Anda di halaman 1dari 9

PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM PADA MASA

DINASTI FATIMIYAH

Disusun Oleh :

Kelompok 5
1.Dennis M Agustin
2.Fifi Yahya Andrianingsih
3.Muhammad Doni Setiawan
4.Rikis Desi Cahyanita
5.Zaky Maulida

UNIVERSITAS ISLAM NAHDHLATUL ULAMA (UNISNU)


JEPARA
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM SEMESTER 1
TAHUN 2018
Jl. Taman Siswa (Pekeng) Tahunan Jepara 59427 Telp:
(0291)59
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dinasti Fatimiyah adalah salah satu dari Dinasti Syiah dalam sejarah Islam.
Dinasti ini didirikan di Tunisia pada tahun 909 M. sebagai tandingan bagi penguasa
dunia muslim saat itu yang terpusat di Baghdad, yaitu bani Abbasiyah. Dinasti
Fatimiyah didirikan oleh Sa’id ibn Husain, kemungkinan keturunan pendiri kedua
sekte Islamiyah. Berakhirnya kekuasaan Daulah Abbasiyah di awal abad
kesembilan ditandai dengan munculnya disintegrasi wilayah. Di berbagai daerah
yang selama ini dikuasai, menyatakan melepaskan diri dari kekuasaan pemerintah
di Baghdad dan membentuk daulah-daulah kecil yang berdiri sendiri (otonom). Di
bagian timur Baghdad, muncul dinasti Tahiriyah, Saariyah, Samaniyah, Gasaniyah,
Buwaihiyah, dan Bani Saljuk. Sementara ini di bagian barat, muncul dinasti
Idrisiyah, Aglabiyah, Tuluniyah, Fatimiyah, Ikhsidiyah, dan Hamdaniyah.

Dinasti Fathimiyah adalah merupakan salah satu dinasti Islam yang pernah ada
dan juga memiliki andil dalam memperkaya khazanah sejarah peradaban Islam.
Sama halnya pengutusan Muhammad SAW sebagai Rasulullah telah menoreh
sejarah Islam, yang pada awalnya hanya merupakan bangsa jahiliyah yang tidak
mengenal kasih sayang dan saling menghormati.
Dari paparan di atas penulis tertarik untuk membahas lebih dalam lagi tentang
Dinasti Fathimiyah ini dalam bab selanjutnya.

B.  Rumusan Masalah


1.      Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Fathimiyah?
2.      Siapa Saja Daulah Fatimiyah?
3.      Bagaimana perkembangan dan kemajuan Dinasti Fathimiyah?
4.      Bagaimana puncak kejayaan Dinasti Fathimiyah?
5.      Apa saja faktor penyebab kemunduran dan runtuhnya Dinasti Fatmiyah?
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Sejarah berdirinya Dinasti Fathimiyah.


Dinasti Fathimiyah berdiri pada tahun 297 H/910 M, dan berakhir pada 567
H/1171 M yang pada awalnya hanya merupakan sebuah gerakan keagamaan yang
berkedudukan di Afrika Utara, dan kemudian berpindah ke Mesir. Dinasti ini
dinisbatkan kepada Fatimah Zahra putri Nabi Muhammad SAW dan sekaligus istri
Ali bin Abi Thalib Radhiallahu anhu. Dan juga dinasti ini mengklaim dirinya sebagai
keturunan garis lurus dari pasangan Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah Zahra binti
Rasulullah SAW. Namun masalah nasab keturunan Fathimiyah ini masih dan terus
menjadi perdebatan antara para sejarawan. Dari dulu hingga sekarang belum ada kata
kesepakatan diantara para sejarawan mengenai nasab keturunan ini, hal ini
disebabkan beberapa faktor diantaranya:
1.    Pergolakan politik dan madzhab yang sangat kuat sejak wafatnya Rasulullah
SAW.
2.    Ketidakberanian dan keengganan keturunan Fatimiyah ini untuk mengiklankan
nasab mereka, karena takut kepada penguasa, ditambah lagi penyembunyian
nama-nama para pemimpin mereka sejak Muhammad bin Ismail hingga
Ubaidillah al Mahdi.
B.  Khalifah Daulah Fatimiyah
Khalifah-khalifah daulah Fatimiyah secara keseluruhan ada empat belas orang
1.    Abu Muhammad Abdullah (Ubaydillah) al-Mahdi billah (909 M - 934 M).
2.    Abul-Qasim Muhammad al-Qa'im bi-Amr Allah bin al-Mahdi Ubaidillah (934 M
- 946 M).
3.    Abu Zahir Isma'il al-Mansur billah (946 M – 953 M).
4.    Abu Tamim Ma'ad al-Mu'izz li-Dinillah (953 M – 975 M).
5.    Abu Mansur Nizar al-'Aziz billah (975 M – 996 M).
6.    Abu 'Ali al-Mansur al-Hakim bi-Amrullah (996 M- 1021 M).
7.    Abu'l-Hasan 'Ali al-Zahir li-I'zaz Dinillah (1021 M - 1036M).
8.    Abu Tamim Ma'add al-Mustansir bi-llah (1036 M – 1094 M)
9.    Al-Musta'li bi-llah (1094 M – 1101 M).1
10.     Al-Amir bi-Ahkamullah (1101 M -1130 M).
11.     Abd al-Majid al-Hafiz (1130 M -1149 M).
12.     al-Zafir (1149 M – 1154 M).
13.     al-Fa'iz (1154 M - 1160 M).
14.     al-'Adid (1160 M – 1171 M).

Pekerjaan Fatimiyah yang pertama adalah mengambil kepercayaan umat


Islam bahwa mereka adalah keturunan Fatimah putri Rasul dan istri dari Ali ibn Abi
Thalib. Tugas yang selanjutnya diperankan oleh Muiz yang mempunyai seorang
Jendral bernama Jauhar Sicily yang dikirim untuk menguasai Mesir sebagai pusat
dunia Islam zaman itu. Berkat perjuangan Jendral Jauhar, Mesir dapat direbut dalam
masa yang pendek.

C.  Perkembangan dan kemajuan Dinasti Fatimiyah.

Pada tahun 945 M bani Fatimiyah sudah berhasil memantapkan diri di


Tunisia dan menguasai beberapa daerah sekelilingnya dan Sisilia. Kemajuan-
kemajuan yang paling penting terjadi selama pemerintahan al-Muiz adalah ia
mempunyai seorang Jendral yang cemerlang yaitu Jauhar. Dalam bagian awal
pemerintahan, Jauhar memimpin suatu pasukan penakluk ke atlentik, dan keunggulan
Fatimiyah ditegakkan atas seluruh Afrika Utara. Kemudian al-Muiz mengalihkan
perhatiannya ke Timur. Jelas tersirat dalam pendirian bani Fatimiyah bahwa mereka
harus mencoba untuk menguasai pusat dunia Islam dan dua pendahulunya telah
melakukan perjalanan penaklukan yang tidak berhasil terhadap Mesir. Sekarang,
persiapan-persiapan cermat termasuk propaganda politis (yang dibantu oleh bencana
kelaparan hebat di Mesir). Jauhar menerobos Kairo Lama (al-Fustat) tanpa

1 Aiman Fuad Sayyid. Daulat Fatimiyah Fi Misr Tafsir Jadid. Dar El-Masriyah
lil-Bananiyah. 1992. h. 30
Sunanto, Musyrifah, Sejarah Islam Klasik, Jakarta: Prenada Media, 2003.
mengalami kesulitan yang berarti dia bisa menguasai negara ini. Seorang pangeran
Ikhshidiyah secara resmi masih berkuasa, tetapi rezim Ikhshidiyah sudah tidak
berfungsi lagi dan tidak memberikan perlawanan pada Jauhar. Nama khalifah
Abbasiyah serta merta dihilangkan dari do’a ibadah Jum’at, walaupun cara-cara
ibadah Ismailiyah hanya dimasukkan secara bertahap. Jauhar segera mulai
membangun sebuah kota baru bagi tentaranya yang diberi nama al-Qahirah yang
berarti kota kemenangan atau disebut juga dengan Kairo. Pada tahun 973 M kota
Kairo menjadi kediaman imam atau khalifah Fatimiyah dan pusat pemerintahan.2[3

D.  Puncak Kejayaan Dinasti Fatimiyah.

Sepanjang kekuasaan Abu Mansyur Nizar al-Aziz (975-996), Kerajaan


Mesir senantiasa diliputi kedamaian. Ia adalah khalifah Fatimiyah yang kelima dan
khalifah pertama yang memulai pemerintahan di Mesir. Di bawah kekuasaannyalah
dinasti Fatimiyah mencapai puncak kejayaannya. Nama sang khalifah selalu
disebutkan dalam khutbah-khutbah jum’at disepanjang wilayah kekuasaanya yang
berbentang dari Atlantik hingga laut Merah, juga di mesjid-mesjid Yaman, Mekkah,
Damaskus, Bahkan di Mosul. Kalau dihitung-hitung, kekuasannya meliputi wilayah
yang sangat luas.
Di bawah kekuasaannya kekhalifahan Mesir tidak hanya menjadi lawan
tangguh bagi kekhalifaan di Baghdad, tapi bisa dikatakan bahwa kekhalifaan itu telah
menenggelamkan penguasa Baghdad dan ia berhasil menempatkan kekhalifaan
Fatimiyah sebagai negara Islam terbesar di kawasan Meditera Timur. Al-Aziz
menghabiskan dua juta dinar untuk membangun istana yang dibangun menyaingi
istana Abbasiyah, musuhnya yang diharapkan akan dikuasai setelah Baghdad
berhasil ditaklukkan. Seperti pendahulunya ia melirik wilayah Spanyol, tetapi
khalifah Kordova yang percaya diri itu ketika menerima surat yang pedas dari raja

2
.Ahmad Abidin Zainal, Sejarah Islam dan Ummatnya, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000),
,http://abatihawa.blogspot.com/2008/07/dinasti-fatimiah-297-h-322-h-910-m-
934.html. 10 Juni 2013.
Fatimiyah memberikan balasan tegas dengan berkata, “Engkau meremehkan kami
karena kau telah mendengar tentang kami. Jika kami mendengar apa yang telah dan
akan kau lakukan kami akan membalasnya”.

E.  Masa Kemunduran dan Runtuhnya Dinasti Fatimiyah.

Gejala-gejala yang menunjukkan kemunduran dinasti Fatimiyah telah


terlihat di penghujung masa pemerintahan Al-Aziz namun baru kelihatan wujudnya
pada masa pemerintahan al-Muntasir yang terus berlanjut hingga berakhirnya
kekuasaan adalah Fatimiyah pada masa pemerintahan al-Adid 567 H / 1171 M. 3[7]
Adapun faktor yang menyebabkan kemunduran dan runtuhnya dinasti Fatimiyah
dapat diklarifikasikan kepada faktor internal dan eksternal:
1.    Faktor Internal
Faktor internal yang paling signifikan dalam menghantarkan kemunduran
dinasti Fatimiyah adalah di karenakan lemahnya kekuasaan pemerintah. Menurut
Ibrahim Hasan, para khalifah tidak lagi memiliki semangat juang yang tinggi
seperti yang ditunjukkan para pendahulu mereka ketika mengalahkan tentara
Berber di Qairawan. Kehidupan para khalifah yang bermewah-mewah merupakan
penyebab utama hilangnya semangat untuk melakukan ekspansi.
2.    Faktor Eksternal
Adapun faktor eksternal yang menjadi penyebab runruhnya dinasti
Fatimiyah adalah menguatnya kekuasaan Nur al-Din al-Zanki di Mesir. Nur al-
Zanki adalah Gubernur Syiria yang masih berada di bawah kekuasaan Bani
Abbasiyah. Popularitas al-Zanki menonjol pada saat ia mampu mengalahkan
pasukan salib atas permohonan khalifah al-Zafir yang tidak mampu mengalahkan
tentara salib.
Dikarenakan rasa cemburunya kepada Syirkuh yang memiliki pengaruh kuat
di istana dianggap sebagai saingan yang akan merebut kekuasaannya sebagai

3 3. Amin Ahmad, Dhuhal al-Islam, (Kairo: Lajnah Ta’wa al Nasyr),


Ibrahim.2012. Makalah Dinasti Fathimiyah,http://makalah majan naii.blog
spot.com /2012/05/ dinasti-fathimiyah. ht ml.12 Juni 2013.
wazir, syawar melakukan perlawanan. Agar mampu menguat kekuasannya,
Syawar meminta bantuan tentara Salabiyah dan menawarkan janji seperti yang
dilakukannya terhadap Nural-Din. Tawaran ini diterima King Almeric selaku
panglima perang salib dan melihatnya sebagai suatu kesempatan untuk dapat
menaklukkan Mesir. Pertempuran pun pecah di Pelusium dan pasukan Syirkuh
dapat mengalahkan pasukan salib.Syawar sendiri dapat ditangkap dan dihukum
bunuh dengan memenggal kepalanya atas perintah khalifah Fatimiyah.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dinasti Fatimiyah merupakan salah satu imperium besar sepanjang sejarah
Islam. Pada awalnya, daulah ini hanya berupa dinasti kecil yang melepaskan diri dari
kekuasaan dinasti Abbasiyah. Mereka mampu memerintah lebih dua abad sebelum
ditaklukkan oleh dinasti Ayyubiyah dibawah kepemimpinan Salah al-Din al-Ayyubi.
Dalam masa pemerintahannya, daulah Fatimiyah sangat konsern dengan
pengembangan paham Syi’ah Isma’iliyah. Untuk kesuksesannya, mereka mewajibkan
seluruh aparat di jajaran pemerintahan dan warga masyarakat untuk menganut paham
tersebut. Upaya ini cukup berhasil yang ditandai dengan banyaknya masyarakat yang
bersedia menerimanya meskipun berasal dari non muslim.
Kemunduran dinasti Fatimiyah dikarenakan tidak efektifnya kekuasaan
pemerintah dikarenakan pra khalifah hanya sebagai raja boneka sebab roda pemerintah
didominasi oleh kebijakan para wazir sementara khalifah hanya hidup menikmati
kekuasaannya didalam istana yang megah.
DAFTAR PUSTAKA

Aiman Fuad Sayyid. Daulat Fatimiyah Fi Misr Tafsir Jadid. Dar El-Masriyah lil-
Bananiyah. 1992. h. 30
Ahmad Abidin Zainal, Sejarah Islam dan Ummatnya, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000),
Amin Ahmad, Dhuhal al-Islam, (Kairo: Lajnah Ta’wa al Nasyr),
Hasan Ibrahim, Tarikh al-Daulah al-Fatimiah, (Kairo: Jannatut Ta’lif, 1958),
Sunanto, Musyrifah, Sejarah Islam Klasik, Jakarta: Prenada Media, 2003.
Watt W.Montgomery, penterjemah Hartono Hadikusumo, Kejayaan Islam: Kajian
Kritis dari tokoh Orientalis, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990).
,http://abatihawa.blogspot.com/2008/07/dinasti-fatimiah-297-h-322-h-910-m-934.html.
10 Juni 2013.
Ibrahim.2012. Makalah Dinasti Fathimiyah,http://makalah majan naii.blog spot.com
/2012/05/ dinasti-fathimiyah. ht ml.12 Juni 2013.

Anda mungkin juga menyukai