PEMBAHASAN
Secara etimologi, kata “i’jaz” adalah masdar dari kata a’jaza yang berarti
melemahkan. Kata “a’jaza” ini termasuk fi’il ruba’i mazid yang berasal dari fi’il tsulatsi
mujarrad “ajaza” yang berarti lemah, lawan dari kata qadara yang berarti kuat/mampu.1
Kata “i’jaz” al-Qur’an adalah kata yang di mudhafkan, yaitu dimudhafkannya kata
Masdar “i’jaz” kepada pelakunya, yaitu al-Qur’an, sehingga berarti melemahkannya al-
Qur’an atau al-Qur’an melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Sedangkan maf’ulnya
(siapa objek yang dilemahkan) dibuang/tersimpan. Bila dilengkapi maka bunyinya menjadi.
(Kitab al-Qur’an melemahkan kepada manusia untuk mendatangkan apa yang telah
ditantangkan kepada mereka, yaitu membuat kitab seperti al-Qur’an ini)
اظهار صدق النبي صلى هللا عليه و سلم فى دعوى الرسالة باظهار عجز العرب عن معارضته فى معجزته
الخالدة وهي القران وعجز االجيال بعدهم
Menurut Imam as-Suyuthi dalam kitab al-Itqan Fi ‘Ulum al-Qur’an adalah kejadian
yang melampaui batas kebiasaan, didahului tantangan, tanpa ada tandingan. Menurut Ibnu
Khaldun adalah perbuatan-perbuatan yang tidak mampu ditiru manusia. Maka, ia dinamakan
mukjizat, tidak masuk kategori yang mampu dilakukan hamba, dan berada diluar standar
kemampuan mereka.
Sedangkan arti dari kata mu’jizat yakni melemahkan, dan menurut istilah yaitu
perkara yang ada diluar kebiasaan akal manusia yang diberikan Allah SWT kepada para Nabi
1 Abdul Djalal H.A, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 1998, h.267-268
1
dan Rasul sebagai bukti kebenaran kenabiannya yang didatangkan kepada yang ragu, untuk
melakukan atau mendatangkan hal serupa namun mereka tidak mampu melayani tantangan
itu.2
قل لئن اجتمعت اإلنس و الجن على ان يأتوا بمثل هذا القران ال يأتون بمثله ولو كان بعضهم لبعض ظهيرا
Artinya:
Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat mebuat yang serupa dengan Dia,
sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”.
Bab III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mu’jizat merupakan perkara yang ada diluar kebiasaan akal manusia yang diberikan
Allah SWT kepada para nabi dan Rasul sebagai bukti kebenaran kenabiannya yang
didatangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa namun
mereka tidak mampu melayani tantangan itu. Sedangkan i’jaz al-Qur’an yakni upaya
kekuatan, keunggulan dan keistimewaan yang dimiliki al-Qur’an dalam melemahkan
makhluk yang berupaya untuk menyamai atau menandingi al-Qur’an, baik secara berpisah-
pisah maupun berkelompok.
Kadar kemukjizatan al-Qur’an yakni terdapat tiga kali penantangan, yakni tantangan
pertama (berupa seluruh al-Qur’an), tantangan kedua (berupa 10 surah), dan tantangan ketiga
(1 surah). Sedangkan karekteristik i’jaz al-Qur’an yakni al-Qur’an memiliki berbagai macam
keistimewaan, salah satunya yakni al-Qur’an dijamin dan dijaga langsung oleh Allah SWT.
2
Oleh sebab itu, al-Qur’an tidak dapat ditantang oleh makhluk paling hebat sekalipun, bahkan,
walaupun jin dan manusia berkumpul. Aspek kemukjizatan al-Qur’an sendiri terdapat aspek
bahasa, ilmiah dan pemberitaan ghaib, baik di amsa lampau ataupun di masa mendatang. Dari
segala kadar, karektiristik, dan aspek yang telah digambarkan, hal tersebut sangat
membuktikan bahwa kemukjizatan al-Qur’an tidak perlu diragukan lagi, sebab al-Qur’an
telah memberikan bukti konkrit dalam segala aspek.
3
B. Kadar Kemu’jizatan Al-Qur’an
Dalam surah al-Isra’ (17) ayat 88 Allah SWT berfirman bahwa sekalipun jin dan manusia
berkumpul untuk membuat sesuatu yang semisal dengan al-Qur’an, mereka tidak mampu
untuk membuat hal yang serupa tersebut, walaupun dengan mereka saling membantu. Al-
Qur’an memberikan tantangan kepada mereka sebanyak tiga kali tantangan, 4 namun tidak ada
yang mampu untuk menandingi al-Qur’an.
1. Tantangan Pertama
Al-Qur’an menantang orang yang mengingkari kewahyuannya dengan membuat kitab
tandingan yang sama seperti seluruh isinya, hal tersebut termaktub dalam firman Allah
QS. At-Thur:34. Tidak ada seorangpun yang mampu melawan atau menandingi al-
Qur’an. Karna itu, dicanangkanlah tantangan kedua yang lebih ringan.
2. Tantangan Kedua
Pada tantangan yang kedua ini, al-Qur’an menantang mereka untuk membuat 10 surah
yang sama dengan al-Qur’an, hal tersebut terdapat dalam QS. Hud:13-14. Namun,
walaupun tantangan tersebut sudah dikurangi, tetap saja mereka (jin dan manusia) tidak
mampu untuk membuat 10 surah tersebut.
3. Tantangan Ketiga
Tantangan ini merupakan tantangan terakhir, yakni mereka ditantang untuk membuat
satu surah saja, hal tersebut dicanangkan dalam QS. Yunus:38 dan QS. Al-Baqarah:23.
Karena tantangan minim inipun tidak ada yang mampu melawan, maka QS. Al-
3 Subhi as-Shalih, membahas ilmu-ilmu al-Qur’an, terjemah tim Pustaka Firdaus (Jakarta; Pustaka Firdaus
1996), hal. 414
4 Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki al-Hasani, Zubdatul Itqon Fi ‘Ulumil Qur’an, hal.149-150
4
Baqarah:24 menegaskan bahwa tidak akan ada makhluk yang dapat melawan al-Qur’an,
karna itu, bagi orang yang ingkar, diharuskan waspada terhadap ancaman neraka.
Ulama lain berpendapat, kemukjizatan itu cukup hanya dengan satu surah yang
lengkap, sekalipun ayat itu pendek, atau dengan ukuran satu surah, baik satu ayat atau
beberapa ayat, seperti surah al-Ikhlas yang memiliki kandungan senilai dengan
mengkhatamkan al-Qur’an atau juga bahkan ayat 1 pada surah al-Fatihah (lafadz
basmalah), yang memiliki keunggulan sehingga penyebutannya diutamakan dalam
memulai segala aktifitas.5 Adapun mengenai segi atau kadar manakah yang mukjizat itu,
maka jika seorang penyelidik yang obyektif dan mencari kebenaran memperhatikan al-
Qur’an dari aspek manapun yang ia sukai, baik dari segi uslubnya, segi ilmu
pengetahuannya, segi pengaruh yang ditimbulkannya di dalam dunia dan wajah sejarah
yang diubahnya, atau dari semua segi tersebut, tentu kemukjizatan itu akan ia dapatkan
dengan jelas dan terang.6
5
Sedangkan ulama nusantara yang membahas terkait I’jaz al-Qur’an yakni Prof. Dr. M.
Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Mukjizat al-Qur’an.
6
diberikan oleh Allah SWT maka aku berharap menjadi yang paling banyak pengikutnya di
Hari Kiamat”. (HR. Bukhari)
Hal tersebut sudah sangat membuktikan bahwasanya al-Qur’an adalah mukjizat abadi
yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk menjadi petunjuk
kehidupan umat manusia, baik di masa dahulu atau di masa yang akan datang.
7 Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki al-Hasani, Zubdatul Itqon Fi Ulumil Qur’an, hal.150
7
Dengan demikian, kemukjizatan al-Qur’an secara ilmiah itu terletak pada
dorongannya kepada umat islam untuk berpikir, disamping itu, juga membukakan bagi
mereka pintu-pintu pengetahuan dan mengajak mereka memasukinya, maju didalamnya dan
menerima segala ilmu pengetahuan baru yang mantab dan stabil. Kemukjizatan ilmiah Al-
Qur’an bukanlah terletak pada pencakupannya akan teori-teori ilmiah yang selalu baru dan
berubah serta merupakan hasil usaha manusia dalam penelitian dan pengamatan. Tetapi ia
terletak pada dorongannya untuk berpikir dan menggunakan akal. al-Qur’an mendorong
manusia agar memperhatikan dan memikirkan alam. Dan ia tidak membatasi aktifitas dan
kreatifitas akal dalam memikirkan alam semesta, atau meghalanginya dari penambahan ilmu
pengetahuan yang dapat dicapainya. Dan tidak ada sebuah pun dari kitab-kitab agama
terdahulu memberikan jaminan seperti yang diberikan oleh al-Qur’an. Kemajuan pesat ilmu
pengetahuan yang terus menerus sama sekali tidak bertentangan dengan isi kandungan al-
Qur’an, sebab ilmu pengetahuan yang lahir dari pemikiran umat manusia tersebut merupakan
buah yang lahir dari ayat-ayat yang terdapat dalam al-Quran. Seperti halnya al-Qur’an
membangkitkan pada diri setiap muslim kesadran ilmiah untuk memikirkan, memahami, dan
menggunakan akal; (QS. al-Baqarah [2]:219), (QS.al-Hasyr[59]:21), (QS.Yunus[10]:24),
(QS.al-A’raf[7]:32), (QS.al-An’am[6]:65, 97, dan 98), bahkan, Allah SWT mengumpulkan
ilmu falak, botani, geologi, dan zoologi dan menjadikan semuanya sebagai pendorong rasa
takut kepada Nya; (QS.Fathir [35]:27-28), selain hal tersebut, al-Qur’an juga terdapat isyarat
ilmiah yang terungkap dalam konteks hidayah, seperti fungsi angin dalam perkawinan silang
pada tumbuhan; (QS. al-Hijr [15]:22), tentang embriologi; (QS. at-Thariq [86]:5-7), (QS. Al-
Alaq[96]:2), (QS. al-Hajj [22]:5), dan masih banyak lagi tentang ayat-ayat ilmiah yang
dijelaskan al-Qur’an baik secara jelas maupun tersirat.
3. Pemberitaan Ghaib
M. Quraish Shihab membagi pemberitaan ghaib yang terdapat dalam al-Qur’an menjadi
dua bagian utama. Pertama, pemberitaan ghaib masa datang yang belum terjadi saat ayat al-
Qur’an turun. Kedua, pemberitaan ghaib masa lalu yang telah terkikis sejarah, kemudian
diungkap oleh al-Qur’an dan dibuktikan kebenarannya. Salah satu contoh pemberitaan ghaib
masa datang yang belum terjadi saat ayat al-Qur’an turun, ialah pemberitaan tentang
kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia. Dalam surah ar-Rum [30]:2-4 disebutkan
bahwa bangsa Romawi akan meraih kemenangan setelah kekalahan mereka dalam beberapa
tahun lagi.
8
Daftar Pustaka
Al-Maliki al-Hasani. Sayyid Muhammad bin Alwi. 1971. Zubdatul Itqon Fi ‘Ulumil Qur’an,
Beirut-Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah
Abdullah, Muhammad Mahmud. 1996. Kaifa Tahfadzul Qur’an. Kairo-Mesir: Maktabah Al-
Qudsi
Channa AW, Liliek. 2010. Ulum Al-Qur’an dan Pembelajarannya. Surabaya: Kopertais IV
Press
Al-Qattan, Manna Khalil. 2007. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Litera
AntarNusa
Shihab, M.Quraish. 2004. Mukjizat Al-Qur’an. Bandung: Penerbit Mizan
https://www.scribd.com//doc//28453328/I-Jazul-Qur’an
https://tanwir.id/tiga-aspek-ijaz-al-quran-menurut-quraish-shihab/
https://islamkaffah.id/mengenal-karakteristik-mukjizat-al-qur’an/
https://islamina.id/karakteristik-mukjizat-al-qur’an -apa-aja-sih-ini-penjelasannya-/
Fatthurrosyid, S.Th.I, M.Th.I, dkk. 2015. Studi Al-Qur’an. Surabaya: Kopertais IV Press