H
AGAMA D
I
KERJAAN S
U
S
ISLAM DI U
N
INDONESI OLEH :
A 1. Riki Febriansyah
2. Meysi Andriani
3. Tanri Adela
4. Isdania
5. Mifta Hulanah
6. Nur Mashitoh Anugraini
7. Tuti Rukmana
8. Adrian Saputra
9. Pinkan Monalisa
Kelas : IX.6
Guru Pembimbing : Dra. Rohima
Alhamdulillah penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah swt., yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi Tugas Mata Pelajaran Agama
Makalah ini berjudul “Kerajaan Islam di Indonesia”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak, baik berupa materi maupun dorongan dan bimbingan. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan Makalah .....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan..............................................................................................................11
B. Kritik dan Saran.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejarah merupakan salah satu disiplin ilmu yang sangat penting untuk dipelajari. Termasuk
dalam hal ini adalah sejarah tentang perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
Sebelumnya, banyak teori yang bermunculan tentang bagaimana masuk dan
berkembangannya agama Islam di Indonesia. Teori-teori tersebut adalah Teori Gujarat, Teori
Makkah, dan Teori Persia. Ketiga teori tersebut saling berbeda pendapat mengenai waktu
dan siapa yang menyebarkan agam Islam ke Indonesia. Namun, dari perbedaan tersebut dapat
ditarik suatu persamaan tentang sejarah Islam di Indonesia. Dari sinilah, kerajan-kerajaan
Islam muncul memanfaatkan kemunduran dari kerajaan-kerajaan Hindu-Budha. Makalah ini
kami susun dalam memenuhi tugas dari mata pelajaran Sejarah Indonesia dan agar pembaca
lebih memahami tentang perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana proses masuknya Islam ke Indonesia ?
Apa sajakah kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ?
Bagaimana perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ?
A. TEORI-TEORI MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM DI INDONESIA
1. Teori Gujarat
Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13 dan pembawanya
berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar teori ini adalah :
o Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di
Indonesia
o Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia-
Cambay-Timur Tengah-Eropa.
o Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang
bercorak khas Gujarat.
2. Teori Makkah
Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya
berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah :
o Pada bad ke 7 yaitu tahun 674 di Pantai Barat Sumatera sudah terdapat perkampungan
Islam (Arab)
o Kerajaan Samudra Pasai menganut mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’I
terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Makkah.
o Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al-Malik, yaitu gelar dari Mesir
3. Teori Persia
Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13 dan pembawanya
berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah :
o Peringatan 10 Muharam atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi
Muhammad SAW, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran.
o Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jenar dengan sufi dari Iran yaitu Al-
Hallaj.
o Penggunaan istilah bahasa Iran dalam system mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda
bunyi Harakat.
o Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
o Adanya perkampungan Leren/Leran daerah Gresik. Leren adalah nam salah satu
pendukung tori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.
B. KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
1. Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia yang berada di
Sumatra. Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Sultan Malik Al Saleh dan mengalami
kejayaan. Hal ini dibuktikan Kerajaan Samudera Pasai mampu memperluas wilayahnya dan
menjalin hubungan perdagangan dengan Arab. Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Malik
aI Tahir, ada kunjungan Ibnu Battutah yang mengadakan perjalanan India-Cina (kembali
tahun 1345). Peranan Kerajaan Samudera Pasai dalam persebaran agama Islam yaitu:
2
Menjadi pusat studi Islam di Asia sehingga banyak orang-orang asing yang menetap
di Samudera Pasai.
Penyebaran agama Islam melalui perluasan pengaruh politik. Hal ini dibuktikan
dengan berhasil merintis munculnya Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa.
Samudera Pasai menggunakan Selat Malaka sebagai jalur perdagangan laut yang
menghubungkan daerah Pasai dengan Arab, India, dan Cina. Sebagai pusat perdagangan dan
pelabuhan besar, Samudera Pasai memiliki fungsi sebagai
Tempat merambah perbekalan.
Tempat mengurus masalah perkapalan.
Tempat mengumpulkan komoditas dagang yang akan dikirim ke luar.Tempat
menyimpan barang yang akan diantar ke daerah lain.
Sebagai sebuah kerajaan, raja silih berganti memerintah di Samudra Pasai. Raja-raja yang
pernah memerintah Samudra Pasai adalah seperti berikut.
(1) Sultan Malik Al-saleh berusaha meletakkan dasar-dasar kekuasaan Islam dan
berusaha mengembangkan kerajaannya antara lain melalui perdagangan dan
memperkuat angkatan perang. Samudra Pasai berkembang menjadi negara maritim
yang kuat di Selat Malaka.
(2) Sultan Muhammad (Sultan Malik al Tahir I) yang memerintah sejak 1297-1326. Pada
masa pemerintahannya Kerajaan Perlak kemudian disatukan dengan Kerajaan
Samudra Pasai.
(3) Sultan Malik al Tahir II (1326 – 1348 M). Raja yang bernama asli Ahmad ini sangat
teguh memegang ajaran Islam dan aktif menyiarkan Islam ke negeri-negeri
sekitarnya. Akibatnya, Samudra Pasai berkembang sebagai pusat penyebaran Islam.
Pada masa pemerintahannya, Samudra Pasai memiliki armada laut yang kuat
sehingga para pedagang merasa aman singgah dan berdagang di sekitar Samudra
Pasai. Namun, setelah muncul Kerajaan Malaka, Samudra Pasai mulai memudar.
Pada tahun 1522 Samudra Pasai diduduki oleh Portugis. Keberadaan Samudra Pasai
sebagai kerajaan maritim digantikan oleh Kerajaan Aceh yang muncul kemudian
Adanya perpecahan di dalam kerajaan telah melahirkan kemunduran politik dan perdagangan
terlebih lagi, munculnya Kerajaan Malaka yang letaknya lebih strategis.
3
2. Kerajaan Aceh
Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang didirikan
oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528), menjadi penting karena
mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan Malaka.
Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang). Corak
pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum bangsawan,
disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama, disebut
golongan tengku atau teungku.
Sebagai sebuah kerajaan, Aceh mengalami masa maju dan mundur. Aceh mengalami
kemajuan pesat pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607- 1636). Pada masa
pemerintahannya, Aceh mencapai zaman keemasan. Aceh bahkan dapat menguasai Johor,
Pahang, Kedah, Perak di Semenanjung Melayu dan Indragiri, Pulau Bintan, dan Nias. Di
samping itu, Iskandar Muda juga menyusun undang-undang tata pemerintahan yang disebut
Adat Mahkota Alam.
Setelah Sultan Iskandar Muda, tidak ada lagi sultan yang mampu mengendalikan Aceh. Aceh
mengalami kemunduran di bawah pimpinan Sultan Iskandar Thani (1636- 1641). Dia
kemudian digantikan oleh permaisurinya, Putri Sri Alam Permaisuri (1641- 1675). Sejarah
mencatat Aceh makin hari makin lemah akibat pertikaian antara golongan teuku dan teungku,
serta antara golongan aliran syiah dan sunnah wal jama’ah. Akhirnya, Belanda berhasil
menguasai Aceh pada tahun 1904.
4
Dalam bidang sosial, letaknya yang strategis di titik sentral jalur perdagangan internasional di
Selat Malaka menjadikan Aceh makin ramai dikunjungi pedangang Islam.
Keempat ulama ini sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh tetapi juga sampai ke Jawa.
Dalam kehidupan ekonomi, Aceh berkembang dengan pesat pada masa kejayaannya. Dengan
menguasai daerah pantai barat dan timur Sumatra, Aceh menjadi kerajaan yang kaya akan
sumber daya alam, seperti beras, emas, perak dan timah serta rempah-rempah.
3. Kerajaan Demak
Ketika kekuasaan kerajaan Majapahit melemah, Raden Patah memisahkan diri sebagai
bawahan Majapahit pada tahun 1478 M. Dengan dukungan dari para bupati, Raden Patah
mendirikan kerajaan Islam Demak dengan gelar Senopati Jimbung Ngabdurrahman
Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Sejak saat itu, kerajaan Demak berkembang
menjadi kerajaan maritim yang kuat. Wilayahnya cukup luas, hampir meliputi sepanjang
pantai utara Pulau Jawa. Sementara itu, daerah pengaruhnya sampai ke luar Jawa, seperti ke
Palembang, Jambi, Banjar, dan Maluku.
5
Beliau mengutus Faletehan beserta pasukannya untuk menduduki Jawa Barat. Dengan
semangat juang yang tinggi, Faletehan berhasil menguasai Banten dan Sunda Kelapa lalu
menyusul Cirebon. Dengan demikian, seluruh pantai utara Jawa akhirnya tunduk kepada
pemerintahan Demak. Faletehan kemudian diangkat menjadi raja di Cirebon. Pasukan demak
terus bergerak ke daerah pedalaman dan berhasil menundukkan Pajang dan Mataram, serta
Madura. Untuk memperkuat kedudukannya, Sultan Trenggana melakukan perkawinan politik
dengan Bupati Madura, yakni mengawinkan Putri Sultan Trenggana dengan Putra Bupati
Madura, Jaka Tingkir. Sultan Trenggana mangkat pada tahun 1546 M.
Mangkatnya Beliau menimbulkan kekacauan politik yang hebat di Demak. Negara bagian
banyak yang melepaskan diri, dan para ahli waris Demak juga saling berebut tahta sehingga
timbul perang saudara dan muncullah kekuasaan baru, yakni Kerajaan Pajang.
4. Kerajaan Pajang
6
Pada tahun 1568 berdiri kerajaan Islam Pajang. Pendiri kerajaan ini adalah Sultan Adiwijoyo
atau Joko Tingkir. Ia berhasil mengalahkan Arya penangsang raja Demak. Ia kemudian
menindahkan pusat kerajaan dari Demak ke Pajang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
berdirinya kerajaan Islam Pajang erat kaitannya dengan kerajaan Demak.
Sultan Adiwijoyo atau Joko Tingkir adalah seorang yang suka menghargai pendukung atau
pengikut yang turut bertempur bersamanya sewaktu menghadapi Arya Penangsang. Mereka
yang telah berjasa oleh Sultan Adiwijoyo diberi hadiah penghargaan. Kedua orang yang
dinilai sangat berjasa yaitu Kiai Ageng Pemanahan dihadiahi tanah di Mataram (sekitar
Kotagede, dekat Yogyakarta). Sedangkan Kiai Panjawi dihadiahi tanah di Daerah Pati.
Mereka sekaligus diangkat menjadi bupati di daerahnya masing-masing. Bupati Surabaya
diangkat sebagai wakil raja yang memiliki daerah kekuasaan meliputi Sedayu, Gresik,
Surabaya dan Panarukan.
Kiai Ageng Pemanahan yang menjadi Bupati Mataram mempunyai seorang putra bernama
Sutowijoyo. Ia memiliki bakat di bidang kemiliteran. Sutowijoyo lebih dikenal sebagai
Senapti Ing Alaga (Panglima Perang). Karena itu setelah Kiai Ageng Pemanahan wafat pada
tahun 1575, pemerintahan dilanjutkan oleh Sutowijoyo, putranya.
Dalam perkembangnya di Pajang terjadi pergolakan hebat. Setelah Sultan Adiwijoyo wafat
pada tahun 1582, maka Arya Pangiri putra Sunan Prawoto (dari Demak) mencoba merebut
kekuasaan dari Pangeran Benowo yang ketika itu menjadi penguasa Pajang menggantikan
ayahnya, Sultan Adiwijoyo. pangeran Benowo meminta bantuan Sutowijoyo dalam
menghadapi Arya Pangiri. Perebutan kekuasaan yang dilakukan Arya Pangiri tidak berhasil.
Kemudian Pangeran Benowo menyerahkan kekuasaan Pajang kepada saudara angkatnya
yang bernama Sutowojoyo karena tidak mampu lagi melanjutkan pemerintahan. Kemudian
oleh Sutowijoyo pusat pemerintahan dipindahkan ke Mataram. Dengan demikian tamatlah
kerajaan Pajang.
5. Kerajaan Mataram
Awal Perkembangan Kerajaan Mataram Islam
Pada waktu Sultan Hadiwijaya berkuasa di Pajang, Ki Ageng Pemanahan dilantik menjadi
Bupati di Mataram sebagai imbalan atas keberhasilannya membantu menumpas Aria
Penangsang. Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan diambil anak angkat oleh Sultan
Hadiwijaya. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575 M, Sutawijaya diangkat
menjadi bupati di Mataram.
7
Setelah menjadi bupati, Sutawijaya ternyata tidak puas dan ingin menjadi raja yang
menguasai seluruh Jawa, sehingga terjadilah peperangan sengit pada tahun 1528 M yang
menyebabkan Sultan Hadiwijaya mangkat. Setelah itu terjadi perebutan kekuasaan di antara
para Bangsawan Pajang dengan pasukan Pangeran Pangiri yang membuat Pangeran Pangiri
beserta pengikutnya diusir dari Pajang, Mataram. Setelah suasana aman, Pangeran Benawa
(putra Hadiwijaya) menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya yang kemudian memindahkan
pusat pemerintahannya ke kotagede pada tahun 1568 M. Sejak saat itu berdirilah Kerajaan
Mataram.
Setelah Sutawijaya mangkat, tahta kerajaan diserahkan oleh putranya, Mas Jolang, lalu
cucunya Mas Rangsang atau Sultan Agung. Pada masa pemerintahan Sultan Agung, muncul
kembali para bupati yang memberontak, seperti Bupati Pati, Lasem, Tuban, Surabaya,
Madura, Blora, Madiun, dan Bojonegoro.
8
Kebudayaan yang berkembang pesat pada masa Kerajaan Mataram berupa seni tari, pahat,
suara, dan sastra. Bentuk kebudayaan yang berkembang adalah Upacara Kejawen yang
merupakan akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan Islam.
Di samping itu, perkembangan di bidang kesusastraan memunculkan karya sastra yang cukup
terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending yang merupakan perpaduan dari hukum Islam dengan
adat istiadat Jawa yang disebut Hukum Surya Alam.
6. Kerajaan Banten
Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf, Banten mengalami puncak kejayaan. Keadaan
Banten aman dan tenteram karena kehidupan masyarakatnya diperhatikan, seperti dengan
dilaksanakannya pembangunan kota. Bidang pertanian juga diperhatikan dengan membuat
saluran irigasi.
9
Sultan Maulana Yusuf mangkat pada tahun 1580 M. Setelah mangkat, terjadilah perang
saudara untuk memperebutkan tahta di Banten. Setelah peristiwa itu, putra Sultan Maulana
Yusuf, Maulana Muhammad yang baru berusia sembilan tahun diangkat menjadi Raja dengan
perwalian Mangkubumi.
A. KESIMPULAN
B. SARAN
1. Hendaknya kita lebih bersemangat dalam mempelajari sejarah
2. Hendaknya kita dapat mengambil ibrah dari Sejarah Kerajaan Islam di Indonesia
Dengan mempelajari sejarah, selain wawasan kita bertambah kita juga akan lebih memahami
kebudayaan-kebudayaan tempo dulu dan mengambil setiap pelajaran dari sejarah tersebut.
11
DAFTAR PUSTAKA