Anda di halaman 1dari 30

SEJARAH DAN KESULTANAN MELAYU DI MALAKA

ISLAM DAN PERADABAN MELAYU

Di Susun Oleh:

Kelompok 6

1. Husnul Khotimah (1920206040)


2. Ulfa Muyasaroh (1930206074)
3. Siti Maisyaroh (1930206084)
4. Rahma Risnawaty Purnama (1930206090)

Dosen Pengampu :

Dina Ariani, M. Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji syukur kepada Allah SWT karena rida-Nya, makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Islam dan Peradaban
Melayu” yang diampu oleh Ibu Dina Ariani, M. Ag dengan judul makalah “Sejarah dan
Kesultanan Melayu di Malaka”.

Makalah ini dibuat dengan tujuan agar penulis dan pembaca dapat menambah wawasan
mengenai sejarah dan kesultanan di Malaka. Walaupun saat ini di tengah pandemic covid 19.
Akan tetapi, penulis berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan informasi terkait materi
tersebut dengan berbagai sumber baik itu buku, e-book dan jurnal.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran untuk
perbaikan makalah ini lebih baik lagi kedepannya.

Wassalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Palembang, 03 Oktober 2021

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 3

A. Letak Kesultanan Malaka........................................................................................... 3


B. Geografis, Demografis dan Ekologis Selat Malaka................................................... 4
C. Sejarah Kesultanan Malaka........................................................................................ 11
D. Mengenal Tokoh Parameswara.................................................................................. 14
E. Hubungan dengan Kekuatan Ragional Sunting......................................................... 19
F. Masa Kejayaan Kesultanan Malaka........................................................................... 19
G. Keadaan Masyarakat Malaka..................................................................................... 20
H. Raja-raja yang Memerintah Kerajaan Malaka........................................................... 22
I. Keruntuhan Kesultanan Malaka................................................................................. 24

BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 26

A. Kesimpulan................................................................................................................ 26
B. Saran........................................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 28

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah bagian terpenting dari sebuah peninggalan sesudah penjajahan ataupun
dikala kejayaan dan keruntuhan. Pada kali ini, akan mengenal bentuk sejarah dan
kesultanan melayu di Malaka. Kesultanan Malaka adalah kerajaan Islam kedua di Asia
Tenggara. Kesultanan ini berdiri pada awal abad ke-15 M. Kerajaan ini cepat
berkembang, bahkan dapat mengambil dominasi pelayaran dan perdagangan dari
Kerajaan Samudera Pasai yang kalah bersaing. Artinya, sejauh ini menyangkut
penyebaran Islam di Tanah Melayu, peranan Kesultanan Malaka tidak dapatt
dikesampaikan dengan proses asimilasi, karena konversi Melayu terjadi terutama selama
periode Kesultanan Malaka pada abad ke-15 M. Pendidiri Kerajaan Malaka ialah
Parameswara pada ahun 1380-1403 M. Parameswara berasal dari Sriwijaya yang
merupakan putra Raja Sama Agi. Kala itu menganut agama Hindu. Ia melarikan diri ke
Malaka karena kerajaannya di Sumatera mengalami keruntuhan akibat diserang
Majapahit. Ketika Malaka didirikan, disana terdapat penduduk asli dari Suku Laut yang
hidup sebagai nelayan. Mereka berjumlah lebih kurang tiga puluh keluarga. Raja dan
pengikutnya ialah kelompok pendatang yang memiliki tingkat kebudayaan lebih tinggi.
Maka dari iitu, mereka berhasil mempengaruhi penduduk asli, kemudian mereka
mengubah Malaka sebagai kota yang ramai sekaligus pusat perdagangan dan mereka
mengajak penduduk asli untuk menanam tanaman yang belum pernah mereka kenali
sebelumnya seperti tanaman buah pisang, tebu dan rempah-rempah.
Oleh sebab itu, makalah ini dibuat untuk mengenal bagaimana kehidupan sejarah dan
kesultanan Melayu di malaka dari berbagai aspek baik itu ketika di era masa Malaka
ataupun saat ini yang masih ada dijadikan sebagai sejarah dari kesultanan Malaka itu
sendiri.

iv
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang diatas, sebagai berikut :
1. Dimana letak Kesultanan Malaka?
2. Bagaimana Geografis, Demografis dan Ekologis Selat Malaka?
3. Bagaimana Sejarah Kesultanan Malaka?
4. Siapa tokoh Parameswara?
5. Apa hubungan Kesultanan Malaka dengan Regional Sunting?
6. Bagaimana masa kejayaan Kesultanan Malaka?
7. Bagaimana keadaan masyarakat Malaka?
8. Siapa saja Raja-raja yang memerintah Kejaraan Malaka?
9. Bagaimana keruntuhan Kesultanan Malaka?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari rumusan masalah diatas, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui letak Kesultanan Malaka.
2. Untuk mengeteahui kondisi geografis, demografis dan ekologis di selat Malaka.
3. Untuk mengetahui sejarah Kesultanan Malaka.
4. Untuk mengetahui tokoh Parameswara.
5. Untuk mengetahui hubungan Kesultanan Malaka dengan Regional Sunting.
6. Untuk mengetahui masa kejayaan Kesultanan Malaka.
7. Untuk mengetahui keadaan masyarakat Malaka.
8. Untuk mengenal Raja-raja yang memerintah Kerajaan Malaka.
9. Untuk mengetahui keruntuhan Kesultanan Malaka.

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Letak Kesultanan Malaka

Letak kesultanan Malaka diperkirakan berada di Pulau Sumatera dan Semenanjung


Malaya. Sumber sejarah yang mengatakan adanya kerajaan Malaka antara lain :

1. Sulalatus Salatin

Mengatakan bahwa kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Melayu di


Singapura, kemudian serangan Jawa dan Siam menyebabkan pusat pemerintahan
berpindah ke Malaka.

2. Kronik Dinasti Ming

Mencatat Parameswara sebagai pendiri Malaka mengunjungi Kisar Tongle pada 1405
dan pengakuan atas wilayah kedaulatannya. Sebagai balasan upeti/harta yang diberikan,
Kaisar Cina menyetujui untuk memberikan perlindungan pada Malaka, kemudian
tercatat ada sampai 29 kali utusan Malaka mengunjungi Kaisar Cina. Pengaruh yang
besar dari relasi ini adalah Malaka dapat terhindar dari kemungkinan adanya serangan
Siam dari utara, terutama setelah Kaisar Cina mengabarkan penguasa Ayutthaya akan
hubungannya dengan Malaka. Keberhasilan dalam hubungan diplomasi dengan
Tiongkok memberi manfaat akan kestabilan pemerintahan baru di Malaka, kemudian
Malaka berkembang menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara, dan juga menjadi
salah satu pangkalan armada Ming.

3. Laporan dari kunjungan Laksamana Cheng Ho (1409)

Menggambarkan Islam telah mulai dianut oleh masyarakat Malaka.

vi
4. Pararaton

Disebutkan terdapat nama tokoh yang mirip yaitu Bhrua Hyang Parameswara sebagai
suami dari Ratu Majapahit, Ratu Suhita1

B. Geografis, Demografis dan Ekologis Selat Malaka

Selat Malaka berada diantara dua daratan besar yaitu pulau Sumatera dan Semenanjung
Malaya. Saat ini ada tiga negara berdaulat yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka
yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura. Pulau Sumatera (Indonesia) yang kawasannya
langsung berhadapan dengan Selat Malaka adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
Sumatera Utara, Riau, Jambi, dan Kepulauan Riau, sedangkan negara bagian Malaysia
yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka adalah Kedah, Perlis, Malaka, Johor,
Selangor, Negeri Sembilan, perak, yang keseluruhan dari negara bagian ini terletak di
Semenanjung Malaya. Panjang Selat Malaka sekitar 805 km atau 500 mil dengan lebar 65
KM atau 40 mil di sisi Selatan dan semakin ke Utara semakin melebar sekitar 250 km atau
155 mil. Ekologi kondisi tanah dan lingkungan yang ada di sekitar Selat Malaka memiliki
banyak kemiripan. Pantai Timur Sumatera yang menghadap ke Selat Malaka banyak
ditumbuhi hutan mangrove, termasuk di pantai Barat Semenanjung Malaya. Namun, jumlah
hutan mangrove semakin berkurang karena aktivitas pembangunan yang dilakukan
manusia. Di pantai Barat Semenanjung Malaya, semenjak sekitar tahun 1965 hingga tahun
1985 sekitar 200 kilometer lahan mangrove telah diubah fungsinya sehingga kawasan hutan
mangrove yang semula secara keseluruhan seluas 1.184 km menjadi berkurang.2

Air Selat Malaka dikenal cukup hangat dan iklim di sekitar Selat Malaka adalah iklim
tropis yang dipengaruhi dua angin musim. Kondisi iklim dan suhu air akan mempengaruhi
hasil tangkapan ikan bagi nelayan sekitar Selat Malaka. Kandungan mineral dan potensi
ikan sangat besar di perairan Selat Malaka. Batas - batas Selat Malaka yaitu di sebelah
Barat dibatasi atau sejajar dengan bagian paling Utara pulau Sumatera (5°40’LU

1
Nyanyu Soraya, Islam Dan Peradaban Melayu (Banten: Desanta Muliavisitama, 2021), hlm.223-224.
2
Ibid., hlm. 224-225

vii
95°26’BT) dan Lem Voalan di bagian paling Selatan dari Goh Phuket (Pulau Phuket) di
Thailand (7°45’LU 98°18’BT). Pada bagian Timur sejajar dengan Tanjong Piai (Bulus),
dan wilayah paling Selatan dari pada Semenanjung Malaysia (1°16’LU 103°31’BT) dan
kemudian ke arah Karimun (1°10’LU 103°23.5’BT). Di sisi Utara dibatasi oleh pantai
Barat Daya Semenanjung Malaya dan dari Selatan dibatasi oleh Pantai bagian Timur Laut
Pulau Sumatera ke arah Timur dari Tanjung Kedabu ( 1°06’N 102°58’BT) kemudian ke
Pulau Karimun. Selat Malaka merupakan kawasan beriklim tropis. Keadaan ini
berhubungan dengan kedudukannya yang berada di dekat garis khatulistiwa. Curah hujan
terutama di pesisir Timur dan Utara mencapai 1000 mm hingga 2000 mm per tahun,
sedangkan di bagian tengah, pesisir Barat dan Selatan curah hujannya lebih tinggi yaitu
mencapai 2000 mm hingga 3000 mm per tahun. Suhu maksimum rata-rata mencapai
23°celcius hingga 35° celcius, dengan kelembapan nisbi udara/ relatif mencapai 65%
hingga 75%.3

Secara umum kawasan Selat Malaka memiliki ketinggian rata-rata 125 m diatas
permukaan laut titik secara lebih terperinci (detail) ketinggian kawasan Selat Malaka dapat
dibagi sebagai berikut:

1. Kawasan yang ketinggian 0-25 m di atas permukaan laut mencapai luas 1.297 895 accre
atau 22.65% dari seluruh luas kawasan Selat Malaka.

2. Kawasan dengan ketinggian 25-1000 m di atas permukaan laut mencapai luas 3.110.498
accre atau 54.22% dari seluruh luas kawasan Selat Malaka.

3. Kawasan dengan ketinggian diatas 1000 m di atas permukaan laut mencapai luas
1.297.498 accre atau 23.16% dari seluruh luas kawasan Selat Malaka.4

Penduduk di sekitar kawasan Selat Malaka terdiri dari beragam suku, ada Melayu, Aceh,
Tionghoa, Siam dan suku bangsa lainnya. Khusus untuk Melayu, suku ini adalah suku
mayoritas di kawasan Selat Malaka ini, dengan penyebarannya yang sangat luas meliputi
Malaysia, Singapura, Thailand Selatan, Indonesia (di Sumatera, Kalimantan, dan untuk
kawasan Sumatera suku bangsa Melayu tersebar khususnya di wilayah pantai Timur

3
Ibid., hlm. 225
4
Ibid., hlm. 226

viii
Sumatera) serta Brunei Darussalam. Sejarah yang panjang menyebabkan pengaruh yang
besar dalam aspek kultural dan agama pada masyarakat sekitar Selat Malaka. Pada masa
sebelum kedatangan Islam, pengaruh Hindu dan Budha begitu luas di kawasan Nusantara
termasuk komunitas yang ada di Selat Malaka. Setelah para pedagang dari Timur Tengah
dan India datang dan menyebarkan Islam, agama penduduk di sekitar Selat Malaka (di
Sumatera dan Semenanjung Malaysia) didominasi oleh Islam, ini tak lain disebabkan oleh
faktor etnik Melayu sebagai etnik mayoritas di kawasan ini, sehingga bahasa Melayu secara
umum juga menjadi bahasa utama penduduk di kawasan ini hingga sekarang.5

Bangsa Eropa yang datang kemudian membawa pengaruh Barat kedalam budaya
masyarakat lokal, hingga kita menemukan demografik dan budaya yang unik di kawasan
Selat Malaka. Sejarah mencatat bahwa Selat Malaka telah menjadi jalur pintas yang
penting sejak zaman dahulu. Selama ratusan tahun sebelum masa kolonialisem Barat,
bangsa India, Cina, dan Arab telah menggunakan selat ini untuk jalur lalu lintas
perdagangan dan menyebarkan agama sehingga memberikan bentuk budaya yang
teralkulturasi terhadap identitas masyarakat di sekitar Selat Malaka. Interaksi yang kuat
dalam bidang politik, ekonomi, budaya maupun agama terjalin antara pengguna jalur Selat
Malaka dengan penduduk yang berada di wilayah-wilayah sekitar Selat Malaka. Dibukanya
Terusan Suez tahun 1869 dan kebangkitan Singapura tahun 1930an yang menjadikannya
salah satu pelabuhan tersibuk di dunia semakin memperkuat nilai strategis Selat Malaka.6

Sebagai yang telah disinggung terdahulu, ada tiga negara yang berbatasan langsung
dengan Selat Malaka, yaitu Indonesia, Singapura, dan Malaysia, dan untuk
menggambarkan keadaan demografi di sekitar kawasan Selat Malaka adalah dengan
melihat karakteristik penduduk di Malaysia (khususnya demografis Malaysia bagian Barat),
kemudian penduduk Indonesia (khususnya penduduk di Provinsi Sumatera Utara, Riau dan
Kepulauan Riau). Malaysia bagian Barat memiliki jumlah penduduk lebih banyak jika
dibandingkan dengan penduduk Malaysia bahagian Timur. Penduduk Negara bagian
Malayasia yang berbatasan dengan Selat Malaka adalah yang paling ramai. Negara bagian
Selangor dengan jumlah penduduk 5,56 juta dan Johor dengan jumlah penduduk 3,35 juta
terlihat menempati kedudukan pertama dan kedua berpenduduk teramai jika dibandingkan
5
Ibid., hlm. 226-227
6
Ibid., hlm. 227

ix
dengan seluruh negara bagian baik yang terletak di kawasan Semenajung Malayasia
maupun yang terletak di kawasan Sabah dan Serawak. Untuk kawasan semenanjung saja,
setelah Selangor dan Johor, Perak dengan jumlah penduduk 1,95 juta menempati
kedudukan ketiga dan keempat berpenduduk teramai di Malaysia. Keadaan ini
menunjukkan bahwa ada lebih kurang 14,36 juta atu 48,2 peratus penduduk Malaysia yang
hidup disepanjang kawasan Selat Malaka.7

Ketujuh Negara bagian Malaysia yang merupakan negara bagian yang teramai di
Malaysia juga merupakan kawasan yang terpadat. Selangor memiliki kepadatan 674 orang
per kilometer persegi (square). Didalam kawasan Selangor ini terdapat Wilayah
Persekutuan Kuala Lumpur dengan kepadatan penduduk 6891 orang per kilometer persegi,
dan Wilayah Persekutuan Putrajaya dengan kepadatan penduduk 1478 orang per kilometer
persegi. Malaka menempati kedudukan kedua terpadat dengan kepadatan 493 orang per
kilometer persegi, dan selanjutnya adalah negara bagian Perlis dengan kepadatan 282 orang
per kilometer persegi. Kedah dengan kepadatan 205 orang per kilometer persegi, Johor
dengan kepadatan 174 orang perkilometer persegi, dan Perak dengan kepadatan 112 orang
perkilometer persegi. Selanjutnya mengenai persebaran agama di Malaysia, Islam menjadi
agama yang mayoritas dengan jumlah sebanyak 61,3 %berdasarkan perhitungan tahun
2010. Diikuti Buddha dengan 19,8 % dan Kristen 9,2%. Persebaran agama di Malaysia
boleh dilihat dalam diagram berikut : Susunan suku yang terdapat di Malayasia terdiri
daripada tiga suku bangsa yang besar yaitu bangsa Melayu, Cina dan India. Suku bangsa
Melayu (Bumiputera) menempati kedudukan teratas dengan jumlah sebanyak 67,4%,
kemudian diikuti oleh suku bangsa Cina berjumlah 24,6%, India 7,3% dan suku bangsa
lainnya berjumlah 0,7%. Susunan suku bangsa yang mendiami Semenanjung Malaysia
sebagai salah satu kawasan yang berada di Selat Malaka juga sangat terhubungkait dengan
perkembangan sejarah budaya daripada kawasan sekitarnya.8

Provinsi di Indonesia yang langsung berbatasan dengan Selat Malaka adalah provinsi
Sumatera Utara (Kabupaten/Kota di pesisir Timur Sumatera Utara), Riau (Kabupaten/Kota
di pesisir Timur Riau, dan Kepulauan Riau (Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara
yang berbatasan dengan Selat Malaka adalah Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang,
7
Ibid., hlm. 227-228
8
Ibid., hlm. 228-229

x
Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Batubara, Kabupaten Asahan, Kabupaten Labuhan
Batu Utara, Kabupaten Labuhan Batu dan Kota Medan. Provinsi Riau adalah salah satu
kawasan yang secara geografis berbatasn langsung dengan Selat Malaka dan sangat dekat
dengan Negara tetangga, Malaysia dan Singapura. Provinsi Riau menjadi pintu masuk ke
wilayah Indonesia (Sumatera) yang sangat strategis. Ada enam titik terluar dari provinsi
Riau yang dinilai berpotensi untuk menjadi gerbang keluar masuk dari dan ke Riau yaitu
daerah Panipahan, dan Sinaboi (berada di Kabupaten Rokan Hilir), Tanjung Medang di
Pulau Rupat (Kota Dumai), Selat Baru (di Kaupuaten Bengkalis). Selat Panjang dan
Tanjung Samak di Kabupaten Meranti. Kabupaten atau Kota di Provinsi Riau yang
letaknya berbatasan dengan Selat Malaka adalah Kabupaten Indragiri Hilir, Bengkalis,
Rokan Hilir, Meranti, dan Kota Dumai.9

Selat Malaka merupakan kawasan yang memiliki kerumitan yang tinggi (complex)
karena ia menjadi titik persentuhan kepentingan budaya, ekonomi, politik, ideologi,dan
keamanan bagi banyak negara dari hampir seluruh kawasan di dunia terutama sekali
tentunya negara-negara yang berbatasan dengan selat ini. Jauh sebelum kedatangan bangsa
Eropa ataupun kebangkitan kesultanan Malaka, wilayah Selat Malaka sudah menjadi bagi
keberagaman, dan merupakan tempat berkumpulnya jaringan pedagang pribumi
(indigenous) dengan orang-orang pantai yang kemudian menjalin hubungan dengan
pedagang asing. Pada mulanya para pedagang asing yang menjadi pemain penting adalah
para pedagang dari india, yang punya andil dalam menghubungkan pedagang pribumi
dengan dunia luar. Era kerajaan lokal pertama yang mempengaruhi Selat Malaka terjadi di
tahun antara abad ke tujuh hingga tujuh belas. Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di tempat
Palembang mengalami masa kejayaan di abad ke delapan. Sriwijaya terkenal sebagai
kerajaan Budha yang kuat di perairan (bahan), selama masa berkuasanya. Sriwijaya, terjadi
interaksi prdagangan dan pertukaran barang yang pesat di Selat Malaka. Barang yang
diperdagangkan pada masa itu adalah beragam jenis logam seperti emas, perak, timah dan
gangsa (perunggu) yang banyak di perdagangkan pedagang dari India, ada juga kayu,
benda-benda dari kaca, batu-batu berharga dan mutiara, tekstil, dan barang kerajinan dari
keramik yang banyak diperdagangkan oleh orang-orang Cina, serta barang lainnya.10

9
Ibid., hlm. 229
10
Ibid 230-231

xi
Selat Melaka terletak pada jalur perdagangan internasional yang strategis. Selat ini
merupakan tempat pertemuan berbagai jalur pelayaran, baik dari Timur ke Barat maupun
Utara ke Selatan dan sebaliknya. Kestrategisan Selat Melaka menyebabkan daerah ini
menjadi ajang perebutan kekuasaan dan pengaruh antara kerajaan-kerajaan besar di
sekitarnya, seperti Birma, Siam, Tiongkok, Sriwijaya dan Majapahit. Didahului oleh
Sriwijaya (berdiri abad ke-7-12 M). Kerajaan ini menguasai Selat Melaka untuk
memonopoli perdagangan di Asia Selatan. Ketika era hegemoni ekonomi Sriwijaya
menurun tajam pada permulaan abad ke-11, ia digantikan oleh Singosari dalam abad ke-13.
Raja Singosari, Kertanegara, mengirim ekspedisi laut ke Selat Melaka tahun 1275 yang
dalam sejarah dikenal dengan sebutan “Pamalayu” untuk memapankan kekuasaan Jawa
atas Melayu. Kejatuhan Sriwijaya juga menandai munculnya kekuatan baru di Selat Melaka
yaitu lahirnya Samudra Pasai, yang dalam Sejarah Melayu disebut sebagai negeri Islam
yang terletak di bawah angin dan tempat lahirnya para ulama besar. Kegagalan ekspedisi
Pamalayu untuk menjadikan Selat Melaka sebagai daerah kontrol kekuasaan dari Jawa
Timur, menjadikan Samudra Pasai sebagai penguasa di Selat Melaka. Kehadiran Samudra
Pasai menjadi penting, karena di samping sebagai penghubung Barat dan Timur, ia juga
merupakan kerajaan Islam pertama di Selat Melaka.11

Lalu Islam masuk di Asia Tenggara sekitar tahun 1400 Masehi, penduduk di wilayah
pedalaman dan penduduk sekitar pantai yang menghadap ke Selat Malaka menjalin
interkasi yang kuat dengan orang-orang Islam ini yang datang dari Timur Tengah. Agama
ini dalam perkembangannya, begitu mudah diterima karena penyebarannya yang santun
sehingga menjadi sangat dominan dan mengalahkan pengaruh Hindia dan Budha di
kawasan Selat Malaka. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, banyak bermunculan kerajaan
yang beridentitaskan Islam seperti kerajaan Johor, kesultanan Malaka (berpusat di
semenanjung Malaysia), kerajaan Samudera Pasai, kesultanan Demak dan beberapa
kerajaan Islam yang berpusat di Sumatera dan Jawa. Kemunduran kerajaan Sriwijaya juga
menjadi titik tolak kemajuan kerajaan Islam tersebut, yang bermula daripada kemajuan
kejaraan Malaka di abad ke 14. Nama Selat Malaka sndiri diambil dari nama kota tua
Malaka. Kota Malaka langsung menghadap ke Selat Malaka yang juga menjadi pusat dari
kerajaan Malaka. Kerajaan Malaka Berjaya selama 150 tahun medominasi sektor ekonomi,
11
Ali Abubakar, Undang-Undang, Melaka (Aceh: Sahifah, 2018), hlm. 33-35

xii
politik, budaya di sekitar kawasan Selat Malaka. Secara silih berganti kawasan Selat
Malaka merupakan tempat pertarungan yang hebat antara kerajaan besar seperti Sriwijaya,
dan bangsa- bangsa lain dari Jepang, Cina, orang-orang Thai dna penduduk lokal di
Sumatera. Sejak dimulainya masa kolonialisme sekitar abad ke 15, bangsa-bangsa dari
Eropa mendominasi pengaruh di berbagai tempat termasuk di Selat Malaka.12

Bangsa Portugis yang tiba di Malaka tahun 1511 mengawali peranannya sebagai bangsa
penjajah dengan cara menjalankan politik kekerasan bersenjata. Kawasan Selat Malaka
terutama di kawasan Semenajung Malaya berhasil dikuasi Portugis setelah terlebih dahulu
mengalahkan kesultanan Malaka. Setelah menjadi kekuatan domninan, Portugis kemudian
monopoli perdagangan rempah-rempah nusantara dan monopoli mencapai puncaknya
antara tahun 1570-1580an. Ketika Portugis tidak mampu mempertahankan dominasinya
dan jatuhnya kesultanan Malaka, keraajaan Samudera Pasai di Aceh mengambil peran
pengawasan lalu lintas dan perdagangan di Selat Malaka. Barang yang diperdagangkan
sangat beragam ada rempah-rempah yang berasal dari Malaka, tekstil, logam mulia, dan
barang dagangan seperti lada yang dihasilkan dari wilayah Aceh sendiri. Keinginan Aceh
untuk melebarkan wilayah kekuasannya sampai ke selatan mendapat pertentangan yang
kuat daripada kerajaan Johor, hingga abad ke tujuh belas, ada tiga kerajaan atau Negara
yang sangat berpengaruh di Selat Malaka yaitu Portugis-Malaka, Aceh, dan Johor.13

Pada tahun 1930an, terjadi perubahan di Selat Malaka, yakni munculnya Singapura
sebagai kekuatan baru yang memainkan peranan penting di kawasan Selat Malaka
Singapura pada mas aitu masih dikuasi oleh bangsa Inggris secara administrasi. Selat
Malaka boleh menjadi jalur utamauntuk mengangkut barang seperti minyak dari Asia Barat
atau Timur Tengah ke Asia Timur. Kekuasaan dalam mengatur penggunaan Selat Malaka
menjadi tanggung jawab ketiga Negara pantai yang berbatasan langsung dengan Selat
Malaka, yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura. Negara-negara pengguna selat sering
terlibat aktif dalam kerjasama internsional terkait penggunaan Selat Malaka sesuai dengan
aturan dalam UNCLOS pasal ke 43 yang menyebutkan bahwa negara pengguna dan Negara
yang berbatsan langsung dengan selat semestinya membuat perjanjian kerjasama mengenai:

12
Nyanyu Soraya, op.cit, hlm. 231-232
13
Nyanyu Soraya, op.cit, hlm. 232-233

xiii
1. Pengawasan pelayaran di selat dan memberi bantuan keselamatan atau perbaikan dalam
bantuan pelayaran internasional dan
2. Untuk mencegah, mengurangi dan mengatur polusi yang timbul daripada aktivitas kapal
di selat14

C. Sejarah Kesultanan Malaka

Kesultanan Malaka merupakan kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara. Kesultanan ini
berdiri pada awal abad ke 15 M. Kerajaan ini cepat berkembang, bahkan dapat mengambil
alih dominasi pelayaran dan perdagangan dari kerajaan Samudera Pasai yang kalah
bersaing. Sejauh menyangkut penyebaran Islam di Tanah Melayu, peranan kesultanan
Malaka sama sekali tidak dapat dikesampingkan dalam proses islamisasi, karena konversi
Melayu terjadi terutama selama periode Kesultanan Malaka pada abad ke-15. Pembentukan
negara Malaka disinyalir ada kaitannya dengan perang saudara di Majapahit setelah Hayam
Wuruk (1360-89 M) meninggal dunia. Sewaktu perang saudara tersebut, Parameswara,
putra raja Sriwijaya – Palembang turut terlibat karena ia menikah dengan salah seorang
putri Majapahit. Parameswara kalah dalam perang tersebut dan melarikan diri ke Temasik
(sekarang Singapura) yang berada di bawah pemerintahan Siam saat itu. Beliau membunuh
penguasa Temasik, yang bernama Temagi dan kemudian menobatkan dirinya sebagai
penguasa baru. 15
Persoalan ini diketahui oleh kerajaan Siam dan memutuskan untuk menuntut balas atas
kematian Temagi. Parameswara dan para pengikutnya mengundurkan diri ke Muar dan
akhirnya sampai di Malaka lalu membuka sebuah kerajaan baru di sana pada tahun 1402 M.
Menurut versi ini, kedatangan Islam ke Malaka terjadi pada tahun 1414 M, ketika
Parameswara menganut Islam dan menukar namanya menjadi Megat Iskandar Syah.
Pengislamannya diikuti oleh pembesarpembesar istana dan rakyat jelata. Dengan demikian
Islam mulai tersebar di Malaka. Parameswara (Megat Iskandar Syah) memerintah selama
20 tahun. Baginda mendapati Malaka sebagai sebuah kampung dan meninggalkannya

14
Nyanyu Soraya, op.cit, hlm. 234-235
15
Helmiati, Sejara Islam Asia Tenggara, (Riau: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2014), hlm. 32

xiv
sebagai sebuah kota serta pusat perdagangan terpenting di Selat Malaka, sehingga orang-
orang Arab menggelarnyai sebagai malakat (perhimpunan segala pedagang).16
Selat Malaka adalah salah satu Selat Internasional terpenting di dunia selain itu Selat ini
juga merupakan tersibuk kedua di dunia setelah Selat Hormuz, kenyataan ini tak lepas dari
letaknya yang strategis dan sejarah penggunaan selat yang sangat panjang. Selat Malaka
diapit oleh pulau Sumatera (Indonesia) Semenanjung Malaya. Sebagai bagian dari wilayah
perairan, ada beberapa karakteristik umum Selat Malaka yang perlu diperhatikan, yaitu
sejarah penggunaan Selat Malaka, kondisi geografis dan ekologis, dan tantangan-tantangan
yang dihadapi mencakup nilai strategis sebagai jalur transportasi perairan, isu-isu ancaman
keamanan, masalah lingkungan, pengaturan penggunaan Selat, aturan hukum di wilayah
perairan, sumber daya yang terdapat di Selat Malaka kepentingan negara-negara terhadap
Selat Malaka.17
Memanglah benar jika dikatakan bahwa apa yang berlaku dalam proses pergerakan dan
perkembangan di dalam sejarah kesultanan Melayu Malaka itu adalah gambaran yang dapat
disebut sebagai pensejarahan tentangnya itu sama ada yang berbentuk tempatan (khususnya
Melayu) maupun Asing (Portugis, Cina, Belanda dan inggris). Namun tidaklah semua
persejarahan itu setelah menggambarkan keadaan sejarah Malaka dengan sikap yang
objektif lagi seimbang dengan keadaan yang sebenarnya. Kita dapat pensejarahan yang
awal yang dihasilkan oleh sejarawan tempat seperti Tun Seri lanang, juga penulisan orang-
orang Portugis dan kemudian Belanda, secara umumnya telah memberikan gambaran yang
lebih objektif dan seimbang tentang kesultanan Malaka itu berbanding dengan berbagai
karya pentadbiran.eum-sejarawan British yang menulis atau menyentuh tentang Malaka
itu18
Satu-satunya pensejarahan tempatan terawal yang khususnya membicarakan tentang
Kesultanan Melayu Malaka itu ialah Sulalatus Salatin atau yang secara terjemahan
populernya dikenal sebagai Sejarah Melayu.Secara umum ia memuatkan tentang asal-usul
dan juga keturunan raja-raja Melayu Malaka, Malaka sebagai sebuah kerajaan yang
seterusnya berkembang menjadi sebuah kelautan yang agung dalam konteks zaman itu,
kedatangan kekuasaan barat yang pertama itu Portugis yang seterusnya memerangi dan

16
Ibid., hlm. 33
17
Nyanyu Soraya, op.cit, hlm. 241-242
18
Nyanyu Soraya, op.cit, hlm. 242

xv
menaklukinya, kejatuhannya di tangan kuasa Portugis itu dan seterusnya beberapa
percobaan warisan-warisan untuk merampas semua Bandar Malaka daripada kekuasaan
tersebut. Di samping asal usul, keturunan dan perkembangan politik ini, sejarah Melayu
juga memuatkan berbagai unsur-unsur lain seperti sosial budaya, ekonomi keagamaan dan
juga secara umumnya boleh kita sebutkan sebagai “Unsur-unsur Kesejahteraan”.19
Dengan kandungan yang demikian pengarangnya telah menjadikan sejarah Melayu
sebagai suatu pensejarahan yang berbentuk budaya atau tamadun Melayu yang berpusat di
Malaka. Sebagai sebuah pensejarahan yang berbentuk demikian, penulis atau pengarangnya
mencoba menggabungkan keseluruhan entiti alam dan tamadun Melayu itu ke dalam satu
entiti yang berpusatkan Melayu Malaka itu sendiri. Dari pusat inilah seluruh kegiatan dan
gerakan yang menggambarkan keunggulan bangsa, bahasa alam dan tamadun Melayu itu
dipancarkan. Dengan demikian kita melihat di dalam sejarah Melayu itu catatan atau
gambaran tentang kehandalan, kepintaran serta kebijaksanaan dan keberanian pemimpin,
tokoh-tokoh atau orang-orang Malaka seperti Tun Perak, Hang Tuah, Tun Mai Ulat Bulu,
Hang Isap, Tun Biajid, Tun Telani, Menteri Jana Putera, Tun Mutahir, Raja Ahmad dan
Bendahara Tepok dalam menghadapi berbagai cibiran dan dugaan dalam berbagai situasi
dan diberbagai tempat.20
Kerajaan Malaka didirikan oleh Parameswara antara tahun 1380-1403 M. Parameswara
berasal dari Sriwijaya, dan merupakan putra Raja Sam Agi. Saat itu, ramasih menganut
agama Hindu. Ia melarikan diri ke Malaka karena kerajannya di Sumatera runtuh akibat
diserang Majapahit. Pada saat Malaka di Sumatera runtuh akibat diserang Majapahit. Pada
saat Malaka didirikan, disitu terdapat penduduk asli dari Suku Laut yang hidup sebagai
nelayan. Berkaitan dengan asal usul nama Malaka, dapat dirumuskan dari kisah berikut.
Menurut sejarah Melayu (Malay Annals) yang ditulis Tun Sri Lanang pada tahun 1595,
Parameswara melarikan diri dari Tumasik, karena diserang oleh Siam. Dalam pelarian
tersebut, ia sampai ke Muar, tetapi ia diganggu biawak yang tidak terkira banyaknya.
Kemudian ia pindah ke Burok dan mencoba untuk bertahan di situ, tapi gagal. Kemudian
Parameswara berpindah ke Sening Ujong hingga kemudian sampai Sungai Bertam, sebuah
tempat yang terletak di pesisir pantai. Orang-orang seletar yang mendiami kawasan tersebut
kemudian meminta Parameswara menjadi raja. Suatu ketika, ia pergi berburu. Tak
19
Nyanyu Soraya, op.cit, hlm. 243
20
Nyanyu Soraya, op.cit, hlm. 243-244

xvi
disangka, dalam perburuan tersebut ia melihat salah satu anjing buruannya ditendang oleh
seekor pelanduk. Ia sangat terkesan dengan keberanian pelanduk tersebut. Saat itu ia
sedang berteduh dibawah pohon Malaka, maka kawasan tersebut kemudian ia namakan
Malaka.21

D. Mengenal Tokoh Parameswara


Parameswara pendukung pendukung kerajaan kesultanan Melayu ada yang menyebut
tentang individu yang membuka Malaka yang dinamakan sebagai Sultan Iskandar Syah
dalam naskah Raffles no. 18 dan naskah W.G Shellabear pembuka kepada kerajaan
kesultanan Melayu Malaka adalah Iskandarsyah. Dalam sumber Portugis ada menyebut
tentang pembuka Malaka yang dinamakan sebagai paramjcura yaitu putra raja dari
Palembang merujuk Tom Pires gelaran Paramjcura berasal dari pada bahasa Jawa yang
membawa maksud “orang yang berani.” Menurut John Crawfued gelaran Parameswara itu
berasal dari pada perkataan sanskrit ialah Apramasya- Sura yang memberi arti pahlawan
yang tiada tolok bandingnya. Nama yang dinyatakan dalam catatan Portugis dan sejarah
Melayu adalah berbeda tetapi melihat kepada sejarah Melayu raja Iskandar Syah itu
merujuk kepada Parameswara yang pada ketika itu masih lagi belum memeluk Islam
sepanjang penghijrahan nya dari Singapura hingga ke Malaka.kedua dua sumber ini
dipersetujui oleh R.O winsted yang mana beliau mendakwa parameswara dalam catatan
tome Pires dan raja Iskandar Syah adalah orang yang sama.22
Menurut Geoff Wade, catatan Ming tidak menyebut tentang siapa pemerintah pertama
yang membuka Malaka karena pada peringkat ini dokumentasi kerajaan Ming masih belum
disebabkan masalah. Namun begitu catatan Cina jelas menyatakan tentang pemerintah
pertama yang menjalin hubungan diplomatik dengan kesultanan Melayu Melaka di mana
pada tahun 1405 menyatakan tentang rombongan diplomatik dari Malaka yang dihantar
oleh pemerintahannya yaitu Ba-li-mi-su-la. Mengikut sumber catatan ke temporary China
pemerintahan Malaka ini kemudian disebut sebagai Parameswara sama seperti yang dicatat
oleh Tome Pires dalam suma oriental sebagai pemerintah negeri Malaka yang melarikan

21
Nyanyu Soraya, op.cit, hlm. 244-245
22
Nyanyu Soraya, op.cit, hlm. 245-246

xvii
diri dari Palembang. Prameswara itu adalah nama kepada tokoh penting yang membuka
Kerajaan Kesultanan Melayu Malaka23
Nama Permaisuri yaitu jika telah menjadi istri Paramjcura yang bersesuaian dengan gelar
suaminya jika disebut permaisuara. Gelar parameswara itu diberikan kepada suami yang
beristrikan seorang putri yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi derajatnya daripada
suaminya atau disebut dengan Parameswara dan Parameswara tersebut berlatang belakang
Baginda dari putra raja yang berdarah campuran ibunya yang bukan keturunan kerabat.
Gelaran itu diterima setelah memperistrikan putri dari kerajaan Majapahit. Sehingga permai
suara merupakan gelar sebenarnya penuh kepada kerajaan kesultanan Melayu ialah
Parameswara merupakan pembuka kerajaan kesultanan Melayu Melaka sewaktu berada di
Majapahit dan Majapahit Baginda digelar suara karena mengawini Putri Majapahit.Tetapi
penyebutan catatan Portugis dan China menyebut Parameswara yaitu dengan ejaan yang
berbeda tetapi makna yang sama yaitu Parameswara sedangkan pada kerajaan Majapahit
menyebutnya yaitu Permaisuara. Jika dilihat dari latar belakang Parameswara sendiri itu
merupakan anak putra raja dari kerajaan Sriwijaya yaitu anak dari Sangaji yang
berhubungan darah Baginda dan merupakan berdarah rakyat biasa. Lalu Baginda atau ayah
mengawinkan Putri atau permaisuri yang mana keluarganya itu adalah penguasa atas tanah
Jawa termasuk lah menguasai Sangaji Palembang Sang aji Tanjung pura dan Sang aji
Singapura.24
Menyadari bahwa Baginda atau ayah dari permaisuri berkedudukan lebih tinggi dari pada
menantunya merupakan suatu ruang yang besar atau kesempatan dari pernikahan tersebut
untuk bisa membebaskan kerajaan dari pada naungan Jawa selain turut menggelar dirinya
sebagai pembebas Agung (Great Extempt). Betara Tama real yaitu ayah dari Parameswara
menjadi marah ketika mengetahui bahwa Baginda mengistirahatkan Palembang bebas dari
pada taklukan Majapahit selain mengelak untuk membayar ufti sehingga menyebabkan
tercetusnya peperangan yang membawa kepada perpindahan Baginda ke temasik. Tindakan
Parameswara membuat ayahnya sendiri marah sehingga bertekad untuk membunuh
Parameswara menyerang hasil bumi serta membunuh masyarakat Palembang. Batara
Tamarillo merasa kecewa dan menghianati kepercayaan yang diberikan Baginda
lalumelihat kepada situasi tersebut Parameswara kedudukannya tidak bisa dipertahankan
23
Nyanyu Soraya, op.cit, hlm. 246
24
Nyanyu Soraya, op.cit, hlm. 247

xviii
lalu melarikan diri bersama kepercayaan Baginda berlayar ke Temasik atau masih
menguatkan tekad Parameswara untuk memerintahkan kerajaan lalu membunuh sang aji
Singapura. Pada tahap ini tindakan Parameswara boleh dinilai sebagai raja terbuang yang
mau mengembalikan kekuasaannya sebagai pemerintah yang layak. Perkawinan dengan
Putri dari pada kerajaan besar tersebut menjadi jembatan kepada Parameswara untuk
membebaskan negerinya dari pada cengkraman Majapahit ternyata usaha tersebut
menimbulkan kemarahan keluarga mertuanya. Parameswara tidak patah semangat dan
mencoba lagi membuat rampasan penguasaan yaitu membunuh pemerintah temasik dengan
perlindungan politik kepada Parameswara dan sempat memerintahkan termasuk selama 5
tahun tetapi karena Parameswara tidak memiliki sebuah kerajaan yang kuat yang boleh
yang bisa melindungi dirinya maka Baginda atau mertuanya akan menjadi mangsa musuh
politik.25
Menurut Tan Ta Sen, Parameswara memang lahir sebagai pewaris kepada kerajaan
Sriwijaya yang telah dididik dan dilatih untuk menjadi pemerintah yang mana
pemerintahan bapaknya telah memberikan kesan kepada corak politik kesultanan Melayu
Melaka yang tidak ada yang diadaptasikan daripada bentuk pemerintahan dan pentabdiran
kerajaan Sriwijaya. Sehubungan itu sebelum Baginda mendirikan kerajaan Malaka baginda
mendirikan Kerajaan Malaka sudah memiliki asas politik yang kukuh dalam dirinya dan
sudah layak untuk bergelar raja. Melihat perkembangan Malaka sebagai sebuah negara
yang hebat adalah hasil dari kepintaran pemerintah terawal yaitu Parameswara yang
merupakan pewaris kepada kerajaan Sriwijaya. baginda mendirikan Kerajaan Malaka sudah
memiliki asas politik yang kukuh dalam dirinya dan sudah layak untuk bergelar raja.
Melihat perkembangan Malaka sebagai sebuah negara yang hebat adalah hasil dari
kepintaran pemerintah terawal yaitu Parameswara yang merupakan pewaris kepada
kerajaan Sriwijaya.26
Melihat keberhasilan dari pendidikan Parameswara yaitu pembentukan politik
menjadikan kerajaan Sriwijaya berjaya sehingga membuat pemerintah yang cemerlang
dalam hanya waktu tempo 4 tahun Malaka berjaya menjadi pusat perdagangan yang
menerima kunjungan pedagang asing. Kronologi perjalanan politik Parameswara disebut
Wolter berlaku selama 25 tahun awal mulanya dengan pemerintahan Baginda di Palembang
25
Nyanyu Soraya, op.cit, hlm. 247-249
26
Nyanyu Soraya, op.cit, hlm. 249

xix
dan berakhir di Malaka Baginda memerintah di Palembang selama 3 tahun kemudian
memerintah di Singapura selama 6 tahun mendirikan kerajaan di muar dan membuka serta
memerintah Malaka selama 14 tahun. Sebelum membawa diri ke tamasik Baginda sempat
memerintah kerajaan Sriwijaya selama 2 tahun yaitu dari tahun 1388 sampai 1389 dan
sepanjang tempo tersebut bagi anda mendapat dukungan penuh dari pada orang Bugis
untuk membebaskan Palembang dari pada cengkraman Majapahit. Pada saat itu orang
Bugis terdiri dari petani dan ada juga dari pada kalangan mereka merupakan pedagang
selama 1 abad di Asia tenggara peranan orang Bugis pada ketika itu juga amat membantu
kerajaan Sriwijaya karena mereka banyak memberi bantuan menghapuskan lamun lamun
perairan selat Malaka selain turut meningkatkan keselamatan dan kebebasan kepada
pedagang yang datang ke pelabuhan Sriwijaya. Kerajaan Majapahit kelak ditolak
pemerintahannya.27
Parameswara bercita-cita untuk memutuskan hubungan dengan Majapahit tetapi
pemerintahan Majapahit itu merupakan Abang ipar nya yang telah mengatur semuanya lalu
usaha Parameswara untuk menentang Majapahit menemui kegagalan sehingga
Parameswara melarikan diri ke Temasik. telah membawa kepada penumbuhan sebuah
kerajaan yang akhirnya meninggalkan kesan kesan besar kepada sejarah Melayu. Pada saat
itu Malaka sekedar diketuai oleh seorang suami yang beragama Hindu dan Budha apabila
Parameswara datang ke Malaka secara otomatis penduduk di situ menerima Baginda
sebagai pemerintah memandangkan Baginda adalah pewaris kepada kerajaan Sriwijaya.
Tempat tersebut merupakan tempat perairan pelayaran dan merupakan perkampungan
nelayan.28
Menurut Ta TaSen, Malaka pada ketika itu diketuai oleh seorang Sami yang beragama
Hindu-Buddha dan apabila Parameswara datang ke Malaka secara automatiknya penduduk
di situ menerima baginda sebagai pemerintah memandang baginda adalah pewaris kepada
Kerajaan Sriwijaya. Malaka adalah lokasi yang terbaik untuk membangunkan kerajaan.
Selepas empat tahun perjalanan Parameswara untuk mendirikan Malaka akhirnya baginda
dinyatakan sebagai pemerintah Malaka yang pertama dan Malaka diangkat sebagai sebuah
kerajaan dan bukan lagi sebagai perkampungan nelayan. Lokasinya yang kondusif dengan
persekitaran semula jadinya yang menarik, bebas dari tiupan angina monsoon selain turun
27
Nyanyu Soraya, op.cit, hlm. 250
28
Nyanyu Soraya, op.cit, hlm. 251

xx
menghasilkan sumber ekonomi yang lumayan merupakan peluang besar untuk membina
sebuah kerajaan baru. Tentang agama Parameswara terdapat beberapa dakwaan yang
menyatakan baginda tidak memeluk agama Islam sewaktu datang ke Malaka antaranya
ialah dakwaan daripada Tome Pires yang mengatakan Parameswara tidak Islam sewaktu
pergi. Wake juga turut mengutarakan pandangan yang sama dakwaan bahwa nama Iskandar
Syah yang digunakan oleh Parameswara bukan bermakna itu sudah menerima Islam tetapi
agar lebih dekat dengan nama nenek moyang raja-raja Malaka yaitu Raja Iskandar
Zulkarnain.29
Dalam sejarah Melayu menyebutkan bahwa sultan pertama yang memeluk Islam adalah
Raja Kecil besar memeluk Islam setelah bermimpi kehadiran Nabi Muhammad SAW yang
mengIslamkan baginda melalui mimpi dan menukar namanya kepada Sultan Muhammad
Syah. Sedangkan Eredis berpsndsngsn Parameswara sudah pun memeluk Islam ketika
berada di Malaka yaitu sekitar tahun 1411 masehi. Dakwaan yang sama turut diutarakan
oleh Ma Huan sewaktu melewat Malaka, beliau mengatakan Parameswara telah memeluk
ajaran Islam dan baginda dikataikan telah memeluk agama tersebut beberapa tahun sebelum
beliau datang ke Malaka kira-kira pada tahun 1413 dan berpegang dengan faham mazhab
Syafi’i. Parameswara pergi sekitar tahun 1414, jika dakwaan Eredian dan MaHuan benar
maka Parameswara telah memeluk Islam sebelum pergi dan bukannya sebagai seorang
penganut agama Hindu seperti dugaan Tome Pires dan Sejarah Melayu.30
.
E. Hubungan dengan kekuatan regional sunting
Sampai tahun 1435 Malaka memiliki hubungan yang dekat dengan dinasti Ming. Armada
Ming berperan mengamankan jalur pelayaran selat Malaka yang sebelumnya sering
diganggu oleh adanya kawanan perompak dan bajak laut. Di bawah perlindungan Malaka
berkembang menjadi pelabuhan penting di pesisir barat semenanjung Malaya yang tidak
dapat disentuh oleh Majapahit dan ayutthaya. Kawasan ujung tanah ini terus diklaim oleh
Syam sebagai bagian dari kedaulatannya sampai Malaka jatuh ke tangan Portugal, dan
setelah takluknya Malaka, kawasan perlis, Kelantan, Terengganu dan Kedah kemudian
berada dalam kekuasaan siam. Sulalatus Salatin juga menggambarkan kedekatan hubungan
Malaka dengan Pasai, hubungan kekerabatan ini dipererat dengan adanya pernikahan putri
29
Nyanyu Soraya, op.cit, hlm. 251-252
30
Nyanyu Soraya, op.cit, hlm. 252-253

xxi
Sultan Pasai dengan Raja Malaka dan kemudian Sultan Malaka pad amasa berikutnya juga
turut memadamkan pemberontakan yang terjadi di Pasai. Mah wan juru tulis Cheng ho
menyebutkan adanya kemiripan adat istiadat Malaka dengan pasai serta kedua kawasan
tersebut telah menjadi tempat pemukiman komunitas muslim di selat Malaka. Sementara
kemungkinan ada ancaman dari Jawa dapat dihindari, terutama setelah Sultan Mansyur
Syah membina hubungan diplomatik dengan Batara Majapahit yang kemudian meminang
dan menikahi Putri Jawa tersebut sekitar tahun 1475 di Jawa juga mucul kekuasaan
Majapahit atas kawasan yang mereka klaim sebelumnya sebagai daerah bawahan. Adanya
ketertarikan Malaka dengan Demak terlihat setelah jatuhnya Malaka kepada Portugal,
tercatat ada beberapa kali pasukan Demak mencoba merebut kembali Malaka dari tangan
Portugal.31
F. Masa kejayaan Kesultanan Malaka
Sebagai salah satu Bandar ramai di kawasan timur, Malaka juga ramai dikunjungi oleh
para pedagang Islam. Lambat laun, agama ini mulai menyebar di Malaka. Dalam
perkembangannya, raja pertama malaka yaitu parameswara akhirnya masuk islam pada
tahun 1414 m. dengan masuk raja ke dalam agama islam, maka islam kemudian menjadi
agama resmi di kerajaan malaka, sehingga banyak rakyatnya yang ikut masuk Islam.
Selanjutnya, Malaka berkembang menjadi pusat perkembangan agama Islam di Asia
Tenggara, hingga mencapai puncak krjayaan di masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah
(1459-1477). Kebesaran Malaka ini berjalan seiring dengan perkembangan agama Islam.
Negeri-negeri yang berada di bawah taklukan Malaka banyak yang memeluk agama Islam.
Untuk mempercepat proses penyebaran Islam, maka dilakukan perkawinan antar
keluarga.32
Malaka juga banyak memilki tentara bayaran yang berasa dari Jawa. Selama tingga di
Malaka, para tentara itu akhirnya memeluk Islam. Ketika mereka kembali keJawa, secara
tidak langsung mereka telah membantu proses penyebaran Islam ditanah Jawa. Dari
Malaka, Islam kemudian tersebar hingga Jawa, Kalimantan Barat, Brunei, Sulu dan
Mindanau (Filipina Selatan). Dalam masa kejayaannya, Malaka mempunyai control atas
daaera-daearah tersebut :
a. Semenanjung tanah Melayu ( patani, ligor, Kelantan, trenggano)
31
Nyanyu Soraya, op.cit, hlm. 254-255
32
Nyanyu Soraya, op.cit, hlm. 255

xxii
b. Daerah kepulauan Riau
c. Pesisir timur Sumatera bagian tengah
d. Brunei dan Serawak
e. Tanjungpura (Kalimantan barat)

Sedangkan daerah yang diperoleh dari Majapahit secara diplomasi adalah sebagai berikut:
a. Indragiri
b. Palembang
c. Pulau jemaja,tambelan ,Siantan dan bunguran33

G. Keadaan Masyarakat Malaka

a. Kehidupan politik
Dalam menjalankan dan menyelenggarakan politik negara, ternyata para Sultan
menganut paham politik hidup berdampingan secara damai (co-existence policy) yang
dijalankan secara efektif. Politik hidup berdampingan secara damai dilakukan melalui
hubungan diplomatik dan ikatan perkawinan. Politik ini dilakukan untuk menjaga
keamanan internal dan eksternal Malaka: kerajaan besar pada waktu itu yang harus
diwaspadai adalah Cina dan Majapahit. Maka Malaka kemudian menjalin hubungan
damai dengan kedua kerajaan besar ini. Sebagai tindak lanjut dari politik negara
tersebut, Parameswara kemudian menikah dengan salah seorang putri Majapahit sultan-
sultan yang memerintahkan setelah Parameswara (Muhammad Iskandar Syah) tetap
menjalankan politik bertetangga baik tersebut.34
b. Kehidupan sosial budaya
Pada kehidupan budaya, perkembangan seni sastra Melayu mengalami
perkembangan pesat seperti munculnya karya-karya sastra yang menggambarkan tokoh
tokoh kepahlawanan dari kerajaan Malaka seperti Hiikayat Hang Tuah, Hikayat Hang
Lekir dan Hikayat Hang Jebat. Sedangkan kehidupan sosial Kerajaan Malaka
dipengaruhi oleh faktor letak, keadaan alam dan lingkungan wilayahnya.
Perkembangan seni sastra Indonesia pada zaman Islam pada umumnya berkembang di
33
Nyanyu Soraya, op.cit, hlm. 256
34
Nyanyu Soraya, op.cit, hlm. 256-257

xxiii
daerah-daerah Malaka (Melayu) dan pulau Jawa. Peninggalan karya sastra Islam ini
dapat dibedakan menajdi empat jenis, yaitu :
1) Hikayat
Hikayat adalah hasil karya sastra yang pada prinsipnya sama seperti dongeng,
namun hikayat bercorak Islam.
2) Suluk
Suluk adalah karya sastra yang berisi tentang tasawuf mengenai keesaan dan
keberadaan Allah SWT
3) Syair
Syair adalah puisi lama yang tiap-tiap baitnya terdiri dari 4 baris yang berakhir
dengan bunyi yang sama
4) Riwayat dan Nasihat
Riwayat dan nasihat adalah jenis sastra Islam yang mengisahkan kehidupan para
Nabi beserta nasihat-nasihatnya35

c. Kehidupan Ekonomi
Malaka memungut pajak penjualan, Bea Cukai barang-barang yang masuk dan
keluar, yang banyak memasukkan uang ke kas negara. Sementara itu, raja maupun
Pejabat-pejabat penting memperoleh upeti atau persembahan dari pedagang yang dapat
menjadikan mereka sangat kaya. Suatu hal yang penting dari kerajaan Malaka adalah
Adanya undang-undang laut yang berisi pengaturan pelayaran dan perdagangan di
wilayah kerajaan untuk mempermudah terjadinya komunikasi antar pedagang maka
bahasa Melayu (Kwu-lun) dijadikan sebagai bahasa perantara.36

H. Raja-raja yang memerintah Kerajaan Malaka

1. Iskandar Syah (1396-1414 M)


Pada abad ke-15 M, di Majapahit terjadi perang paregreg yang mengakibatkan
Parameswara melarikan diri bersama pengikutnya dri daerah Blambangan ke Tumasik

35
Nyanyu Soraya, op.cit, hlm. 259-260
36
Nyanyu Soraya, op.cit, hlm. 261

xxiv
(Singapura), kemudian melanjutkan perjalanannya sampai ke Semenanjung Malaya dan
mendirikan kepulauan Malaka. Secara geografis, posisi kepulauan Malaka sangat
strategis, yaitu di Selat Malaka, sehingga banyak dikunjungi para pedagang dari
berbagai Negara terutama para pedagang islam, sehingga kehidupan perekonomian
kepulauan Malaka berkembang pesat. Untuk meningkatkan aktivitas perdagangan di
Malaka, maka Parameswara menganut agama Islam dan merubah namanya menjadi
Kepulauan Malaka menjadi Kerajaan Islam. Untuk menjaga keamanan Kerajaan
Malaka, Iskandar Syah meminta bantuan kepada Kaisar Cina dengan menyatakan takluk
kepadanya (1405 M)
2. Muhammad Iskandar Syah(1414-1424 M)
Merupakan putra dari Iskandar Syah, pada masa pemerintahannya wilayah kekuasaan
Kerajaan Malaka diperluas lagi hingga mencapai seluruh semenanjung Malaya. Untuk
menjadi kerajaan Malaka sebagai pengusa tunggal jalur pelayaran perdagangan di Selat
Malaka, maka harus berhadapan dengan kerajaan Samudera Pasai yang kekuatannya
lebih besar dan tidak mungkin untuk dikalahkan, maka dipilih melalui jalur politik
perkawinan dengan cara menikahi putri kerajaan Samudera Pasai, sehingga cita-citanya
dapat tercapai.
3. Mudzafat Syah (1424-1458 M)
Setelah berhasil menyingkirkan Muhammad Iskandar Syah, ia kemudian naik tahta
dengan gelar sultan (Muhzafat Syah merupakan raja Kerajaan Malaka yang pertama
bergelar Sultan). Pada masa pemerintahannya, terjadi serangan dari kerajaan Siam
(serangan dari darat dan laut), namun dapat digagalkan. Mengadakan perluasan wilayah
ke daerah-daerah yang berada di sekitar Kerajaan Malaka seperti Pahang, Indragiri dan
Kampar.
4. Sultan Mansyur Syah (1458-1477 M)
Merupakan putra dari Sultan Mudzafat Syah. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan
Malaka mencapai puncak kejayaan sebagai pusat perdagangan dan pusat
penyebarMansyur Syah meneruskan politik ayahnya dengan memperluas wilayah
kekuasaannya, baik Semenanjung Malaya maupun diwilayah Sumatera Tengah
(Kerajaan Siam berhasil ditaklukan). Raja Siam tewas dalam pertempuran, tetapi putera

xxv
mahkotanya ditawan dan dikawinkan dengan putri sultan sendiri kemudian diangkat
menjadi raja dengan gelar Ibrahim. Indragiri mengakui kekuasaan Malaka.
5. Sultan Alaudin Syah (1477-1488)
Merupakan putra dari sultan Mansyur Syah. Pada masa pemerintahannya, kerajaan
Malaka mulai mengalami kemunduran, satu persatu wilayah kekuasaan Kerajaan
Malaka mulai melepaskan dirii. Hal ini disebabkan oleh karena Sultan Alaudin Syah
bukan merupakan raja yang cakap.
6. Sultan Mahmud Syah (1488-1511 M)
Merupakan putra dari Sultan Alaudin Syah. Pada masa pemerintahannya, kerajaan
Malaka merupakan kerajaan yang sangat lemah. Wilayah kekuasaannya meliputi
sebagian kecil Semenanjung Malaya, hal ini menambah suram kondisi kerajaan Malaka.
Pada tahun 1511 M, terjadi serangan dari bangsa Portugis dibawah pimpinan Alfonso
d’Alberquerque dan berhasil merebut Kerajaan Malaka. Akhirnya Malaka pun jatuh
ketangan Portugis.37

I. Keruntuhan Kesultanan Malaka

Era yang menggemparkan terjadi ketika para pelaut Portugis menemukan route laut ke
Asia melalui Tanjung Harapan pada akhir abad ke-15. Mereka datang ke Asia dengan motif
agama, politik dan ekonomi. Motif terpenting adalah ikut serta dalam perdagangan rempah-
rempah di entrepot Melaka mengikuti jejak Gujarat, India dan Arab. Namun demikian,
Portugis akhirnya turut campur dalam politik di Asia Tenggara. Portugis aktif dalam
percaturan politik Johor untuk melawan pengaruh Aceh di Malaysia Barat dan untuk
mengendalikan ekonomi Johor sendiri. Akibatnya, terjadi persaingan antara kekuatan
Portugis, Johor dan Aceh sepanjang abad ke-16 sampai awal abad ke-17. Persaingan ini
baru berakhir ketika Portugis digantikan Belanda di Melaka pada tahun 1641. Dilihat
dalam kerangka sejarah dunia, pada waktu itu semangat petualangan telah mendorong
beberapa bangsa Eropa Barat berdagang ke seberang lautan melewati ujung selatan Afrika
ke India; dan dari sana terus ke Asia Tenggara, Cina dan Jepang. Petualangan ini sekaligus
berarti perluasan hubungan antara Timur dengan Barat yang di kemudian hari

37
Nyanyu Soraya, op.cit, hlm. 257-259

xxvi
menyebabkan terjadinya perubahan penting di bidang sosial dan politik di India dan Asia
Tenggara. Orang Portugis merebut Goa dan Melaka pada tahun 1510 dan 1511 dan Belanda
merebut Jakarta pada tahun 1689.38

Kejatuhan Melaka kepada Portugis (1511) pada masa sultan yang terakhir (Mahmud
Syah) didahului oleh rusaknya tatanan dalam negeri Melaka. Raja Mahmud Syah naik tahta
pada umur yang relatif muda. Ia berperangai buruk. Inilah yang menyebabkan sultan
konflik dengan para pembesar Melaka, termasuk Bendahara, Sri Maharaja. Sri Maharaja
tetap mempertahankan keharuman Melaka. Ia menjadi lebih mashur--ke dalam dan luar
Melaka--daripada sultan sendiri. Sri Maharaja akhirnya dibunuh atas perintah sultan.
Setahun kemudian, armada Portugis di bawah pimpinan raja muda Alfonso d’Alburquerque
dengan lebih kurang seribu personil tiba dan menguasai seluruh Melaka dalam waktu hanya
sepuluh hari. Kekalahan Melaka bukka tanpa perlawanan. Bahkan bantuan datang dari Pati
Unus, raja Jepara bersama angkatan laut gabungan bandar-bandar Jawa Tengah dan
Palembang. Serangan terhadap Portugis di Melaka dilakukan pada pergantian tahun 1512-
1513 dan berakhir dengan hancurnya armada laut Melaka. Kekalahan ini telah turut
menghancurkan sebagian besar armada kota-kota pelabuhan di Jawa. Setelah kejatuhan
Melaka ke tangan Portugis, Aceh (1511-1650) menggantikan posisinya sebagai entrepot
dan pusat penyebaran Islam di Nusantara.39

Bukti Peninggalan Kerajaan Malaka

a. Masjid Agung Deli

b. Masjid Raya Baitulrahman Aceh

c. Masjid Johor Bara

d. Benteng A’Farmosa, yang merupakan bukti penaklukkan Malaka oleh pasukan Portugis

e. Mata uang, yang merupakan peninggalan dari akhir abad ke-1540

38
Ali Abubakar, op.cit, hlm. 40-41
39
Ali Abubakar, op.cit, hlm. 41-42
40
Nyanyu Soraya, op.cit, hlm. 262

xxvii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesultanan Malaka merupakan kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara.
Kesultanan ini berdiri pada awal abad ke 15 M. Letak kesultanan Malaka diperkirakan
berada di Pulau Sumatera dan Semenanjung Malaya. Kerajaan ini cepat berkembang,
bahkan dapat mengambil alih dominasi pelayaran dan perdagangan dari kerajaan
Samudera Pasai yang kalah bersaing. Sejauh menyangkut penyebaran Islam di Tanah
Melayu, peranan kesultanan Malaka sama sekali tidak dapat dikesampingkan dalam
proses islamisasi, karena konversi Melayu terjadi terutama selama periode Kesultanan
Malaka pada abad ke-15.
Kerajaan Malaka didirikan oleh Parameswara antara tahun 1380-1403 M.
Parameswara berasal dari Sriwijaya, dan merupakan putra Raja Sam Agi. Saat itu,
ramasih menganut agama Hindu. Ia melarikan diri ke Malaka karena kerajannya di
Sumatera runtuh akibat diserang Majapahit. Pada saat Malaka di Sumatera runtuh akibat
diserang Majapahit. Pada saat Malaka didirikan, disitu terdapat penduduk asli dari Suku
Laut yang hidup sebagai nelayan. Raja-raja yang memerintah Kerajaan Malaka, yaitu :
a. Iskandar Syah (1396-1414 M)
b. Muhammad Iskandar Syah(1414-1424 M)
c. Mudzafat Syah (1424-1458 M)
d. Sultan Mansyur Syah (1458-1477 M)
e. Sultan Alaudin Syah (1477-1488)
f. Sultan Mahmud Syah (1488-1511 M)
Kejatuhan Melaka kepada Portugis (1511) pada masa sultan yang terakhir
(Mahmud Syah) didahului oleh rusaknya tatanan dalam negeri Melaka. Raja Mahmud
Syah naik tahta pada umur yang relatif muda. Ia berperangai buruk. Inilah yang
menyebabkan sultan konflik dengan para pembesar Melaka, termasuk Bendahara, Sri
Maharaja. Sri Maharaja tetap mempertahankan keharuman Melaka. Ia menjadi lebih
mashur ke dalam dan luar Melaka daripada sultan sendiri. Sri Maharaja akhirnya dibunuh
atas perintah sultan. Setahun kemudian, armada Portugis di bawah pimpinan raja muda

xxviii
Alfonso d’Alburquerque dengan lebih kurang seribu personil tiba dan menguasai seluruh
Melaka dalam waktu hanya sepuluh hari. Kekalahan Melaka bukka tanpa perlawanan.
Bahkan bantuan datang dari Pati Unus, raja Jepara bersama angkatan laut gabungan
bandar-bandar Jawa Tengah dan Palembang. Serangan terhadap Portugis di Melaka
dilakukan pada pergantian tahun 1512-1513 dan berakhir dengan hancurnya armada laut
Melaka. Kekalahan ini telah turut menghancurkan sebagian besar armada kota-kota
pelabuhan di Jawa. Setelah kejatuhan Melaka ke tangan Portugis, Aceh (1511-1650)
menggantikan posisinya sebagai entrepot dan pusat penyebaran Islam di Nusantara. Bukti
Peninggalan Kerajaan Malaka :
a. Masjid Agung Deli
b. Masjid Raya Baitulrahman Aceh
c. Masjid Johor Bara
d. Benteng A’Farmosa, yang merupakan bukti penaklukkan Malaka oleh pasukan
Portugis
e. Mata uang, yang merupakan peninggalan dari akhir abad ke-15.

B. Saran
Kami selaku penulis makalah ini, meminta kepada pembaca kiranya untuk
memberikan saran dan kritik terhadap apa yang sudah penulis sajikan. Apabila ada
kesalahan dalam penulisan ataupun sumber referensi penulis mohon maaf. Karena yang
namanya manusia tidak luput dari kesalahan. Oleh sebab itu, saran para pembaca sengat
penulis terima demi perbaikan makalah tersebut untuk lebih baik lagi.

xxix
DAFTAR PUSTAKA

Soraya, Nyayu. 2021. Islam dan Peradaban Melayu. Banten: Desanta Muiavisitama.

Abubakar, Ali. 2018. Undang-Undang Malaka. Banda Aceh: Sahifa dan UIN Ar-Raniry.

Helmiati. 2014. Sejarah Islam Asia Tenggara. Pekan Baru-Riau: Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Riau.

xxx

Anda mungkin juga menyukai