societies kerjasama Sekolah
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga dan Fakultas Filsafat Georg August Universitat Gottingen Jerman
(Yogyakarta, 27-30 Oktober, 2015), hlm. 11.
8
Wawancara dengan Muhammad Hanif, Mahasiswa Jurusan MD UIN Sunan Kalijaga asal Pattani dan
Anggota Persatuan Mahasiswa Islam Pattani di Indonesia, (7 Oktober 2015).

6
Kebijakan Phibul Songkhram tersebut didukung oleh sistem politik di Thailand yang
absolut dan tak tersentuh. Sistem tersebut dalam pemerintahan Thailand disebut
dengan “politik birokrasi” dimana pemerintah mengontrol kehidupan Melayu Muslim
secara ketat. Kebijakan tersebut pada dasarnya adalah untuk menghilangkan identitas
Muslim Thailand khususnya mencegah perlawanan di wilayah selatan9.

Selain Phibul Songkhram, pemimpin Thailand lainnya yang juga sangat


diskriminastif terhadap Muslim adalah Perdana Menteri Thaksin Shinawatra. Thaksin
Shinawatra mengeluarkan sebuah kebijakan represif terhadap muslim di Thailand
selatan. Dalam upaya penyelesaian konflik di selatan, Raja Thailand sebenarnya
memerintahkan kepada para birokrat negara untuk menempuh jalur pendekataan
kesejahteraan. Tapi Thaksin Shinawatra justru memberlakukan darurat militer yang
diterapkannya sejak 5 January 200410. Yang lebih diskriminatif adalah pernyataan
Thaksin bahwa orang Thailand adalah mereka yang beragama Budha, kalaupun tidak
beragama Budha mereka harus menggunakan bahasa Thai. Jadi apabila seseorang
memeluk agama Islam, menurut perpektif Thaksin orang tersebut bisa disebut orang
Thai hanya jika menggunakan bahasa Thai. Sedangkan apabila seseorang beragama
Budha, menggunakan bahasa apapun tetaplah dianggap sebagai orang Thai11. Tentu
saja pernyataan tersebut memancing polemik yang lebih besar. Kondisi tersebut
menciptakan stigma bahwa Muslim adalah kelompok kriminal dibalik agama. Hal
tersebut pada akhirnya menjadi alasan bagi militer Thailand untuk men-deploy
operasi militer di wilayah selatan.

9
Wawancara dengan Theresia Octastefani, Dosen Jurusan Politik dan Pemerintahan UGM dan Alumni
Burapha University Thailand,(6 November 2015).
10
Wawancara dengan Abdullah Dahamae, Anggota Muslim Club Burapha University Thailand yang
berasal dari Provinsi Pattani, (16 November 2015).

11
Wawancara dengan Maropee Kaseng, Presiden Muslim Club Burapha University Thailand, (16
November 2013)

7
Apa yang terjadi terhadap Melayu Muslim di Thailand dapat dikatakan sebagai
kekerasan kultural. Kekerasan kultural yang dimaksud adalah aspek budaya, ranah
simbolik eksistensi kita ditunjukkan oleh agama dan ideologi, bahasa dan seni, ilmu
pengetahuan yang bersifat empirik dan ilmu pengetahuan yang bersifat formal yang
dapat digunakan untuk menjustifikasi atau melegitimasi kekerasan langsung atau
struktural12. Sampai saat ini minoritas Melayu Muslim di Thailand masih jauh dari
kelapangan dalam menjalani hidup. Karena mereka tetap menjadi minoritas yang
terus mendapatkan tekanan dan diskriminasi yang tiada henti. Kondisi tersebut
apabila terjadi secara terus menerus dapat menimbulkan efek traumatic akut pada
seorang manusia. Dalam psikologi psikoanalisis disebutkan bahwa konsepsi psikologi
tentang manusia dipengaruhi oleh perkembangan kepribadian, sosialisasi, identifikasi,
agresi, kebudayaan, dan perilaku.10
Disini masyarakat Melayu Muslim terus menerima tekanan untuk mengganti
identitas mereka secara paksa. Namun masyarakat Melayu Muslim melakukan
perlawanan yang kemudian memicu konflik berkepanjangan. Muslim Thailand
merasa bahwa harga diri kelompoknya diinjak-injak oleh kesewenang-wenangan
pemerintah Thailand. Lebih buruk lagi, kebijakan asimilasi budaya juga membuat
orang Thai kerap menaruh perasaan curiga terhadap Melayu Muslim. Dengan melihat
fenomena di atas, dapat dikatakan bahwa kondisi Melayu Muslim hingga saat ini
sebagian besar masih dalam kondisi psikologis yang buruk. Buruknya kondisi
psikologis tersebut dapat memiu konflik yang lebih besar dan rumit, seperti
munculnya kelompok-kelompok yang ingin membawa Pattani menjadi negara seperti
Barisan Revolusi Nasional (BRN) dan Pattani United Liberation Organization
(PULO).

12
Johan Galtung, Studi Perdamaian: Perdamaian dan Konflik, Pembangunan dan Peradaban,
(Surabaya: Pustaka Eureka, 2003), hlm. 429.

8
2.4 Pendidikan Islam di Thailand
Sistem Pendidikan Tradisional Melayu adalah sistem yang muncul di Patani,
sejak abad ke-17 dengan institusi seperti madrasah dan masjid. Masjid bukan hanya
sebagai tempat beribadah, tetapi juga pusat pengajian dan penyebaran agama Islam.
Perkembangan pendidikan Islam di Patani terlaksana melalui sistem pondok. Pondok
berasal dari bahasa Arab “Funduq”artinya “bangunan untuk pengembara.” Menurut
Awang Had Salleh, “pondok”ialah “sebuah institusi pendidikan kampung yang
mengendalikan pengajian agama Islam.” Guru yang mengajarnya dikenalkan sebagai
Tuan Guru, dan diakui keahliannya oleh penduduk kampung, untuk mengajar mereka
yang ingin melanjutkan pengajian agama Islam13.
Pelajar-pelajar yang tinggal di pondok disebut “Tuk Pake” (Santri). Istilah ini
berasal dari bahasa Arab yang berarti orang yang sangat berhajat kepada ilmu
pengetahuan dan bimbingan keagamaan14. Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan
suatu bangsa bertumbuh dan berkembang sejalan dengan sejarah perjalanan bangsa
tersebut. Seperti hal itu juga yang dialami oleh umat Islam Patani, sepanjang masa ini
harus menghadapi berbagai gejolakan dan permasalahan sehingga mengharuskan
umat Islam Patani mencari jalan yang terbaik dan bertindak selayaknya sesuai dengan
perkembangan keadaan di masa itu.
Patani di bawah rezim pemerintahan tujuh buah negeri bagian mengalami
perkembangan yang berbeda antara satu sama lain. Karena tergantung pada
kemampuan administrasi pemerintahan Raja masing-masing. Tuan Solong yang
memerintah bagian Patani. Ketika itu di Krisik menjadi tempat tumpuan bagi
perkembangan pendidikan (pondok). Menjelang tahun 1921, pemerintah Siam telah
mengeluarkan akta pendidikan rendah, yang mewajibkan anak-anak usia sekolah
belajar di sekolah pemerintah yang menggunakan bahasa Siam sebagai bahasa

13
M. Zamberi A. Malek, Patani dalam Tamadun Melayu, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka, 1994), hal. 92
14
M. Zamberi A. Malek, Patani dalam Tamadun Melayu... hal. 97

9
pengantar. Orang Patani menganggap peraturan ini sebagai sebagian dari program
siamisasi, menghapus kebudayaan mereka. “Selanjutnya pada tahun 1932, terjadi
peristiwa bersejarah di negara Siam, yaitu ada pergantian sistem pemerintah negara
dari sistem Monarki Absolut kepada sistem Monarki Konstitusi. Di bawah sistem ini
umat Islam Patani berharap mereka akan memperoleh konsesi dari kerajaan pusat
untuk mengenalkan otonomi berhubunagan dengan agama, budaya dan bahasa
mereka. Namun mereka dikecewakan juga”15. Walaupun demikian, semangat dan
harapan masyarakat Patani tetap ada. Sehubungan dengan itu, “di Patani telah muncul
seorang figur pemimpin yang penuh kharismatik, yaitu H. Solong Tuan Mina,
seorang ulama sekaligus politikus, sebelumnya beliau tinggal di kota Mekah. Pada
tahun 1927 beliau pulang ke Patani. Di Patani beliau menyaksikan berbagai masalah
yang dihadapi oleh rakyat Patani, khususnya dalam bidang pendidikan agama”16.

Dari permasalahan itulah, beliau berkeinginan menumbuhkan sebuah institusi


pendidikan agama yang bercorak baru. Sistem pendidikan pondok yang menjadi
tradisi masyarakat Patani perlu ada perubahan dari segi struktur dan organisasinya.

“Pada tahun 1929, peletakan batu asas bangunan pun dilaksanakan.


Mengingat pembangunan tersebut memerlukan dana yang cukup banyak sekitar 7.200
Bath. Sehingga dalam pelaksanaannya waktu, sambil membina sambil mencari dana.
Akhirnya sekolah diselesaikan juga pada tahun 1933 dibuka secara resmi oleh
Perdana Mentri Thai”17.
Semenjak itu Madrasah Modern AL-Maarif AL-wathaniah Fathoni
dioperasikan. Dimana madrasah ini merupakan sekolah agama pertama di tanah
Patani. Ia adalah sebuah sekolah model baru yang bukan saja memiliki tingkatan mata

15
Farid Mat Zain, Minoritas Muslim di Thailand, (Selangor: L, Minda Bandar Baru Bangi, 1998), hal
12
16
Ismail, Che Daud, Tokoh-tokoh Ulama Semenanjung Melayu (1), (Malaysia: Majlis Ulama Islam
dan Adat Istiadat Melayu Kelantan, 1998), hal. 89.
17
Nik Anwari Nik Mahmud, Sejarah Perjuangan Melayu Pattani 1785-1954. (Selangor: UK M Bangi,
1999), hal. 24.

10
pelajaran dan bersistem kelas, tetapi juga menjadi istimewa karena adanya latihan
baris berbaris. Mengenai mata pelajaran menulis tidak dapat menjelaskan secara rinci
karena keterbatasan sumber. Mungkin saja tidak terlalu jauh dari buku-buku agama
yang dipelajari oleh masyarakat umum Patani. Namun beliau sendiri sangat
menguasai bidang ilmu Tasawuf, Tafsir.

“Sekalipun sekolah ini disambut baik oleh masyarakat Patani dan memberi
harapan bagi anak didik bangsa Patani, akan tetapi sangat disayangkan setelah
berdirinya tiga tahun kemudian ditutup oleh pemerintah Thai. Lantaran diduga setelah
berdirnya bermotif lain, apalagi terdapat kalimat Wathaniah (kebangsaan)”18.
Bagaimana pun hal ini merupakan peristiwa bersejarah bagi dunia pendidikan Islam
Patani. Situasi di Patani bertambah memburuk, pada tahun 1938 seorang tentara
bernama Phibul Songkram telah mengambil alih teraju pemerintah Siam. Beliau
dikenal seorang nasionalisme yang ingin melihat Siam muncul sebagai sebuah negara
maju. Maka beliau memperkenalkan suatu program dasar “Thai Ratananiyom” (dasar
adat rezim Thai). “Dengan program ini beliau percaya bahwa, kesadaran dapat
dicapai melalui rancangan sosial-budaya yang berasas konsep nasionalisme. Sejalan
dengan itu, Phibul menggantikan nama negara Siam kepada nama Thailand”19.

Berikutnya sekitar tahun 1958, pemerintah telah membuat pembaharuan


pendidikan nasional, dengan menetapkan pembagian kawasan pendidikan kepada 12
kawasan seluruh negeri Thai. Sementara empat propinsi selatan atau Petani, termasuk
ke dalam Kawasan Pendidikan II. Dari rencana ini pemerintah berupaya
menghilangkan sistem
pendidikan tradisional pondok dengan cara mentransformasikan lembaga pondok
tradisional menjadi pondok modern atau sekolah swasta pendidikan Islam. Campur
tangan pemerintah dalam hal pendidikan agama ini akan membawa kepada

18
Sahanah Saema, “Dampak Trsnsformasi Islam Pondok Tradisional ke Pondok Modern di Thailand
Selatan” (Skripsi S1 Tarbiyah Institusi Ilmu Al-Quran,(Jakarta: Perpustakaan IIQ Jakarta, 2005), hal.
42.
19
Nik Anwari Nik Mahmud, Sejarah Perjuangan Melayu Patani 1785-1954…hal.

11
kurangnya mutu pendidikan agama. Sehingga menimbulkan reaksi dari kalangan
rakyat Patani.
Kebijaksanaan serta langkah yang strategis pemerintah dapat mencapai
hasilnya dengan sebagian pondok bersedia mengubah statusnya dan sebagian lagi
berprinsip keras tidak ingin diubah apapun resikonya. Maka dengan demikian sampai
sekarang di Patani terdapat dua corak lembaga pendidikan Islam, yaitu lembaga
pendidikan Pondok Tradisional dan Pondok Modern (Sekolah Swasta Pendidikan
Islam).

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Krisis Thailand Selatanadalah konflik sengit yang terjadi di tiga provinsi
Selatan, Konflik ini terjadi antara pemerintahan Thailand melawan organisasi-
organisasi separatis bersenjata di Thailand Selatan. Organisasi-organisasi separatis
yang paling dominan dan popular dalam konflik ini adalah BNPP, BRN, PULO,
kelompok yang bercita-cita mendirikan negara merdeka “Patani Darussalam”
diwilayah Thailand Selatan.
Gerakan separatis Selatan Thailand gagal menggunakan legitimasi sejarah
Pattani yang berubah dari “Malay Heartland”menjadi bagian wilayah dalam negara
Thai Buddha. Bagi orang-orang Pattani, wilayah Selatan Thailand yang
merangkumibekas kerajan Pattani adalah tanah yang diperjuangkan, sedangkanbagi
kerajaan Thai, wilayah- wilayah tersebut merupakan wilayah-wilayah yang telah
ditawandan dikuasai. Legitimasi sejarah yang tidak diterjemahkan dalam konteks
legitimasi
politik ini merupakan satu faktor kelemahan dankegagalan gerakan separatisSelatan
Thai jika dibandingkandengan gerakan separatislain di rantau ini seperti perjuangan
Bangsamoro di Selatan Philipina, gerakan Aceh Merdekadan Timor Leste.

13
DAFTAR PUSTAKA
1. Skripsi, Nuereng Ilham, “Dinamika Bernegara Masyarakat Muslim Thailand
selatan dalam Perspektif Sosiologi Politik Islam”, 2016 Siyasah Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Skripsi, Kaling Mayoosan, “Sistem Pendidikan Islam di Pattani Thailand”
,2015 Fakultas Agama Islam Universita Muhammadiyah Surakarta.
3. Jurnal, Paulus Rudolf Yuniarto, “Minoritas Muslim Thailand”, (Volume 7
No. 1) 2005.
4. Jurnal, Ali Sodiqin, “Budaya Muslim Pattani (Integritasi, Konflik, dan
Dinamikanya)”, (Vol. 14 No.1) 2016.
5. Jurnal, Malik Ibrahim, “Seputar Gerakan Islam di Thailand”, (vol. 10 No. 1)
2012.
6. Jurnal,Yasril Yazid, “Konflik Minoritas Melayu dan Militer Thailand
Analisis Terhadap Krisis Politik di Thailand Selatan”, Dosen Fak. Dakwah
Uin Suska Riau.

14
15

Anda mungkin juga menyukai