Anda di halaman 1dari 17

KAEDAH KADA (‫ )كَا ََد‬DAN JA’ALA (َ‫ل‬

َ ‫) َج َع‬
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“’Ulum Al-Qur’an”

Dosen Pengampu:

Dr. Achyar Zein, M. Ag

Disusun oleh: Kelompok III

Nurul Mausufi (0403191014)

Nashrullah (0403192050)

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM

JURUSAN ILMU ALQUR’AN DAN TAFSIR

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

T.A 2021-2022

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim..

Assalamu’alaikum Warahatullahi Wabarakatuh..

Segala puji kepada Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmat, diantaranya
nikmat Iman, Islam, dan kesehatan serta kesempatan sehingga pemakalah dapat menyelesaikan
makalah ini, tepat pada waktunya. Tidak lupa shawalat berangkaikan salam kita hadiahkan
kepada junjungan alam buah hati siti aminah putra Abdullah Nabi besar Muhammad SAW.

Terimakasih kami kepada Al- Ustadz Bapak Dr. Achyar Zein, M.Ag selaku Dosen
pengampu mata kuliah ‘Ulum Al-Qur’an yang telah memberikan kami kesempatan untuk
memaparkan materi ini serta telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya, dan juga kami ucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah ikut berperan
dalam penyusunan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari banyak terdapat kesalahan. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka sangat mengharapkan untuk memberikan masukan berupa kritik
sehat dan saran kontruktif yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh..

Medan, 01 Maret 2022

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………… i

DAFTAR ISI……………………………………………………….. ii

BAB I

PENDAHULUAN……………………………………………….… 4

Latar Belakang…………………………………..…………………. 4

Rumusan Masalah…………………………………………….……. 4

Tujuan Penulisan…………………………………………………… 5

BAB II

PEMBAHASAN………………………………………………...…. 6

Kaedah Kada (ََ‫)كَاد‬...................….….……………………….........…. 6

Kaedah Ja’ala (َ‫) َج َع َل‬.................................…………….….………….. 7

BAB III

PENUTUP…………………………………..…………………...….. 16

Kesimpulan………………………………….…………..…………… 16

DAFTAR PUSTAKA………………………………………….……. 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT sebagai petunjuk cahaya yang

menerangi gelapnya gulita bagi umat manusia. Al-Qur’an bukan hanya petunjuk bagi

manusia untuk menuju kebahagiaam dunia dan akhirat saja, tetapi dalam bidang ilmu

pengetahuan Al-Qur’an juga telah banyak membantu manusia memecahkan dan

menjawab berbagai macam pertanyaan yang ada di alam semesta ini untuk melakukan

terobosan-terobosan baru.

Salah satu keistimewaan Al-Qur’an yakni kata dan kalimat-kalimatnya yang

singkat dapat menampung sekian banyak makna. Ia bagaikan berlian yang

memancarkan cahaya dari setiap sisinya. Bahasa Al-Qur‟an mengandung nilai yang

tinggi, memiliki makna yang berkaitan dan saling mengisi ketika digunakan dalam

berbagai ayat. Biasanya, bahasa Al-Qur‟an mengandung banyak muatan dan konsep-

konsep yang tidak hanya menunjukkan satu arti. Kadangkala bahasa Al- Qur’an

memberi makna baru di dalam bahasa Arab. Oleh karena itu, makalah ini akan

membahas tema ’Ulum Al-Qur’an dengan judul ” Kaedah Kada (َ‫ )كَا َد‬dan Kaedah

Ja’ala (َ‫”) َجعَ َل‬

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari penjelasan dari latar belakang diatas maka kami dapat merumuskan
makalah ini dengan beberapa rumusan makalah di antaranya sebagai berikut :?
1. Bagaimana Kaedah Kada (ََ‫?)كَاد‬
2. Bagaimana Kaedah Ja’ala (َ‫? ) َج َع َل‬

4
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan dari penjelasan dari rumusan masalah di atas maka kami dapat
merumuskan makalah ini dengan beberapa rumusan makalah di antaranya sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Mengenai Kaedah Kada (ََ‫)كَاد‬
2. Untuk Mengetahui Mengenai Kaedah Ja’ala (َ‫) َجعَ َل‬

5
BAB I

PEMBAHASAN

A. Kaedah Kada (َ‫)كَا َد‬


Para ulama mempunyai beberapa pendapat tentang lafadz “kada” :
a. “Kada” sama dengan fi’il lainnya baik dalam hal nafi’ (negatif, meniadakan) maupun dalam
hal isbat (positif , menetapkan). Positifnya ialah positif dan negatifnya ialah negatif, sebab
maknanya ialah muqarabah (hampir, nyaris). Jadi makna kalimat “kada yaf’alu” adalah
qarabal fi’la ( ia menghampiri pekerjaan itu, hampir mengerjakan) dan makna kalimat ” ma
kada yaf ‘alu” adalah “lam yuqa ribhu” ( ia tidak menghampiri pekerjaan itu, hampir tidak
mengerjakannya). Predikat (khabar) “kada” selalu negatif, tetapi dalam kalimat positif
kenegatifannya itu dipahami dari makna “kada” itu sendiri. Sebab berita tentang “hampirnya
sesuatu” menurut kebiasannya, berarti sesuatu tersebut tidak terjadi. Jika tidak demiakian tentu
tidak akan diberitakan “kehampirannya”. Apabila “kada” itu dinegatifkan maka ketidak
hampiran berbuat menghendaki, secara akal, bahwa perbuatan itu tidak terjadi. Hal

َ ‫( اِذَآَا َ ْخ َر َجَ َيدَ ٗهَلَ ْمَََي َكدَْ َي ٰرى‬An-Nur: 40). Karena itu ayat
sebagaimana ditunjukkan oleh ayat ََ‫ها‬

ini lebih intens dari kalimat “ ‫ ”لمَيراها‬ia tidak melih atnya, sebab orang yang tidak

melihat mungkin ia telah hampir melihatnya.


b. “Kada” berbeda dengan fi’il-fi’il lainnya baik dalam hal positif maupun negatif.
Positifnya adalah negatif, dan negatifnya adalah positif. Atas dasar ini mereka berkata
“kada” jika dipositifkan maka sebenarnya menunjukkan negatif, dan jika dinegatifkan

maka sebenarnya menunjukkan positif. Jika dikatakan ” َ‫ ”كادَيفعل‬maka artinya “ia

tidak melakukan” berdasarkan firman Allahَََ‫ِنَ َكاد ُْواَلَ َي ْف ِتنُ ْونَك‬


ْ ‫َََوا‬
َ :“ Dan sesungguhnya
mereka hampir memalingkan kamu” Al Isra : 73, sebab pada kenyataannya mereka

tidak memalingkan Muhammad. Dan jika dikatakan “َ‫ ”لمَيكادَيفعل‬maka artinya “ia

melakukan”, berdasarkan ayat ََ‫فَذَ َب ُح ْوهَاَ َو َماَ َكاد ُْواَ َي ْفعَلُ ْون‬ : “Kemudian mereka
menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melakukannya.” (Al Baqarah : 71)
c. “Kada” yang dinegatifkan kadang menunjukkan terjadinya sesuatu dengan susah
payah dan sulit, seperti yang ada pada surah Al Baqarah diatas.

6
d. “kada” dibedakan antara yang berbentuk mudari’, “yakadu” dengan yang berbentuk
madi, “kada” menegatifkan bentuk mudari’ menunjukkan arti negatif, nemun
menegatifkan yang berbentuk madi menunjukkan arti positif. Yang pertama dapat
dilihat dalam ayat “lam yakad yaraha” mengingat ia tidak melihatnya sedikitpun.

Sedang yang kedua didasarkan pada ayat َ ََ‫علُ ْون‬


َ ‫َاَو َماَ َكاد ُْواَ َي ْف‬
َ ‫َذَ َب ُح ْوه‬. hal ini karena
mereka melakukan penyembelihan tersebut.
e. “Kada” yang dinegatifkan adalah untuk menunjukkan arti positif jika lafaz yang
sesudahnya berhubungan dan berkaitan dengan lafaz yang sebelumnya. Misalnya
perkataan:َ‫“َََماَ كدتَ أصلَ إلىَ مكةَ حتىَ طفتَ بالبيت‬hampir aku tidak sampai di makkah
sampai aku tawaf di baitul haram”. Termasuk di antaranya adalah al-baqarah :71 di
atas.
B. Kaedah Ja’ala (َ‫) َجعَ َل‬
Kata Ja’ala َ )‫ َ(جعل‬yaitu huruf jim, ‘ayn dan lam yaitu kalimat yang tidak kurang
dan tidak ada yang menyerupai selainnya1. Menciptakan atau menjadikan dari sesuatu yang
lain, karena itu kata ja’ala membutuhkan satu objek, Ketika itu ia semakna dengan
khalaqa2. Kata ja’ala menunjukkan bahwa penciptaan itu dari materi yang sudah ada,
yakni nafs wahidat.3Kata ja’ala dalam al-Quran disebut 346 kali, terdapat dalam 66 surah4
a. Kata Ja’ala yang mempunyai objek Penciptaan bumi dan langit
Surat al-Baqarah ayat 22

ِ ‫س َم ۤا ِءَ َم ۤا ًءَفَا َ ْخ َر َجَ ِب ٖه‬


َ َ‫َمن‬ ِ ‫س َم ۤا َءَ ِبن َۤا ًءَ َّۖوا َ ْنزَ ل‬
َّ ‫ََمنَ َال‬ َّ ‫اَوال‬
َّ ‫ش‬ً ‫ضَفِ َرا‬ ْ ‫الَّ ِذ‬
ْ ‫يَ َج َعلََلَ ُك ُم‬
َ ‫َاْلَ ْر‬
ََ‫ًاَوا َ ْنت ُ ْمَتَ ْعلَ ُم ْون‬ ِ ‫َِر ْزقًاَلَّ ُك ْمََۚفَ ََلَتَجْ َعلُ ْو ِ ه‬
َّ ‫اَّلِلَا َ ْندََاد‬ ِ ‫الثَّ َم ٰرت‬
Artinya : “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai
atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan
itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu, karena itu janganlah kamu
Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahui”.

1
Abu al-Husein Ahmad ibn Faris ibn Zakariya, Mu’jam Muqayis al-Lughah (Kairo, Mesir : Maktabah al-
khanji, 1981), h, 460
2
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, Syarat, Ketentuan, dan Aturan yang Patut Anda Ketahui dalam
memahami al-Quran, (Tanggerang : Lentera Hati, 2013), h. 133, Cet. II
3
M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Quran : Kajian Kosa Kata (Jakarta : Lentera Hati, 2007), h. 458, Cet.I
4
Ibid, h. 368.

7
Firman Allah SWTَََ‫ل‬ ْ ‫(ََالَّ ِذ‬Dialah yang menjadikan) di sini maknanya adalah
َ ‫يَ َج َع‬
Shayyara, kata kerja yang membutuhkan kepada dua maf’ul (objek). Bisa bermakna

َ َ‫ََّٰللاُ َِم ْۢ ْنَ َب ِحي َْرة ٍََّو َْل‬


khalaqa. Contohnya firman Allah SWTََ‫س ۤا ِٕى َب ٍة‬ ‫َماَ َج َعل ه‬ َ “Allah sekali-
kali tidak pernah mensyariatkan adanya bahiirah saaibah”(QS. Al-Maidah : 103)5 Juga

firman Allah SWT ْ ‫ب‬


َ‫حٰ ۤم‬,َ‫َال ُم ِبي ِْن‬ ِ ‫َو ْال ِك ٰت‬ َ َ‫“ َاِ َّناَ َج َع ْل ٰنهَُ قُ ْر ٰا ًنا‬Haa Miim. Demi kitab
َ َ,‫ع َر ِبيًّا‬
(Al-Qur‟an) yang menerangkan. Sesungguhnya kami menjadikan Al-Qur’an dalam
bahasa Arab”. (Qs. Az-Zukhruf [43]: 1-3).

Kata ja’ala mengandung makna mewujudkan sesuatu dari bahan yang telah ada
sebelumnya sambil menekankan bahwa yang wujud itu sangat bermanfaat dan harus
diraih manfaatnya, khususnya oleh yang untuknya diwujudkan sesuatu itu, yakni oleh
mahasiswa. Allah bukan hanya menciptakan bumi dan menjadikannya terhampar tetapi
juga menjadikan langit sebagai atap bangunan/atap.

Thahir Ibn ‘Asyur menjelaskan bahwa memahami makna kata ja’ala dalam arti
menjadikan yakni mewujudkan sesuatu dari bahan yang telah ada sebelumnya
memahaminya demikian memberi isyarat bahwa bumi yang dihuni telah mengalami
perubahan dan berpindah dari keadaan yang lain hingga menjadi seperti sekarang6

Ayat ini menyuruh kita berpikir dan merenungkan, diikuti dengan merasakan dan
bahwasanya semuanya itu pasti ada yang menciptakan. Itulah Allah, tak mungkin ada
kekuasaan lain yang dapat membuat aturan setertib dan seteratur itu. Sebab itu maka
datanglah ujung ayat mengataskan “tidaklah patut kita menyembah kepada Tuhan yang
lain, selain Allah.7 Surah lainnya yang mempunyai objek penciptaan bumi dan langit
ialah surah Yunus [5]: 5; surah Thaha [20]: 53; surah Al-Furqon [25]: 61; surah An-
Naml [27]: 61; surah Al-Mu‟minun [23]: 64; surah Az-Zukhruf [43]: 10; surah Al-Mulk
[67]: 15; surah Nuh [71]: 19

5
Al-Quran surah Al-maidah : 103
6
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-misbah : pesan, kesan dan keserasian Al-Quran, jil. 4, h. 122.
7
Hamka, Tafsir Al-Azhar, h. 183.

8
b. Kata Ja’ala yang mempunyai objek penciptaan istri
Surah al-Nahl ayat 72

َ َ‫َو َرزَ قَ ُك ْمَ ِمن‬ َ َ‫اج ُك ْمَ َب ِنيْن‬


َّ ً ‫َو َحفَدَة‬ ِ ‫اَو َجعَلََلَ ُك ْم‬
ِ ‫َم ْنَا َ ْز َو‬ ِ ‫ّٰللاَُ َجعَلََلَ ُك ْم‬
َّ ‫َم ْنَا َ ْنفُ ِس ُك ْمَا َ ْز َوا ًج‬ ‫َو ه‬
ََ‫َِّٰللاَ ُه ْمَ َي ْكفُ ُر ْون‬ ِ ‫تَاَفَ ِب ْال َب‬
َ َ‫اط ِلَ ُيؤْ ِمنُ ْون‬
ِ ‫َو ِب ِن ْع َمت ه‬ َّ
ِ ‫الط ِي ٰب‬

Artinya : “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka Mengapakah mereka beriman kepada
yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?”

Fiman Allah SWT َ‫جا‬ ِ ‫ّٰللاَُ َجعَلََلَ ُك ْم‬


ً ‫َم ْنَا َ ْنفُ ِس ُك ْمَا َ ْز َوا‬ ‫“ َو ه‬Allah menjadikan bagi
kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri.” Ja’ala artinya adalah menciptakan, dan

telah dijelaskan di atas َ ‫ِم ْنَ ا َ ْنفُ ِس ُك ْمَ ا َ ْز َوا ًجا‬ “Bagi kamu istri-istri dari jenis kamu
sendiri.” Maksudnya, Adam diciptakan darinya Hawa.

ُ ‫ َ َج َعلََلَ ُك ْم َِم ْنَا َ ْنفُ ِس‬adalah bahwa dari jenismu


Ada yang berpendapat, makna ََ‫ك ْم‬
dan macammu serta sebgaimana penciptaanmu8

Menurut Quraish Shihab dalam tafsir al-misbah, selain anugrah yang rezeki
Allah juga menjadikan bagi kamu pasang-pasangan dari istri, yakni jenis kamu
sendiri agar kamu dapat merasakan ketenangan hidup dan menjadikan bagi kamu
dari hasil hubungan kamu dengan pasang-pasanganmu kamu itu, anak-anak kandung
dan menjadikan dari anak-anak itu cucu-cucu baik lelaki maupun perempuan. Bukan
hanya itu, Dia juga memberi rezeki aneka anugerah dan rezeki yang baik-baik, yakni
yang sesuai dengan kebutuhan dan tidak membawa dampak negatif, baik berupa
benda, pangan dan lain-lain yang memelihara kelanjutan dan kenyamanan hidup.9

Di dalam hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. Telah menerangkan bahwasanya


nenek moyang umat manusia Siti Hawa adalah bahagian dari diri nenek nabi Adam,
maka dalam ayat ini dijelaskan, bahwa seorang isteri itu adalah bahagian dari

8
Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi,h. 352.
9
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-misbah : pesan, kesan dan keserasian Al-Quran, jil. 4, h. 287.

9
suami.10 Surah lainnya yang mempunyai objek penciptaan istri ialah surah Al-A‟raf
[7]: 189; surah Al-Ahzab [33]: 4; surah Az-Zumar [39]: 6.

c. Kata Ja’ala yang mempunyai objek penciptaan siang dan malam


Surah al-An’am ayat 96

َ‫َال َع ِلي ِْم‬ ْ ‫َو ْالقَ َم َرَ ُح ْس َبا ًناَ ٰذلِكَ َتَ ْق ِدي ُْر‬
ْ ‫َال َع ِزي ِْز‬ َ ‫س‬ َّ ‫اَوال‬
َ ‫ش ْم‬ َ ََ‫َو َج َعلََالَّ ْيل‬
َّ ‫س َك ًن‬ ِ ۚ ‫ص َب‬
َ ‫اح‬ ِ ْ ‫فَا ِل ُق‬
ْ ‫َاْل‬
Artinya : “Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan
(menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang
Maha Perkasa lagi Maha Mengetahu.”

Hasan, Isa bin Umar, Hamzah dan Al-Kiasai’I membaca َ ََ‫َو َجعَلََالَّ ْيل‬
َ‫س َك ًنا‬
dan menjadikan malam untuk istirahat” tanpa menyertakan huruf alif dan membaca

ََ ‫ الَّ ْي‬dengan harakat fathah, sesuai dengan maknaََ‫ق‬


kata ‫ل‬ َُ ‫ َفَا ِل‬di dua tempat di atas.
Keduanya bermakna membelah, sebab termasuk perkara yang telah terjadi. Oleh
karenanya diartikan seperti itu. Selain itu, setelahnya ada beberapa fi’il madhi (kata

ُ ‫“ َجعَلََلَ ُك ُمَال ُّن‬Dialah yang telah


kerja bentuk lampau), yaitu firman Allah SWT, ‫ج ْو ََم‬
menjadikan bintang-bintang bagimu.” (al-Quran surah al-An’am : 97)11
Setelah menjelaskan kekuasaan-Nya terhadap sesuatu yang bersifat material
dan berada di bumi, kini melalui ayat ini di jelaskan kekuasaan-Nya terhadap benda-
benda langit, yakni bahwa Dia menyingsingkan pagi agar makhluk dapat bergerak
dengan bebas dan menjadikan malam gelap untuk menyediakan waktu beristirahat.
Setelah menyebut gelap terang disebutnya penyebab gelap dan terang itu dan
di nyatakannya bahwa, dan Allah juga yang menjadikan matahari dan bulan beredar
berdasar perhitungan yang sangat teliti, memancarkan cahaya dan sinar dan
menyilihgantikan malam dan siang. Yang demikian itu bertujuan untuk menjadi
perhitungan waktu untuk semua.
Menurut tafsir al-Azhar karya hamka, Ayat di atas, jika diperhatikan belah
atau rengkahnya buah-buahan dan biji-bijian. Dari memperhatikan yang halus itu

10
Hamka, Tafsir Al-Azhar, h.270.
11
Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, h. 114

10
dengan kesimpulan, bahwa Allah lah pembela buah dan biji itu. Setelah menekur
melihat buah dan biji menengadah melihat kesebelah timur di kala malam akan
berganti dengan siang. Orang yang taat bangun subuh untuk mengerjakan
sembahyang subuh, hampir tiap pagi dapat memperhatikan bagaimana waktu subuh
itu terbelah. Tadinya malam gelap gulita, kemudian kelihatanlah di sebelah timur
cahaya fajar membelah kegelapan malam, sebab matahari telah dekat terbit. Waktu
subuh ialah dari mulai fajar membelah malam sampai matahari terbit. Maka Allah
lah yang membelah subuh itu, dengan peredaran Falaq, bumi mengelilingi matahari.
“Dan telah dia jadikan malam itu tenang.” Semua kita dapat merasai ketenangan
malam, karena manusia dan margasatwa pun istirahat. Surah lainnya yang
mempunyai objek penciptaan siang dn malam ialah surah Al-Furqan [25]: 57, 62;
Al-Qashash [28]: 71, 72; surah Al- Mu‟minun [23]: 61.
d. Kata Ja’ala yang mempunyai objek penciptaan pasangan
Surah Asy-Syuara ayat 11

َ‫َاْلَ ْنعَ ِامَا َ ْز َوا ًج ۚاَ َي ْذ َر ُؤ ُك ْم‬


ْ َ‫اَو ِمن‬ ِ ‫َِو ْاْلَ ْر‬
ِ ‫ضَ َجعَلََلَ ُك ْم‬
َّ ‫َم ْنَا َ ْنفُ ِس ُك ْمَا َ ْز َوا ًج‬ ِ َ‫ف‬
َ ‫اط ُرَالسَّمٰ ٰوت‬
َ‫صي ُْر‬ ْ ‫س ِم ْي ُع‬
ِ ‫َال َب‬ َ َ‫ْسَ َك ِم ْث ِل ٖه‬
َّ ‫ش ْي ٌءَ َۚوه َُوَال‬ َ ‫فِ ْي ِهَلَي‬
Artinya : “(Allah) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu
pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri, dan dari jenis hewan ternak
pasangan-pasangan (juga). Dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan
jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha
Mendengar, Maha Melihat.”

Allah telah menjadikan bagi manusia dari jenis sendiri pasang –pasangan
baik sebagai lelaki (suami) maupun perempuan (istri) dan menjadikan pula dari
jenis binatang ternak pasang-pasangan untuk masing-masing binatang, baik
jantan maupun betina. Sehingga manusia dan binatang-binatang itu dapat
melanjutkan keturunan.12

12
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-misbah : pesan, kesan dan keserasian Al-Quran, jil. 4, h.468.

11
Allah memberi pasangan untuk manusia ,yaitu dengan menciptakan Hawa
dari tulang rusuk Adam, maka wanita berasal dari laki-laki, dan Dia menjadikan
binatang ternak berpasang-pasangan pula; seperti domba dua jenis, sapi dua
jenis, jantan dan betina, serta setiap jenis berpasangan seperti ini.13 Surah
lainnya yang mempunyai objek penciptaan siang dan malam ialah surah Al-
Qiyamah [72]: 39.

e. Kata Ja’ala yang mempunyai objek penciptaan hewan

Surah Al-Maidah ayat 60 :

ََ‫َو َجعَل‬ َ ‫علَ ْي ِه‬َ َ‫ب‬ َ ‫َض‬ِ ‫َوغ‬ َ ُ‫َُّٰللا‬ ِ ‫َم ْن َٰذلِكَ َ َمث ُ ْو َبةًَ ِع ْندَ ه‬
‫َّٰللاَ َم ْنَلَّعَ َنه ه‬ ِ ‫قُ ْلَه َْلَاُن َِبئ ُ ُك ْمَ ِبش ٍَر‬
ٰۤ ُ
َ‫س َو ۤا ِء‬
َ َ‫ع ْن‬ َ َ‫ض ُّل‬َ َ ‫اَوا‬
َّ ‫ول ِٕىكَ َش ٌَّرَ َّم َكا ًن‬ ‫غ ْوتَ َا‬ َّ َ‫ع َبد‬
ُ ‫َالطا‬ َ ‫َو‬ ِ ‫َال ِق َردَة َََو ْال َخن‬
َ ‫َازي َْر‬ ْ ‫ِم ْن ُه ُم‬
َ‫س ِب ْي ِل‬
َّ ‫ال‬
Artinya : “Katakanlah (Muhammad), “Apakah akan aku beritakan
kepadamu tentang orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang
fasik) di sisi Allah? Yaitu, orang yang dilaknat dan dimurkai Allah, di
antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang)
menyembah Thaghut.” Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat
dari jalan yang lurus.”

Dalam ayat ini apakah bentuk rupa mereka yang dijadikan atau diubah
menjadi kera atau hati dan pikiran mereka saja. Karna binatang yang
ditunjuk oleh Allah Swt. Itu kera adalah satu-satunya binatang yang selalu
terlihat auratnya. Sementara orang yahudi yang dikecam oleh al-Qur‟an.
Karena tidak tunduk dan taat kecuali dijatuhi sanksi atau ancaman.,
selanjutnya Babi adalah binatang yang tidak memiliki sedikitpun rasa
cemburu, sehingga walau betinanya ditunggangi oleh yang lain. Ini juga
merupaka sifat dari sebagian orang yahudi. Tidak adanya cemburu walau
istrinya berdansa dengan pria lain.14

13
Al-Tabari, Tafsir al-Tabari, h. 825.
14
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-misbah : pesan, kesan dan keserasian Al-Quran, jil. 4, h.141.

12
Dari tafsir lain di sebutkan bahwa yang dijadikan kera dan babi,
maksudnya adalah murka Allah yang diberikan kepada mereka dengan
merubag bentuk mereka menjadi kera dan babi, yang menjadikan mereka
hina dan tertimpa bencana di dunia. 15Surah lainnya yang mempunyai objek
penciptaan siang dan malam ialah surah Al-Maidah [5]: 103; surah Al-
Mu’minun [23]: 79.

f. Kata Ja’ala yang mempunyai objek penciptaan manusia

Surah As-Sajadah ayat 8

ِ ‫س ٰللَة‬
َۚ‫ٍَم ْنَ َّم ۤاءٍ َ َّم ِهي ٍْن‬ ِ ٗ‫ث ُ َّمَ َجعَلََ َن ْسلَه‬
ُ َ‫َم ْن‬

Artinya : “Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang
hina (air mani).”

Manusia diciptakan dari saripati airmani yang diremehkan bila dilihat


kadarnya atau menjijikan bila dipandang, atau lemah, tidak berdaya karena
sedikitnya. Ayat ini melukiskan sekelumit dari substansi manusia.16 Surah
lainnya yang mempunyai objek penciptaan Hewan ialah surah Hud [11]:
118.

g. Kata Ja’ala yang mempunyai objek penciptaan gunung

Surah Fushilat ayat 10

َ‫اَوقَد ََّرَفِ ْي َهآَا َ ْق َواتَ َهاَفِ ْٓيَا َ ْر َبعَ ِةََا َي ٍَّام‬ َ ‫َم ْنَفَ ْوقِ َه‬
َ ‫اَو ٰب َركَ َفِ ْي َه‬ ِ ‫ي‬َ ‫اَر َوا ِس‬
َ ‫َو َجعَلََفِ ْي َه‬
ََ‫س ۤا ِٕى ِليْن‬
َّ ‫س َو ۤا ًء َِلل‬
َ
Artinya : “Dan Dia ciptakan padanya gunung-gunung yang kokoh di
atasnya. Dan kemudian Dia berkahi, dan Dia tentukan makanan-makanan
(bagi penghuni)nya dalam empat masa, memadai untuk (memenuhi

15
Al-Tabari, Tafsir al-Tabari, h. 160.
16
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-misbah : pesan, kesan dan keserasian Al-Quran, jil. 4, h. 183.

13
kebutuhan) mereka yang memerlukannya.”

Allah yang mnjadikan di bumi itu gunung-gunung yang kukuh di


atasnya agar bumi yang terus beredar itu tidak oleng, dan ia juga
memberkahinya yakni melimpahkan aneka kebajikan sehingga ia dapat
berfungsi sebaik mungkin dan dapat menjadi hunian yang nyaman buat
manusia dan hewan.17 Surah lainnya yang mempunyai objek penciptaan
Gunung ialah surah Ar-Ra‟d [13]: 3.

h. Kata Ja’ala yang mempunyai objek penciptaan surga

Surah al-Furqon ayat 10

ْ ‫َم ْنَتَحْ ِت َه‬


َ‫اَاْلَ ْنهٰ ُر‬ ِ ‫ي‬ ِ ‫يَٓا ِْنَش َۤا َءَ َجعَلََلَكَ َ َخي ًْر‬
ْ ‫اَم ْن َٰذلِكَ َ َجنهتٍَتَجْ ِر‬ ْ ‫ت َٰب َركَ َالَّ ِذ‬
ُ ُ‫َو َيجْ عَ ْلَلَّكَ َق‬
‫ص ْو ًرا‬
Artinya : Mahasuci (Allah) yang jika Dia menghendaki, niscaya Dia jadikan
bagimu yang lebih baik daripada itu, (yaitu) surga-surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, dan Dia jadikan (pula) istana-istana untukmu.

Allah Swt. Akan menjadikan di surga taman indah, mengalir dibawahnya


mengalir sungai-sungai yang jernih airnya, dan bukan Tuhan sanggup
membuatkan Nabi Muhamad Istana. Karena semua hal itu tidak akan
emnjamin akan mengubah fikiran orang yang tadinya telah dimulai dari
awal.18

i. Kata Ja’ala yang mempunyai objek penciptaan binatang

Surah al-An’am ayat 97

َ‫ص ْلنَا‬
َّ َ‫َو ْال َبحْ ِرَقَدَْف‬ ْ ‫ظلُمٰ ت‬
َ ‫َِال َب ِر‬ ْ ‫َوه َُوَالَّ ِذ‬
ُ َ‫يَ َج َعلََلَ ُك ُمَال ُّن ُج ْو َمَ ِلتَ ْهتَد ُْواَ ِب َهاَفِ ْي‬
ْٰ
ََ‫اْل ٰيتَِ ِلقَ ْو ٍمَ َّي ْعلَ ُم ْون‬
Artinya : “Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar

17
Ibid, h.381.
18
Hamka,Tafsir Al-Azhar,h. 260.

14
kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Kami
telah menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang-orang
yang mengetahui.”

Ayat ini berbicara tentang bintang-bintang serta manfaatnya untuk


manusia. Dan Allah lah yang menjadikan bagi manusia bintang-bintang
yang memancarkan cahayanya ke bumi dengan tujuan antara lain agar
menjadikannya petunjuk dalam keglapan di darat dan di laut. Telah
dijelaskan secara rinci dan dengan aneka ragam dan cara tanda-tanda
kebesaran dan kekuasaan Allah kepada kaum, yakni orang-orang yang mau
mengetahui.19

19
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-misbah : pesan, kesan dan keserasian Al-Quran, jil. 4, h. 211.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

“Kada” sama dengan fi’il lainnya baik dalam hal nafi’ (negatif, meniadakan)
maupun dalam hal isbat (positif , menetapkan). Positifnya ialah positif dan negatifnya
ialah negatif, sebab maknanya ialah muqarabah (hampir, nyaris). Jadi makna kalimat
“kada yaf’alu” adalah qarabal fi’la ( ia menghampiri pekerjaan itu, hampir
mengerjakan) dan makna kalimat ” ma kada yaf ‘alu” adalah “lam yuqa ribhu” ( ia
tidak menghampiri pekerjaan itu, hampir tidak mengerjakannya). Predikat (khabar)
“kada” selalu negatif, tetapi dalam kalimat positif kenegatifannya itu dipahami dari
makna “kada” itu sendiri. Sebab berita tentang “hampirnya sesuatu” menurut
kebiasannya, berarti sesuatu tersebut tidak terjadi. Jika tidak demiakian tentu tidak
akan diberitakan “kehampirannya”. Apabila “kada” itu dinegatifkan maka ketidak
hampiran berbuat menghendaki, secara akal, bahwa perbuatan itu tidak terjadi.

Kata Ja’ala ََ)‫ََ(جعل‬yaitu huruf jim, ‘ayn dan lam yaitu kalimat yang tidak
kurang dan tidak ada yang menyerupai selainnya. Menciptakan atau menjadikan dari
sesuatu yang lain, karena itu kata ja’ala membutuhkan satu objek, Ketika itu ia
semakna dengan khalaqa. Kata ja’ala menunjukkan bahwa penciptaan itu dari materi
yang sudah ada, yakni nafs wahidat. Kata ja’ala dalam al-Quran disebut 346 kali,
terdapat dalam 66 surah

16
DAFTAR PUSTAKA
Abu al-Husein Ahmad ibn Faris ibn Zakariya, Mu’jam Muqayis al-Lughah, Kairo, Mesir :
Maktabah al-khanji, 1981.
Abu Ja’far Muhammad Jarir Ath Thabari, Tafsir Al-Qur’an Ath Thabari, Jakarta ; Pustaka Azzam,
2009.
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta, Pustaka panjimas, 1988.
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, Syarat, Ketentuan, dan Aturan yang Patut Anda Ketahui dalam
memahami al-Quran, Tanggerang : Lentera Hati, 2013.
M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Quran : Kajian Kosa Kata, Jakarta : Lentera Hati, 2007.
Tafsir Al- misbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, jil. 4, Jakarta: Lentera Hati, 2002.

17

Anda mungkin juga menyukai