Anda di halaman 1dari 32

Peradaban Islam Pada

Masa Kerajaan Turki


Usmani (1290 – 1924 M)
Disusun Oleh

⋄ Febila Putri Romanza (10060317002)


⋄ Avilia Dhiar Aryani (10060317007)
⋄ Mutia Yustika Wardhani (10060317008)
⋄ Yosi Siti Solihah (10060317010)
⋄ Annisa Dwiva Cahya (10060317025)
⋄ Santi Setianti (10060317033)

2
⋄ Sejarah merupakan segala peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian
yang telah terjadi yang dapat memberikan segala manfaat bagi
kehidupan manusia baik itu menjadi sumber inspirasi, edukatif,
maupun sebagai sumber rekreatif bagi setiap manusia. Khususnya
sejarah mengenai peradaban Islam.

⋄ Di mana melalui sejarah peradaban Islam terdapat berbagai cerita


atau kronologi mengenai peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan
agama Islam baik itu pada zaman Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam, pada masa Khulafaurrasyidin, atau para tabi’in dan
tabiuttabi’in.
3
Salah satu yang dikaji dalam sejarah peradaban Islam ialah
mengenai kerajaan-kerajaan yang berdiri sepeninggalan Rasulullah dan para
sahabatnya, diantara kerajaan-kerajaan tersebut adalah kerajaan Turki Ustmani
yang berdiri selama kurang lebih 7 abad lamanya. Kerajaan Turki Ustmani
dipimpin oleh banyak khalifah karena kerajaan ini berdiri dalam waktu yang
lama. Banyak peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kerajaan
Turki Ustmani, baik itu mengenai konflik intern, ekstern, mengenai kejayaan-
kejayaan yang diperoleh, para pemimpinnya, faktor penyebab kemundurannya
dan sebagainya
Munculnya dinasti Ustmani di
Turki terjadi pada saat dunia Islam
mengalami fragmentasi kekuasaan pada
periode kedua dari pemerintahan
Abbasiyah (kira-kira abad ke-9). Sebelum
itu, sekalipun telah ada kekuasaan bani
Umayyah di Andalusia (755-1031 M) dan Bani
Idris di bagian barat Afrika Utara (788-974
M), fregmentasi itu semakin menjadi pada
sejak abad ke-9 M. Pada abad itu muncul
berbagai dinasti seperti Aghlab, di Kairawan
(800-909 M), Bani Thulun di Mesir (858-905
M), Bani Saman di Bukhara (874-1001 M) dan
Bani Buwaih di Baghdad dan Syiraz (932-
5
1000 M).
Kerajaan Ustmani berkuasa secara
meluas di Asia kecil sejak munculnya pembina
dinasti ini yaitu Ottoman, pada tahun 1306 M.
Golongan Ottoman mengambil nama mereka dari
Ustman I (1290-1326 M), pendiri kerajaan ini dan
keturunannya berkuasa sampai 1922. Di antara
negara muslim, Turki Ustmani yang dapat
mendirikan kerajaan yang paling besar serta
paling lama berkuasa. Pada masa Sultan Ustman,
orang Turki bukan merebut negara-negara Arab,
tetapi juga seluruh daerah antara Kaukasus dan
kota Wina. Dari Istanbul, ibu kota kerajaan itu,
mereka menguasai daerah-daerah di sekitar laut
tengah dan berabad-abad lamanya Turki
merupakan faktor penting dalam perhitungan
ahli-ahli politik di Eropa Barat. 6

7
Sejarah Berdirinya Kerajaan Turki
Ustmani

8
Kerajaan Turki Ustmani didirikan oleh suku bangsa pengembara yang
berasal dari wilayah Asia Tengah, yang termasuk suku Kayi. Ketika
bangsa Mongol menyerang umat Islam, pemimpin suku kayi, Sulaiman
Syah, mengajak anggota sukunya untuk menghindari serbuan bangsa
Mongol tersebut dan lari ke arah barat. Bangsa Mongol itu mulai
menyerang dan menaklukan wilayah Islam yang berada di bawah
kekuasaan dinasti Khwarazm Syah tahun 1219-1220 M. Sulaiman Syah
meminta perlindungan kepada Jalal Ad-Din, pemimpin terakhir
dinasti Khwarazm Syah tersebut di Transoksania, sebelum dikalahkan
oleh assukan Mongol. Jalal ad-Din memberi jalan agar Sulaiman pergi
ke Barat ke arah Asia kecil, dan di sanalah mereke menetap. Sulaiman
ingin pindah lagi ke wilayah Syam setelah ancaman Mongol reda.
Dalam usahanya pindah ke negri Syam tersebut, pemimpin orang-
orang Turki tersebut hanyut di suangi Euphrat yang tiba-tiba pasang
karena banjir besar, tahun 1228

9
Mereka akhirnya terbagi menjadi 2 kelompok, yang
pertama ingin pulang ke negeri asalnya, dan yang kedua
meneruskan perantauannya ke wilayah Asia Kecil. Kelompok kedua
itu berjumlah sekitar 400 keluarga dipimpin oleh Erthogrol
(Arthogrol), anak Sulaiman. Mereka akhirnya menghambkan dirinya
kepada Sultan Ala ad-Din II dari Turki Saljuq Rum yang
pemerintahannya berpusat di Konya, Anatolia, Asia Kecil

10
Di sana di bawah pimpinan Ertoghrul mereka mengabdikan diri
kepada Sultan Seljuk yang sedang berperang melawan Bizanthium. Pada
waktu itu bangsa Saljuq yang serumpun dan seagama dengan orang-orang
Turki imigran tadi melihat bahaya bangsa Romawi yang mempunyai
kekeuasaan kemaharajaan Romawi Timur (Bizantium). Dengan adanya
tambahan pasukan baru dari saudara sebangsanya itu pasukan Saljuq
menang atas Romawi. Sultan gembira dengan kemenangan tersebut dan
memberi hadiah kepada Erthogrol wilayah yang berbatasan dengan
Bizantum. Dengan senang hati Erthogrol membangun tanah perdikan itu dan
berusaha memperluas wilayahnya dengan merebut dan merongrong wilayah
Bizantium. Mereka menjadikan Sogud sebagai pusat kekuasaannya. Dinasti
Saljuk Rum sendiri sedang surut pada saat itu. Dinasti tersebut telah
berkuasa di Anatholia bagian tengah kurang lebih dua ratus tahun lamanya,
sejak tahun 1077 hingga tahun 1300.
11
Erthogrol mempunyai seorang putra yang bernama Usman yang
diperkirakan lahir tahun 1258. Nama Ustman itulah yang diambil sebagai nama untuk
kerajaan Turki Ustmani. Erthogrol meninggal tahun 1280. Ustman ditunjuk untuk
menggantikan kedudukan ayahnya sebagai pemimpin suku bangsa Turki atas
persetujuan Sultan Saljuq, yang merasa gembira karena pemimpin baru itu dapat
meneruskan kepemimpinan pendahulunya. Sultan banyak memberikan hak istimewa
kepada Ustman dan mengangkatnya menjadi gubernur dengan gelar bey di belakang
namanya. Ustman juga diperbolehkan untuk mencetak uang sendiri dan didoakan dalam
khutbah jum’at. Namun demikian, sebagian ahli menyebutkan bahwa Ustman adalah
anak Sauji. Sauji itulah anak Erthogrol, sehingga Usman adalah cucunya, bukan anaknya.
Sauji telah meniggal sebelum ayahnya meninggal. Ia meninggal dalam perjalanan pulang
sehabis memohon kepada Sultan Saljuq atas perintah ayahnya Erthogrol untuk tinggal
menetap di wilayahnya. Permohonan itu dikabulkan oleh Sultan makanya Erthogrol
ketika menerima berita ini sedih bercampur gembira. Sedih karena anaknya meninggal
dan gembira karena permohonannya untuk menettap di wilayah Saljuq itu dikabulkan
oleh Sultan
12
Ketika Erthogrol meninggal dunia tahun 1289 M, kepemimpinan dilanjutkan oleh
Ustman. Usman inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajan Ustmani. Ustman
memerintah antara tahun 1290 M dan 1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa
kepada Sultan Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki benteng-benteng
Bizanthium yang berdekatan dengamn kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol
menyerang kerajaan Seljuq Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan
kecil. Usmanpun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang
didudukinya. Sejak itulah kerajaan Usman dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya
adalah Usman yang sering disebut juga Ustman I

13
Perkembangan Pemerintahan Dinasti
Turki Usmani dam Sultan Turki
Ustmani

14
Dinasti Turki Usmani berkembang dengan sangat cepat, dengan memiliki
sistem pemerintahan yang baik, potensi kekuatan militer yang kuat, rakyat yang patuh
tunduk pada kerajaan. Perkembangan ini tampak naik turun tergantung dari sultan atau
raja yang memimpin, karena dalam setiap kepemimpinan memiliki gaya tersendiri,
Masing-masing periodesasi ini menjadi bentuk perkembangan dinasti turki usmani
dalam menjalani masa kejayaannya. Jadi, perkembangan pemerintahan dinasti turki
usmani ini adalah konsistensi dan kesinambungan dalam mempertahankan dinasti turki
usmani membentuk peradaban Islam dengan sistem perpolitikan kesultanan.

15
Dinasti Turki Usmani berkembang dengan sangat cepat, dengan memiliki
sistem pemerintahan yang baik, potensi kekuatan militer yang kuat, rakyat yang patuh
tunduk pada kerajaan. Perkembangan ini tampak naik turun tergantung dari sultan atau
raja yang memimpin, karena dalam setiap kepemimpinan memiliki gaya tersendiri,
Masing-masing periodesasi ini menjadi bentuk perkembangan dinasti turki usmani
dalam menjalani masa kejayaannya. Jadi, perkembangan pemerintahan dinasti turki
usmani ini adalah konsistensi dan kesinambungan dalam mempertahankan dinasti turki
usmani membentuk peradaban Islam dengan sistem perpolitikan kesultanan.
Kerajaan Usmani bangkit kembali pada masa pemerintahan Murad II. Ia
digelari Al-Fatih (Sang Penakluk) karena pada masanya ekspansi Islam berlangsung
secara besar-besaran. Kota penting yang berhasil ditaklukkan adalah Konstantinopel
pada tahun 1453. Dengan demikian usaha menaklukkan Islam atas kerajaan Romawi
Timur yang dimulai sejak zaman Umar Bin Khattab telah tercapai. Konstantinopel
dijadikan ibu kota kerajaan dan namanya diubah menjadi Istanbul (Tahta Islam).
Kejatuhan Konstantinopel memudahkan tentara Usmani menaklukkan wilaya lainnya
seperti Serbia, Albania dan Hongaria. Sekalipun Konstatinopel telah jatuh di tangan
Usmani dibawa kekuasaan Muhammad Al-Fatih, namun umat Kristen sebagai
pendudduk asli daerah tersebut tetap diberikan kebebasan beragama. Bahkan mereka
dibiarkan memilih ketua-ketua dilantik oleh16Sultan
Di masa Sulaiman yang bergelar juga al-Qanuni itulah Turki Ustmani
mencapai puncak kejayaannya. Setelah masa itu para sultannya dalam keadaan lemah,
ditambah lagi dengan banyaknya serangan balik dari negeri-negeri Eropa yang sudah
merasa kuat. Akhirnya para penguasa Ustman tidak dapat lagi mempertahankan
kerajaanya yang luas itu dan hilanglah kekuasaannya tahun 1924 ketika Mustafa Kemal
Attaturk menghapuskan kekhalifahan untuk selama-lamanya di bumi Turki dan
bergantilah negeri itu menjadi Republik hingga kini
Dalam sekian lama kekuasaannya sekitar 165 tahun berkuasa tidak kurang
dari tiga puluh delapan sultan, yang sejarah kekuasaan mereka bisa di bagi menjadi lima
periode.

17
Periode Pertama Periode Kedua Periode Ketiga
a. Usman I 1299-1326 a. Muhammad I (Putera Bayazid a. Salim II (Putera Sulaiman
b. Orkhan (putera Usman I) I) 1403-1421
I) 1566-1573
1326-1359 b. Murad II (Putera Muhammad
b. Murad III (Putera Salim
I) 1421-1451
c. Murad ((putera Orkhan) II) 1573-1596
1359-1389 c. Muhammad II Fatih (Putera
Murad II) 1451-1481 c. Muhammad III (Putera
d. Bayazid I Yildirim (Putera
d. Bayazid II (Putera
Murad III) 1596-1603
Murad) 1389-1402
Muhammad II) 1481-1512 d. Ahmad I (Putera
e. Salim I (Putera Bayazid II) Muhammad III) 1603-1617
1512-1520
e. Mustafa I (Putera Ahmad
f. Sulaiman I Qanuni (Putera I) 1617-1618
Salim I) 1520-1566

18
Periode Keempat Periode Kelima
a. Ahmad III (Putera Muhammad a. Abdul Majid I (Putera Mahmuud II)1839-1861
IV)1703-1730
b. Abdul Aziz (Putera Mahmud II)1861-1876
b. Mahmud I (Putera Mustafa II)
c. Murad V (Putera Abd. Majid I)1876-1876
1730-1754
d. Abdul Hamid II (Putera Abd. Majid I)1876-
c. Usman III (Putera Mustafa
1909
II)1754-1757
e. Muhammad V (Putera Abd. Majid I)1909-1918
d. Mustafa III (Putera Ahmad III)
1757-1774 f. Muhammad IV (Putera Abd. Majid I) 1918-
1922
e. Abdul Hamid (Putera Ahmad
III) 1774-1788 g. Abdul Majid II 1922-1924

f. Salim III (Putera Mustafa III)


1789-1807

19
Peradaban Islam di Turki

20
1. Bidang Pemerintahan dan Militer
Untuk pertama kali, kekuatan militer kerajaan mulai
diorganisasi dengan baik dan teratur ketika terjadi kontak senjat dengan
Eropa. Ketika itu pasukan tempur yang besar sudah terorganisasi.
Pengorganisasian yang baik, taktik dan strategi tempur Ustmani
berlangsung tanpa halangan berarti. Namun tidak lama setelah
kemenangan tercapai, kekuatan mliter yang besar ini dilanda
kekisruhan. Kesadaran perajuritnya menurun. Mereka merasa dirinya
sebagai pemimpin-pemimpin yang berhak menerima gaji. Akan tetapi
keadaan tersebut segera dapat diatasi oleh Orkhan dengan jalan
mengadakan perombakan besar-besaran dalam tubuh militer.
Perbaharuan dalam tubuh organisasi militer oleh Orkhan
tidak hanya dalam bentuk mutassi personil-personil pemimpin, tetapi
juga diadakan perombakan dalam keanggotaan. Bangsa-bangsa non
Turki dimasukkan sebagai anggota dan dibimbing dalam suasana Islam
untuk dijadikan prajurit. Program ini ternyata berhasil dengan
terbentuknya kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissari dan
Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Ustmani
menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang
amat besar dalam penaklukan negara-negara non-muslim

21
Kekuatan militer Turki Ustmani yang tangguh itu
dengan cepat dapat menguasai wilayah yang sangat luas, baik di
Asia, Afrika, maupun Eropa. Keberhasilan ekspansi tersebut
dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemerintah yang
teratur. Dalam mengelola pemerintahan yang luas, sultan-sultan
Turki Ustmani senantiasa bertindak tegas. Dalam struktur
pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh
Shadr Al-A’zham (perdana mentri) yang membawahi Pasya
(gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat I. Di bawahnya
terdapat beberapa orang Az-Zanaziq atau Al-Alawiyah (bupati).
Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, di masa Sultan
Sulaiman I disusun sebuah kitab undang-undang (qanun). Kitab
tersebut diberi nama Multaqa Al-Abhur, yang menjadi pegangan
hukum bagi kerajaan Turki Ustmani sampai datangnya reformasi
pada abad ke-19. Karena jasa Sultan Sulaiman I yang amat
berharga ini, di ujung namannya ditambah gelar Sultan Sulaiman
Al-Qanuni. Kemajuan dalam bidang kemiliteran dan
pemerintahan ini membawa Dinasti Turki Usmani menjadi sebuah
negara yang cukup disegani pada masa kejayaannya

22
2. Bidang Ilmu Pengetahuan
⋄ Peradaban Turki Usmani merupakan perpaduan
bermacam-macam peradaban, diantaranya adalah
peradaban Persia, mereka banyak mengambil pelajaran-
pelajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-
raja. Organisasi pemerintahan dan kemilitera banyak
mereka serap dari Bizantium. Sedangkan ajaran tentang
perinsip-perinsip ekonomi, sosial kemasyarakatan dan
keilmuan mereka terima dari orang-orang Turki Ustmani
yang terkenal sbagai bangsa yang senang dan mudah
berasimilasi dengan bangsa asing utnuk menerima
kebudayaan luar
⋄ Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Ustmani lebih
banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang
kkemiliteran sementara dalam bidang ilmu pengetahuan,
mereka kelihatan tidak begitu menonjol. Karena itulah
dalam khazanah intelektual Islam kita tidak menemukan
ilmuan terkemuka dari Turki Usmani

23
3. Bidang Kebudayaan
Pada zaman kemajuannya. Dalam bidang
kebudayaan Turki Ustmani banyak muncul tokoh-tokoh penting
seperti yang terlihat pada abad ke-16, 17, dan 18. Antara lain abad
ke-17, muncul penyair yanitu Nafi’ (1582-1636 M). Nafi’ bekerja
untuk Murad Pasya dengan menghasilkan karya-karya sastra
Kaside yang mendapat tempat di hati para Sultan.
Di antara penulis yang membawa pengaruh Persia
ke dalam istana Usmani adalah Yusuf Nabi (1642-1721 M), ia
muncul sebagai juru tulis bagi Musahif Mstafa, salah seorang
menteri Persia dan ilmu-ilmu agama. Dalam bidang sastra prosa
Kerajaan Ustmani melahirkan dua tokoh terkemuka yaitu Katip
Celebi dan Evliya Celebi. Yang terbesar dari semua penulis
adalah Mustafa bin Abdullah, yang dikenal dengan Katip Celebi
dan Haji Halife (1609-1657 M). Ia menulis buku bergambar dalam
karya terbesarnya Kasyf Az-Zunun fi Asmai Al-Kutub wa Al-
Funun. Selain itu terdapat salah seorang penyair yang paling
terkenal adalah Muhammad Esat Efendi yang dikenal dengan
Galip Dede atau Syah Galip (1757-1799 M).
24
4. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai
peranan besar dalam lapangan sosial dan politk. Masyarakat
digolong-golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri
sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi
hukum yang berlaku. Karena itu ulama mempunyai tempat
tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat.
Mufti, sebagai pejabat urusan agama tertinggi, berwenang
memberi fatwa resmi terhadap problema keagamaan yang
dihadapi masyarakat. Tanpa legitimasi Mufti keputusan hukum
kerajaan bisa tidak berjalan.
Kajian mengenai ilmu keagamaan Islam, seperti fiqh,
ilmu kalam, tafsir dan hadis boleh dikatakan tiak mengalami
perkembangan yang berarti. Para penguasa lebih cenderung
untuk menegakkan satu faham (mazhab) keagamaan dan
menekan mazhab lainnya. Akibat kelesuan di bidang ilmu agama
dan fanatik yang berlebihan maka ijtihad tidak berkembang.
Ulama hanya menulis buku dalam bentuk syarah dan hasyiyah
terhadap karya-karya klasik
25
Bagaimanapun kerajaan Turki Usmani banyak
berjasa, terutama dalam perluasan wilayah kekuasaan Islam ke
benua Eropa. Ekspansi kerajaan ini untuk pertama kalinya lebih
banyak ditujuka ke Eropa Timur yang belum masuk ke dalam
wilayah kekuasaan dan agama islam. Akan tetapi karena dalam
bidang peradaban dan kebudayaan kecuali dalam hal-hal yang
bersifat fisik pekembangannya jauh di bawah kemajuan politik,
maka bukan saja negeri-negeri yang sudah ditaklukan itu,
akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan pusat, tetapi juga
masyarakatnya tidak banyak yang memeluk agama Islam

26
Kemajuan dan kemunduran dinasti
turki usmani

27
Kemajuan Dinasti Turki Usmani
Masa kesuksesan dinasti turki usmani ini yang
paling menonjol adalah pasa masa Sulaiman Qanuni, sultan ini
memerintah dengan periodeisasi paling lama diantara sultan-
sultan yang lain. Dalam masa pemerintahannya, sultan Sulaiman
ini berhasil mempersatukan ummat muslim dan non muslim,
beberapa wilayah besar ikut masuk ke dalam dinasti turki ini.
Berikut capaian kemajuan pada masa dinasti turki usmani :
1. Pengelolaan pemerintahan dan reorganisasi militer
2. Kemajuan dalam bidang perekonomian
3. Kemajuan dalam bidag ilmu dan budaya
4. Kemajuan dalam bidang Agama

28
Menurut Ajid Tahir dalam bukunya menyebutkan bahwa
faktor-faktor yang menyebabkan sehingga Turki Usmani memperoleh
kemajuan antara lain :
⋄ Adanya sistem pemberian hadiah berupa tanah kepada tentara yang
berjasa
⋄ Tidak adanya diskriminasi dari pihak penguasa
⋄ Kepengurusan organisasi yang cakap
⋄ Pihak Turki memberikan perlakuan baik terhadap saudara-saudara
baru dan memberikan kepada mereka hak rakyat secara penuh
⋄ Turki telah menggunakan tenaga-tenaga profesional dan terampil
⋄ Kedudukan sosial orang-orang Turki telah menrik minat penduduk
negeri-negeri Balkan untuk memeluk agama Islam
⋄ Rakyat memeluk agama Kristen hanya dibebani biaya perlindungan
(jizyah) yang relatife murah dibandingkan pada masa Bizantium
⋄ Semua penduduk memperoleh kebebasan untuk menjalankan
kepercayaann Karena Turki tidak fanatik agama, wilayah-wilayah
Turki menjadi tempat perlindungan orang-orang Yahudi dari
serangan kerajaan Kristen di Spanyol dan Portugal pada abad ke-16
29
Kemunduran Dinasti Turki Usmani

Setelah Sultan Al-Qanuni wafat (1566 M), kerajaan


Turki Usmani memulai memasuki fase kemunduran. Akan tetapi,
sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat,
kemunduran itu tidak langsung terlihat. Sultan Suliaman Al-
Qanuni digan ti oleh Sultan Salim II. Di masa pemerintahannya
terjadi pertempuran antara armada laut kerajaan Usmani dengan
armada laut kristen yang terdiri dari angkatan lau Spanyol,
Bundukia, Sri Paus dan sebagian kapal para pendeta Malta yang
dipimpin oleh Don Juan dari Spanyol.
Pertempuran ini terjadi di Selat Liponto (Yunani).
Dalam pertempuran ini Turki Usmani mengalami kekalahan yang
mengakibatkan Tunisia dapat direbut musuh. Baru pada masa
sultan berikutnya Sultan Murad III, Tunisia dapat direbut
kembali (Samsul Munir Amin 2010, Hal 205). Pada masa Sultan
Murad III (1574-1595) Kerajaan Usmani pernah berhasil menyerbu
Kaukasia dan menguasai Tiflis di laut Hitam (1577 M), merampas
kembali Tibris, ibu kota kerajaan Safawi, menundukkan Georgia,
mencampuri urusan dalam negeri Polandia dan mengalahkan
30
gubernur Bosnia pada tahun 1593 M.
Banyak faktor yang menyebabkan kerajaan Usmani itu
mengalami kemunduran, diantaranya adalah:

1. Wilayah kekuasaan yang sangat luas


2.Heterogenitas penduduk
3. Kelemahan para penguasa
4.Budaya Pungli (korupsi)
5. Pemberontakan tentara Jenissari
6.Merosotnya ekonomi
7. Terjadinya Stagnasi dalam lapanagan Ilmu dan Teknologi

31
Terimakasih!
Ada Pertanyaan?

32

Anda mungkin juga menyukai