Anda di halaman 1dari 22

i

KERAJAAN SYAFAWI DI PERSIA





DISUSUN
Oleh:

Kelompok X

1. NURRAHMAYANI (70300112023)
2. ADE IRMA SUHARDI (70300112037)
3. NURWAHYU (70300112040)



PRODI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2014


ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat,
hidayah dan karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya..
Tidak lupa pula penyusun ucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah
yang telah memberikan tugas, petunjuk, dan bimbingan kepada penyusun
sehingga penyusun termotivasi untuk menyelesaikan tugas ini dan juga kepada
teman-teman dan semua pihak yang telah berperan dalam penyelesaian dan
penyusunan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, mungkin ada kekurangan sehingga
penyusun mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi penyempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi
pembaca ataupun pihak yang membutuhkan dan dapat bermanfaat bagi penyusun,
pembaca dan pihak yang membutuhkan. Amin.


Samata, Mei 2014

Penyusun

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Asal Usul Terbentuknya Kerajaan Syafawi........................................ 3
B. Perkembangan Kerajaan Syafawi ...................................................... 4
C. Masa Kejayaan dan Kemajuan dalam Kerajaan Syafawi .................. 8
D. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Syafawi ............................. 14
BAB III KESIMPULAN
....................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah khalifah Abbasiyah di Bagdad runtuh akibat serangan tentara
Mongol,1[1] kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis.
Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang
satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan
peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu.
Namun, kemalangan tidak berhenti sampai disitu. Timur Lenk, pemimpin
bangsa mongol saat itu, juga menghancurkan pusat-pusat kekuasaan Islam
yang lain.
Keadaan politik umat islam secara keseluruhan baru mengalami
kemajuan kembali setelah dan berkembangnya tiga kerajaan besar : Usmani
di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia. Dimasa tiga kerjaan besar
ini kejayaan masing-masing terutama dalam bentuk literatur dan arsitek.
Masjid-masjid yang didirikan kerajaan ini masih dapat diihat di Istambul,
Tibriz dan Isfaham serta kota-kota lain di Iran dan Delhi. Kemajuan umat
islam di zaman ini lebih banyak merupakan warisan kemajuan pada masa
priode klasik. Perhatian di ilmu pengetahuan masih kurang. Tentu saja bila
dibandingkan kemjuan yang dicapai pada masa dinasti Abbsyiah, khususnya
di bidang ilmu pengetahuan. Namun, menarik untuk dikaji, karena kemajuan

1[1] Serangan Mongol tersebut telah menghancurkan kota-kota dengan bangunan yang indah,
tempat-tempat belajar, perpustakaan yang mengoleksi banyak buku, dll milik umat Islam, semua hancur,
musnah dibakar, bahkan umat Islampun dibunuh, pembunuhan terjadi tidak hanya pada petinggi/pembesar
kerajaan, seperti terjadi pada masa kepemimpinan Hulagu, manusia tidak berdosapun juga ikut dibunuh
oleh tentara Mongol, seperti dilakukan oleh Argun, Khan ke empat pada Dinasti II Khaniyah. (baca: Dedi
supriyadi, Sejarah peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hlm. 185.
2

pada masa ini terwujud setelah dunia islam mengalami kemunduran beberapa
abad lamanya.2[2]
Ada dua aspek menarik dari pengkajian sejarah kerajaan Safawi pada
1501-1722 M. Pertama lahir kembali dinasti Safawi adalah kebangkitan
kembali kejayaan Islam, sebelumnya pernah mengalami masa kecemerlangan.
Kedua, dinasti Safawi telah memberikan Iran semacam Negara Nasional
dengan identitas baru yaitu aliran Syiah yang menurut G.H. Jansen
merupakan landasan bagi perkembangan Nasionalisme Iran modern.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal-usul terbentuknya Kerajaan Syafawi di Persia ?
2. Bagaimana perkembangan Kerajaan Syafawi di Persia ?
3. Bagaimana masa kejayaan dan kemajuan-kemajuan yang dialami
Kerajaan Syafawi di Persia ?
4. Bagaimana fase kemunduran dan sebab-sebab kehancuran kerajaan
syafawi di Persia ?


2[2] Harun Nasution, Perkembangan dalam Islam : Sejarah, Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta : Bulan
Bintang, 1992) hal 14.
3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal-Usul Terbentuknya Kerajaan Syafawi
Awalnya kerajaan ini berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri
di Ardabila, sebuah kota di Azerbaijan, Tarekat ini diberi nama Tarekat
Safawiyah,3[3] yang diambil dari nama pendirinya Safi Al-din (1252-1334
M), dan nama itu terus dipertahankankan sampai tarekat ini menjadi gerakan
politik. Bahkan, nama itu terus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil
mendirikan Kerajaan.4[4] Menurut Harun Nasution, di Persia muncul suatu
dinasti yang kemudian merupakan suatu kerajaan besar di dunia Islam.
Dinasti ini berasal dari seorang sufi bernama Syekh Ishak Safiuddin dari
Ardabila di Azerbaijan.5[5]
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa penggagas awal berdirinya
Kerajaan Safawi adalah Syekh Ishak Safiuddin dari Ardabila di Azerbaijan
atau dikenal dengan Safi Al-Din, yang semula hanya sebagai mursyid tarekat
dengan tugas dakwah agar umat Islam secara murni berpegang teguh pada
ajaran agama. Namun pada tahun selanjutnya setelah memperoleh banyak
pengikut fanatik akhirnya aliran tarekat ini berubah menjadi gerakan politik
dan diteruskan mendirikan sebuah kerajaan. Perkembangan peradaban Islam
di Persia dimulai sejak berdirinya kerajaan Safawi, yang dipelopori oleh Safi
Al-Din sejak tahun 1252 hingga 1334 M. Kerajaan ini berdiri di saat Kerajaan
Turki Usmani mencapai puncak kejayaannya.6[6] Safi al Din Al Ardabily

3[3] Tarekat Safawiyah ini didirikan bersamaan dengan berdirinya kerajaan Usmani di Turki.
4[4] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000,hlm. 138
5[5] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Bebagai Aspek, Jakarta: UI-Press, 1985, hlm. 84
6[6] www.kodeka.blogspot
4

adalah keturunan dari Imam Syiah yang ketujuh Musa Al-Khazim. Oleh
karena itu dia masih keturunan Rasulullah dari garis puterinya Siti fatimah.
Kerajaan Safawi secara resmi berdiri di Persia pada 1501 M/907,
tatkala Syah Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja atau syah di
Tabriz, demikian pendapat CE Bosworth dan menjadikan Syiah Itsna
Asyariah sebagai ideologi negara. Namun event sejarah yang penting ini
tidaklah berdiri sendiri. Peristiwa itu berkaitan dengan peristiwa-peristiwa
sebelumnya dalam rentang waktu yang cukup panjang yakni kurang lebih dua
abad. (Thohir, 2004: 167)
Berikut urutan penguasa kerajaan Safawi :
1. Isma'il I (1501-1524 M)
2. Tahmas I (1524-1576 M)
3. Isma'il II (1576-1577 M)
4. Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)
5. Abbas I (1587-1628 M)
6. Safi Mirza (1628-1642 M)
7. Abbas II (1642-1667 M)
8. Sulaiman (1667-1694 M)
9. Husein I (1694-1722 M)
10. Tahmas II (1722-1732 M)
11. Abbas III (1732-1736 M)

B. Perkembangan Kerajaan Syafawi
Sejak Safi Al Din mulai memimpin tarekat safawiyah sampai kepada
Syah Ismail memproklamirkan berdirinya kerajaan safawi pada tahun 1501,
tarekat safawi mengalami dua fase dalam perjuangannya :
5

1. Pada masa 1301-1447 M (700-850 H), gerakan safawi masih murni
gerakan keagamaan (kultural) dengan tarekat safawiyah sebagai sarana.
Pengikutnya menyebar dari Persia, Syiria dan Anatolia.
2. Pada masa 1447-1501 M, tarekat ini menjadi semakin penting setelah ia
mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat
local menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia,
Syiria dan Anatolia. Dalam perkembangannya Bangsa Safawi (tarekat
Safawiyah) sangat fanatik terhadap ajaran-ajarannya. Hal ini ditandai
dengan kuatnya keinginan mereka untuk berkuasa karena dengan
berkuasa mereka dapat menjalankan ajaran agama yang telah mereka
yakini (ajaran Syiah). Karena itu, lama kelamaan murid-murid tarekat
Safawiyah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan dan
menentang setiap orang yang bermazhab selain Syiah. Bermula dari
prajurit akhirnya mereka memasuki Dunia perpolitikan pada masa
kepemimpinan Juneid (1447-1460 M). Dinasti Safawi memperluas
geraknya dengan menumbuhkan kegiatan politik di dalam kegiatan-
kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik dengan
penguasa Kara Koyunlu (domba hitam), salah satu suku bangsa Turki,
yang akhirnya menyebabkan kelompok Juneid kalah dan diasingkan
kesuatu tempat. Di tempat baru ini ia mendapat perlindungan dari
penguasa Diyar Bakr, AKKoyunlu, juga suku bangsa Turki. Ia tinggal di
istana Uzun Hasan, yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia
(Holt, 1970:396). Tahun 1459 M, Juneid mencoba merebut Ardabil tapi
gagal. Pada tahun 1460 M, ia mencoba merebut Sircassia tetapi pasukan
yang dipimpinnya dihadang oleh tentara Sirwan dan ia terbunuh dalam
pertempuran tersebut (Brockelman, 1974:494). Penggantinya diserahkan
6

kepada anaknya Haidar secara resmi pada tahun 1470 M, lalu Haidar
kawin dengan seorang cucu Uzun Hasan dan lahirlah Ismail yang
kemudian hari menjadi pendiri kerajaan Safawi di Persia dan mengatakan
bahwa Syiahlah yang resmi dijadikan mazdhab kerajaan ini. Kerajaan
inilah yang dianggap sebagai peletak batu pertama negara Iran (Yatim,
2003:139-140). Gerakan Militer Safawi yang dipimpin oleh Haidar di
pandang sebagai rival politik oleh AK Koyunlu setelah ia menang dari
Kara Koyunlu (1476 M). Karena itu, ketika Safawi menyerang wilayah
Sircassia dan pasukan Sirwan, AK Koyunlu mengirimkan bantuan militer
kepada Sirwan, sehingga pasukan Haidar kalah dan ia terbunuh (Holt,
1970:396). Ali, putera dan pengganti Haidar, didesak bala tentaranya
untuk menuntut balas atas kematian ayahnya, terutama terhadap AK
Koyunlu. Akan tetapi Yakub pemimpin AK Koyunlu menangkap dan
memenjarakan Ali bersama saudaranya, Ibrahim, Ismail dan ibunya di
Fars (1489-1493 M). Mereka dibebaskan oleh Rustam, putera mahkota
AK Koyunlu dengan syarat mau membantunya memerangi saudara
sepupunya. Setelah dapat dikalahkan, Ali bersaudara kembali ke Ardabil.
Namun, tidak lama kemudian Rustam berbalik memusuhi dan menyerang
Ali bersaudara dan Ali terbunuh (1494 M) (Holt,1970:397).
3. Periode selanjutnya, kepemimpinan gerakan Safawi di serahkan pada
Ismail. Selama 5 tahun, Ismail beserta pasukannya bermarkas di Gilan
untuk menyiapkan pasukan dan kekuatan. Pasukan yang di persiapkan itu
diberi nama Qizilbash (baret merah). Pada tahun 1501 M, pasukan
Qizilbash dibawah pimpinan Ismail menyerang dan mengalahkan AK
Koyunlu (domba putih) di sharur dekat Nakh Chivan. Qizilbash terus
berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, yakni ibu kota AK
7

Koyunlu dan akhirnya berhasil dan mendudukinya. Di kota Tabriz Ismail
memproklamasikan dirinya sebagai raja pertama Dinasti Safawi. Ia
disebut juga Ismail I (Brockelmann, 1974:398). Ismail I berkuasa kurang
lebih 23 tahun antara 1501-1524 M. Pada sepuluh tahun pertama ia
berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, Buktinya ia dapat
menghancurkan sisa-sisa kekuatan AK Koyunlu di Hamadan (1503 M),
menguasai propinsi Kaspia di Nazandaran, Gurgan dan Yazd (1504 M),
Diyar Bakr (1505-1507 M) Baghdad dan daerah Barat daya Persia (1508
M), Sirwan (1509 M) dan Khurasan. Hanya dalam waktu sepuluh tahun
itu wilayah kekuasaannya sudah meliputi seluruh Persia dan bagian timur
Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent) . Bahkan tidak sampai di situ saja,
ambisi politik mendorongnya untuk terus mengembangkan wilayah
kekuasaan ke daerah-daerah lainnya seperti Turki Usmani. Ismail
berusaha merebut dan mengadakan ekspansi ke wilayah kerajaan Usmani
(1514 M), tetapi dalam peperangan ini Ismail I mengalami kekalahan
malah Turki Usmani yang di pimpin oleh sultan Salim dapat menduduki
Tabriz. Kerajaan Safawi terselamatkan dengan pulangnya Sultan Usmani
ke Turki karena terjadi perpecahan di kalangan militer Turki di negerinya
(Hassan, 1989:337). Kekalahan tersebut meruntuhkan kebanggaan dan
kepercayaan diri Ismail. Akibatnya dia berubah, dia lebih senang
menyendiri, menempuh kehidupan hura-hura dan berburu. Keadaan itu
berdampak negatif bagi kerajaan Safawi dan pada akhirnya terjadi
persaingan dalam merebut pengaruh untuk dapat memimpin kerajaan
Safawi antara pimpinan sukusuku Turki, pejabat keturunan Persia dan
Qizibash (Yatim, 2003:142). Rasa pemusuhan dengan Kerajaan Usmani
terus berlangsung sepeninggal Ismail I, peperangan antara dua kerajaan
8

besar Islam ini terjadi beberapa kali pada masa pemerintahan Tahmasp I
(1524-1576 M), Ismail II (1576-1577 M) dan Muhammad Khudabanda
(1577-1567M). Pada masa tiga raja tersebut kerajaan Safawi mengalami
kelemahan. Hal ini di karenakan sering terjadinya peperangan melawan
kerajaan Usmani yang lebih kuat, juga sering terjadi pertentangan antara
kelompok dari dalam kerajaanSafawi sendiri. (Thohir, 2004: 172-173)

C. Masa Kejayaan dan Kemajuan dalam Kerajaan Syafawi
Pada masa pemerintahan Ismail, Safawi berhasil mengembangkan
wilayah kekuasaannya sampai ke daerah Nazandaran, Gurgan, Yazd, Diyar
Bakr, Baghdad, Sirwan dan Khurasan hingga meliputi ke daerah bulan sabit
subur (fortile crescent). Kemudian ia beruasaha mengembangkan wilayahnya
sampai ke Turki Usmani tetapi mengadap kekuatan besar dari Kerajaan Turki
Usmani tetapi menghadapi kekuaatan besar dari kerajaan Turki Usmani yang
sangat membenci golongan Syiah. Dalam perebutan wilayah ini Safawi
mengalami kekalahan yang menyebabkan Ismail mengalami depresi yang
meruntuhkan kebanggaan dan rasa percaya dirinya sehingga ia menempuh
kehidupan dengan cara menyepi dan hidup hura-hura. Hal ini berpengaruh
pada stabilitas politik dalam kerajaan Safawi. Contohnya adalah terjadinya
perebutan kekuasaan antara pimpinan suku-suku Turki, Pejabat-pejabat
keturunan Persia dan Qizilbash.7[18]
Keadaan ini baru dapat diatasi pada masa pemerintahan raja Abbas I.
Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas I untuk memperbaiki situasi
adalah :

7[18] www.resotika.Blogspot.
9

1. Menghilang dominasi pasukan Qizilbash atas kerajaan Safawi dengan
membentuk pasukan baru yang beranggotakan budak-budak yang berasal
dari tawanan perang bangsa Georgia, Armenia dan Sircassia.
2. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan cara Abbas I
berjanji tidak akan menghina tiga khalifah pertama dalam Islam (Abu
Bakar, Unar, Usman) dalam khotbah Jumatnya8[19].

Usaha-usaha tersebut terbukti membawa hasil yang baik dan membuat
kerajaan Safawi kembali kuat. Kemudian Abbas I meluaskan wilayahnya
dengan merebut kembali daerah yang telah lepas dari Safawi maupun mencari
daerah baru. Abbas I berhasil menguasai Herat (1598 M), Marw dan Balkh.
Kemudian Abbas I mulai menyerang kerajaan Turki Usmani dan berhasil
menguasai Tabriz, Sirwani, Ganja, Baghdad, Nakhchivan, Erivan dan Tiflis.
Kemudian pada 1622 M Abbas I berhasil menguasai kepulauan Hurmuz dan
mengubah pelabuhan Gumrun menjadi pelabuhan Bandar Abbas9[20].
Pada masa Abbas I inilah kerajaan Safawi mengalami masa kejayaan
yang gemilang. Diantara bentuk kejayaannya adalah :
1. Bidang Politik dan Pemerintahan
Pengertian kemajuan dibidang politik disini adalah terwujudnya
integritas wilayah Negara yang luas yang dikawal oleh suatu angkatan
bersenjata yang tangguh dan diatur oleh suatu pemerintahan yang kuat,
serta mampu memainkan peranan dalam percaturan politik internasional.

8[19] P.M.Holt, dkk, (ed), The Cambridge History Of Islam.Vol.IA,(London : Cambridge University
Press, 1970), hal.417
9[20] Badri Yatim, op.clt., hal.143.
10

Sebagaimana lazimnya kekuatan politik suatu Negara ditentukan
oleh kekuatan angkatan bersenjata, Syah Abbas I juga telah melakukan
langkah politiknya yang pertama, membangun angkatan bersenjata
dinasti Safawi yang kuat, besar dan modern. Tentara Qizilbash yang
pernah menjadi tulang punggung Dinasti Safawi pada awalnya dipandang
Syah Abbas tidak diharapkan lagi, sehingga ia membangun suatu
angkatan bersenjata reguler. Inti satuan militer ini ia ambil dari bekas
tawanan perang bekas orang-orang Kristern di Georia dan di Chircassia.
Mereka dibina dengan pendidikan militer yang militan dan persenjataan
yang modern. Sebagai pimpinannya ia mengangkat Allahwardi Khan,
salah seorang dari Ghulam.10[21]
Berkat kegigihannya Syah Abbas mampu mengatasi kemelut di
dalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan berhasil merebut
wilayah-wilayah yang pernah disebut oleh kerajaan lain pada masa
sebelumnya.

2. Bidang Ekonomi
Kerajaan Safawi pada masa Syah Abbas mengalami kemajuan
dibidang ekonomi, terutama industri dan perdagangan. Stabilitas politik
Kerajaan Safawi pada masa Abbas I ternyata telah memacu
perkembangan perekonomian Safawi, lebih-lebih setelah kepulauan
Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas.
Hal ini dikarenakan Bandar ini merupakan salah satu jalur dagang antar
Timur dan Barat. Yang biasa diperebut oleh Belanda, Inggris, dan

10[21] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo) hal.
175
11

Perancis, sesungguhnya menjadi milik Kerajaan Safawi.11[22] Selain itu
Safawi juga mengalami kemajuan sektor pertanian terutama di daerah
Bulan Sabit Subur (fortile crescent).

3. Bidang Keagamaan
Pada masa Abbas, kebijakan keagamaan tidak lagi seperti masa
khafilah-khafilah sebelumnya yang senantiasa memaksakan agar Syiah
menjadi agama negara, tetapi ia menanamkan sikap toleransi.
Menurut Hamka, terhadap politik keagamaan beliau Abbas
tanamkam paham toleransi atau lapang dada yang amat besar. Paham
Syiah tidak lagi menjadi paksaan, bahkan orang Sunni dapat hidup bebas
mengerjakan ibadahnya, Bukan hanya itu saja, pendeta-pendeta Nasrani
diperbolehkan mengembangkan ajaran agama dengan leluasa sebab
sudah banyak bangsa Armenia yang telah menjadi penduduk setia di kota
Isfahan (Hamka, 1981:70).

4. Bidang Ilmu Pengetahuan, Filsafat dan Sains
Dalam sejarah Islam, bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang
peradaban tinggi dan berjasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pada masa Kerajaan Safawi
tradisi keilmuan ini terus berlanjut.

11[22] Carl Broekelmaun, Tarikh Al-Syuub Al-Islamiyah, Beirut: Dar Al-Ilm, 1974, hlm. 504
12

Ada beberapa ilmuwan yang selalu hadir di majlis istana yaitu
Baha Al-Din Al-Syaerazi (generalis iptek), Sadar Al-Din Al-Syaerazi
(filosof), dan Muhammad Baqir bin Muhammad Damad (teolog, filosof,
observatory kehidupan lebah-lebah).12[23] Dalam bidang ilmu
pengetahuan, Safawi lebih mengalami kemajuan dari pada kerajaan
Mughal dan Turki Usmani.13[24] Pada masa Safawi Filsafat dan Sains
bangkit kembali di dunia Islam, khususnya dikalangan orang-orang
persia yang berminat tinggi pada perkembangan kebudayaan.
Perkembangan baru ini erat kaitannya dengan aliran Syiah yang
ditetapkan Dinasti Safawi sebagai agama resmi Negara.
Dalam Syiah Dua Belas ada dua golongan, yakni Akhbari dan
Ushui. Mereka berbeda didalam memahami ajaran agama. Yang pertama
cenderung berpegang kepada hasil ijtihad para mujtahid Syiah yang
sudah mapan. Sedang kedua mengambil dari sumber ajaran Islam, Al-
Quran dan Hadits, tanpa terikat kepada para mujthadi. Golongan Ushuli
inilah yang palling berperan pada masa Safawi.
Menurut Hodhson, ada dua aliran filsafat yang berkembang pada
masa Safawi tersebut. Pertama, aliran filsafat Perifatetik sebagaimana
yang dikemukakan oleh Aristoteles dan Al-Farabi. Kedua filsafat Isyraqi
yang dibawa oleh Syaharawadi pada abad ke XII. Kedua aliran ini
banyak dikembangkan di perguruan Isfahan dan Syiraj. Di bidang filosof

12[23] Ibid, hlm 505
13[24] Ajid Thohir, hal. 177
13

ini muncul beberapa orang filosof diantaranya Muhammad Baqir Damad
(W. 1631 M) yang dianggap guru ketiga sesudah Aristoteles dan Al-
Farabi, tokoh lainnya misalnya Mulla Shadra yang menurut sejartah ia
adalah seorang dialektikus yang paling cakap di zamannya14[25].

5. Bidang Perkembangan Fisik dan Seni
Para penguasa kerajaan menjadikan Isfahan menjadi kota Kerajaan
yang sangat indah. Disana terdapat bangunan-bangunan besar dan indah
seperti masjid, rumah sakit, jembatan raksasa di atas Zende Rud dan
Istana Chilil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan taman-taman
wisata yang ditata secra apik. Ketika Abbas I wafat di Isfahan terdapat
162 Masjid, 48 Akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian
umum.15[26]
Di bidang seni, kemajuan nampak begitu kentara dalam gaya
arsitektur bangunan-bangunannyaseperti terlihat pada mesjid Shah yang
dibangun tahun 1611 M dan mesjid Syaikh Lutf Allah yang dibangun
tahun 1603 M. Unsur seni lainnya terlihat pula adanya peninggalan
berbentuk kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan
tenunan, mode, tembikar, dan benda seni lainnya. Seni lukis mulai
dirintis sejak zaman Raja Tahmasp I.16[27]

14[25] Ibid.
15[26] Marshal G.S. Hodgson, The Venture of Islam, Vol. III, Chicago: The University of Chicago Press, 1981,
hlm. 40.
16[27] Ibid,
14


Demikianlah puncak kemajuan yang dicapai oleh Kerajaan Safawi,
kemajuan yang dicapainya membuat kerajaan ini menjadi salah satu dari tiga
kerajaan besar Islam yang disegani oleh lawan-lawannya, terutama dalam
bidang politik dan militer. Kerajaan ini telah memberikan kontribusinya
mengisi peradaban Islam melalui kemajuan-kemajuan dalam bidang ekonomi,
ilmu pengetahuan, peninggalan seni dan gedung-gedung bersejarah.

D. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Syafawi
Masa Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi dimulai sejak
Raja Abbas I telah tiada, sepeninggal Abbas I kerajaan Safawi berturut-turut
diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-
1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husen (1694-1722 M), Tahmasp II
(1722-1732 M), Abbas III (1732-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut,
kondisi Kerajaan Safawi tidak menunjukkan grafik naik dan berkembang,
tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada
kehancuran, karena Kerajaannya ketika itu diperintah oleh raja-raja yang
lemah dan memiliki perangai dan sifat yang buruk. Hal ini menyebabkan
rakyat kurang respon dan timbul sikap masa bodoh terhadap pemerintahan.
Raja-raja yang memerintah setelah Abbas I adalah sebagai berikut:


No

Nama Raja

Masa Berkuasa
Indikasi
Kemunduran & Kehancuran
1 Safi Mirza 1628-1642 - Jiwa lidershipnya lemah.
- Sangat kejam terhadap para
pembesar Kerajaan.
- Memiliki sifat cemburu
terhadap petinggi kerajaan.
15

- Kota Qandahar lepas dan
diduduki Kerajaan Mughal
(Sultan Syah Jehan).
- Dan Bagdad direbut oleh
Kerajaan Turki Usmani.
2 Abbas II 1642-1667 M - Sifat dan Moralnya jelek.
- Pemabuk/suka minum
minuman keras.
3 Sulaiman 1667-1694 - Kejam terhadap para pembesar
Kerajaan, terutama terhadap
orang-orang yang dicurigainya
- Karena sifat & moralnya yang
buruk itu rakyat bersikap masa
bodoh terhadap
pemerintahannya
4 Husen 1694-1722 M - Memberi kekuasaan yang besar
kepada para ulama Syiah.
- Ulama Syiah sering slah guna
kewenangan/kekuasaan yang
diberikan raja.
- Ulama Syiah sering
memaksakan pendapat terhadap
penganut aliran Sunni sehingga
membuat golongan Sunni
marah.
- Konflik yang terjadi antara
golongan Syiah dengan Sunni
berimplikasi pada sistem
pemerintahan menjadi tidak
stabil secara berkelanjutan.
- Pernah terjadi pemberontakan
bangsa Afghan yang di pimpin
oleh Mir Vays yang kemudian
digantikan oleh Mir Mahmud.
Pada masa pemberontakan Mir
mahmud ini, kota Qandahar
lepas dari safawi, kemudian
disusul kota Isfahan. Pada 12
oktober 1722 M Shah Husein
menyerah.
16

5 Tahmasp II 1722-1732 M Dengan dukungan dari suku
Qazar Rusia, ia
memproklamirkan diri sebagai
raja yang berkuasa atas Persia
dengan pusat kekuasannya di
Astarabad. Kemudian ia bekerja
sama dengan Madhir Khan
untuk memerangi bangsa
Afghan yang menduduki kota
Isfahan. Isfahan berhasil direbut
dan Safawi kembali berdiri.
Kemudian Tahmasp II dipecat
oleh Nadir Khan pada 1732 M.
6 Abbas III 1732-1736 M - Tidak berpengalaman.
- Diangkat menjadi Raja pada
saat masih kecil.17[28]
- Pada 1736 M, Abbas III
dilengserkan kemudian
kerajaan Safawi diambil alih
oleh Nadir Khan. Dengan
begitu, maka berakhirlah
kerajaan Safawi.

Hanya satu abad setelah ditinggal Abbas I, kerajaan ini mengalami
kehancuran. Faktor-faktor yang menyebabkan berakhirnya kerajaan Safawi :
1. Konflik panjang dengan kerajaan Turki Usmani. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan mazhab antar kedua kerajaan. Bagi Kerajaan Usmani,
berdirinya Kerajaan Safawi yang beraliaran Syiah merupakan ancaman
langsung terhadap wilayah kekuasaannya. Konflik antara kedua kerajaan
tersebut berlangsung lama, meskipun konflik itu pernah berhenti sejenak
ketika tercapai perdamaian antara keduanya pada masa Raja Shah Abbas
I, namun tak lama kemudian Abbas meneruskan konflik tersebut, dan

17[28] Hamka, Sejarah Umat Islam, III, (Jakarta : Bulan Bintang, 1981). hal 71-73.
17

setelah itu dapat dikatakan tida ada lagi perdamaian antara kedua
kerajaan besar Islam itu.18[29]
2. Adanya dekadensi moral yang melanda sebagaian para pemimpin
Kerajaan Safawi.
3. Pasukan Ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I tidak memiliki
semangat perang yang tinggi seperti Qilzibash (baret merah) hal ini
dikarenakan pasukan tersebut tidak disiapkan secara terlatih dan tidak
melalui proses pendidikan rohani. Seperti yang di alami oleh pasukan
Qilzibash, sementara anggota pasukan Qilzibash yang baru tidak
memiliki militansi dan semangat yag sam,a dengan anggota Qilzibash
sebelumnya.
4. Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan
dikalangan keluarga istana19[30].

Dengan demikian bentuk-bentuk institusi kenegaraan, kesukuan dan
institusi keagamaan safawiyah yang diciptakan oleh Abbas I telah mengalami
perubahan secara mencolok pada akhir abad tujuh belas dan awal abad ke
delapan belas.


18[29] M. Holt, dkk (ed). The Cambridge History of Islam, Vol. 1 A, London: Cambrige University Press,
1970, hlm 426.
19[30] Badri Yatim,op.ctl.,hal 141-143
18

BAB III
KESIMPULAN

Uraian diatas dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut:
1. Kebesaran imperium Islam abad ke-17 tertumpu pada tiga kerajaan besar,
yaitu Kerajaan Syafawi di Persia, Mughal di India, dan Turki Utsmani di
Turki.
2. Kerajaan Safawi terbentuk berawal dari gerakan tarekat safawiyah yang ingin
terjun ke dunia politik sampai pada akhirnya terwujud ketika Syah Ismail
berhasil menaklukkan kota Tabriz, dengan Syiah Itsna Asyariah sebagai
ideologi negara.
3. Kemajuan ilmu pengetahuan mengalami kemunduran dibanding pada masa
Dinasti Abbasyiah, yang dipicu oleh berkembangnya berbagai aliran tarekat
dan terpaku pada satu madzab.
4. Kemajuan yang dicapai terutama dalam bidang politik terutama dalam
perluasan wilayah, ekonomi maupun seni
5. Kemajuan tersebut disebabkan karena faktor kekuatan militer serta
pasukannya yang sangat setia terhadap pemimpinnya, jiwa dan tenaga yang
tangguh.
6. Tetapi kemajuan yang dicapai ternyata tidak berlangsung lama yang
disebabkan regenerasi raja-raja yang tidak setangguh pendahulunya, sering
terjadi perebutan kekuasaan dikalangan istana, serta kehidupan duniawi yang
berlebihan para raja dan intervensi negara-negara Eropa seperti Inggris,
Belanda, Austria dan Perancis

19

DAFTAR PUSTAKA

Engneer, Asghar Ali, Asal-Usul dan Perkembangan Islam, Yogyakarta: Insist
Bekerja Sama dengan Pustaka Pelajar, 1999.

Hassan, Hassan Ibrahim, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Yogyakarta : Kota
Kembang, 1989.

Harun, Maidir dan Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, Padang: IAIN IB Press,
2001.

---------, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Padang: IAIN IB Press, 2000.

Maryam, Siti, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern,
Yogyakarta: Jurusan SPI Fak. Adab IAIN Sunan Kalijaga, 2007.

Nasution, Harun, Pembaharuan dalam Islam :Sejarah, Pemikiran dan Gerakan,
Jakarta : Bulan Bintang, 1992.

Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka setia, 2008.

Syalabi, Ahmad, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 2, Jakarta : Pustaka Al-
Husna, 1983.

Thohir, Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Ajid.

Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2010.

Anda mungkin juga menyukai