َ ) َج َع
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“’Ulum Al-Qur’an”
Dosen Pengampu:
Nashrullah (0403192050)
SUMATERA UTARA
T.A 2021-2022
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim..
Segala puji kepada Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmat, diantaranya
nikmat Iman, Islam, dan kesehatan serta kesempatan sehingga pemakalah dapat menyelesaikan
makalah ini, tepat pada waktunya. Tidak lupa shawalat berangkaikan salam kita hadiahkan
kepada junjungan alam buah hati siti aminah putra Abdullah Nabi besar Muhammad SAW.
Terimakasih kami kepada Al- Ustadz Bapak Dr. Achyar Zein, M.Ag selaku Dosen
pengampu mata kuliah ‘Ulum Al-Qur’an yang telah memberikan kami kesempatan untuk
memaparkan materi ini serta telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya, dan juga kami ucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah ikut berperan
dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari banyak terdapat kesalahan. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka sangat mengharapkan untuk memberikan masukan berupa kritik
sehat dan saran kontruktif yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Pemakalah
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………….. ii
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………….… 4
Latar Belakang…………………………………..…………………. 4
Rumusan Masalah…………………………………………….……. 4
Tujuan Penulisan…………………………………………………… 5
BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………...…. 6
BAB III
PENUTUP…………………………………..…………………...….. 16
Kesimpulan………………………………….…………..…………… 16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………….……. 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT sebagai petunjuk cahaya yang
menerangi gelapnya gulita bagi umat manusia. Al-Qur’an bukan hanya petunjuk bagi
manusia untuk menuju kebahagiaam dunia dan akhirat saja, tetapi dalam bidang ilmu
menjawab berbagai macam pertanyaan yang ada di alam semesta ini untuk melakukan
terobosan-terobosan baru.
memancarkan cahaya dari setiap sisinya. Bahasa Al-Qur‟an mengandung nilai yang
tinggi, memiliki makna yang berkaitan dan saling mengisi ketika digunakan dalam
berbagai ayat. Biasanya, bahasa Al-Qur‟an mengandung banyak muatan dan konsep-
konsep yang tidak hanya menunjukkan satu arti. Kadangkala bahasa Al- Qur’an
memberi makna baru di dalam bahasa Arab. Oleh karena itu, makalah ini akan
membahas tema ’Ulum Al-Qur’an dengan judul ” Kaedah Kada (َ )كَا َدdan Kaedah
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari penjelasan dari latar belakang diatas maka kami dapat merumuskan
makalah ini dengan beberapa rumusan makalah di antaranya sebagai berikut :?
1. Bagaimana Kaedah Kada (ََ?)كَاد
2. Bagaimana Kaedah Ja’ala (َ? ) َج َع َل
4
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan dari penjelasan dari rumusan masalah di atas maka kami dapat
merumuskan makalah ini dengan beberapa rumusan makalah di antaranya sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Mengenai Kaedah Kada (ََ)كَاد
2. Untuk Mengetahui Mengenai Kaedah Ja’ala (َ) َجعَ َل
5
BAB I
PEMBAHASAN
َ ( اِذَآَا َ ْخ َر َجَ َيدَ ٗهَلَ ْمَََي َكدَْ َي ٰرىAn-Nur: 40). Karena itu ayat
sebagaimana ditunjukkan oleh ayat ََها
ini lebih intens dari kalimat “ ”لمَيراهاia tidak melih atnya, sebab orang yang tidak
tidak memalingkan Muhammad. Dan jika dikatakan “َ ”لمَيكادَيفعلmaka artinya “ia
melakukan”, berdasarkan ayat ََفَذَ َب ُح ْوهَاَ َو َماَ َكاد ُْواَ َي ْفعَلُ ْون : “Kemudian mereka
menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melakukannya.” (Al Baqarah : 71)
c. “Kada” yang dinegatifkan kadang menunjukkan terjadinya sesuatu dengan susah
payah dan sulit, seperti yang ada pada surah Al Baqarah diatas.
6
d. “kada” dibedakan antara yang berbentuk mudari’, “yakadu” dengan yang berbentuk
madi, “kada” menegatifkan bentuk mudari’ menunjukkan arti negatif, nemun
menegatifkan yang berbentuk madi menunjukkan arti positif. Yang pertama dapat
dilihat dalam ayat “lam yakad yaraha” mengingat ia tidak melihatnya sedikitpun.
1
Abu al-Husein Ahmad ibn Faris ibn Zakariya, Mu’jam Muqayis al-Lughah (Kairo, Mesir : Maktabah al-
khanji, 1981), h, 460
2
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, Syarat, Ketentuan, dan Aturan yang Patut Anda Ketahui dalam
memahami al-Quran, (Tanggerang : Lentera Hati, 2013), h. 133, Cet. II
3
M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Quran : Kajian Kosa Kata (Jakarta : Lentera Hati, 2007), h. 458, Cet.I
4
Ibid, h. 368.
7
Firman Allah SWTَََل ْ (ََالَّ ِذDialah yang menjadikan) di sini maknanya adalah
َ يَ َج َع
Shayyara, kata kerja yang membutuhkan kepada dua maf’ul (objek). Bisa bermakna
Kata ja’ala mengandung makna mewujudkan sesuatu dari bahan yang telah ada
sebelumnya sambil menekankan bahwa yang wujud itu sangat bermanfaat dan harus
diraih manfaatnya, khususnya oleh yang untuknya diwujudkan sesuatu itu, yakni oleh
mahasiswa. Allah bukan hanya menciptakan bumi dan menjadikannya terhampar tetapi
juga menjadikan langit sebagai atap bangunan/atap.
Thahir Ibn ‘Asyur menjelaskan bahwa memahami makna kata ja’ala dalam arti
menjadikan yakni mewujudkan sesuatu dari bahan yang telah ada sebelumnya
memahaminya demikian memberi isyarat bahwa bumi yang dihuni telah mengalami
perubahan dan berpindah dari keadaan yang lain hingga menjadi seperti sekarang6
Ayat ini menyuruh kita berpikir dan merenungkan, diikuti dengan merasakan dan
bahwasanya semuanya itu pasti ada yang menciptakan. Itulah Allah, tak mungkin ada
kekuasaan lain yang dapat membuat aturan setertib dan seteratur itu. Sebab itu maka
datanglah ujung ayat mengataskan “tidaklah patut kita menyembah kepada Tuhan yang
lain, selain Allah.7 Surah lainnya yang mempunyai objek penciptaan bumi dan langit
ialah surah Yunus [5]: 5; surah Thaha [20]: 53; surah Al-Furqon [25]: 61; surah An-
Naml [27]: 61; surah Al-Mu‟minun [23]: 64; surah Az-Zukhruf [43]: 10; surah Al-Mulk
[67]: 15; surah Nuh [71]: 19
5
Al-Quran surah Al-maidah : 103
6
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-misbah : pesan, kesan dan keserasian Al-Quran, jil. 4, h. 122.
7
Hamka, Tafsir Al-Azhar, h. 183.
8
b. Kata Ja’ala yang mempunyai objek penciptaan istri
Surah al-Nahl ayat 72
Artinya : “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka Mengapakah mereka beriman kepada
yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?”
telah dijelaskan di atas َ ِم ْنَ ا َ ْنفُ ِس ُك ْمَ ا َ ْز َوا ًجا “Bagi kamu istri-istri dari jenis kamu
sendiri.” Maksudnya, Adam diciptakan darinya Hawa.
Menurut Quraish Shihab dalam tafsir al-misbah, selain anugrah yang rezeki
Allah juga menjadikan bagi kamu pasang-pasangan dari istri, yakni jenis kamu
sendiri agar kamu dapat merasakan ketenangan hidup dan menjadikan bagi kamu
dari hasil hubungan kamu dengan pasang-pasanganmu kamu itu, anak-anak kandung
dan menjadikan dari anak-anak itu cucu-cucu baik lelaki maupun perempuan. Bukan
hanya itu, Dia juga memberi rezeki aneka anugerah dan rezeki yang baik-baik, yakni
yang sesuai dengan kebutuhan dan tidak membawa dampak negatif, baik berupa
benda, pangan dan lain-lain yang memelihara kelanjutan dan kenyamanan hidup.9
8
Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi,h. 352.
9
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-misbah : pesan, kesan dan keserasian Al-Quran, jil. 4, h. 287.
9
suami.10 Surah lainnya yang mempunyai objek penciptaan istri ialah surah Al-A‟raf
[7]: 189; surah Al-Ahzab [33]: 4; surah Az-Zumar [39]: 6.
ََال َع ِلي ِْم ْ َو ْالقَ َم َرَ ُح ْس َبا ًناَ ٰذلِكَ َتَ ْق ِدي ُْر
ْ َال َع ِزي ِْز َ س َّ اَوال
َ ش ْم َ َََو َج َعلََالَّ ْيل
َّ س َك ًن ِ ۚ ص َب
َ اح ِ ْ فَا ِل ُق
ْ َاْل
Artinya : “Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan
(menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang
Maha Perkasa lagi Maha Mengetahu.”
Hasan, Isa bin Umar, Hamzah dan Al-Kiasai’I membaca َ َََو َجعَلََالَّ ْيل
َس َك ًنا
dan menjadikan malam untuk istirahat” tanpa menyertakan huruf alif dan membaca
10
Hamka, Tafsir Al-Azhar, h.270.
11
Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, h. 114
10
dengan kesimpulan, bahwa Allah lah pembela buah dan biji itu. Setelah menekur
melihat buah dan biji menengadah melihat kesebelah timur di kala malam akan
berganti dengan siang. Orang yang taat bangun subuh untuk mengerjakan
sembahyang subuh, hampir tiap pagi dapat memperhatikan bagaimana waktu subuh
itu terbelah. Tadinya malam gelap gulita, kemudian kelihatanlah di sebelah timur
cahaya fajar membelah kegelapan malam, sebab matahari telah dekat terbit. Waktu
subuh ialah dari mulai fajar membelah malam sampai matahari terbit. Maka Allah
lah yang membelah subuh itu, dengan peredaran Falaq, bumi mengelilingi matahari.
“Dan telah dia jadikan malam itu tenang.” Semua kita dapat merasai ketenangan
malam, karena manusia dan margasatwa pun istirahat. Surah lainnya yang
mempunyai objek penciptaan siang dn malam ialah surah Al-Furqan [25]: 57, 62;
Al-Qashash [28]: 71, 72; surah Al- Mu‟minun [23]: 61.
d. Kata Ja’ala yang mempunyai objek penciptaan pasangan
Surah Asy-Syuara ayat 11
Allah telah menjadikan bagi manusia dari jenis sendiri pasang –pasangan
baik sebagai lelaki (suami) maupun perempuan (istri) dan menjadikan pula dari
jenis binatang ternak pasang-pasangan untuk masing-masing binatang, baik
jantan maupun betina. Sehingga manusia dan binatang-binatang itu dapat
melanjutkan keturunan.12
12
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-misbah : pesan, kesan dan keserasian Al-Quran, jil. 4, h.468.
11
Allah memberi pasangan untuk manusia ,yaitu dengan menciptakan Hawa
dari tulang rusuk Adam, maka wanita berasal dari laki-laki, dan Dia menjadikan
binatang ternak berpasang-pasangan pula; seperti domba dua jenis, sapi dua
jenis, jantan dan betina, serta setiap jenis berpasangan seperti ini.13 Surah
lainnya yang mempunyai objek penciptaan siang dan malam ialah surah Al-
Qiyamah [72]: 39.
َََو َجعَل َ علَ ْي ِهَ َب َ َضِ َوغ َ َُُّٰللا ِ َم ْن َٰذلِكَ َ َمث ُ ْو َبةًَ ِع ْندَ ه
َّٰللاَ َم ْنَلَّعَ َنه ه ِ قُ ْلَه َْلَاُن َِبئ ُ ُك ْمَ ِبش ٍَر
ٰۤ ُ
َس َو ۤا ِء
َ َع ْن َ َض ُّلَ َ اَوا
َّ ول ِٕىكَ َش ٌَّرَ َّم َكا ًن غ ْوتَ َا َّ َع َبد
ُ َالطا َ َو ِ َال ِق َردَة َََو ْال َخن
َ َازي َْر ْ ِم ْن ُه ُم
َس ِب ْي ِل
َّ ال
Artinya : “Katakanlah (Muhammad), “Apakah akan aku beritakan
kepadamu tentang orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang
fasik) di sisi Allah? Yaitu, orang yang dilaknat dan dimurkai Allah, di
antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang)
menyembah Thaghut.” Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat
dari jalan yang lurus.”
Dalam ayat ini apakah bentuk rupa mereka yang dijadikan atau diubah
menjadi kera atau hati dan pikiran mereka saja. Karna binatang yang
ditunjuk oleh Allah Swt. Itu kera adalah satu-satunya binatang yang selalu
terlihat auratnya. Sementara orang yahudi yang dikecam oleh al-Qur‟an.
Karena tidak tunduk dan taat kecuali dijatuhi sanksi atau ancaman.,
selanjutnya Babi adalah binatang yang tidak memiliki sedikitpun rasa
cemburu, sehingga walau betinanya ditunggangi oleh yang lain. Ini juga
merupaka sifat dari sebagian orang yahudi. Tidak adanya cemburu walau
istrinya berdansa dengan pria lain.14
13
Al-Tabari, Tafsir al-Tabari, h. 825.
14
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-misbah : pesan, kesan dan keserasian Al-Quran, jil. 4, h.141.
12
Dari tafsir lain di sebutkan bahwa yang dijadikan kera dan babi,
maksudnya adalah murka Allah yang diberikan kepada mereka dengan
merubag bentuk mereka menjadi kera dan babi, yang menjadikan mereka
hina dan tertimpa bencana di dunia. 15Surah lainnya yang mempunyai objek
penciptaan siang dan malam ialah surah Al-Maidah [5]: 103; surah Al-
Mu’minun [23]: 79.
ِ س ٰللَة
ٍََۚم ْنَ َّم ۤاءٍ َ َّم ِهي ٍْن ِ ٗث ُ َّمَ َجعَلََ َن ْسلَه
ُ ََم ْن
Artinya : “Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang
hina (air mani).”
َاَوقَد ََّرَفِ ْي َهآَا َ ْق َواتَ َهاَفِ ْٓيَا َ ْر َبعَ ِةََا َي ٍَّام َ َم ْنَفَ ْوقِ َه
َ اَو ٰب َركَ َفِ ْي َه ِ يَ اَر َوا ِس
َ َو َجعَلََفِ ْي َه
ََس ۤا ِٕى ِليْن
َّ س َو ۤا ًء َِلل
َ
Artinya : “Dan Dia ciptakan padanya gunung-gunung yang kokoh di
atasnya. Dan kemudian Dia berkahi, dan Dia tentukan makanan-makanan
(bagi penghuni)nya dalam empat masa, memadai untuk (memenuhi
15
Al-Tabari, Tafsir al-Tabari, h. 160.
16
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-misbah : pesan, kesan dan keserasian Al-Quran, jil. 4, h. 183.
13
kebutuhan) mereka yang memerlukannya.”
َص ْلنَا
َّ ََو ْال َبحْ ِرَقَدَْف ْ ظلُمٰ ت
َ َِال َب ِر ْ َوه َُوَالَّ ِذ
ُ َيَ َج َعلََلَ ُك ُمَال ُّن ُج ْو َمَ ِلتَ ْهتَد ُْواَ ِب َهاَفِ ْي
ْٰ
ََاْل ٰيتَِ ِلقَ ْو ٍمَ َّي ْعلَ ُم ْون
Artinya : “Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar
17
Ibid, h.381.
18
Hamka,Tafsir Al-Azhar,h. 260.
14
kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Kami
telah menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang-orang
yang mengetahui.”
19
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-misbah : pesan, kesan dan keserasian Al-Quran, jil. 4, h. 211.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
“Kada” sama dengan fi’il lainnya baik dalam hal nafi’ (negatif, meniadakan)
maupun dalam hal isbat (positif , menetapkan). Positifnya ialah positif dan negatifnya
ialah negatif, sebab maknanya ialah muqarabah (hampir, nyaris). Jadi makna kalimat
“kada yaf’alu” adalah qarabal fi’la ( ia menghampiri pekerjaan itu, hampir
mengerjakan) dan makna kalimat ” ma kada yaf ‘alu” adalah “lam yuqa ribhu” ( ia
tidak menghampiri pekerjaan itu, hampir tidak mengerjakannya). Predikat (khabar)
“kada” selalu negatif, tetapi dalam kalimat positif kenegatifannya itu dipahami dari
makna “kada” itu sendiri. Sebab berita tentang “hampirnya sesuatu” menurut
kebiasannya, berarti sesuatu tersebut tidak terjadi. Jika tidak demiakian tentu tidak
akan diberitakan “kehampirannya”. Apabila “kada” itu dinegatifkan maka ketidak
hampiran berbuat menghendaki, secara akal, bahwa perbuatan itu tidak terjadi.
Kata Ja’ala ََ)ََ(جعلyaitu huruf jim, ‘ayn dan lam yaitu kalimat yang tidak
kurang dan tidak ada yang menyerupai selainnya. Menciptakan atau menjadikan dari
sesuatu yang lain, karena itu kata ja’ala membutuhkan satu objek, Ketika itu ia
semakna dengan khalaqa. Kata ja’ala menunjukkan bahwa penciptaan itu dari materi
yang sudah ada, yakni nafs wahidat. Kata ja’ala dalam al-Quran disebut 346 kali,
terdapat dalam 66 surah
16
DAFTAR PUSTAKA
Abu al-Husein Ahmad ibn Faris ibn Zakariya, Mu’jam Muqayis al-Lughah, Kairo, Mesir :
Maktabah al-khanji, 1981.
Abu Ja’far Muhammad Jarir Ath Thabari, Tafsir Al-Qur’an Ath Thabari, Jakarta ; Pustaka Azzam,
2009.
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta, Pustaka panjimas, 1988.
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, Syarat, Ketentuan, dan Aturan yang Patut Anda Ketahui dalam
memahami al-Quran, Tanggerang : Lentera Hati, 2013.
M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Quran : Kajian Kosa Kata, Jakarta : Lentera Hati, 2007.
Tafsir Al- misbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, jil. 4, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
17