Makalah ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mazahibut Tafsir
Dosen Pengampu : Dr. H. Abdul Mustaqim
A. Latar belakang
Sejarah tafsir Al-Qur’an telah mengalami perubahan sangat panjang dari
era periode klasik, pertengahan hingga modern, dalam priode-periode tersebut
tentu banyak berbedaan-perbadaan penafsiran yang dipengaruhi berbagai
aspek dari segi.
Munculnya ilmu tafsir sudah ada sejak zaman nabi yang kemudian
diteruskan oleh para sabahab dan para tabi’in di era klasik.
Kemudian dilanjutkan pada era pertengahan dimana tafsir al-Qur’an
dipengaruhi banyak aspek dan mempunyai karakteristik mulai dari pengaruh
gagasan eksternal al-Qur’an, ideologi, repetitif dan parsial.
Dan yang terahir pada abad modern dimana tafsir al-Qur’an itu berbeda
dengan tafsir sebelum-sebelumnya karena tafsir modern lebih membahas
tentang problem-problem yang dihadapi oleh manusia pada masa kekinian
yang sekirannya pada masa dahulu problem-problem tersebut tidak pernah ada
maka dari itu dibutuhkannya tafsir modern konteporer guna untuk
menyelesaikan masalahmasalah tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Mazahibut tafsir periode klasik
2. Mazahibut tafsir pertengahan
3. Mazahibut tafsir modern kontemporer
C. Tujuan
1. Mengetahui perkembangan penafsiran al-Qur’an di era Klasik
2. Mengetahui perkembangan penafsiran al-Qur’an di era
pertengahan
3. Mengetahui perkembangan penafsiran al-Qur’an di era modern
konteporer
BAB II
PEMBAHASAN
1
Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an,(yogyakarta: Adab Press 2014) hlm 39
a) Motif tafsir Nabi Muhammad
Berdasarkan motifnya penafsiran Nabi dapatdibagi menjadi tiga,
yaitu:
1) Al-Tafsir al-irsyadi(pengarahan)
Tafsir Nabi yang berupa pengarahan, sebagai contoh adalah
penafsiran sehubungan dengan firman Allah:
ٌع ِليم َّ ش ْيءٍ ٌفَإِ َّن
ٌَ ٌٌَّللاٌَ ِب ِه ِ ٌُو َماٌت ُ ْن ِفق
َ ٌواٌم ْن ْ ُلَ ْنٌتَنَال
ِ ُواٌالبِ َّرٌ َحتَّىٌت ُ ْن ِفق
َ َواٌم َّماٌت ُ ِحبُّون
2
Ibid, hlm 41-43
a. Jenis Tafsir Nabi SAW
Tafsir Nabi SAW terhadap Al-Qur’an dapat dibagi menjad enam jenis,
yaitu:
1. Bayan Al-Ta’rif
Yaitu menjelaskan apa yang dimaksut dengan term atau istilah yang
disebutkan dalam Al-Qur’an. Contohnya tentang penafsiran surat Al-Kautsar
ayat 1:
ْ َط ْينَاك
ٌالك َْوثَر َ ِإنَّاٌأ َ ْع
Artinya: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepedamu ni’mat yang banyak.
Nabi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan lafadz Al-Kautsar adalah
sungai di surga yang kedua tepinya dilapisi mutiara.
2. Bayan Tafshili
Yaitu penjelasan yang bersifat perincian mengenai konsep-konsep yang
terkandung di dalam suatu lafadz. Contohnya kata mushhibah dalam surat Asy-
syura ayat 30:
3. Bayan Tawsi’
Yaitu penjelas yang sifatnya memperluas pengertian yang terkandung
dalam suatu term/istilah. Contohnya kata Al-du’a ditafsirkan dengan berdoa
dengan permohonan, kemudian ditafsirkan lebih luas yaitu ibadah. Seperti
firman Allah dalam surat Al-Mu’min ayat 60:
ٌَاخ ِرين َ ٌٌَربُّ ُك ُمٌادْعُونِيٌأ َ ْست َِجبْ ٌلَ ُك ْمٌإِ َّنٌالَّذِينَ ٌيَ ْسٌت َ ْكبِ ُرونَ ٌ َع ْنٌ ِعبَادَتِي
ِ َسيَدْ ُخلُونَ ٌ َج َهنَّ َمٌد َ َوقَال
Artinya : Dan tuhanmu berfirman: “berdoalah kepada-Ku niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri
dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina.
4. Bayan Tamtsili
Yaitu penjelasan yang sifatnya dalam konteks memberi contoh sesuai
dengan konteks realitas saat itu.3
3
Ibid, 45-51
c. Karakteristik tafsir sahabat
Adapun karekteristik tafsir pada sahabat adalah
a. Penafsiran sahabt bersifat global(ijmali) dan belum merupakan tafsir yang utuh,
maksudnya Al-Qur’a tidak ditafsirkan semua, tetapi hanya ayat-ayat tertentu saja
yang dianggap sulit pengertiannya.
b. Belum ada pembukuan tafsir.
c. Penafsiran saat itu merupakan perkembangan dari hadis, sebab tafsir pada
mulanya merupakan cabang dari hadis yang diriwayatkan dari Nabi mengenai hal-
hal terkait dengan penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an
d. Membatasi penfsiran dengan penjelasan berdasarkan makna bahsa yang primer
dan belum muncul corak-corak tafsir.
e. Penafsiran saat itu masih sedikit terjadi perbedaan dalam memahami l-Qur’an,
karena masih menggunakan riwayat dari Nabi SAW.4
4
Ibid,hlm 45-65
II. Tafsir era tabi’in
Tafsir sahabat dianggap berakhir dengan meninggalnya tokoh-tokoh
sahabat yang pernah menjadi guru dari para tabi’in dan digantikan dengan tafsir
para tabi’in. Para tabi’in selalu mengikuti jejak gurunya yang masyhur dalam
penafsiran al-Qur’an. Dari tangan mereka para tabi’in, sebagai murid-murid para
sahabat menimba ilmu, sehingga tumbuh berbagai aliran dan perguruan tafsir,
sesuai dengan konteks geografisnya.
1) Aliran-aliran tafsir tabi’in
Aliran-aliran tafsir pada masa tabi’in dapat dikategorikan menjadi 3
kelompok:
a) Aliran mekkah
Aliran ini didirikan oleh murid-murid sahabat Abdullah ibn ‘Abbas,
seperti: Said bin Jubair, Mujahid, ‘Atha bin Abi Rabbah dll. Aliran ini berawal
dari keberadaan Ibnu ‘Abbas sebagai guru di Mekkah yang menafsirkan al-Qur’an
kepada tabi’in dengan menjelaskan hal-hal yang musykil.
b) Aliran madinah
Aliran ini di pelopori oleh Ubay bin Ka’ab. Aliran ini muncul karena
banyaknya sahabat yang menetap di Madinah bertandus al-Qur’an dan sunah rasul
yang diikuti oleh para tabi’in sebagai murid-murid sahabat melalui Ubay bin
Ka’ab.
c) Aliran Irak
Aliran ini dipelopori oleh Abdullah ibn Mas’ud dan dilindungi oleh
Gubernur irak, seperti ‘Ammar bin Yasir, dan didukung oleh tabi’in di irak,
seperti Alqamah bin Qais, Aswad bin yasir dll. Secara global, aliran ini lebih
banyak bersifat ra’yi karena jauh studi hadis yang ada di madinah. 5
5
Ibid,hlm 67-79
a) Pada masa ini, tafsir juga belum dikondifikasi secara tersendiri.
b) Tradisi tafsir juga masih bersifat hapalan melalui periwayatan
c) Tafsir sudah kemasukan riwayat-riwayat israiliyyat, karena keinginan sebagai
para tabi’in untuk mencari penjelasan secara detail mengenai cerita berita dalam
al-Qur’an .
d) Sudah mulai muncul benih-benih perbedaan mazhab dalam penafsirannya.
e) Sudah mulai banyak perbedaan pendapat antara penafsiran para tabi’in dengan
para sahabat.
4) Tokoh tafsir tabi’in
Ahli tafsir dari kalangan generasi tabi’in yang termasyhur banyak, sesuai
dengan konteks geografisnya:
a. Ahli tafsir mekkah: Mujahid bin Jabbar (wafat 103H), Sa’id bin Jubair (wafat
94H), Ikrimah maula (wafat 103H), Ibn Abbas (wafat 105), Thawus ibn Kisan al-
jamani (wafat 106), Atha’ ibn Rabbah al-Makki(wafat 114 H)
b. Ahli tafsir irak : Alqomah ibn Qais (wafat 102 H), Al-Aswad ibn Yazid (wafat
75H), Ibrahim an-Nakho’i (wafat 95 H), Asy-Sya’bi (wafat 105H).
c. Ahli tafsir madinah: Abdurahman ibn Zaid(wafat 182H), Malik ibn Annas(wafat
179H), ‘Atha ibn Abi Muslim al-Hurani(wafat 134H), Muhamad ibn Ka’ab al-
Qirazy, Abu al-Aliyah Rafi’ ibn Mihram ar-Royahi (wafat 90 H), Ad-Dahhak ibn
Muzahim (wafat 105 H ), Atiyah ibn Sa’id al-Aufi(wafat 111 H), Qitadah bin
Di’amah as-Sadusi (wafat 117 H), Al-Rabi’ibn Annas (139 H), Ismail ibn
Abdurahman as-Suddi (wafat 127 H).
6
Ibid, hlm 80-88
7
Ibid, hlm 89
e. Jalaluddin al-Suyuthi (w. 1505 M) dengan corak filologi
Bersamaan itu pua muncul corak penafsiran yang bercorak Syi’i yaitu
antara lain:
8
Ibid, hlm 91
9
Ibid, hlm 99
Pemaksaan Gagasan Ekternal Qur’an adalah kebanyakan tafsir pada
zaman ini sering terjebak daalam arus menonjolkan kepentingan diluar
kepentingan untuk penfsiran Alqur’an.
b) Bersifat Ideologis
c) Bersifat Respetitif
Respetif adalah bahwa penjelasan penafsiran berdasarkan al-Qur’an
d) Bersifat Parsial
Maksud dari parsial adalah bahwa uraian tafsirnya cenderung terpotong-
potong, tidak komplit, sehingga kurang mendapatkan informasi utuh dan
komprehensif, ketika kita hendak mengkaji tema tertentu
5. Corak Tafsir Periode Pertengahan
a) Corak Linguistik
Tafsir linguistik (al-Tafsir al-Lughawi) adalah tafsir yang dalam
menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an lebih banyak didominasi dengan uraian tentang
berbagai aspek kebahasaan, ketimbang pesan pokok dari ayat yang ditafsirkan.
b) Corak Fikih
Tafsir fikih (al-tafsir al-fiqhi) adalah corak penafsiran al-Qur’an yang
menitiberatkan pada diskusi-diskusi tentang masalah hukum fikih.
c) Corak Teologis
Tafsir corak teologis (al-tafsir al-i’tiqadi) adalah satu bentuk penafsiran al-
Qur’an yang tidak hanya ditulis oleh simpatisan kelompok teologis tertentu,
tetapi lebih jauh lagi merupakan tafsir yang dimanfaatkan untuk membela sudut
pandang teologis tertentu.
d) Corak Sufistik
Tafsir sufi adalah tafsir yang dibangun atas dasar-dasar teori sufistik yang
bersifat yang bersifat falsafi, atau tafsir yang dimaksudkan untuk menguatkan
teori-teori sufistik dengan menggunakan metode takwil dengan mencari makna
batin (esoteris).
e) Corak Falsafi
Tafsir falasafi adalah corak penafsiran yang dikaitkan dengan persoalan-
persoalan filsafat.
f) Corak ‘Ilmi
Tafsir ilmi adalah corak penafsiran al-Qur’an menggunakan pendekatan
teori-teori ilmiah untuk menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an.10
a) Al-Fara’ adalah ahli disimplin ilmu bahasa dan guru beberapa pangeran
abbasiyah pendukung Mu’tazilah
b) Ibn Jarir al-Tabari adalah ahli sejarawan muslim
c) Az-Zamaksyari adalah ahli bahasa dan sastra
d) Fakhruddin ar-Razi seorang mutakallim Asy’ariyah yang ahli dibidang filsafat
dan kedoteran.
11
C. TAFSIR MODERN-KONTEMPORER
10
Ibid, hlm 112-136
11
Ibid, hlm 141
12
Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an,(yogyakarta: Adab Press 2014) hlm 145-
146
13
J.M.S Baljon, tafsir qur’an muslim modern, hlm 2
Dalam setiap paradigma penafsiran, memiliki karakteristik dan keunikan
nya masing masing. Akan tetapi, karakteristik tafsir modern-kontemporer lebih
membahas masalah masalah persoalan kekinian. Karakter itulah yang
membedekan tafsir modern-kontemporer dengan yang lainnya.
karaktersitik tafir modern-kontemporer yaitu:
1. Memosisikan Al-quran sebagai kitab petunjuk.
2. Bernuansa hermeneutis.
3. Kontekstual pada spirit al-Qur’an
4. Ilmiah, Kritis, dan Non Sektarian.
2. Bernuansa hermeneutis.
Paradigma tafsir kontemporer cenderung bernuansa hermeneutik
dan labih menekankan pada aspek epistemologis dan metodologis.
Terkait dengan hal ini, Roger Trigg menyatakan bahwa hermeneutika
merupakan suatu model penafsiran terhadap teks tradisisional(klasik),
dimana suatu permasalahan harus selalu diarahkan supaya teks selalu
dapat kita pahami dalam konteks kekinian yang situasinya berbeda.
14 14
Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer, (Yogyakarta: LKIS 2010) hlm, 58-65
Pada dasar nya, Al-qur’an memiliki suatu kebenaran yang pasti dan
mutlak. Akan tetapi, produk penafsiran nya lah yang bersifat relatif dan
tentatif. Sebab tafsir adalah respon mufassir ketika memahami teks kitab
suci. Dengan demikian, hasil penafsiran al-Qur’an tidak lah sama dengan
Al-Qur’an itu sendiri karena sebuah penafsiran tidak hanya memproduksi
makna teks, tetapi jua memproduksi teks baru. Oleh karena itu, meskipun
teks al-Qur’a itu tunggal, tetapi jika dibaca dan ditafsirkan oleh banyak
pembaca maka hasilnya pun bisa berbeda-beda.15
3. Validitas Penafsiran:
Terkait dengan metode ini, dapat di ukur dengan tiga teori
kebenaran.:
1. Koherensi
2. Korespondensi
3. Pragmatisme
1. Koherensi:
Teori ini mengatakan bahwa sebuah penafsiran dianggap benar
apabila ia sesuai dengan proposisi-psoposisi sebelum nya. Dan
kosisten menerapkan metodologi yang dibangun oleh setiap mufassir.
Dengan kata lain, jika dalam sebuah penafsiran terdapat konsistensi
15
Ibid, hlm 53-56
berpikir secara filosofis maka penafsiran tersebut bisa dikatakan benar
secara koherensi
2. Korespondensi:
Sebuah penafsiran dikatakan benar apabila ia berkorespondensi
(cocok) dengan fakta ilmiah dilapangan. Tafsir ini cocok untuk
mengukur kebenaran tafsir ilmi.
3. Pragmatisme:
Sebuah penafsiran dikatakan benar apabila ia secara praktis mampu
memberikan solusi praksis bagi problem yang muncul. Jadi dengan
kata lain, penafsiran diukur dari sejauh mana ia dapat memberikan
solusi atas problema yang dihadapi oleh manusia.16
16
Ibid, hlm 66-83
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Berdasarkan dari pembahasan diatas dapat kita ambil kesimpulan menjadi
tiga bagian, yaitu: tafsir klasik, tafsir pertengahan, tafsir modern-kontemporer.
1. Tafsir Klasik:
Di bagi periodisasi tafsir Al-Qur’an menjadi tiga periode, yaitu :
a) Tafisr Al-Qur’an masa Nabi SAW dan sahabat
b) Tafisr Al-Qur’an masa tabi’in
c) Tafisr Al-Qur’an masa kodifikasi (al-tafsir fi ushur al-tadwin)
2. Tafsir Pertengahan:
a. Pada masa ini Dinamika perkembangan tafsir periode pertengahan
ini ditandai dengan bergesernya tradisi penafsian dari tafsir bil
ma’tsur ke tafsir bil ra’yi. Penggunaan nalar semakin kuat,
meskipun kemudian sering terjadi bias ideologi.
b. Contoh kitab-kitab:
a) Tafsir Jami’ al-Bayan an Ta’wil Ay Al-Qur’an karya Ibn Jarir
al-Thabari (w. 923 M)
b) Al -Kasysyaf an Haqa’iq al-Qur’ankarya Abu Al-Qasim
Mahmud ibn Umar al-Zamakhsyari (w. 1144 M) dengan coral
ideologi Mu’tazilah.
c) dll
c. Corak Tafsir Periode Pertengahan
a. Corak Linguistik
b. Corak Fikih
c. dll
3. Tafsir modern-kontemporer.
usaha untuk menyesuaikan ayat-ayat dengan tuntutan zaman, dan
hal itu benar-benar menjadi suatu keharusan sejak wafatnya Nabi
Muhammad SAW.
DAFTAR PUSTAKA