Abdul Azim Az-Zarqoni, Manahilul Irfan fil Ulumil Qur,an, Darul Ulum Deoband: India, hlm. 25.
Dekdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka: Jakarta, Cet. Ke-2, 1989, hal. 596
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, Mizan: Bandung, cetakan ke-5 April, 1999, hal.23
Manna Khalil al_Qattan, Studi Ilmu Quran ( terjamahan dari ) , Litera Antar Nusa dan
penjelasannya , hal ini mengandung arti bahwa sebenarnya akal manusia mampu menerima kebenaran atas ayatayat Allah khususnya yang terkait dengan al-quran sebagai mukjizat atas isi dan susunan bahasanya. Karena
dalam hal ini bahwa keluarbiasaan tersebut berlaku di alam untuk manusia.
ia berkata: kalau yang luar biasa itu adalah shirfah maka kalam Allah bukan mukjizat
melainkan Shirfah itu sendiri yang mukjizat dengan berlandasan pada QS. Al-Isra:88.7
Kata melemahkan ternyata tidak terdapat dalam Al-Qur`an,
kalimat yang digunakan adalah ( tanda-tanda) dan ( penjelasan) yang dari kedua
kata tersebut menurut Said Aqil Munawar mempunyai dua pengertian pertama;
pengkabaran Ilahi (QS.3:118, 252/QS.6:4/ QS10:7dan QS.2:159/ QS 3:86/ QS 10:150).
Kedua; tanda-bukti yang termasuk digolongkan mukjizat (QS.3:49/ QS.7:126/ QS.40:78/
QS.27:13 dan QS.7:105/ QS.16:44/ QS.20:72). yang menurut penulis sebenarnya jauh
dari makna melemahkan atau bahkan mengalahkan. 8
Ketiga; dibawa oleh seorang Nabi. Seandainya peristiwa luar biasa tersebut terjadi
bukan pada nabi meskipun secara fungsi ada kesamaan dengan mukjizat, bisakah disebut
mukjizat?. Quraish Shihab menjelaskan, selain yang membawa Nabi kejadian luar biasa
tersebut bukan dinamakan mukjizat. Beliau menambahkan kalau terjadi pada seseorang
yang kelak akan menjadi Nabi maka disebut Irhash, adakalanya terjadi pada hamba Allah
yang taat yang disebut karomah, dan apabila terjadi pada hamba yang durhaka disebut
Istidroj (rangsangan untuk lebih durhaka) atau Ihanah (penghinaan).9 Semua peristiwa
tersebut adalah merupakan tanda-tanda dan bukti atas kebesaran Allah agar siapapun yang
menyaksikannya baik melalui akal maupun hatinya dapat beriman kepada Allah.
Said Aqil Munawar, Al-Quran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Ciputat Press: Jakarta, Cetakan ke 2,
2002, hlm. 30
9
Keempat; sebagai bukti kerasulan. Kata bukti menyangkut percaya dan tidak
percaya, seandainya seseorang telah percaya pada Rasul bahwa Ia adalah utusan Allah,
adakah masih disebut mukjizat?.
Dari definisi mukjizat, makna bukti atau tanda inilah yang paling utama bukan
lemah dan melemahkan karena tujuan risalah (kerasulan) adalah agar seseorang mampu
memahami dan meyakini bahwa risalah tersebut benar-benar dari Zat yang Maha Kuasa
yaitu Allah SWT. Adapun bagi mereka yang sudah percaya terhadap kerasulan Nabi
beserta apa yang disampaikannya yang berupa wahyu dari Tuhan maka peristiwa luar
biasa tersebut tetap disebut mukjizat. Sebab dimensi lain makna mukjizat (ketidak
mampuan akal) tetap berlaku pada orang yang sudah percaya tersebut. Oleh karena itu
fungsinya disamping sebagai bukti juga merupakan penjelasan dan pemantapan
terhadap keyakinan seseorang.
Kelima; mengandung tantangan. Memang kebanyakan ulama di antaranya Syahrur
juga melihat QS. Al-Isra: 88 mengandung tantangan dan tantangan tersebut berakhir pada
kelemahan mujaz.10
2. Makna Kemujizatan Al-Qur`an
Berdasarkan sifatnya, mukjizat (Al-Qur`an) yang diberikan kepada Nabi
Muhammad SAW. sangatlah berbeda dengan mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada
nabi-nabi terdahulu. Jika para nabi sebelumnya bersifat Hissiy-Matrial sedangkan AlQur`an bersifat maknawy - immateri. Perbedaan tersebut bertolak pada dua hal mendasar
yaitu pertama, para Nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. ditugaskan pada masyarakat
10
Lihat. M. Syahrur dalam bukunya al-Kitab wa al-Quran (qiraatun musharatun), Syarikah Al-matbuuah
dan masa tertentu. Oleh karenanya mukjizat tersebut hanya sementara. Sedangkan AlQur`an tidak terbatas pada masyarakat dan masa tertentu sehingga berlaku sepanjang
masa. Kedua, secara historis-sosiologis dalam pemikirannya manusia mengalami
perkembangan. Auguste Comte(1798-1857) ia berpendapat bahwa pikiran manusia dalam
perkembangannya mengalami tiga fase. Pertama Fase keagamaan, dikarenakan
keterbatasan pengetahuan manusia ia mengembalikan penafsiran semua gejala yang
terjadi pada kekuatan Tuhan atau dewa yang diciptakan dari benaknya. Kedua fase
metafisika, yaitu manusia berusaha menafsirkan gejala yang ada dengan mengembalikan
pada sumber dasar atau awal kejadiannya. Ketiga fase ilmiah, dimana manusia dalam
menafsirkan gejala atau fenomena berdasarkan pengamatan secara teliti dan eksperimen
sehingga didapatkan hukum-hukum yang mengatur fenomena tersebut. 11 Posisi Al-Qur`an
sebagai mukjizat adalah pada fase ketiga di mana ditengarahi bahwa potensi pikir-rasa
manusia sudah luar biasa sehingga bersifat universal dan eternal.
12
Ibid, hlm. 90
Said Aqil Munawar, MA, Al-Quran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, hlm. 33-34
14
Shihabuddin Qulyubi, Stilistika Al-Quran, Titan Ilahi Pers: Yogyakarta cetakan 1 November, 1997, hal. 39-41
Ibid, hlm. 60
49 kali dan lain sebagainya. Kata dengan penyebabnya misalnya, ( tawanan) dan
sebanyak 6 kali, dan sebanyak 60 kali dan lain-lainnya. Kata dan
akibatnya contohnya, dan sebanyak 32 kali, dan sebanyak 73
kali.16 Secara umum Said Aqil merangkum keistimewaan Al-Qur`an sebagai berikut:
1. Kelembutan Al-Qur`an secara lafziyah yang terdapat dalam susunan suara dan
keindahan bahasa.
2. Keserasian Al-Qur`an baik untuk orang awam maupun cendekiawan.
3. Sesuai dengan akal dan perasaan, yakni Al-Qur`an memberi doktrin pada akal dan
hati, serta merangkum kebenaran serta keindahan sekaligus.
4. Keindahan sajian serta susunannya, seolah-olah suatu bingkai yang dapat memukau
akal dan memusatkan tanggapan dan perhatian.
5. Keindahan dalam liku-liku ucapan atau kalimat serta beraneka ragam dalam
bentuknya.17
6. Mencakup dan memenuhi persyaratan global(ijmali) dan terperinci (tafsily).
7. Dapat memahami dengan melihat yang tersurat dan tersirat.
D. Kemukjizatan Al-Qur`an dari aspek Isyarat Ilmiyah
Selain keistimewaan pada kebahasaan, Al-Qur`an juga mempunyai isyarat-isyarat
ilmiyah yang sebagian ulama menganggap sebagai bentuk kemukjizatan Al-Qur`an.
1. Kaidah-kaidah Mukjizat Ilmiah
Kajian-kajian ini berdasarkan kaidah-kaidah yang secara singkat sebagai berikut:
16
17
1. Ilmu Allah itu universal dan kebenarannya bersifat mutlak. Sedangkan ilmu manusia
terbatas dan kebenarannya bersifat relative, mungkin benar dan mungkin salah
2. Ada nash-nash wahyu yang dilalah (indikasi)-nya pasti, sebagaimana di sana ada juga
realitas ilmu pengetahuan alam yang pasti
3. Dalam wahyu ada nash-nash yang dilalah-nya tidak pasti, begitu pula dalam teoriteori ilmu pengetahuan yang ketentuannya tidak pasti
4. Tidak mungkin terjadi pertentangan antara yang pasti dari wahyu dan yang pasti dari
ilmu eksperimental. Maka kalaulah pada gejalanya terjadi pertentangan, pasti ada
kesalahan dalam menentukan kepastian salah satunya.
5. Ketika Allah menampakkan kepada hamba-hamba-Nya tanda-tanda kebesaranNya di
ufuk dan dalam diri manusia yang membenarkan ayat-ayat dalam kitab-Nya atau pada
sebagian hadits Rasul-Nya, maka pemahamannya menjadi jelas, kesesuaiannya
menjadi sempurna, penafsirannya menjadi mantap, dan indikasi lafadz-lafadz nash itu
menjadi terbatas dengan apa yang telah ditemukannya pada realitas alam dan inilah
yang dimaksud dengan mukjizat.
6. Sesungguhnya nash-nash wahyu diturunkan dengan lafadz-lafadz yang luas yang
mencakup segala konsep yang benar dalam topik-topiknya yang terus menerus muncul
dari satu generasi ke generai selanjutnya.
7. Jika terjadinya pertentangan antara dilalah nash yang pasti dengan teori ilmiah, maka
teori ini harus ditolak, karena nash adalah wahyu dari dzat yang ilmunya mencakup
segala sesuatu. Dan jika terjadi kesesuaian antara keduanya maka nash merupakan
pedoman atas kebenaran teori tersebut. Dan jika nash tadi adalah tidak pasti
dilalahnya sedangkan hakikatnya alam itu pasti, maka nash itu ditawilkan.
8. Jika terjadi pertentangan antara realitas ilmiah yang pasti dan hadits yang
ketetapannya tidak pasti, maka hadits yang tidak pasti ketetapannya itu harus
ditawilkan agar sesuai dengan realitas yang pasti. Dan jika tidak terjadi kesesuaian,
maka yang pasti itu didahulukan.
2. Fakta-Fakta Ilmiah
10
planet yang telah memisah darinya dan membeku sehingga cocok dihuni oleh
manusia. Kebenaran teori tersebut didukung oleh adanya gunung berapi serta bendabenda yang bisa membakar yang terkandung dalam perut bumi, di mana bumi pada
suatu ketika dapat memuntahkan lahar panas.18
a.
Bumi berputar pada porosnya dalam waktu 23 jam, 56 menit, 4.096 detik dalam
b.
c.
dan hilang sama sekali pada dua ujung atau kutub bumi.
Perputaran bumi pada porosnya mengakibatkan tiga fenomena astronomi:
Terjadinya malam dan siang serta pergantian antara keduanya.
Perbedaan waktu di atas permukaan bumi sesuai dengan terbit dan tenggelamnya
matahari.
Timbulnya kekuatan pusat yang menyebabkan mengembangnya bumi di
kawasan khatulistiwa.
d.
e.
Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia
sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.
(seperti tandan yang kering).19
18
Muhammad Ali Ash-Shabuni, At-Tibyan fi Ulumil Quran terj Ikhtisar Ulumul Quran
Al-Quran dan Terjemahnya, Madinah, Mujamma Al Malik Fahd li Thibaat Al Mush-Haf , 1971
hlm 710
12
f.
Matahari tidak mudah baginya mengejar bulan, dan malam pula tidak dapat
mendahului siang; karena tiap-tiap satunya beredar terapung-apung di tempat
edarannya masing-masing. (Q.S. Yasin ayat 38-40)
3. Interpretasi ilmiah
Sistem tata surya tempat kita hidup di dalamnya membentuk kesatuan yang
kokoh yang mencakup matahari dan Sembilan planet (Merkurius, Venus, Bumi,
Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto yang beredar pada garis orbitnya
masing-masing. Bumi adalah planet ketiga berdasarkan jauhnya dari matahari. Untuk
melakukan satu putaran dalam orbitnya mengelilingi matahari, waktu yang
diperlukan oleh bumi adalah 365 hari, 5 jam, 48 menit, 46 detik, atau sekitar 365,25
hari kurang 1 menit 14 detik.20
Jika kembali kepada Al-Quran, kita akan melihat bahwa firman Allah SWT.
Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal
ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat
dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.(QS. An-Naml ayat 88).
Mengandung isyarat yang jelas bahwa gunung-gunung berjalan begitu cepat
seperti awan, tetapi manusia melihatnya tetap ditempatnya.
Inilah ilmu yang menetapkan bahwa bumi beserta segala sesuatu yang ada di
atasnya, baik makhluk hidup maupun benda mati, berputar dengan kecepatan yang
20
Yusuf al-Hajj Ahmad, Tanpa tahun.Ensiklopedi Kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Quran dan Sunah, jilid 3.
terjemahan oleh Masturi Irham Lc dkk. 2007. Jakarta: PT Kharisma Ilmu , hlm 8
13
sama. Karena itu, kita menyangka bahwa gunung-gunung diam tidak bergerak,
padahal sebenarnya dia berputar bersama dengan bumi.
Ayat ini mengukuhkan bahwa semua benda yang mengikuti hukum gravitasi
bumi, seperti gunung, laut, dan udara yang menyelimuti bumi, beredar bersama-sama
dengan bumi (rotasi) dalam waktu satu hari dan beredar mengelilingi matahari
(revolusi) dalam waktu satu tahun.21
Sebagai akibat dari rotasi, separuh wajah bumi dalam kondisi gelap,
sedangkan separuh yang lain dalam kondisi terang. Keadaan ini terus bergantian
antar permukaan bumi. Meskipun demikian, perputaran ini tidak dapat diketahui oleh
indra, seperti gerakan awan di udara. Sungguh wajah bumi akan tampak gelap dan
terang. Jika demikian, mengapa kita tidak menundukkan kepala karena keagungan
Al-Quran yang lebih dahulu membawa informasi ini sebagai bentuk atas
kemukjizatannya?
Selain itu, Al-Qur`an juga mengisyaratkan tentang kejadian alam semesta,
bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan seperti digambarkan dalam
QS. Al-Anbiya`21: 30.
1. Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan
antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman?
Pada tahun 1929 Edwin P. Hubbel (1889-1953) mengadakan observasi yang
menunujukkan adanya pemuaian alam semesta. Hal ini sesuai dengan QS. Azdariyat
ayat 57 bahwa alam semesta berekspansi bukan statis sebagaimana diduga Enstin.
21
Ibid, hlm 10
14
23
Zaghul Raghib Muhammad Al Najar, Mukjizat Al-Qur`an dan As-Sunah tentang IPTEK, GP: Jakarta cet. Ke
15
rapat. Namun demikian massa gunung yang besar tersebut diimbangi defisiensi massa
dalam bebatuan sekelilingnya di bawah gunung dalam bentuk akar. Akar gunung
memberikan topangan buoyancy serupa dengan semua benda yang mengapung. Ia
menggambarkan kerak bumi yang berada di atas lava dapat dibandingkan dengan
kenyataan sehari-hari yaitu seperti rakit kayu yang mengapung di atas air, dimana
permukaan rakit yang mengapung lebih tinggi dari permukaan lainnya juga mempunyai
permukaan yang lebih dalam. Dengan demikian permukaan bumi tetap dalam
Equilibrium Isostasis, artinya bawa permukaan bumi berada dalam titik keseimbangan
akibat perbedaan antara Volume dan daya grafitasi.24
Masih banyak lagi isyarat-isyarat ilmiyah yang disinggung Al-Qur`an misalnya
tentang kejadian awan, sistem kehidupan lebah, tumbuhan-tumbuhan yang berklorofil
dan seterusnya, yang semua itu merangsang terhadap adanya pembuktian-pembuktian
secara empiris dan rasionalis. Dan semakin bukti-bukti itu terkuak semakin nyatalah
kebenaran Al-Qur`an bahwa ia bukan buatan Muhammad. Bagaimana mungkin seorang
Muhammad yang 14 abad silam tak mengenal pendidikan tidak bisa baca-tulis mampu
menjelaskan hal itu semua.
E.
Kesimpulan
Bahwasanya definisi mukjizat tidak hanya bermakna bukti atau melemahkan saja, akan
tetapi dari itu untuk memantapkan dan mengajak orang untuk beriman
Ditinjau dari kebahasaan dan sastra, Al-Qur`an mempunyai kandungan makna luar biasa
baik yang dihasilkan dari pemilihan kata, kalimat dan hubungan antar keduanya.
Ditambah lagi adanya keseimbangan redaksinya serta keseimbangan antara jumlah
24
16
bilangan katanya. Sehingga tak heran bila Al-Qur`an menempatkan dirinya sebagai
segudang simbol yang sangat komunikatif lagi fenomenal.
Dari demensi ilmiyah, Al-Qur`an mendiskripsikan tentang reproduksi manusia, hal ihwal
proses penciptaan alam beserta frora dan faunanya tentang awan peredaran matahari dan
seterusnya yang semua itu dapat dibuktikan keabsahannya melalui kacamata ilmiyah,
sehingga menujukkan bahwa Al-Qur`an sejalan dengan rasio dan akal manusia.
17
DAFTAR PUSTAKA
1.
Abdul Azim Az-Zarqoni, Manahilul Irfan fil Ulumil Qur,an, Darul Ulum Deoband:
India
7. Prof. DR. H. Said Aqil Munawar, MA, Al-Qur`an Membangun Tradisi Kesalehan
Hakiki, Ciputat Press Jakarta, Cetakan ke 2 Agustus 2002
8. Shihabuddin Qulyubi, Stilistika Al-Qur`an, Titan Ilahi Perrs yogyakarta cetakan 1
November, 1997.
9. M. Syahrur, al-Kitab wa Al-Qur`an (qiraatun muasharatun), Syarikah Al-matbuuah
littauzii wa an-nasyr Beirut Libanon cetakan ke VI 2000.
10. Ahmad Ash Showy, Mukjizat Al-Qur`an dan As-Sunah tentang IPTEK, GP Jakarta cet.
Ke IV 1999.
18