Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH PERADABAN ISLAM

“PERADABAN ISLAM MASA BANI UMMAYAH”

DOSEN : Saidatul Khairiyah, MA

OLEH :

NANDA MAYLANY AKBAR – 0703183167

PUTRI MIRANTI HRP – 0703182085

MATEMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKTONOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pegasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-nya kepada kami, sehinggga kami dapat
menyelesaikan makalah Sejarah Peradaban Islam mengentai tentang BANI
UMMAYAH..

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin. Terlepas dari
itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan, baik dari segi
susunan kalimat maupun bahasanya. Oleh karena itu dengan dengan tangan terbuka
kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Sejarah Peradaban Islam yang
berjudul PERADABAN ISLAM MASA BANI UMMAYAH ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

MEDAN, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ............................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................... 1
C. TUJUAN PEMBAHASAN ...................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah ....................................................... 2
B. Para Khalifah Dinasti Umayyah ............................................................... 3
C. Sistem Pemerintahan Dinasti Umayyah ................................................... 4
D. Masa Kemajuan Dinasti Umayyah ........................................................... 5
E. Masa Kehancuran Dinasti Umayyah ........................................................ 8
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ......................................................................................... 9
B. SARAN …………………………………………………………………. 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bani Umayyah atau kekhalifahan Umayyah adalah kekhalifahan Islam pertama
setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661-750 M. Nama Dinasti
Umayyah diambil dari nenek moyang mereka yaitu Umayyah bin Abdi Syam bin Abdi
Manaf. Dari dinasti Umayyah ini terdapat 14 khalifah yang berganti memimpin dalam
masa pemerintahan, dimulai dari Muawiyah sampai dengan Marwan II.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah berdirinya Bani Umayyah?
2. Kemajuan pada yang diraih pada masa Bani Umayyah?
3. Faktor apa yang menghancurkan Dinasti Ummayah?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Bani Umayyah
2. Untuk mengetahui Kemajuan dalam berbagai bidang yang diraih Bani Umayyah
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang bisa menghancurkan Bani Umayyah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH BERDIRINYA DINASTI UMAYYAH


Asal mula terbentuknya Dinasti Umayyah ini diawali dengan pembangkangan
Muawiyyah untuk menyatakan bai’at kepada Ali bin Abi Thalib yang telah diangkat
menjadi khalifah oleh para sahabat di Madinah, tetapi Muawiyyah yang pada waktu itu
menjabat sebagai Gubernur (wali) di Syam yang berkedudukan di Damaskus, tidak mau
tunduk kepada kekhalifahan Ali. Bahkan terselip tuduhan bahwa Ali terlibat dalam
pembunuhan Usman bin Afan. Ujung dari perseteruan ini meletusnya perang Siffin,
yakni peperangan antara pihak Ali dengan pihak Muawiyyah yang terjadi di Siffin.
Dalam peperangan itu, pihak Muawiyyah hampir mengalami kekalahan dan
memohon damai. Pihak Ali merespons permohonan itu dengan terbelah dua. Pihak Ali
terbelah, satu pendapat setuju berdamai dan satunya lagi tidak. Kesimpulan yang
diambil berdamai, dilanjutkan dengan tahkim (arbitrase), tetapi tidak membuahkan
hasil. Bahkan perpecahan umat Islam semakin bertambah, dengan munculnya
kelompok ketiga, yaitu Khawarij yang tidak berpihak kepada Muawiyyah dan Tidak
berpihak pula kepada Ali.
Dalam kemelut yang seperti itu, pihak Kjawarij merencanakan membunuh tiga
orang yang menjadi penyebab timbulnya perpecahan umat, yaitu Ali, Muawiyyah dan
Amru bin ‘Ash, yang terbunuh hanya Ali saja, sedangkan yang dua lagi tidak.
Setelah wafatnya Ali bin Abi Thalib, Hasan bin Ali diangkat oleh para
pengikutnya menggantikan Ali, tetapi kemudian Hasan menyerahkan kekuasaan itu
kepada Muawiyyah dengan syarat-syarat tertentu. Maka, dengan demikian muluslah
Muawiyyah menjadi Khalifah.1
Nama Dinasti Umayyah dinisbatkan kepada Umayyah bin Abd Syams bin Abdu
Manaf. Ia adalah seorang tokoh penting di tengah Quraisy pada amasa Jahiliah. Ia dan
pamannya Hasym bin Abdu Manaf selalu bertarung dalam memperebutkan kekuasaan
dan kedudukan. Dinasti Umayyah. Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu
Sufyan bin Harb.

1
Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulay dan Dra. Hj. Nurgaya Pasa, M.A. Pendidikan Islam Dalam
Lintasan Sejarah -kajian dari zaman pertumbuhan sampai kebangkitan. (Jakarta: Kencana,
2013) hlm. 59-60
2
Muawiyyah dipandang sebagai pembangun dinasti yang oleh sebagian besar
sejarawan awalnya dipandang negatif. Keberhasilannya memperoleh legalitas atas
kekuasaannya dalam perang saudara di Siffin dicapai melalui cara yang curang. Lebih
dari itu, Muawiyyah juga dituduh sebagai penghianat prinsip – prinsip demokrasi yang
diajarkan islam, karena dialah yang mula – mula mengubah pimpinan negara dari
seorang yang dipilih oleh rakyat menjadi kekuasaan raja yang diwariskan tutun-
temurun (monarchy heredity).2

B. PARA KHALIFAH DINASTI UMAYYAH


Masa kekuasan Dinasti Umayyah hampir satu abad, tepatnya selama 90 tahun,
dengan 14 orang Khalifah. Khalifah yang pertama adalah Muawiyyah bin Abi Sufyan,
sedangkan Khalifah yang terakhir adalah Marwan bin Muhammad. Diantara mereka
ada pemimpin-pemimpin besar yang berjasa diberbagai bidang sesuai dengan kehendak
zamannya, sebaliknya ada pula khalifah yang tidak patut dan lemah. Adapun urutan 14
Khalifah Umayyah adalah sebagai berikut :
1. Muawiyyah I bin Abi Sufyan 41-60 H/661-697 M
2. Yazid I bin Muawiyyah 60-64 H/679-683 M
3. Muawiyah II bin Yazid 64 H/683 M
4. Marwan I bin Hakam 64-65 H/683-684 M
5. Abdul Malik bin Marwan 65-86 H/684-705 M
6. Al-Walid I bin Abdul Malik 86-96 H/705-714 M
7. Sulaiman bin Abdul Malik 96-99 H/714-717 M
8. Umar bin Abdul Aziz 99-101 H/717-719 M
9. Yazid II bin Abdul Malik 101-105 H/719-723 M
10. Hasyim bin Abdul Malik 105-125 H/723-743 M
11. Al-Walid II bin Yazid II 125-126 H/742-743 M
12. Yazid bin Walid bin Malik 126 H/743 M
13. Ibrahim bin Al-Walid II 126-127 H/743-744 M
14. Marwan II bin Muhammad 127-132 H/744-750 M.

Muawiyah bin Abi Sufyan adalah bapak pendiri Dinasti Umayyah. Dialah tokoh
pembangun yang besar. Namanya disejajarkan dalam deretan Khulafaur rasyidin.
Bahkan kesalahannya yang menghianati prinsip pemilihan kepala negara oleh rakyat,

2
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010) hlm. 118
3
dapat dilupakan orang karena jasa-jasa dan kebijaksanaan politiknya yang
mengagumkan. Muawiyyah mendapat kursi kekhalifahan setelsh Hasan bin Ali bin Abi
Thalib berdamai dengannya pada tahun 41 H. Umat Islam sebagiannya membi’at Hasan
setelah ayahnya itu wafat. Namun Hasan menyadari kelemahannya sehingga ia
berdamai dan menyerahkan kepemimpinan umat kepada Muawiyyah sehingga tahun
itu dinamakan ‘amul jama’ah, tahun persatuan. Muawiyyah menerima kekhalifahan di
Kufah dengan syarat-syarat yang diajukan oleh Hasan, yakni :

a. Agar Muawiyyah tiada menaruh dendam terhadap seorang pun penduduk Irak,
b. Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka,
c. Agar pajak tanah negeri Ahwz diperuntukkan kepadanya dan diberikan tiap tahun,
d. Agar Muawiyyah membayar saudaranya, Husain, 2 juta dirham,
e. Pemberian kepada Bani Hasyim haruslah lebih banyak dari pemberian kepada Bani
Abdis Syams.3

C. SISTEM PEMERINTAHAN DINASTI UMAYYAH


Muawiyah adalah seseorang pemimpin Arab yang patut ditiru oleh pimpinan-
pimpinan Arab lainnya. Seorang pemimpin dengan kebesaran dan kekuasaannya yang
mempunyai kewibawaan dan kefasihan dalam berbicara, serta mencari makna-makna
dan pemikiran yang tergantung di dalamnya. Ia tidak membiarkan ada orang lebih fasih
darinya kecuali ia harus tunduk dan rendah diri didepannya. Dalam politik praktisnya
ia mengetahui dengan siapa harus memberikan tanggung jawab. Segala sesuatu
dipandang dari segi politik, tetapi ia bermain politik dengan cantik.4
Kekuasaan Muawiyah adalah mengunakan syariat Islam, dan cocok sekali
dengan masa modern. Ia disatu sisi menjadi khalifah dan disisi lain menjadi raja dengan
keagungannya, ia adalah raja dan khalifah yang kekuasaannya berada di tangannya
sendiri, akan tetapi tidak dikantor, ia menggunakan kekuasaan dengan cara yang
demokratis dengan tetap menjaga kewibawaan dan keagungannya, ia adalah raja yang
sekaligus menjadi politikus ulung, di didi lain ia juga mempunyai kekuasaan yang kuat.
Ia tidak menggunakan prinsip Syura dalam pemerintahannya sebagaimana telah
dilakukan oleh Khulafaurrasyidin, akan tetapi ia mengganti syura dengan hal lain.

3
Ibid, hlm. 121-122
4
Dr. Yusuf Al-‘Isy, Dinasti Umayyah – Sebuah perjalanan lengkap tentang peristiwa-peristiwa yang
mengawali dan mewarnai perjalanan Dinasti Umayyah, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2007)
hlm. 166

4
Masyarakat diberi kebebasan untuk mengeluarkan pikiran-pikirannya, dan apa yang
menjadi pembicaraannya diperhatikan Khalifah secara serius, dan membahasnya di
Istana, kemudian mewujudkan apa-apa yang dapat diwujudkan.
Pemerintahan Muawiyah bergantung pada para penasehat yang cakap dan para
ahli administrasi yang mampu, ia memberi mereka kebebasan dan kepercayaan untuk
melaksanakan tugasnya, dan memayungi mereka dengan kekuasaannya. Ia tidak
mempedulikan bahwa diantara pegawainya ada yang beragama Kristen, pemerintahan
pada masa Muawiyah tidak terpusat di tangan Khalifah saja, karena kekuasaannya
begitu luas sehingga ia tidak mampu memimpin semua daerah sendirian. Untuk itu ia
mengirim guberbur-gubernurnya ke setiap negeri dan mereka diberi kekuasaan olehnya,
dan tidak ditegur dalam menjalankan tugas mereka kecuali mereka melakukan
kesalahan besar.
Para gubernurnya adalah orang-orang yang mampu menjalankan tugas, ia ambil
orang-orang yang paling hebat, kalau ia tidak menemukan sosok yang cocok maka ia
mengujinya terlebih dahulu untuk memimpin wilayah yang kecil. Jika nampak
kemampuannya dan kewibawaannya maka ia lalu mengangkatnya untuk memimpin
kota yang penting.
Sedangkan angkatan bersenjata pada masa pemerintahannya terbagi menjadi
dua kelompok, yaitu kelompok pertama adalah terdiri dari kesatuan polisi yang bertugas
melindungi Khalifah dan menjaganya dari mara bahaya. Ia mengangkat kesatuan ini
dari orang-orang yang paling ia percaya, ia membayar sendiri upah untuk melindungi
dirinya, sedangkan kelompok kedua adalah tentara yang bertugas untuk berijhad dan
kadang-kadang harus menghadapi orang-orang yang memberontak.5

D. MASA KEMAJUAN BANI UMAYYAH


1. DALAM BIDANG PERLLUASAN WILAYAH
Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif,
dimana perhatian tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan penaklukan. Hanya
dalam jangka waktu 90 tahun, banyak bangsa di empat penjuru mata angin beramai-
ramai masuk ke dalam kekuasaan Islam, yang meliputi tanah Spanyol, seluruh
wilayah Afrika Utara, Jazirah Arab, Syiria, Palestina, sebagian daerah Anatolia,

5
Ibid, Dinasti Umayyah, hlm.168-169

5
Irak, Persia, Afganistan, India dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan
Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgiztan yang termasuk Soviet Rusia.
Pada masa pemerintahan Muawiyah diraih kemajuan besar dalam perluasan
wilayah, meskipun pada beberapa tempat masih besrifat rintisan. Peristiwa penting
mencolok ialah keberaniannya mengepung kota Konstatinopel melalui suatu
ekspedisi yang dipusatkan dikota pelabuhan Dardenela, setelah terlebih dahulu
menduduki pulau-pulau di Laut Tengah seperti Rodhes, Kreta, Cyprus, Sicilia dan
sebuah pulau yang bernama Award, tidak jauh dari Ibu Kota Romawi Timur itu.
Dibelahan timur, Muawiyah berhasil menaklukkan Khurasan sampai ke sungai
Oxus dan Afghanistan.6

2. DALAM BIDANG POLITIK


Dalam bidang politik, Bani Umayah menyusun tata pemerintahan yang
sama sekali baru, untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan
administrasi kenegaraan yang semakin kompleks. Selain mengangkat Majelis
Penasehat sebagai pendamping, Khalifah Bani Umayyah dibantu oleh beberapa
orang sekertaris untyk pelaksanaan tugas, yang meliputi:
a. Katib Ar-Rasail, sekertaris yang bertugas menyelenggarakan administrasi dan
surat-menyurat dengan para pembesar setempat.
b. Khatib Al- Kharraj, sekertaris yang bertugas menyelenggarakan penerimaan
dan pengeluaran negara.
c. Katib Al-Jundi, sekertaris yang bertugas menyelenggarakan berbagai hal yang
berkaitan dengan ketentaraan.
d. Khatib Asy-Syurtah, sekertaris yang bertugas menyelenggarakan pemeliharaan
keamanan dan ketertiban umum.
e. Katib Al-Qudat, sekertaris yang bertugas menyelenggarakan tertin hukum
melalui badan-badan peradilan dan hakim setempat. 7

3. DALAM BIDANG SOSIAL BUDAYA


Dalam bidang sosial budaya, Bani Umayyah telah membuka terjadinya
kontak antar bangsa-bangsa muslim (Arab) dengan negeri-negeri taklukan yang

6
Ibid, Sejarah peradaban Islam, hlm. 129-130
7
Ibid, hlm. 131

6
terkenal memiliki tradisi yang luhur seperti Persia, Mesir, Eropa, dan sebaginya.
Hubungan tersebut lalu melahirkan kreativitas baru yang menakjubkan di bidang
seni dan ilmu pengetahuan. Di bidang seni, terutama seni bangunan (arsitektur),
Bani Umayyah mencatat suatu pencapaian yang gemilang, seperti Dome of the
(Qubah Ash-Shakhra) di Yerusalem menjadi monumen terbaik ang hingga kini tak
henti-hentinya dikagumi orang.8

4. DALAM BIDANG ILMU PENGETAHUAN


 Pengembangan Bahasa Arab, menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi
dalam tata usaha negara dan pemerintahan.
 Marbad Kota Pusat Kegiatan Ilmu, di kota Marbad nilah berkumpul para
pujangga, fulsuf, ulama, penyair, dan cendikiawan lainnya.
 Ilmu Qirat, yaitu ilmu seni baca al-Qur’an. Ilmu ini merupakan ilmu syariat
terta yang telah dibina sejak zaman Khulafaurrasidin
 Ilmu Tafsir, Minat untuk penafsiran Al-Qur’an di kalangan umat Islam
bertambah. Pada masa perintisan ilmu tafsir, ulama yang membukukan ilmu
tafsir adalah Mujahid.
 Ilmu Hadis, yang berisi ucapan-ucapan Nabi. Kemudian imbulah usaha
untuk mengumpulkan hadis, menyelidiki asal usulnya, sehingga akhirnya
menjadi satu ilmu yang berdiri sendiri yang dinamakan ilmu hadis.
 Ilmu Fiqih, Al-qur’an adalah dasar fiqih Islam, dan pada zaman ini ilmu fiqh
telah menjadi satu cabang ilmu syariat yang berdiri sendiri.
 Ilmu Nahwu, ilmu ini sangat dipelukan pada masa Dinasti Umayyah, karena
bertambahnya orang-orang Ajam (non-Arab) yang masuk Islam, sehingga
keberadaan bahasa Arab sangat dibutuhkan.
 Ilmu Jughrafi dan Tarikh, adanya perkembangan dakwah maupun sejarah
Islam ke daerah-daerah baru yang luas dan jaug menimbulkan gairah untuk
mengarang ilmu jughrafi (ilmu bumi atau geografi),demikian pula ilmu
tarikh.

8
Ibid, hlm. 132

7
 Usaha Penerjemahan, pada masa Dinasti Umayyah dimulai pula
penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa-bahasa lain ke
dalam bahsa Arab.9

E. MASA KEHANCURAN DIASTI UMAYYAH


Meskipun kejayaan telah diraih oleh Bani Umayyah ternyata tidak bertahan
lebih lama, dikarnekan kelemahan-kelemahan internal dan semakin kuatnya tekanan
dari pihak luar. Menurut Dr. Badri Yatim, ada beberapa faktor yang menyebabkan
Dinasti Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran, yaitu :
1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru
bagi tardisi Arab, yang lebih menentukan aspek senioritas, pengaturannya tidak
jelas.
2. Latar belakang terbetuknya Dinasti Umayyah tidak dapat dipisahkan dari
berbagai konflik politik yang terjadi di masa Ali.
3. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara Suku Arabia
Utara (Bani Qais) dan Arab Selatan (bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman
sebelum Islam semakin runcing.
4. Lemahnya pemerintahan daulah Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap
hidup mewah di lngkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup
memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan.
5. Penyebab langsung runtuhnya kekuasaan Dinasti Umayyah adalah munculnya
kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas bin Abbas Al-
Muthalib.
Beberapa penyebab tersebut muncul dan menumpuk menjadi satu, sehingga
akhirnya mengakibatkan keruntuhan Dinasti Umayyah, disusul dengan berdirinya
kekuasaan orang-orang Bani Abbasiyah yang mengejar-ngejar dan membunuh setiap
orang dari Bani Umayyah yang dijumpainya. Demikianlah, Dinasti Umayyah pasca
wafatnya Umar bin Abdul Aziz yang berangsur-angsur melemah. Kekhalifahan
sesudahnya dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh yang melemahkan dan akhirnya
hancur. Dinasti Umayyah diruntuhkan oleh Dinasti Bani Abbasiyah pada msa khalifah
Marwan bin Muhammad (Marwan II) pada tahun 127 H/744 M.10

9
Ibid, hlm. 133-135
10
Ibid, hlm. 136-137

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dinasti Umayyah di ambil dari nama Umayyah bin Adbi Syam bin Abdi Manaf,
Dinasti ini sebenarnya mulai diritis semenjak masa kepemimpinan halifah Utsman bin
Affan namun baru kemudia berhasil mendapat pengakuan kedaulatan setelah khalifah
Ali terbunuh dan Hasan bin Ali yang diangkat oleh kaum muslimin di Irak
menyerahkan kekuasaannya pada Muawiyah setelah melakukan perundingan dan
perjanjian. Bersatunya ummat Islam dalam satu kepemimpinan pasa masa itu disebut
tahun jama’ah (‘Am al-Jama’ah) tahun 41 H (661 M).
Sistem pemerintahan Dinasti Bani Umayyah dilakkan dengan sistem turun-
menurun (monarcy heredity). Hal ini dimulia oleh Muawiyyah ketika menunjuk
anaknya Yazid untuk meneruskan pemerintahan yang dipimpinnya pada tahun 679 M.
Pada masa kekuasaannya yang hampir satu abad, dinasti ini mencapai banyak
kemajuan. Diantaranya adalah: kekuasaan yang mencapai Afrika Utara,India, dan
Benua Eropa, kemajuan di bidang administrasi pemerintahan dengan pembentukan
dewan-dewan, organisasi keuangan dan percetakan uang, kemajuan militer yang terdiri
dari Angkatan darat dan Angkatan laut, organusasu kehakiman, bidang social dan
budaya, bidang seni dan sastra, bidang arsitektur dan dalam bidang pendidikan.
Kemunduran dan kehancuran dinasti Umayyah disebabkan oleh banyak faktor,
diantaranya adalah: perebutan kekuasaan antara keluarga kerajaan, konflik
berkepanjangan golongan Syi’ah dan Khawarij, pertentangan etnis suku Arab Utara dan
suku Arab Selatan, ketidak cakepan para khalifah dalam memimpin pemerintahan dan
kecenderungan ang hidp mewah, penggulingan oleh Bani Abbas yang didukung penuh
oleh Bani Hasyim, kaum Syi’ah, dan golongan Mawali.

B. SARAN
Semoga makalah ini bias bermanfaat bagi pembaca. Makalah ini masih jauh
dari kata kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kemajuan dan kesempurnaan di masa mendatang.

9
DAFTAR PUSTAKA

Amin Munir Samsul. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.

Daulay Putra Haidar, dan Pasa Nurgaya. 2013. Pendidikan Islam Dalam Lintasan Sejarah -
kajian dari zaman pertumbuhan sampai kebangkitan. Jakarta: Kencana.

Al-‘Isy Yusuf. 2007. Dinasti Umayyah – Sebuah perjalanan lengkap tentang peristiwa-
peristiwa yang mengawali dan mewarnai perjalanan Dinasti Umayyah. Jakarta Timur:
Pustaka Al-Kautsar.

10

Anda mungkin juga menyukai