Anda di halaman 1dari 10

KERAJAAN SAFAWI

Kearajaan Safawi adalah salah satu dinasti terpenting dalam sejarah Iran. Dinasti ini merupakan
salah satu negeri Persia terbesar semenjak penaklukan Muslim di Persia. Negeri ini juga
menjadikan Islam Syiah sebagai agama resmi, sehingga menjadi salah satu titik penting dalam
sejarah Muslim. Safawiyyah berkuasa dari tahun 1501 hingga 1722 (mengalami restorasi singkat
dari tahun 1729 hingga 1736). Pada puncak kejayaannya, wilayah Safawiyyah meliputi Iran,
Azerbaijan, Armenia, sebagian besar Irak, Georgia, Afganistan, Kaukasus, dan sebagian
Pakistan, Turkmenistan dan Turki. Safawiyyah merupakan salah satu negeri mesiu Islam selain
Utsmaniyah dan Mughal.
Meskipun jatuh pada tahun 1736, salah satu warisan terbesarnya adalah kebangkitan Persia
sebagai benteng ekonomi antara timur dan barat, pendirian negara yang efisien dan birokrasi
yang didasarkan pada "check and balance", dan inovasi arsitektur dan seni. Selain itu, karena
Safawiyyah pula Syiah menyebar ke seluruh Iran dan daerah sekitarnya.
Lambang safawi

bendera safawi

peta kekuasaan safawi

A. SEJARAH BERDIRINYA KERAJAAN SAFAWI


Sheikh Safi Al-Din (12521334 M), yang bernama lengkap Sheikh Saf al-Dn Abdul
Fath Is'haq Ardabil berasal dari Ardabil, sebuah kota di wilayah Azerbaijan Iran enam tahun
sebelum Kolugu Khan menghancurkan kota Baghdad. Sejak kecil ia gemar melakukan amalamal yang berkenaan dengan keagamaan dan mencintai kehidupan sufi. Pada waktu umurnya
mencapai 25 tahun, ia berguru kepada seorang sufi bernama Zahid Tajuddin Ibrahim.Setelah
gurunya meninggal tahun 1302 M, Shafi mendirikan tarekat yang kemudian terkenal dengan

tarekat Safawiyah yang berpusat di Ardabil, hingga pada akhirnya ia dikenal sebagai seorang
sufi besar.
Setelah Syekh Shafi al-Din meninggal, pengajaran tarekat dipimpin oleh anaknya
bernama Sadr al-Din. Pada periode ini Tarekat Syafawiyah mulai mengalami perkembangan
dan meluas ke luar daerah Ardabil. Sadral-Din mengorganisir dan menyusun strukturnya
serta mengangkat asisten atau wakil-wakilnya yang disebut khalifah, untuk memimpin
pengikut-pengikut di luar daerah Ardabil. perkembangan dan perluasan Tarekat Safawiyah ini
terjadi pada masa kepemimpinan Khawaja Ali atau setelah Sadr al-Din. Hal ini berkaitan
dengan penerimaan mereka atas wilayah Ardabil dari kerajaan Timuriyah, setelah kerajaan
ini dapat mengalahkan Bayazid dari kerajaan Usmani pada tahun 1402 M.
Pengembangan Tarekat Safawiyah tersebut, di samping sebagai hal yang bersifat positif,
tetapi juga mendatangkan dampak negatif, yakni mengakibatkan timbulnya konplik dengan
golongan Sunni. Ini mulai terjadi sejak masa kepemimpinan Syekh Ibrahim, anak Khawaja
Ali dan lebih mengikat lagi pada masa Syekh Juneid (1447-1460) M).
Gerakan Tarekat Safawiyah pada mulanya bertujuan memerangi orang ingkar dan ahliahli bidah. Tarekat yang dipimpin Shafi al-Din ini semakin penting terutama setelah ia
mengubah bentuk tarekat dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan
keagamaan yang sangat besar pengaruhnya di Persia, Suriah dan Anatolia. Fanatisme
pengikut Tarekat Safawiyah yang menentang golongan selain Syiah, mendorong gerakan ini
memasuki gerakan politik. Suatu ajaran agama yang dipegang secara fanatik biasanya kerap
kali menimbulkan keinginan dikalangan penganut ajaran tersebut untuk berkuasa. Karena itu,
lama kelamaan murid-murid Tarekat Safawiyah berubah menjadi tentara yang teratur, fanatik
dalam kepercayaan dan menentang setiap orang yang bermazhab selain Syiah.
Ada dua fase pergerakan tarekat ini yang sangat penting :
1. Pada tahun 1301-1447 M, gerakan ini merupakan gerakan murni keagamaan, dengan
tarekat Safawiyah sebagai dasarnya serta mempunyai pengikut yang besar, fase ini tidak
bercampur dengan masalah politik. Dapat dimengerti mengapa Tarekat Safawiyah bisa
tumbuh dan mendapat simpatisan rakyat banyak, karena umat Islam pada saat itu apatis,
hanya dengan kehidupan agama lewat sufisme dan persaudaraan tarekat, mereka

mendapatkan kekuatan mental dalam menghadapi kehidupan dan merasa aman serta
dapat menjalin persaudaraan sesama muslim lainnya.
2. Pada tahun 1447-1460 M, gerakan Safawiyah menjadi gerakan politik di bawah
kepemimpinan Juneid. Dalam hal ini gerakan Safawiyah berpindah dari gerakan
keagamaan memasuki kegiatan politk, dengan maksud untuk mempertahankan diri dan
memperluas pengaruh Tarekat Safawiyah, atau juga bisa jadi karena ada keinginan untuk
membentuk suatu kekuasaan pemerintahan. Syeikh Juneid telah melibatkan tarekat
Safawiyah dalam aktivitas politik. Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik antara
Juneid dengan penguasa Kara Koyunlu (Domba Hitam), salah satu suku bangsa Turki
yang berkuasa di wilayah itu. Dalam konplik tersebut Juneid kalah dan mengasingkan
diri ke suatu tempat. Di tempat ini ia mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Bakr,
AK Koyunlu (Domba Putih), juga masih satu suku bangsa Turki. Ia tinggal di istana
Uzun Hasan, yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia.
Pada tahun 1460 M, Juneid mencoba merebut Sircilia, tetapi pasukan yang dipimpinnya
menghadapi pasukan Sirwan (Kara Koyunlu), dan mereka mengalami kekalahan. Juneid
sendiri tewas dalam petempuran tersebut.
Sepeninggal Juneid pimpinan Tarekat Safawiyah digantikan oleh anaknya bernama
Haidar. Ia masih dalam asuhan Uzun Hasan ketika itu. Kepemimpinan secara resmi
diserahkan kepadanya tahun 1470 M. Hubungan Haidar semakin erat setelah ia mengawini
putri Uzun Hasan. Dari perkawinan ini lahirlah Ali, Ibrahim dan Ismail, yang kemudian
Ismail sebagai pendiri kerajaan Safawi di Persia.
Haidar berupaya mengorganisir kekuatan militernya secara baik dan memberi identitas
khusus berupa penutup kepala berwarna merah yang diberi jumbul sebanyak 12 buah,
sebagai pertanda kelompok Syiah Isna Asyariyah. Kekuatan militer ini digerakkan Haidar
untuk melawan Circassia dan Sirwan (Kara Koyunlu). Ia berhasil mengalahkan kedua
kekuatan tersebut tahun 1476 M, yang membuat nama Safawiyah semakin besar,
kemenangan ini tidak dikehendaki oleh AK Koyunlu. Persekutuan Safawiyah dengan AK
Koyunlu rusak dan pecah oleh sikap AK Koyunlu yang memberikan bantuan kepada Sirwan
(Kara Koyunlu), ketika terjadi pertempuran antara Haidar dengan Sirwan. Pasukan
Safawiyah mengalami kehancuran dan Haidar sendiri terbunuh dalam pertempuran ini istri

dan anak-anaknya ditawan oleh sultan jafar dari Ak Koyunlu yang merupakan saudara
sepupu Haidar dan mereka dibawa ke Istakhir propinsi Favr.
Gerakan Safawiyah dapat bangkit kembali dibawah kepemimpinan Ismail I. Ismail I
dalam merekrut pendukungnya, -disamping menggunakan pendekatan yang telah dilakukan
oleh pendahulunya dengan cara pendoktrinan-, Ia juga mempelajari sesuatu yang bersifat
sakral dan dogmatis dalam beberapa paham dan agama, seperti; Sunni, Syiah, Nasrani, Buda
dan Zoroaster, kemudian meletakkannya pada dirinya. Ismail I menegaskan bahwa dirinya
adalah reinkarnasi dari imam syiah ketujuh yang tersembunyi dan memiliki api keabadian
sifat-sifat Tuhan. Hal ini didoktrinkan secara mutlak dan hampir tidak dipersoalkan para
pengikutnya, karena ajaran tersebut merupakan keyakinan mereka.
Pendoktrinan yang dilakukan oleh Ismail I tersebut sungguh cukup efektif dalam
membangun militansi dan perjuangan para pendukungnya, sehingga memberikan hasil
sebagaimana yang diharapkannya. Pada tahun 1501 M, kekuatan militer AK Koyunlu dan
Turki Usmani yang selalu menghambat ambisi gerakan Safawiyah dapat teratasi dan pada
saat inilah Ismail memproklamirkan berdirinya kerajaan Safawi dan ia sekaligus sebagai raja
pertamanya, yang berpusat di Tabriz.
B. PERKEMBANGAN KERAJAAN SAFAWI
Ismail I berkuasa selama 23 tahun yakni antara tahun 1501-1524 M. beberapa hal yang
dicapai oleh Ismail I adalah :
1. berhasil menumpas sisa Ak Koyunlu;
2. melakukan ekspansi ke Khurasan propinsi Caspia di Nazandaran, Gurgun, Yazd,
Diyan Bakar, Baghdad dan wilayah Barat Daya. Hanya dengan masa 10 tahun ia telah
menguasai seluruh wilayah Persia dan wilayah Bulan Sabit Subur (yang dimaksud
dengan bulan sabit subur adalah meliputi Mesir, Palestina, Yordania, Syiria dan
Libanon. Kawasan tersebut termasuk yang paling bergolak terutama setelah Perang
Dunia II dengan berdirinya negara yahudi Israel 1948 M.
Setelah syah Ismail meninggal dunia tahun 1524 M. Ada tiga raja yang naik tahta
sebelum Abbas I, yakni Tahmasp I (1524-1576 M), Ismail II (1576-1577 M) dan
Muhammad Khudabanda (1577-1587 M). Masa ketiga raja ini merupakan masa yang
tidak terlalu menggembirakan dalam perkembangan kerajaan. Namun, masa syah

Tahmasp I, sudah mulai adanya produksi jubah, perhiasan, sutera, pengolahan logam dan
keramik.
Pada masa Abbas I, beliau melakukan :

1. berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash atas kerajaan Safawi dengan


cara membentuk pasukan baru yang anggotanya terdiri dari budak-budak,berasal dari
tawanan bangsa Georgia,Armenia,dan Sircassia yang telah ada sejak raja Thamsap I;
2. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani.Untuk mewujudkan perjanjian
ini Abbas 1 terpaksa harus menyerahan wilayah Azerbaijan,Georgia,dan sebagian
wilayah Luristan.Di samping itu,abbas berjanji tidak akan menghina tiga Khalifah
pertama dalam Islam dalam Khutbah-Khutbah jumat.Sebagai jaminan atas syaratsyarat itu,ia menyerahkan saudara sepupunya,Haidar Mirza sebagai Sandra di
Istanbul.
Masa kekuasaan Abbas 1 merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi.Secara politik ia
mampu menyelesaikan bebagai kemelut didalam negri yang mengganggu stabilitas
Negara dan merebut kembali wilayah-wilayah yang pernah direbut oleh kerajaan lain
pada masa raja-raja sebelumnya.
Pada masa Abbas,kebijakan keagamaan tidak lagi seperti masa khalifah-khalifah
sebelumnya yang senantiasa memaksakan agar Syiah menjadi agama negara,tetapi ia
menanamkan sikap toleransi.Menurut Hamka,terhadap politik keagamaan beliau
tanamkan paham toleransi atau lapang dada yang amat besar.Paham Syiah tidak lagi
menjadi paksaan,bahkan orang Sunni dapat hidup bebas mengerjakan ibadahnya.Bukan
hanya itu, pendeta-pendeta Nasrani diperbolehkan mengembangkan ajaran agamanya
dengan leluasa sebab banyak bangsa Armenia yang menjadi penduduk setia di kota
Isfahan.
C. KEMAJUAN KERAJAAN SAFAWI
1. Dalam bidang politik dan militer
Pada masa Ismail I :
a. membentuk birokrasi pemerintahan dengan mengangkat kepala-kepala suku yang
turut berjuang menjadi wakil untuk mengatur pemerintahan, memimpin militer
dan mengepalai agama.
b. penetapan ideology resmi kerajaan, yakni Syiisme. Pemerintah Safawi bersipat
teokrasi. Syah Ismail I berupaya menerapkan ajaran kedua belas imam Syiah. Ia

berupaya memasukkan rakyat yang kebanyakan menganut aliran sunni ke dalam


aliran syiah. Syah Ismail I juga berperan sebagai pemimpin sufi. Para
pengikutnya adalah pasukan Qizilbash (bentukan Juneid) yang merupakan
pasukan inti kerajaan. Dengan demikian peraturan kerajaan mencerminkan nilainilai kesufian. Dan inilah awal mula perkembangan aliran sufi.
Pada masa Abas I :
a. Mengadakan perdamian dengan Turki Usmani yang disertai dengan persyaratan,
bahwa ia menyerahkan wilayah Azerbaijan, Georgia dan sebagian wilayah
Luristan.
b. Menciptakan toleransi terhadap penganut paham sunni. Bahwa ia tidak akan
mencaci tiga khalifah Islam pertama (Abu Bakar al-Siddiq, Umar ibn Khattab dan
Usman ibn Affan).
c. Memindahkan pusat pemerintahan ke Isfahan, yang sebelumnya berada di
Qazwin.
d. Merenovasi militer dengan merekrut para tawanan perang yang terdiri dari bangsa
Georgia, Armenia dan Circassia. Syah Abbas I menghilangkan dominasi pasukan
Qizilbash terhadap kerajaan Safawi dengan membentuk pasukan baru yang diberi
nama Ghulam.
e. memakai politik luar negeri yang terbuka, sehingga terwujud hubungan
diplomatik dengan Eropa, dan dilakukan kerjasama dan kontak dagang. Ia juga
mewujudkan keamanan dalam negeri, sehingga memungkinkan untuk mencapai
kemajuan di segala bidang dan pertahanan di dalam negeri semakin kuat.
f. Mengadakan ekspansi dengan menyerang kekuatan Uzbekistan dan menguasi
Herat, Marv dan Balk.
2. Dalam bidang ekonomi
Pada masa Syah Abbas , Kerajaan Safawi menjalin hubungan perdagangan dengan
Rusia di sekitar laut Kaspia. Abbas I, juga mendirikan pabrik-pabrik milik kerajaan
yang memproduksi barang-barang mewah, seperti karpet, sutera, kain beludru, satin,
dan taff. Kemudian mendatangkan orang-orang China untuk membangun pabrik
porselin yang sebelumnya di import dari China, sehingga kerajaan Safawi dapat
memproduksi sendiri.
3. Dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Filsafat

Persia adalah salah satu bangsa yang telah melahirkan peradaban tinggi, yang gilanggemilang, di antaranya yang telah di rintis oleh kerajaan Safawi ini, dalam
keberhasilannya mengembangkan ilmu pengetahuan. Dari pertemuan-pertemuan
ilmiah di istana kerajaan, muncul beberapa ilmuan dan pemikir, yang paling terkenal
di antaranya; Sadr al-Din ash-Shirazi menguasai filsafat dari seluk beluk metafisika.
Bahauddin al-Syairazi, ia adalah ahli berbagai ilmu, Muhammad Baqir bin
Muhammad Damad, ahli berbagai macam ilmu pengetahuan, bahkan ia juga adalah
seorang yang pernah melakukan observasi tentang kehidupan lebah-lebah, , ia juga
Filosuf yang ahli sejarah, dan teologi, sadr al-Din al-Syairazi merupakan seorang
Fulosuf yang mengarang buku Al-Hikmah al-Mutaaliyah.
4. Dalam bidang Bidang Sarana Fisik dan Seni
a. Naqsh-e Jehaan Square

Dibangun antara 1598- sampai 1629, Maidan Iman merupakan salah satu
lapangan terbesar di dunia yang terletak di pusat Kota Isfahan, Iran. Area ini juga
dikelilingi oleh bangunan Dinasti Safawi lainnya seperti Masjid Shah di sisi
selatan, Masjid Syekh Lutfallah di sisi timur, Istana Ali Qafu di barat.
Bangunan ini sekarang sudah ditetapkan UNESCO sebagai situs sejarah penting
dalam daftar warisan dunia ini memiliki pintu masuk utama yang terkenal dengan
sebutan Bazar Isfahan di bagian utara. Bazar Isfahan adalah pasar yang menjual
macam-macam cendera mata khas Isfahan, seperti mutiara istana, seni kaligrafi,
dan lukisan.
b. Jembatan Khaju

Jembatan ini dibangun oleh Shah Abbas II yang memiliki fungsi ganda sebagai
bendungan untuk mengurai taman di sepanjang Sungai Zayandeh. Jembatan yang
melintang di atas sungai Zayandeh ini dibangun pada abad ke-17 M dan memiliki
lorong

beratap

yang

dihiasai

dengan

keramik

warna-warni.

Jembatan Khaju memiliki luasa 23 meter persegi dengan panjang 105 meter dan
lebar 14 meter. Pada prasasti yang terdapat di jembatan tersebut terlihat bahwa
jembatan itu pernah diperbaiki pada 1873
c. Gedung Chahar Bagh

Gedung yang dibangun Dinasti Safawi pada masa Shah Husein 1706 ini
diperuntukkan untuk sarana pendidikan. Letaknya di jalan Chahar-Bagh, salah
satu jalan utama di Kota Isfahan.
Jika dilihat dari luar bangunan ini hanya tampak pintu gerbang yang terbuat dari
besi dengan tinggi menjulang dan besar. Sementara, dinding kuba dan sebagian
besar dinding terbuat dari batu bata dan lapisan keramik bermotif bunga dengan
dominasi

warna

biru

dan

kuning

terang.

Shah Husein memerintahkan pembangunan sekolah ini sebagai pusat pendidikan


agama dan ilmu pengetahuan di Isfahan. Sehingga, bangunan ini dikenal sebagai

kawah candradimuka bagi orang-orang yang belajar ilmu agama pada zaman
tersebut.
d. Istana Chihil Sutun
Istana yang dibangun di atas lahan seluas 67 ribu persegi ini bukan untuk
kediaman keluarga raja, melainkan digunakan sebagai tempat penyambutan tamu
dan utusan kerajaan yang datang dari berbagai belahan dunia. Di tempat itulah
para tamu menikmati fasilitas mewah nan memanjakan diri.
Terletak di Esfahan (Isfahan), sekitar 340 km sebelah selatan dari Teheran, istana
ini dilengkapi dengan ragam fitur yang menawan. Arsitektur Istana Chihil Sutun
terdiri atas delapan bentuk lazim tradisional, di antaranya taman, teras, gerbang,
kubah,

ruang

melengkung,

dan

menara

serta

tiang.

Untuk itu jika terus mengamatinya, kesan mewah dan megah pada Istana yang
selesai dibangun pada1647 Masehi ini selalu berdampingan dengan karya seni
klasik

dan

modern.

Aksesori yang paling menonjol pada bangunan ini adalah karikatur yang
menyimbolkan

keadaan dalam istana yang mewah. Fitur karikatur yang

merupakan bagian terpenting dari Istana Chihil Sutun ini, adalah hasil karya dari
seorang seniman pada era Dinasti Safawi, Reza Abbasi.
D. KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN DINASTI SAFAWI
Setelah Syah Abbas meninggal pada tahun 1629 M,kerajaan Safawi mengalami
kemunduran. Sepeninggal Abbas 1 kerajaan Safawi berturut-berturut di perintah oleh enam
raja,yaitu Safi Mirza(1628-1642 M),Abbas II (1642-1667 M),Sulaiman (1667-1694
M),Husain (1694-1722 M),Tahmasp II (1722-1732 M),dan Abbas III (1733-1736 M).Pada
masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukan grafik naik dan
berkembang,tetapi justru memperlihatkan kemunduran dan akhirnya membawa kepada
kehancuran.
Pada masa Syah Hussein,karna kelemahanya,pemerintahan banyak diserahkan kepaa
ulama Syiah yang sangat fanatik,sehingga ulama tersebut banyak melakukan kekejaman
terhadap rakyat yang beraliran Sunni serta pembunuhan terhadap ulama-ulama Sunni.
a. Faktor-Faktor Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Safawi
1) Faktor Intern

Timbulnya perselisihan yang berkepanjangan antara kerajaan Safawi dan

kerajaan Usmani.
Kerusakan moral yang melanda sebagian penguasa kerajaan Safawi
disebabkan oleh minuman yang memabukan dan candu narkotika seperti Syah

Sulaiman dan Syah Hussen.


Pasukan Ghulam yang telah di bentuk oleh Syah Abbas I,tidak memiliki
semangat berperang lagi sebagaimana pasukan Qizilbash.Hal ini disebabkan
pasukan Ghulam tidak disiapkan secara terlatih dan tidak dibekali secara

mantap dengan pendididkan rohani.


Timbulnya konflik intern dalam perebutan kekuasaan dikalangan keluarga

istana.
2) Faktor Ekstern
Dalam keadaan lemah demikian,kerajaan Safawi mendapat serangan dari raja
Afghan,Mir Mahmud yang berlainan paham dengan syah-syah Safawi yakni
penganut paham Sunni.Pada tahun 1721 M,Mir Mahmud mulai melakukan
penyerangan ke Isfahan dan selama peperangan Isfahan tersebut rakyat dan
penduduk mengalami penderitaan.

Anda mungkin juga menyukai