Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu balaghah merupakan salah satu cabang ilmu bahasa arab. Ilmu ini terdiri dari
tiga bagian, yakni ilmu bayan, ilmu ma’ani, dan ilmu badi’. Ilmu Bayan membahas prosedur
pengungkapan suatu perasaan atau ide pikiran kedalam bentuk ungkapan yang bervariasi. Ilmu Ma'ani
membahasa bagaimana kita mengungkapkan ide pikiran atau perasaan kedalam bahasa yang sesuai
dengan isi konteksnya. Sedangkan ilmu Badi' membahas bagaimana memperindah dan meninggikan
nilai sastra pada suatu ungkapan. Materi ilmu balaghah sendiri secara teoritis belum ada pada
zaman jahiliyah namun prakteknya sudah sangat dikenal dalam kalangan masyarakat arab
saat itu, hal ini tidak lain karena kitab suci Al-Qur’an berbahasa arab dan didalamnya terdapat
keindahan bahasa yang sangat tinggi baik dalam segi lafazdnya, gaya bahasanya, dan uslub
yang terkandung didalamnya. Hal ini menarik perhatian masyarakat arab saat itu, untuk
mengkaji bahasa yang terdapat dalam bahasa arab.

Balaghah secara etimologi yakni sampai dan berakhir, secara terminologi yakni
sampainya makna kepada orang yang kita ajak bicara dengan menggunakan pola yang indah.
Menurut Abdul Qodir Husain dalam kitab “Fan Al-Balaghah”, balaghah dalam (perkataan)
sesuai dengan situasi dan kondisi para pendengar, perubahan situasi dan kondisi para
pendengar menuntut perubahan susunan kalam, seperti berbicara kepada orang yang cerdas
tentu berbeda dengan berbicara kepada orang yang dungu. Pada kesempatan ini, kami akan
menjelaskan tentang penjelasan ijaz, ithnab, dan musawa.

B. Rumusan Masalah
A. Apa Pengertian ijaz, ithnab, dan musawa?
B. Apa Faktor Pendorong adanya ijaz, ithnab, dan musawa?
C. Apa Saja Pembagian ijaz dan ithnab?

C. Tujuan

A. Mengetahui Pengertian ijaz, ithnab, dan musawa


B. Mengetahui Faktor Pendorong adanya ijaz, ithnab, dan musawa
C. Mengetahui Pembagian ijaz dan ithnab

1
BAB II

PEMBAHASAN

Susunan kalam ditinjau dari penggunaan lafadz dan makna dibagi menjadi tiga, yaitu:

A. IJAZ
1. Pengertian Ijaz
Ijaz secara bahasa berasal dari kata ‫ َأوْ َج َز‬yakni meringkas. Namun pengertian ijaz secara
istilah terdapat beberapa pendapat oleh para ahli balaghah, walaupun sebenarnya memilki
makna yang sama.
Syekh Abdurrahman Al-Ahdhori menedefinisikan ijaz sebagai berikut:
ٍ ‫َوبَِأقَ َّل ِم ْنهُ ِإ ْي َجا ٌز ُعلِ َم * َوهُ َو ِإلَى قَصْ ٍر َو َح ْذ‬
‫ف يَ ْنقَ ِس ْم‬
“(mendatangkan suatu makna) dengan menggunakan lafadz yang lebih sedikit dari kadar
maknanya itu”.
Hifni Nashif dan kawan-kawannya mendefinisikan ijaz sebagai berikut:
َ ِ‫ه َُو تَْأ ِديَةُ ْال َم ْعنَى ْال ُم َرا ُد بِ ِعبَا َر ٍة نَاق‬
ِ ‫صة َع ْنهُ َم َع َوفَاِئهَا بِ ْال َغ َر‬
‫ض‬

“Menyampaikan suatu makna (maksud) dengan ungkapan yang singkat namun maksud yang
dituju tersampaikan”.

Contoh:

ِ ‫ٍإنَّ َما اَأْل ْع َما ُل بِالنِّيَا‬


‫ت‬

“Sesungguhnya pekerjaan itu hanya sah dengan adanya niat”.

Dan:

ٍ ‫ك ِم ْن ِذ ْك َرى َحبِ ْي‬


‫ب َو َم ْن ِز ِل‬ ِ ‫قِفَا نَ ْب‬

“Sungguh berhentilah! Kami menangis karena ingat sang kekasih dan rumahnya”

Apabila tidak mencapai tujuan, maka dikatakan sebagai ihlal (cacat). Seperti ucapan penyair:

‫َاش َك ًّدا‬ ِ ْ‫َو ْال َعيْشُ َخ ْي ٌر فِ ْي ِظاَل ِل النُّو‬


َ ‫ك ِم َّم ْن ع‬

“Kehidupan didalam naungan kebodohan itu lebih baik dari pada kehidupan susah”

Yang dikehendaki penyair adalah:

2
‫ث الشاق فِ ْي ِظاَل ِل ْال َع ْق ِل‬
ِ ‫ك خَ ْي ٌر ِمنَ ْال َع ْي‬
ِ ْ‫َأ َّن ْال َعيْشُ الرغ َد فِ ْي ِظاَل ِل النُّو‬

“kehidupan yang sejahtera didalam naungan kebodohan itu lebih baik dari pada kehidupan
susah dalam naungan akal”

Bait diatas dikatakan tidak mencapai tujuan yang dikehendaki, karena kata ‫الرغد‬
“sejahtera" pada bagian pertama bait dan kata ‫“ في ظالل العقل‬dalam naungan akal” pada bagian
kedua bait tidak bisa diketahui dari kalam.

Adapun contoh dalam Al-Qur’an yakni:

ِ ْ‫ُخ ِذ ْال َع ْف َو َوْأ ُمرْ بِ ْالعُر‬


)199( َ‫ف َوَأ ْع ِرضْ َع ِن ْال َجا ِهلِين‬

“jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah
daripada orang-orang yang bodoh”. (QS. Al-A’raf:199)

Ayat diatas telah mengumpulkan akhlaq-akhlaq mulia secara keseluruhan.

Dari berbagai pendapat para ahli balaghah diatas, dapat disimpulkan bahwa ijaz
adalah menyampaikan maksud tertentu kepada lawan bicara menggunakan ungkapan singkat
namun mengandung banyak makna, tanpa mengurangi makna yang dimaksud.

2. Macam-Macam Ijaz
Ijaz terbagi menjadi 2, yakni 1) Ijaz Qashr, dan 2) Ijaz Hazf
a. Ijaz Qashar
Ijaz Qashr yakni ungkapan sedikit (ringkas), namun mengandung makna banyak, ijaz
ini merupakan ijaz yang sering digunakan oleh para ahli sastra balaghoh dalam
menyampaikan ungkapan mereka. Contoh:
ٌ‫اص َحيَاة‬
ِ ‫ص‬َ ِ‫َولَ ُك ْم فِى ْالق‬
“dan bagi kalian dalam Qishos ada kehidupan”. (QS. Al-Baqarah:179)
Dari kutipan ayat diatas, dapat kita lihat bahwa ayat tersebut mempunyai lafadz yang
sedikit, namun ayat tersebut memiliki makna yang banyak yakni jika seorang muslim
membunuh muslim lainnya, maka ia akan dijatuhi hukuman qishos. Ketika orang tersebut
dijatuhi hukuman qishos, maka orang lain yang melihat, akan menghindar untuk membunuh
orang lain, sehingga hukum qishos tersebut mencegah seseorang dari melakukan
pembunuhan. Selain itu, qishos tersebut juga membuat manusia lebih tentram dan aman,
sehingga kehidupan manusia dapat terjaga dengan baik.

3
b. Ijaz Hazf
Ijaz hazf yakni disembunyiikannya sebuah kata ataupun kalimat atau bahkan dalam
jumlah yang lebih banyak bersamaan dengan qarinah yang menjelaskan dari pada suatu kata
ataupun kalimat yang disembunyikan tadi.
Contoh ijaz yang menyembunyikan satu huruf:
َ ‫َولَوْ قَطَّعُوْ ا َرْأ ِس ْي لَ َد ْي‬
َ ْ‫ك َواَو‬
‫صالِ ْي‬ ‫ت يَ ِم ْينَ هللاِ َأ ْب َر ُح قَا ِعدًا‬
ُ ‫فَقُ ْل‬
“Maka saya mengatakan:“Demi Allah, saya akan senantiasa duduk, walaupun mereka
memotong-motong kepalaku dan sendi-sendiku dihadapanmu”
Dan cantoh yang terdapat dalam firman Allah SWT:
َ‫قَالُوا تَاهَّلل ِ تَ ْفتَُأ ت َْذ ُك ُر يُوسُفَ َحتَّى تَ ُكونَ َح َرضًا َأوْ تَ ُكونَ ِمنَ ْالهَالِ ِكين‬1
Menurut para ahli balaghah, pada ayat tersebut terdapat satu huruf yang dibuang, yaitu
huruf nafi berupa laa “َ‫ "ال‬yang mana asal ayat tersebut adalah:
َ‫قَالُوا الَ تَاهَّلل ِ تَ ْفتَُأ ت َْذ ُك ُر يُوسُفَ َحتَّى تَ ُكونَ َح َرضًا َأوْ تَ ُكونَ ِمنَ ْالهَالِ ِكين‬
Contoh ijaz yang membuang satu Jumlah:

ْ َ‫ك فَقَ ْد ُك ِّذب‬


َ ِ‫ت ُر ُس ٌل ِم ْن قَ ْبل‬
‫ك‬ َ ْ‫وَِإ ْن يُ َك ِّذبُو‬

“Dan ketika mereka mendustakanmu, maka sungguh Para Rosul sebelum kamu juga didustakan”

Berdasarkan pendapat para ahli balaghah, pada ayat tersebut terdapat sebuah kalimat yang
disembunyikan, yaitu “ ْ‫ ”فَتََأسَّ َواصْ بِر‬yang mana asal ayat tersebut adalah:

‫ك فَتََأسَّ َواصْ بِر‬ ْ َ‫ك فَقَ ْد ُك ِّذب‬


َ ِ‫ت ُر ُس ٌل ِم ْن قَ ْبل‬ َ ْ‫وَِإ ْن يُ َك ِّذبُو‬

“Dan ketika mereka mendustakanmu, maka sungguh Para Rosul sebelum kamu juga didustakan
(Maka ta'atlah dan sabarlah)"
Contoh ijaz yang membuang lebih dari satu jumlah:
ُ ‫) يُو ُسفُ َأيُّهَا الصِّ دِّي‬45( ‫فََأرْ ِسلُو ِن‬
‫ق‬
“Maka utuslah aku (kepadanya). Yusuf, hai orang yang amat dipercaya”(QS. Yusuf:45-46)
Pada ayat tersebut membuang jumlah:

ُ‫أرْ ِسلُوْ نِي ِالى يُوْ سُفَ ألستعبرالرُّ ؤيَافَفَ َعلُوافأتاهُ وقال لهُ يُو ُسف‬

“Utuslah aku kepada Yusuf, supaya aku meminta ta’bir mimpi itu. Lalu mereka
mengerjakannya, lalu pelayan itu mendatanginya dan berkata: “Hai Yusuf”.

1QS. Yusuf:85

4
3. Faktor Pendorong Adanya Ijaz
Faktor pendorong adanya Ijaz adalah:
1. Mempermudah hafalan
2. Mempercepat pemahaman
3. Terbatasnya tempat
4. Menyamarkan
5. merasa bosan mengucapkan

B. ITHNAB

1. Pengertian Ithnab
Ithnab secara bahasa berasal dari kata fi’il “‫َب‬ ْ ‫ ”َأ‬yang berarti memanjangkan atau
َ ‫طن‬
memperbanyak. Sedangkan menurut isitilah, terdapat perbedaan pendefinisian oleh para ahli
balaghah, walaupun makna yang terdapat didalamnya memiliki makna yang sama.
Contoh:
‫احبْ قَا ِسقًا فَتَرْ دَى‬
ِ ‫ص‬ ِ ْ‫س ْالفُسُو‬
َ ُ‫ق بُ ْعدَا * َواَل ت‬ ِ ِ‫َك َع ْن َم َجال‬
“Jauhilah tempat-tempat berbuat kefasikan, dan janganlah kamu bergaul dengan orang
fasik, maka akan menyebabkan kerusakan”.
Hifni nashif dan kawan-kawannya menjelaskan ithnab sebagai berikut:
‫ه َُو تَ ْع ِد ْيهُ ْال َم ْعنَى بِ ِعبَا َر ٍة َزاِئ َد ٍة َع ْنهُ َم َع ْالفَاِئ َد ِة‬
“Menyampaikan tujuan yang dikehendaki dengan suatu ungkapan yang Panjang, serta
adanya faedah”.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa ithnab yaitu menyampaikan suatu
makna atau pesan dengan menggunakan ibarah atau ungkapan yang lebih panjang daripada
makna aslinya dengan tujuan tertentu.
Contoh:
‫ظ ُم ِمنِّ ْي َوا ْشتَ َع َل ال َّرْأسُ َش ْيبًا‬
ْ ‫َرب ِّْي ِإنِّ ْي َوهَنَ ْال َع‬
“Wahai tuhanku, sesungguhnya aku telah lemah tulangku, dan telah penuh ubanku”. (QS.
Maryam:4)
Artinya: saya sudah tua.
ْ ‫ َكبُ َر‬. Apabila
Maksudnya ayat diatas adalah: saya sudah tua, jadi tafsiran ayat diatas adalah ‫ت‬
dalam penambahan kalimat tersebut, tidak terdapat faedah, serta ziyadah itu tidak menjadi
kebutuhan dalam tujuan, maka dikatakan sebagai Tathwil.

5
Seperti ucapan Ady bin Zaid Al-Ubbady mengatakan kepada Nu'man bin Mundir sambil
mengingatkan Musibah yang terjadi pada Judzaimah Al-Abrosy dan Zaba':
‫ت اَأْل ِد ْي َم لِ َرا ِه ْي ِش ِه َوَأ ْلفَى قَوْ لَهَا َك ِذبًا َو َم ْينًا‬
ْ ‫َو قَ ّد‬
“Dan Dia (Zaba') telah memotong kulit pada urat nadinya (Judzaimah), dan Dia
(Judzaimah) mendapatkan Ucapannya (zaba') itu Dusta dan Bohong”
Lafadz ‫كذبا‬ dan ‫ مينا‬memiliki arti yang sama, maka menggunakan salah satunya sudah
cukup. dan tambahan kata tersebut juga tidak dibutuhkan karena tujuannya sudah sah dengan
menggunakan salah satunya. maka adanya penambahan lafadz tersebut dikatakan sebagai
Tathwil yang tanpa faedah.
Apabila dalam penambahan kalimat tersebut, tidak terdapat faidah, tetapi Ziyadah itu
menjadi ketentuan, maka dikatakan sebagai Hasywu.
Seperti ucapan Zuhair bin Abi Salma yang ia ucapkan pada Perdamaian yang terjadi
antara Qois dan Dzibyan:
‫س قَ ْبلَهُ َولَ ِكنَّنِ ْي ع َْن ِع ْل ِم َما فِ ْي َغ ٍد َع ِم ْي‬
ِ ‫َوَأ ْعلَ ْم ِع ْل َم ْاليَوْ ِم َواَأْل ْم‬

"Dan Saya mengetahui seperti pengetahuan hari ini dan kemarin, sebelum hari ini,
dan Tetapi saya tidak tahu akan pengetahuan dihari besok".

Lafadz ‫ قبله‬menunjukkan arti yang sama dengan ‫( األمس‬kemarin), dan tambahan itu
nyata sebagai tambahan karena tidak sah mengathofkannya pada lafadz ‫اليوم‬.

2. Pembagian Ithnab
Menurut Hifni Nashif dan kawan-kawannya dalam kitab “Durusul Balaghah”, Ithnab
terbagi menjadi tujuh perkara, yakni:
a. Menyebutkan lafadz khusus setelah lafadz umum
Contoh:
‫ِإجْ تَ ِه ُدوْ ا فِ ْي ُدرُوْ ِس ُك ْم َواللُّ َغ ِة ْال َع َربِيَّ ِة‬
“Bersungguh-sungguhlah pada pelajaran kaliandan bahasa arab”.
Faidahnya: mengingatkan atas keutamaan lafadz khusus itu, seolah-olah karena
keutamaannya ia seperti jenis yang berbeda pada lafadz sebelumnya.
b. Menyebutkan lafadz umum setelah lafadz khusus
ِ ‫ي َولِ َم ْن َد َخ َل بَ ْيتِ َي ُمْؤ ِمنًا َولِ ْل ُمْؤ ِمنِينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا‬
‫ت‬ َّ ‫َربِّ ا ْغفِرْ لِي َولِ َوالِ َد‬
“Wahai Tuhanku, ampunilah aku, kedua orang tuaku, orang yang masuk rumahku dengan
beriman, dan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan”. (QS. Nuh: 28)
c. Menjelaskan setelah menyamarkan

6
)133( َ‫) َأ َم َّد ُك ْم بَِأ ْن َع ٍام َوبَنِين‬132( َ‫َأ َم َّد ُك ْم بِ َما تَ ْعلَ ُمون‬
“Beliau (Allah) telah membantu kalian dengan sesuatu yang kalian kerjakan, Beliau (Allah)
telah membantu kalian dengan beberapa hewan ternak dan anak laki-laki”. (QS. Asy-
Syu’aro’:132)
d. Mengulangi lafadz karena adanya tujuan, seperti panjangnya pemisah.
Contoh Ucapan Penyair:

‫َعلَى ِم ْث ِل هَ َذا إنَّهُ ل َك ِر ْي ٌم‬ ْ ‫وَِإ َّن ْم َرًأ ًدَا َم‬


ُ ِ‫ت َم َواث‬
‫ق َع ْه ِد ِه‬

Artinya:”Sesungguhnya seseorang yang jaminan perjanjiannya itutetap seperti ini, maka


sesungguhnya ia orang yang mulia”

Pada bait tersebut lafadz ‫ إن‬diulang diawal dan diakhir bait, supaya kalam tidak kelihatan
terputus.

e. I'tirodh
Yaitu: Menyisipkan lafadz antara bagian-bagian satu jumlah atau antara dua jumlah
yang masih berkaitan ma’na, dikarenakan adanya sebuah tujuan.

Contoh Ucapan Penyair (A’uf bin Mahlam Asy-Syaibany yang mengadukan kelemahannya):

ْ ‫ِإ َّن الثَّ َمانِ ْينَ َوبُلِّ ْغتَهَا قَ ْد َأحْ َو َج‬


‫ت َس ْم ِع ْي ِإلَى تُرْ ُج َما‬

“Sesungguhnya delapan puluh tahun usiaku dan engkau telah berusia segitu, pendengaranku
membutuhkan orang yang menjelaskan”

Lafadz ‫ َوبُلِّ ْغتَهَا‬dikatakan jumlah i’tirodhiyah.

f. Tadzyil
Yaitu: mengiringi suatu jumlah dengan jumlah yang lain yang mengandung pada
maknanya dengan tujuan menguatkannya.

Tadzyil itu adakalanya berlaku seperti peribahasa, karna berbedanya makna dan tidak
membutuhkan pada kalam sebelumnya, contoh firman Allah SWT:

)81( ‫ق ْالبَا ِط ُل ِإ َّن ْالبَا ِط َل َكانَ َزهُوقًا‬ ُّ ‫َوقُلْ َجا َء ْال َح‬
َ َ‫ق َو َزه‬

“Katakanlah: Hai Muhammad, telah datang perkara haq (islam), dan telah hancur perkara
bathil (kekufuran), dan sesungguhnya kebathilan itu pasti akan binasa”. (QS. Al-Isra’:81)

7
Adakalanya tidak berlaku seperti peribahasa, karena membutuhkan pada kalam sebelumnya,
contoh firman Allah SWT:

)17( ‫ازي ِإاَّل ْال َكفُو َر‬


ِ ‫َذلِكَ َج َز ْينَاهُ ْم بِ َما َكفَرُوا َوهَلْ نُ َج‬

“itu (banjir bandang) kami balas mereka atas sesuatu yang telah mereka kufuri. Dan kami
tidak membalas (siksa) kecuali pada kekufuran”. (QS. Saba’:17)

g. Ihtiros
Yakni mendatangkan pada kalam yang memberi persepsi berbeda dari tujuan, dengan
kalam lain yang menolak kesalahpahaman itu. Contoh ucapan penyair (Thorfah bin ‘abd):
‫صوْ بُ ال َّربِي ِْع َو ِد ْي َمةٌ تَ ْه ِم ْي‬
َ ‫ك َغي َْر ُم ْف ِس ُدهَا‬
َ ‫فَ َسقَى ِديَا َر‬
“hujan pada musim semi menyirami rumahmu tanpa merusakkan dan hujan terus menerus
itu membanjiri”.
Jika tidak disebutkan lafadz ‫َغي َْر ُم ْف ِس ُدهَا‬ maka secara mutlaq akan dipahami lebih umum atau
mendoakan kejelekan dengan robohnya rumah, lalu didatangkanlah lafadz tersebut untuk
menolak pemahaman yang salah.
3. Faktor Adanya Ithnab
Faktor penyebab adanya ithnab yakni:
a. Memantapkan tujuan atau makna.
b. Menjelaskan perkara yang dikehendaki.
c. Menguatkan.
d. Menolak salah persepsi

C. MUSAWAH
1. Pengertian Musawah
Secara bahasa, musawah berasal dari kata ‫ َسا َوى‬yang berarti setara atau sama. Sedangkan
secara istilah, terdapat perbedaan pendefinisian dari para ahli balaghah, walaupun maksud
dari penjelasan mereka tetap sama.
Menurut Syekh Abdurrahman Al-Ahdhori, pengertian musawah yaitu:
‫تَْأ ِديَةُ ْال َم ْعنَى بِلَ ْف ِظ قَ ْد ِر ِه * ِه َي ْال ُم َسا َواة كسر بِ ِذ ْك ِر ِه‬

“Mendatangkan suatu makna dengan menggunakan lafadz yang sesuai kadarnya”.

Menurut Hifni Nashif dan kawan-kawannya, pengertian musawah yaitu:

ُ‫اويَ ٍة لَه‬ َ َ‫ال ُم َسا َواةُ ِه َي تَْأ ِديَةُ ْال َم ْعنَى ْال ُم َرا ِد بِ ِعب‬
ِ ‫ار ٍة ُم َس‬
8
“Menyampaikan tujuan yang dikehendaki dengan suatu ungkapan yang sama.”

artinya ungkapan tersebut menurut batas kebiasaan manusia pada umumnya, yang mereka itu
tidak sampai pada tingkatan Sastrawan dan tidak pada tingkatan Orang yang lemah dalam
penyampaian.

Contoh:

ْ َ‫ون ِفي َآياتَِنا ف‬


ْ ‫َأع ِر‬
‫ض َع ْنهُ ْم‬ َ ‫وض‬
ُ ‫ين َي ُخ‬
َِّ َ ‫وِإ َذا رَْأي‬
َ ‫ت الذ‬ َ َ

“Dan Ketika engkau melihat orang yang mendalami” (Q.S Al-An’am:68)

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa musawah adalah


mengungkapkan suatu maksud dengan makna yang setara atau seimbang, yang berarti
kandungan makna dan lafadz yang dibawakan seimbang, tidak ada yang melebihi antara satu
dan yang lainnya. Dan diantara kelebihan musawah ini adalah memudahkan untuk
memahami pesan bagi mukhotob yang belum sampai kepada tingkatan ahli sastra yang mana
pemahaman mereka mengenai keindahan sastra masih sedikit.

Contoh:

‫َو َما تُقَ ِّد ُموا َأِل ْنفُ ِس ُك ْم ِم ْن خَ ي ٍْر تَ ِجدُوهُ ِع ْن َد هَّللا ِ هُ َو َخ ْيرًا َوَأ ْعظَ َم َأجْ رًا َوا ْستَ ْغفِرُوا هَّللا َ ِإ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم‬

“dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh
(balasan) nya disisi Allah SWT sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar
pahalanya”. (QS. Al-Muzammil:20)

Ayat diatas mengandung makna dan lafadz yang sama, masing-masing tidak melebihi yang
lainnya, lafadznya tidak melebihi maknanya, dan maknanya pun tidak melebihi lafadznya.
Oleh karena itu, musawah itu adalah cara yang paling mudah untuk menyampaikan pesan
terhadap mukhotob yang masih belum sampai pada tingkatan ahli sastra.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ijaz secara bahasa yakni meringkas, sedangkan secara istilah yakni menyampaikan
maksud tertentu kepada lawan bicara menggunakan ungkapan singkat namun mengandung
banyak makna, tanpa mengurangi makna yang dimaksud. Ijaz terbagi menjadi dua, yakni 1)
ijaz qashr, dan 2) ijaz hazf. Ijaz Qashr yaitu ungkapan sedikit (ringkas), namun mengandung
makna banyak, ijaz ini merupakan ijaz yang sering digunakan oleh para ahli sastra balaghoh
dalam menyampaikan ungkapan mereka. Sedangkan ijaz hazf yaitu disembunyiikannya
sebuah kata ataupun kalimat atau bahkan dalam jumlah yang lebih banyak bersamaan dengan
qarinah yang menjelaskan dari pada suatu kata ataupun kalimat yang disembunyikan tadi.
Faktor penyebab adanya ijaz yaitu mempermudah hafalan, mempercepat pemahaman,
terbatasnya tempat, menyamarkan, dan merasa bosan mengucapkan.
Ithnab secara bahasa yakni menyampaikan suatu makna atau pesan dengan menggunakan
ibarah atau ungkapan yang lebih panjang daripada makna aslinya dengan tujuan tertentu.
Ithnab terbagi tujuh perkara, yakni 1) Menyebutkan lafadz khusus setelah lafadz umum, 2)
Menyebutkan lafadz umum setelah lafadz khusus, 3) Menjelaskan setelah menyamarkan, 4)
Mengulangi lafadz karena adanya tujuan, seperti panjangnya pemisah, 5) I'tirodh, 6) Tadzyil,
7) Ihtiros. Faktor penyebab adanya ithnab yakni memnatapkan tujuan atau makna,
menjelaskan perkara yang dikehendaki, menguatkan, dan menolak salah persepsi.
Musawah secara bahasa yakni setara atau sama. Sedangkan secara istilah yakni
mengungkapkan suatu maksud dengan makna yang setara atau seimbang, yang berarti
kandungan makna dan lafadz yang dibawakan seimbang, tidak ada yang melebihi antara satu
dan yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

10
Al-Padani. Syekh Yasin bin Isa. Husnus Siyaghah Syarh Durusul Balaghah, Sarang-
Rembang: Maktabah Al-Anwariyah
Shofwan, M. Sholahuddin. 2008. Pengantar Memahami Nadzom Jauharul Maknun. Bareng-
Jombang: Darul Hikmah
https://www.researchgate.net//publication//351548129_Kajian Balaghah_mengenai_AL-
IJAZ_AL-ITHNAB_dan_AL-MUSAWAH

11

Anda mungkin juga menyukai