Anda di halaman 1dari 9

Bab II

PEMBAHASAN

A. Pengertian I’jaz Al-Qur’an

Secara etimologi, kata “i’jaz” adalah masdar dari kata a’jaza yang berarti
melemahkan. Kata “a’jaza” ini termasuk fi’il ruba’i mazid yang berasal dari fi’il tsulatsi
mujarrad “ajaza” yang berarti lemah, lawan dari kata qadara yang berarti kuat/mampu.1

Kata “i’jaz” al-Qur’an adalah kata yang di mudhafkan, yaitu dimudhafkannya kata
Masdar “i’jaz” kepada pelakunya, yaitu al-Qur’an, sehingga berarti melemahkannya al-
Qur’an atau al-Qur’an melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Sedangkan maf’ulnya
(siapa objek yang dilemahkan) dibuang/tersimpan. Bila dilengkapi maka bunyinya menjadi.

‫اعجاز القران الناس عن اإلتيان بما تحداهم به‬

(Kitab al-Qur’an melemahkan kepada manusia untuk mendatangkan apa yang telah
ditantangkan kepada mereka, yaitu membuat kitab seperti al-Qur’an ini)

Menurut Prof.T.M. Hasbi ash-Shiddieqy:

‫اظهار صدق النبي صلى هللا عليه و سلم فى دعوى الرسالة باظهار عجز العرب عن معارضته فى معجزته‬
‫الخالدة وهي القران وعجز االجيال بعدهم‬

Artinya: menampakkan kebenaran Nabi SAW dalam pernyataan sebagai Rasul,


dengan menampakkan kelemahan orang Arab dari tantangannya terhadap mukjizat yang
kekal yaitu Al-Qur’an dan kelemahan orang-orang yang datang sesudah mereka.(T.M. Hasbi
as-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu al-Qur’an Media Pokok dalam Menafsirkan al-Qur’an, Jakarta:
Bulan Bintang, 1972, h.288)

Menurut Imam as-Suyuthi dalam kitab al-Itqan Fi ‘Ulum al-Qur’an adalah kejadian
yang melampaui batas kebiasaan, didahului tantangan, tanpa ada tandingan. Menurut Ibnu
Khaldun adalah perbuatan-perbuatan yang tidak mampu ditiru manusia. Maka, ia dinamakan
mukjizat, tidak masuk kategori yang mampu dilakukan hamba, dan berada diluar standar
kemampuan mereka.

Sedangkan arti dari kata mu’jizat yakni melemahkan, dan menurut istilah yaitu
perkara yang ada diluar kebiasaan akal manusia yang diberikan Allah SWT kepada para Nabi

1 Abdul Djalal H.A, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 1998, h.267-268

1
dan Rasul sebagai bukti kebenaran kenabiannya yang didatangkan kepada yang ragu, untuk
melakukan atau mendatangkan hal serupa namun mereka tidak mampu melayani tantangan
itu.2

I’jazul Qur’an (kemukjizatan al-Qur’an) ialah kekuatan, keunggulan dan


keistimewaan yang dimiliki al-Qur’an yang menetapkan kelemahan manusia, baik secara
berpisah-pisah maupun berkelompok, untuk bisa mendatangkan sesuatu atau yang
menyamainya. Sedangkan yang dimaksud dengan kemukjizatan al-Qur’an bukan berarti
melemahkan manusia. Maksudnya memberikan pengertian kepada mereka tentang
kelemahan mereka untuk mendatangkan sesuatu yang sejenis dengan al-Qur’an. Bahkan,
Rasulullah menantang semua makhluk baik manusia atau jin untuk membuat suatu karangan
yang bisa mengalahkan indahnya bahasa dan sistematika tata sastra yang ada di al-Qur’an,
dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Isra’ ayat 88:

‫قل لئن اجتمعت اإلنس و الجن على ان يأتوا بمثل هذا القران ال يأتون بمثله ولو كان بعضهم لبعض ظهيرا‬

Artinya:

Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat mebuat yang serupa dengan Dia,
sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”.

Bab III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Mu’jizat merupakan perkara yang ada diluar kebiasaan akal manusia yang diberikan
Allah SWT kepada para nabi dan Rasul sebagai bukti kebenaran kenabiannya yang
didatangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa namun
mereka tidak mampu melayani tantangan itu. Sedangkan i’jaz al-Qur’an yakni upaya
kekuatan, keunggulan dan keistimewaan yang dimiliki al-Qur’an dalam melemahkan
makhluk yang berupaya untuk menyamai atau menandingi al-Qur’an, baik secara berpisah-
pisah maupun berkelompok.
Kadar kemukjizatan al-Qur’an yakni terdapat tiga kali penantangan, yakni tantangan
pertama (berupa seluruh al-Qur’an), tantangan kedua (berupa 10 surah), dan tantangan ketiga
(1 surah). Sedangkan karekteristik i’jaz al-Qur’an yakni al-Qur’an memiliki berbagai macam
keistimewaan, salah satunya yakni al-Qur’an dijamin dan dijaga langsung oleh Allah SWT.

2 M. Quraish Shihab, Mu’jizat, h. 23.

2
Oleh sebab itu, al-Qur’an tidak dapat ditantang oleh makhluk paling hebat sekalipun, bahkan,
walaupun jin dan manusia berkumpul. Aspek kemukjizatan al-Qur’an sendiri terdapat aspek
bahasa, ilmiah dan pemberitaan ghaib, baik di amsa lampau ataupun di masa mendatang. Dari
segala kadar, karektiristik, dan aspek yang telah digambarkan, hal tersebut sangat
membuktikan bahwa kemukjizatan al-Qur’an tidak perlu diragukan lagi, sebab al-Qur’an
telah memberikan bukti konkrit dalam segala aspek.

3
B. Kadar Kemu’jizatan Al-Qur’an

Al-Qur’an secara terus menerus menantang orang-orang yang mencoba untuk


menandinginya, termasuk para ahli sastra arab sekalipun, namun, al-Qur’an tetap berada di
puncak yang tidak dapat diungguli, sebab al-Qur’an adalah memang bukan buatan manusia.3

Golongan Muktazilah berpendapat bahwa kemukjizatan itu berkaitan dengan keseluruhan


al-Qur’an, bukan dengan sebagiannya, atau dengan setiap surahnya setiap lengkap.
Sedangkan sebagian ulama juga berpendapat, bahwa sebagian kecil atau besar dari al-Qur’an
tanpa harus satu surah penuh, maka hal tersebut juga merupakan mukjizat, berdasarkan
firman Allah SWT:

“Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al-Qur’an….” (QS.


At-Tur [52]:34)

Dalam surah al-Isra’ (17) ayat 88 Allah SWT berfirman bahwa sekalipun jin dan manusia
berkumpul untuk membuat sesuatu yang semisal dengan al-Qur’an, mereka tidak mampu
untuk membuat hal yang serupa tersebut, walaupun dengan mereka saling membantu. Al-
Qur’an memberikan tantangan kepada mereka sebanyak tiga kali tantangan, 4 namun tidak ada
yang mampu untuk menandingi al-Qur’an.

1. Tantangan Pertama
Al-Qur’an menantang orang yang mengingkari kewahyuannya dengan membuat kitab
tandingan yang sama seperti seluruh isinya, hal tersebut termaktub dalam firman Allah
QS. At-Thur:34. Tidak ada seorangpun yang mampu melawan atau menandingi al-
Qur’an. Karna itu, dicanangkanlah tantangan kedua yang lebih ringan.
2. Tantangan Kedua
Pada tantangan yang kedua ini, al-Qur’an menantang mereka untuk membuat 10 surah
yang sama dengan al-Qur’an, hal tersebut terdapat dalam QS. Hud:13-14. Namun,
walaupun tantangan tersebut sudah dikurangi, tetap saja mereka (jin dan manusia) tidak
mampu untuk membuat 10 surah tersebut.
3. Tantangan Ketiga
Tantangan ini merupakan tantangan terakhir, yakni mereka ditantang untuk membuat
satu surah saja, hal tersebut dicanangkan dalam QS. Yunus:38 dan QS. Al-Baqarah:23.
Karena tantangan minim inipun tidak ada yang mampu melawan, maka QS. Al-

3 Subhi as-Shalih, membahas ilmu-ilmu al-Qur’an, terjemah tim Pustaka Firdaus (Jakarta; Pustaka Firdaus
1996), hal. 414
4 Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki al-Hasani, Zubdatul Itqon Fi ‘Ulumil Qur’an, hal.149-150

4
Baqarah:24 menegaskan bahwa tidak akan ada makhluk yang dapat melawan al-Qur’an,
karna itu, bagi orang yang ingkar, diharuskan waspada terhadap ancaman neraka.
Ulama lain berpendapat, kemukjizatan itu cukup hanya dengan satu surah yang
lengkap, sekalipun ayat itu pendek, atau dengan ukuran satu surah, baik satu ayat atau
beberapa ayat, seperti surah al-Ikhlas yang memiliki kandungan senilai dengan
mengkhatamkan al-Qur’an atau juga bahkan ayat 1 pada surah al-Fatihah (lafadz
basmalah), yang memiliki keunggulan sehingga penyebutannya diutamakan dalam
memulai segala aktifitas.5 Adapun mengenai segi atau kadar manakah yang mukjizat itu,
maka jika seorang penyelidik yang obyektif dan mencari kebenaran memperhatikan al-
Qur’an dari aspek manapun yang ia sukai, baik dari segi uslubnya, segi ilmu
pengetahuannya, segi pengaruh yang ditimbulkannya di dalam dunia dan wajah sejarah
yang diubahnya, atau dari semua segi tersebut, tentu kemukjizatan itu akan ia dapatkan
dengan jelas dan terang.6

C. Sejarah Ilmu I’jaz Al-Qur’an


Terdapat ulama yang berpendapat, orang yang pertama kali menulis i’jaz al-Qur’an ialah
Abu Ubaidah (wafat 208 H) dalam kitab Majaz al-Qur’an. Lalu disusul oleh al-Farra’ (wafat
207 H) yang menulis kitab ma’ani al-Qur’an. Kemudian disusul Ibn Qutaibah yang
mengarang kitab Ta’wil al-Musykil al-Qur’an. Pernyataan tersebut dibantah Abd. Qohir al-
Jurjani dalam kitabnya Dalail al-I’jaz, bahwa semua kitab tersebut bukan ilmu I’jazi al-
Qur’an, melainkan sesuai dengan nama judul-judulnya itu. Menurut Dr. Subhi al-Salih dalam
kitabnya Mabahits Fi ‘Ulum Al-Qur’an, bahwa orang yang pertama kali membicarakan i’jazi
al-Qur’an adalah imam al-Lahit (wafat 255 H), ditulis dalam kitab Nuzum al-Qur’an. Hal ini
seperti diisyaratkan dalam kitabnya yang lain, al-Hayawan. Lalu disusul Muhammad bin
Zaid al-Wasith (wafat 306 H) dalam kitab I’jaz al-Qur’an yang banyak mengutip isi kitab al-
Jahit tersebut diatas. Kemudian dilanjutkan imam al-Rumani (wafat 384 H) dalam kitab al-
I’jaz yang isinya mengupas segi-segi kemukjizatan al-Qur’an. Lalu disusul oleh al-Qadhi
Abu Bakar Al-Baqillany (wafat 403 H) dalam kitab I’jaz Al-Qur’an, yang isinya mengupas
segi-segi kebalaghahan sastra Al-Qur’an. Disamping segi-segi kemukjizatannya. Kitab ini
sangat populer. Kemudian disusul Abdul Qohir al-Jurjani (wafat 471 H) dalam kitab Dalail
al-I’jaz dan Asror al-Balaghah. Para tokoh modern seperti Musthofa Shadiq al-Rafi’i
menulis tentang ilmu ini dalam kitab Tarikh al-Adabi al-Arabi dan Prof. Dr. Sayyid Quthb
dalam buku al-Tasghir al-Fanni Fi Al-Qur’an dan al-Ta’bir al-Fanni Fi al-Qur’an.

5 Fathurrosyid, S.Th.I, M.Th.I, dkk, studi al-Qur’an, hal. 79


6 Manna Kholil al-Qatthan, studi ilmu-ilmu al-Qur’an, hal.379

5
Sedangkan ulama nusantara yang membahas terkait I’jaz al-Qur’an yakni Prof. Dr. M.
Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Mukjizat al-Qur’an.

D. Karakteristik I’jaz Al-Qur’an


Syekh Muhammad Ibrahim al-Hafnawi dalam Kitab Dirasat Usuliyah Fi al-Qur’an
menjelaskan tentang rahasia yang terkandung di dalam al-Qur’an, di antaranya:
1. Al-Qur’an merupakan kalamullah atau firman Allah yang tak tercampur sedikitpun oleh
perkataan manusia dan Malaikat Jibril sekedar menyampaikan wahyu saja. Sedangkan Nabi
Muhammad hanya menerima wahyu dan menghafalnya.
2. Al-Qur’an merupakan firman Allah yang tersusun dari lafad dan arti. Lafadnya
menggunakan bahasa arab. Hadits Qudsi tak termasuk al-Qur’an walau isinya dari sisi Allah
namun lafadznya dari Nabi,begitu juga tafsirnya bukan termasuk al-Qur’an.
3. Salah satu keistimewaan al-Qur’an adalah mudah dibaca dan dipelajari, juga mudah
dihafal dan dipraktekan bagi orang yang ingin mengamalkan isinya.
4. Turunnya al-Qur’an secara mutawatir, ini membuktikan bahwa al-Qur’an tidak ada
kesalahan atau kebohongan, juga periwayatannya juga sampai ke Nabi Muhammad.
5. Al-Qur’an kitab suci yang dijamin langsung oleh Allah melalui para penghafalnya, juga
para ulama’.
6. Al-Qur’an kitab suci yang menyeluruh dan mendasar isinya dalam menuntun umat
manusia didalamnya tidak hanya membahas akidah saja, namun juga menyoroti kaitan
aturan-aturan hukum dalam islam, juga yang berkaitan dengan muamalah sesama manusia.
Menurut imam Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitab al-Itqan menjelaskan bahwa
mukjizat para nabi terdahulu akan hilang, sirna sesuai masa yang telah ditentukan. Sedangkan
mukjizat al-Qur’an akan kekal sampai hari kiamat mulai dari struktur keindahan bahasanya
serta tentang kabar yang akan terjadi muncul satu persatu sebagai bukti kebenarannya.
Sedangkan menurut Abu Zahrah dalam Mukjizat al- Kubra Al-Qur’an menjelaskan bahwa
risalah Nabi Muhammad SAW akan abadi karena ia sebagai penutup nabi dan tak ada nabi
setelahnya maka mukjizat yang diberikan sesuai dengan misi yang tak lekas hilang oleh
perubahan waktu. Hal ini sesuai dengan hadits:
‫ قال النبي صلى هللا عليه وسلم ما من األنبياء نبي اال أعطي ما مثل أمن عليه البشر وانما كان‬:‫عن أبى هريرة قال‬
)‫الذى أوتيت وحيا أوحاه هللا الي فأرجو ان اكون أكثرهم تابعا يوم القيامة (رواه البخارى‬
Artinya: diriwayatkan dari Abu Hurairah berkata: Nabi Muhamamad bersabda: “tidak
ada seorang Nabi kecuali diberikan beberapa mukjizat yang tak bisa diserupai oleh apapun,
sehingga manusia menjadi beriman, sungguh yang diberikan kepadaku hanyalah wahyu yang

6
diberikan oleh Allah SWT maka aku berharap menjadi yang paling banyak pengikutnya di
Hari Kiamat”. (HR. Bukhari)
Hal tersebut sudah sangat membuktikan bahwasanya al-Qur’an adalah mukjizat abadi
yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk menjadi petunjuk
kehidupan umat manusia, baik di masa dahulu atau di masa yang akan datang.

E. Aspek-Aspek I’jaz Al-Qur’an


Imam Fakhruddin berpendapat bahwa adanya i’jaz al-Qur’an tergambar dalam
fashohahnya, gaya bahsanya yang asing serta terhindar dari segala kesalahan. 7 Dalam
menentukan aspek i’jaz al-Qur’an, M. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul “kaidah
tafsir” meyebutkan setidaknya terdapat tiga aspek i’jaz al-Qur’an yang menjadi bukti
kebenaran al-Qur’an. Ketiga aspek tersebut ialah aspek kebahasaan, aspek ilmiah, dan
pemberitaan ghaib
1. Aspek Kebahasaan
Al-Qur’an sangat teliti dalam pemilihan setiap katanya, salah satu contoh ketelitian
bahasa al-Qur’an ialah penggunaan huruf wawu sebelum kata futihat pada ayat 73 surah az-
Zumar, Ketika disebutkan bahwa pintu-pintu surga dibuka bagi penghuni surga. Namun huruf
wawu ini tidak ditemukan pada ayat 71, Ketika disebutkan bahwa pintu-pintu neraka baru
dibuka setelah kehadiran mereka.
2. Aspek Ilmiah
Sangat banyak pembahasan ilmiah yang telah disebutkan dalam al-Qur’an dan baru
diketahui pada masa sekarang. Salah satu contohnya ialah ayat yang menunjukkan peran
sperma laki-laki dalam menentukan jenis kelami janin. Dalam surah al-Baqarah [2] ayat 223
disebutkan bahwa para istri diibaratkan sebagai ladang bagi suami. Quraish Shihab dalam
tafsirnya mengibaratkan suami sebagai petani dan istri sebagai ladang, jika petani menanam
benih tomat di ladangnya, maka tentu yang akan tumbuh adalah tanaman tomat. Artinya,
bukan ladang yg menentukan jenis tanaman apa yang akan dihasilkan, tetapi petani. Sebuah
penelitian ilmiah membuktikan bahwa sel telur wanita hanya memiliki kromosom X,
sedangkan sel sperma pria memiliki sepasang kromosom X dan Y. Yang menentukan jenis
kelamin janin adalam kromosom sperma pria yang masuk dalam sel telur wanita. Jika
kromosom X sperma masuk ke dalam ovum (sel telur) maka akan menghasilkan bayi
perempuan (XX), namun apabila kromosom Y sperma yang berhasil masuk ke ovum, maka
akan menghasilkan bayi laki-laki (XY).

7 Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki al-Hasani, Zubdatul Itqon Fi Ulumil Qur’an, hal.150

7
Dengan demikian, kemukjizatan al-Qur’an secara ilmiah itu terletak pada
dorongannya kepada umat islam untuk berpikir, disamping itu, juga membukakan bagi
mereka pintu-pintu pengetahuan dan mengajak mereka memasukinya, maju didalamnya dan
menerima segala ilmu pengetahuan baru yang mantab dan stabil. Kemukjizatan ilmiah Al-
Qur’an bukanlah terletak pada pencakupannya akan teori-teori ilmiah yang selalu baru dan
berubah serta merupakan hasil usaha manusia dalam penelitian dan pengamatan. Tetapi ia
terletak pada dorongannya untuk berpikir dan menggunakan akal. al-Qur’an mendorong
manusia agar memperhatikan dan memikirkan alam. Dan ia tidak membatasi aktifitas dan
kreatifitas akal dalam memikirkan alam semesta, atau meghalanginya dari penambahan ilmu
pengetahuan yang dapat dicapainya. Dan tidak ada sebuah pun dari kitab-kitab agama
terdahulu memberikan jaminan seperti yang diberikan oleh al-Qur’an. Kemajuan pesat ilmu
pengetahuan yang terus menerus sama sekali tidak bertentangan dengan isi kandungan al-
Qur’an, sebab ilmu pengetahuan yang lahir dari pemikiran umat manusia tersebut merupakan
buah yang lahir dari ayat-ayat yang terdapat dalam al-Quran. Seperti halnya al-Qur’an
membangkitkan pada diri setiap muslim kesadran ilmiah untuk memikirkan, memahami, dan
menggunakan akal; (QS. al-Baqarah [2]:219), (QS.al-Hasyr[59]:21), (QS.Yunus[10]:24),
(QS.al-A’raf[7]:32), (QS.al-An’am[6]:65, 97, dan 98), bahkan, Allah SWT mengumpulkan
ilmu falak, botani, geologi, dan zoologi dan menjadikan semuanya sebagai pendorong rasa
takut kepada Nya; (QS.Fathir [35]:27-28), selain hal tersebut, al-Qur’an juga terdapat isyarat
ilmiah yang terungkap dalam konteks hidayah, seperti fungsi angin dalam perkawinan silang
pada tumbuhan; (QS. al-Hijr [15]:22), tentang embriologi; (QS. at-Thariq [86]:5-7), (QS. Al-
Alaq[96]:2), (QS. al-Hajj [22]:5), dan masih banyak lagi tentang ayat-ayat ilmiah yang
dijelaskan al-Qur’an baik secara jelas maupun tersirat.
3. Pemberitaan Ghaib
M. Quraish Shihab membagi pemberitaan ghaib yang terdapat dalam al-Qur’an menjadi
dua bagian utama. Pertama, pemberitaan ghaib masa datang yang belum terjadi saat ayat al-
Qur’an turun. Kedua, pemberitaan ghaib masa lalu yang telah terkikis sejarah, kemudian
diungkap oleh al-Qur’an dan dibuktikan kebenarannya. Salah satu contoh pemberitaan ghaib
masa datang yang belum terjadi saat ayat al-Qur’an turun, ialah pemberitaan tentang
kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia. Dalam surah ar-Rum [30]:2-4 disebutkan
bahwa bangsa Romawi akan meraih kemenangan setelah kekalahan mereka dalam beberapa
tahun lagi.

8
Daftar Pustaka

Al-Maliki al-Hasani. Sayyid Muhammad bin Alwi. 1971. Zubdatul Itqon Fi ‘Ulumil Qur’an,
Beirut-Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah
Abdullah, Muhammad Mahmud. 1996. Kaifa Tahfadzul Qur’an. Kairo-Mesir: Maktabah Al-
Qudsi
Channa AW, Liliek. 2010. Ulum Al-Qur’an dan Pembelajarannya. Surabaya: Kopertais IV
Press
Al-Qattan, Manna Khalil. 2007. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Litera
AntarNusa
Shihab, M.Quraish. 2004. Mukjizat Al-Qur’an. Bandung: Penerbit Mizan
https://www.scribd.com//doc//28453328/I-Jazul-Qur’an
https://tanwir.id/tiga-aspek-ijaz-al-quran-menurut-quraish-shihab/
https://islamkaffah.id/mengenal-karakteristik-mukjizat-al-qur’an/
https://islamina.id/karakteristik-mukjizat-al-qur’an -apa-aja-sih-ini-penjelasannya-/
Fatthurrosyid, S.Th.I, M.Th.I, dkk. 2015. Studi Al-Qur’an. Surabaya: Kopertais IV Press

Anda mungkin juga menyukai