DI PULAU JAWA
Oleh:
Decequen Putri Setiadi
Kelas
PEMERINTAH PROVINSI
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan maklah ini. Shalawat serta salam
senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan Semoga kita termasuk
dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga
selesainya makalah ini. Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini
dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca,
menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat
memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya
kekurangan, baik dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang
dipaparkan. Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh
sebab itu, kami membutuhkan kritik dan saran kepada segenap pembaca yang
bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas di kemudian hari.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesultanan Mataram.............................................................................. 2
B. Kerajaan Demak.................................................................................... 2
C. Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat................................................ 3
D. Kerajaan Mataram................................................................................. 4
E. Kerajaan Banten..................................................................................... 6
F. Kesultanan Cirebon............................................................................... 8
G. Kerajaan Pajang..................................................................................... 10
H. Kasunanan Surakarta Hadiningrat......................................................... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................ 13
B. Saran...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum berdirinya kerajaan-kerajaan Islam, di Jawa telah berdiri
kerajaan-kerajaan Hindu-Budha yang cukup kokoh, kuat dan tangguh, bahkan
sampai saat ini hasil peradabannya masih dapat disaksikan. Misalnya, candi
Borobudur yang merupakan peninggalan Budha Mahayana dan candi Roro
Jonggrang di desa Prambanan. Demikian juga halnya dari segi literatur, seperti
buku Pararaton dan Negara Kertagama. Wajarlah jika Vlekke menyebut
kerajaan-kerajaan pra-Islam, khususnya Singosari dan Majapahit, sebagai
Empire Builders of Java.
Setelah agama Islam datang di Jawa dan Kerajaan Majapahit semakin
merosot pengaruhnya di Masyarakat, terjadilah pergeseran di bidang politik.
Menurut Sartono Kartodirjo, islamisasi menunjukkan suatu proses yang terjadi
cepat, terutama sebagai hasil dakwah para wali sebagai perintis dan penyebar
agama Islam di Jawa. Di samping kewibawaan rohaniah, para wali juga
berpengaruh dalam bidang politik, bahkan ada yang memegang pemerintahan.
Otoritas karismatik mereka merupakan ancaman bagi raja-raja Hindu di
pedalaman.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalahnya adalah bagaimana penjelasan tentang kerajaan-
kerajaan Islam di pulau Jawa.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesultanan Mataram
Kesultanan Mataram adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah
berdiri pada abad ke-17. Kerajaan ini dipimpin suatu dinasti keturunan Ki
Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan, yang mengklaim sebagai suatu cabang
ningrat keturunan penguasa Majapahit. Asal-usulnya adalah suatu Kadipaten
di bawah Kesultanan Pajang, berpusat di "Bumi Mentaok" yang diberikan
kepada Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas jasanya. Raja berdaulat
pertama adalah Sutawijaya (Panembahan Senapati), putra dari Ki Ageng
Pemanahan.
Kerajaan Mataram pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah
Jawa dan sekitarnya, termasuk Madura. Negeri ini pernah memerangi VOC di
Batavia untuk mencegah semakin berkuasanya firma dagang itu, namun
ironisnya malah harus menerima bantuan VOC pada masa-masa akhir
menjelang keruntuhannya.
Mataram merupakan kerajaan berbasis agraris/pertanian dan relatif
lemah secara maritim. Ia meninggalkan beberapa jejak sejarah yang dapat
dilihat hingga kini, seperti kampung Matraman di Batavia/Jakarta, sistem
persawahan di Pantura Jawa Barat, penggunaan hanacaraka dalam literatur
bahasa Sunda, politik feodal di Pasundan, serta beberapa batas administrasi
wilayah yang masih berlaku hingga sekarang.
B. Kerajaan Demak
Para ahli memperkirakan Demak berdiri tahun 1500. Sementara
Majapahit hancur beberapa waktu sebelumnya. Menurut sumber sejarah lokal
di Jawa, keruntuhan Majapahit terjadi sekitar tahun 1478. Hal ini ditandai
dengan candrasengkala, Sirna Hilang Kertaning Bhumi yang berarti memiliki
angka tahun 1400 Saka. Raja pertama kerajaan Demak adalah Raden Fatah,
yang bergelar Sultan Alam Akbar Al-Fatah. Raden Fatah memerintah Demak
dari tahun 1500- 1518 M. Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatah
2
3
D. Kerajaan Mataram
Setelah Kerajaan Demak berakhir, berkembanglah Kerajaan Pajang di
bawah pemerintahan Sultan Hadiwijaya. Di bawah kekuasaannya, Pajang
berkembang baik. Bahkan berhasil mengalahkan Arya Penangsang yang
berusaha merebut kekuasaannya. Tokoh yang membantunya mengalahkan
Arya Penangsang di antaranya Ki Ageng Pemanahan (Ki Gede Pemanahan).
Ia diangkat sebagai bupati (adipati) di Mataram. Kemudian putranya, Raden
Bagus (Danang) Sutawijaya diangkat anak oleh Sultan Hadiwijaya dan
dibesarkan di istana. Sutawijaya dipersaudarakan dengan putra mahkota,
bernama Pangeran Benowo.
Pada tahun 1582, Sultan Hadiwijaya meninggal dunia. Penggantinya,
Pangeran Benowo merupakan raja yang lemah. Sementara Sutawijaya yang
menggantikan Ki Gede Pemanahan justru semakin menguatkan kekuasaannya
sehingga akhirnya Istana Pajang pun jatuh ke tangannya. Sutawijaya segera
5
padi. Hasil-hasil yang lain adalah kayu, gula, kelapa, kapas, dan hasil
palawija.
E. Kerajaan Banten
Kerajaan Banten berawal sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak
memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan
menaklukkan beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai
pangkalan militer serta kawasan perdagangan. Maulana Hasanuddin, putra
Sunan Gunung Jati berperan dalam penaklukan tersebut. Setelah penaklukan
tersebut, Maulana Hasanuddin atau lebih sohor dengan sebutan Fatahillah,
mendirikan benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan, yang kemudian
hari menjadi pusat pemerintahan, yakni Kesultanan Banten.
Pada awalnya kawasan Banten dikenal dengan nama Banten Girang
yang merupakan bagian dari Kerajaan Sunda. Kedatangan pasukan Kerajaan
di bawah pimpinan Maulana Hasanuddin ke kawasan tersebut selain untuk
perluasan wilayah juga sekaligus penyebaran dakwah Islam. Kemudian dipicu
oleh adanya kerja sama Sunda-Portugis dalam bidang ekonomi dan politik, hal
ini dianggap dapat membahayakan kedudukan Kerajaan Demak selepas
kekalahan mereka mengusir Portugis dari Malaka tahun 1513. Atas perintah
Sultan Trenggono, Fatahillah melakukan penyerangan dan penaklukkan
Pelabuhan Sunda Kelapa sekitar tahun 1527, yang waktu itu masih merupakan
pelabuhan utama dari Kerajaan Sunda. Selain mulai membangun benteng
pertahanan di Banten, Fatahillah juga melanjutkan perluasan kekuasaan ke
daerah penghasil lada di Lampung. Ia berperan dalam penyebaran Islam di
kawasan tersebut, selain itu ia juga telah melakukan kontak dagang dengan
raja Malangkabu (Minangkabau, Kerajaan Inderapura), Sultan Munawar Syah
dan dianugerahi keris oleh raja tersebut.
Seiring dengan kemunduran Demak terutama setelah meninggalnya
Sultan Trenggono, maka Banten melepaskan diri dan menjadi kerajaan yang
mandiri. Pada 1570 Fatahillah wafat. Ia meninggalkan dua orang putra laki-
laki, yakni Pangeran Yusuf dan Pangeran Arya (Pangeran Jepara). Dinamakan
Pangeran Jepara, karena sejak kecil ia sudah diikutkan kepada bibinya (Ratu
7
F. Kesultanan Cirebon
Kesultanan Cirebon adalah sebuah kesultanan Islam ternama di Jawa
Barat pada abad ke-15 dan 16 Masehi, dan merupakan pangkalan penting
dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar pulau. Lokasinya di pantai utara
pulau Jawa yang merupakan perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat,
membuatnya menjadi pelabuhan dan "jembatan" antara kebudayaan Jawa dan
Sunda sehingga tercipta suatu kebudayaan yang khas, yaitu kebudayaan
Cirebon yang tidak didominasi kebudayaan Jawa maupun kebudayaan Sunda.
Kesultanan Cirebon didirikan di dalem agung pakungwati sebagai pusat
9
G. Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang adalah satu kerajaan yang berpusat di Jawa Tengah
sebagai kelanjutan Kerajaan Demak. Kompleks keratonnya pada zaman ini
tinggal tersisa berupa batas-batas fondasinya saja yang berada di perbatasan
Kelurahan Pajang - Kota Surakarta dan Desa Makamhaji, Kartasura,
Sukoharjo. Nama negeri Pajang telah dikenal sejak zaman Kerajaan
Majapahit. Menurut Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365, bahwasanya
pada zaman tersebut adik perempuan Hayam Wuruk (raja Majapahit saat itu)
bernama asli Dyah Nertaja menjabat sebagai penguasa Pajang, bergelar
Bhatara i Pajang, atau disingkat Bhre Pajang. Dyah Nertaja merupakan ibu
dari Wikramawardhana (raja Majapahit selanjutnya).
Berdasar naskah-naskah babad, bahwa negeri Pengging disebut
sebagai cikal bakal Pajang. Cerita Rakyat yang melegenda menyebut bahwa
Pengging sebagai kerajaan kuno yang pernah dipimpin Prabu Anglingdriya,
musuh bebuyutan Prabu Baka raja Prambanan. Kisah ini dilanjutkan dengan
dongeng berdirinya Candi Prambanan. Ketika Majapahit dipimpin oleh
Brawijaya (raja terakhir versi naskah babad), bahwa nama Pengging muncul
kembali. Dikisahkan bahwa putri Brawijaya yang bernama Retno Ayu
Pembayun diculik Menak Daliputih raja Blambangan putra Menak Jingga.
Muncul seorang pahlawan bernama Jaka Sengara yang berhasil merebut sang
putri dan membunuh penculiknya.
Atas jasanya itu, kemudian Jaka Sengara diangkat oleh Brawijaya
sebagai bupati Pengging dan dinikahkan dengan Retno Ayu Pembayun. Jaka
Sengara kemudian bergelar Andayaningrat. Pajang terlihat sebagai kerajaan
pertama yang muncul di pedalaman Jawa setelah runtuhnya kerajaan Muslim
11
A. Kesimpulan
Jawa adalah wilayah yang dahulunya banyak terdapat kerajaan-
kerajaan. Kehadiran Islam di pesisir utara pulau Jawa dapat dibuktikan
berdasarkan arkeologi, hikayat, legenda, serta berita-berita asing. Islamisasi
yang terjadi di daerah pesisir utara Jawa dari bagian timur-barat lambat laun
menghasilkan munculnya kerajaan Islam, mulai dari kerajaan Demak ke barat
Cirebon dan Banten, dari Demak ke pedalaman muncul kerajaan Pajang dan
Mataram dll.
C. Saran
Setelah beberapa paparan dan kesimpulan yang dijabarkan, saran yang
dapat penulis sampaikan yaitu semoga dengan mengetahui sejarah
perkembangan Islam di Jawa kita dapat menghormati dan menghargai hasil
jerih payah mereka dalam menegakkan Islam di daerah Jawa walaupun harus
berkorban nyawa dalam memerangi Belanda yang pernah menguasai daerah-
daerah di Kalimantan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad al-Usairy, 2003,Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX,
Jakarta: Akbar Media Eka Sarana
H.J. De Graaf dan TH. Pigeaud, 2003, Kerajaan Islam Pertama di Jawa,
Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti
http://enzoblogy.blogspot.com/2009/09/-kerajaan-mataram.html
http://haristepanus.wordpress.com/kerajaan-mataram-/
http://ms.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Mataram_Kuno
https://id.wikipedia.org/wiki/Kasunanan_Surakarta
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Mataram
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Ngayogyakarta_Hadiningrat
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_pada_era_kerajaan_Islam