Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“PENGERTIAN SERTA URGENSI-URGENSI RASM USMANI DALAM


PENULISAN AL-QURAN”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Ilmu Rasm Usmani
Dosen Pembimbing :
Dr. Farid Permana, M. Pd. I

Oleh :
Kelompok 8

Abu Salam (17.11.20.0112.00175)


Hasyim (17.11.20.0112.00195)
M. Ridha Fahmi (17.11.20.0112.00210)
Riyan Agus Saputra (17.11.20.0112.00261)

SEKOLAH TINGGI ILMU ALQURAN (STIQ) AMUNTAI


PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
Tahun Akademik 2019-2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam semoga
selalutercurah keharibaan junjungan Nabi besar Muhammad saw. Beserta
seluruhkeluarganya, sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Alhamdulillah, dengan segala rahmat dan inayah-Nya Makalah
yangberjudul “Pengertian dan Urgensi-urgensi Rasm Usmani Dalam Penulisan
Al-Quran” untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Rasm Usmani pada Sekolah
Tinggi Ilmu Alquran (STIQ) Amuntai ini telah dapat diselesaikan.
Penulis sangat menyadari, dalam penulisan makalah banyak sekali menerima
bantuan, baik tenaga maupun pikiran. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan tersebut, terutamakepada:
1. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Alquran (STIQ) Amuntai yang telah menerima
dan menyetujui makalah ini.
2. Semua staf perpustakaan STIQ Amuntai yang telah memberi banyak
membantu penulis dalam mengumpulkan bahan literatur sampai makalahini
bisa diselesaikan.
3. Seluruh Dosen dan staf STIQ Amuntai yang yang telah memberi banyak
pengatahuan dan nasehat selama penulis mengikuti perkuliahan di
STIQAmuntai.
4. Dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Rasm Usmani yaitu Muallim Dr. Farid
Permana, M. Pd. I yang telah membimbing penulis sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.
5. Semua pihak yang telah memberi bantuan, fasilitas, informasi,meminjamkan
buku-buku dan literatur-literatur yang penulis perlukan,sehingga makalah ini
bisa diselesaikan.
Atas bantuan dan dukungan yang tak ternilai harganya tersebut penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-
tingginya teriring do’a yang tulus semoga Allah swt membari ganjaran yang
berlipat ganda. Amin.
Akhirnya penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua dan
ii
mendapat taufik serta inayah dari Allah swt.

Amuntai, 19 September 2019

Kelompok 8

iii
DAFTAR ISI
HAL

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii


DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar belakang .......................................................................................... 1
B.Rumusan masalah ..................................................................................... 2
C.Tujuan masalah ........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian Rasm Usmani .......................................................................... 3
B.Definisi Rasm Usmani .............................................................................. 4
C.Sejarah Rasm Usmani ............................................................................... 5
D. Hukum Penulisan Al-Quran dengan Rasm Usmani ................................. 7
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................................. .. 10
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
kekhawatiran Hudzaifah bin al-Yamani, yang memprediksikan akan
terjadinya konflik internal umat Islam atas kitab sucinya sendiri (Al-Qur‟an),
sebagaimana umat Yahudi dan Nasrani atas kitab Taurat dan Injil (ash-Shabuni
(b), 1999: 61). Seandainya waktu terjadi banyak sekali perbedaan bacaan
(qira‟ah) Al-Qur‟an di zaman Khalifah Utsman bin Affan (644-655 M), tidak
segera teratasi. Di mana futuhat Islam makin meluas dan terus berkembang di
berbagai penjuru daerah, kota dan belahan dunia.
Khalifah Utsman tidak segera mengambil tindakan preventif dengan
mengumpulkan para sahabat dan segera menyepakati pola penulisan Al-Qur‟an
yang dapat meng-cover semua bacaan (qira‟ah) yang ada. Mungkin sampai kini
akan tetap berkembang, keberadaan Mushaf Al-Qur‟an Ubay bin Ka‟ab, Mushaf
Al-Qur‟an Abdullah bin Mas‟ud, Mushaf Al-Qur‟an Abu Musa al-Asy‟ari,
Mushaf Al-Qur‟an al-Miqdad bin Amr dan sejenisnya. Sebagaimana dalam kitab
Injil terdapat; Injil Lukas, Injil Yohanes, Injil Barnabas dan lain sebagainya.
ditilik dalam rentetan sejarah, sesungguhnya yang menjadi tokoh kunci
dan inisiator kodifikasi Mushaf Utsmani, adalah sosok Khudzaifah bin al-Yamani,
meskipun ia tidak termasuk dalam jajaran tim Lajnah Kodifikasi Mushaf,
sekiranya ada piagam penghargaan (award), Hudzaifah sangatlah pantas untuk
mendapatkannya, setelah usulan cerdas Umar bin Khattab pada masa kekhalifahan
Abu Bakar. Setidaknya, atas jasanya secara tidak langsung, semangatnya yang
tinggi untuk mempersatukan umat Islam pada persatuan diatas keberagaman.
Berdasarkan latar belakang di atas maka di dalam makalah ini akan kami
bahas tentang “Pengertian dan Urgensi-urgensi Rasm Usmani Dalam Penulisan
Al-Quran”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Rasm Usmani?
2. Bagaimana Definisi Rasm Usmani?
1
2

3. Bagaimana Sejarah Rasm Usmani?


4. Bagaimana Hukum Penulisan Al-Quran dengan Rasm Usmani?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan Pengertian Rasm Usmani
2. Menjelaskan Definisi Rasm Usmani
3. Menjelaskan Sejarah Rasm Usmani
4. Menjelaskan Hukum Penulisan Al-Quran dengan Rasm Usmani
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Rasm Utsmani

Rasm berasal dari kata ‫ رسما‬,‫ يرسم‬,‫ رسم‬artinya adalah bekas, jejak, goresan,
pengaruh, bisa juga berarti melukis, menggambar, menulis, membuat tanda
artinya pengaruh tulisan dalam lafadz, menulis buku, membuat tulisan. Rasm
Utsmani menggambarkan suatu kalimat dengan huruf-huruf hijaiyah, dimulai
dan diakhiri dengan huruf-huruf tersebut.1

Secara etimologi Rasm berarti bekas, peninggalan. Dalam bahasa Arab,


memiliki bebrapa sinonim, seperti ... yang semuanya memiliki arti yang sama
yaitu tulisan. Utsmani, dengan ya’ nisbah dalam disiplin gramatikal bahasa
arab adalah penisbatan terhadap nama khalifah yang ketiga, yaitu Utsman bin
Affan. Dengan demikian menurut bahasa Rasm Utsmani dapat dimanknai
sebagai bekas penulisan Al-Qur’an yang pernah dilakukan di masa khalifah
Utsman bin Affan.

Secara termenologi terdapat beberapa interpretasi, diantaranya dari hasil


penelitian, istilah Rasm Utsmani dapat diartikan sebagai cara penulisan
kalimat-kalimat Al-Qur’an yang telah disetujui oleh sabahat Utsman bin Affan
pada waktu penulisan mushaf. Rasm Utsmani merupakan pola penulisan Al-
Qur’an yang lebih menitik beratkan pada metode (thariqoh) tertentu yang
dipergunakan pada waktu kodifikasi mushaf Al-Qur’an di zaman khalifah
Utsman bin Affan yang dipercayai kepada Zaid bin Tsabit bersama tiga orang
Quraisyi yang disetuji Utsman bin Affan.

Dengan demikian Rasm Utsmani adalah ketentuan atau pola yang


digunakan oleh Utsman bin Affan bersama sahabat-sahabat yang lain dalam
menuliskan Al-Qur’an dan bentuk tiap hurufnya, dimana pada dasarnya dalam

1
Abdul Aziz, Rasm Ustmani dan Rahasianya, (Jurnal: Ulul Albab vol 4, 2003), h.45

3
4

penulisan bahasa Arab apa yang tertulis sesuai dengan apa yan diucapkan,
tanpa ada pengurangan dan penambahan, begitupun pergantian dan
perubahannya. Akan tetapi pola penulisan Al-Qur’an dalam mushaf Utsmani
terdapat beberapa penyimpangan dari pola penulisan bahasa Arab
konvensional, dan itu semua dilakukan Utsman dan para sahabat yang lain
untuk mengcover tujuan yang mulia.2

Rasm Utsmani adalah cara penulisan kalimat-kalimat Al-Qur’an yang


telah disepakati dan disetujui oleh sahabat Ustman bin Affan pada waktu
penulisan mushaf. Hal itu merupakan gambaran utuh sebuah mushaf yang
ditulis pada masa khalifah Utsman bin Affan. Gambaran mushaf Utsmani
meliputi urutan surah, jumlah ayat di setiap surah, penggunaan Basmalah di
tiap surah (kecuali yang tidak ditulis), nama surah, dan bentuk tulisan di tiap
ayat Al-Qur’an. serta tidak mempunyai banyak tanda lainnya, hal tersebut
tidak menjadi permasalahan dikarenakan para sahabat sudah mampu membaca
mushaf tanpa harus dibimbing dengan tanda baca apapun.3

Rasm Utsmani menurut Syeikh Abd al-Mun’im Kamil Syair telah


menyebut dalam kitab Al-I’jaz Al-Qur’an fi al-Rasm al-Uthmani. Yang
dimaksud dengan Rasm Utsmani adalah kaidah atau cara penulisan perkataan
Al-Qur’an pada mushaf-mushaf yang ditulis oleh para sahabat Utsman bin
Affan dan diantar ke negara-negara Islam.4

B. Definisi Rasm Usmani


Secara etimologi rasm berarti, ‫ رثالا‬yang bermakna bekas, peninggalan
(Sya‟rani, 1999: 9) dalam perbendaharaan bahasa Arab, memiliki

Muhammad Abd al-Adzim al-Zarqani, tahqiq Ahmad bin Ali, manahil al-‘irfan fi Ulum
2

Al-Qur’an, (al-Qahirah: Dar al-Hadits 2001) h.90-94

3
Kamaluddin Marzuki, Ulum Al-Qur’an, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), h.82

4
Norazman bin Alias, dkk, Rasm Utsmani (Universitas Sains Islam Malaysia), h.2
5

beberapa sinonim, seperti, ‫ الزبور‬,‫ الرسم‬, ‫ الخط‬dan ‫ السطر‬yang semuanya


memiliki arti yang sama yaitu tulisan (Zen, 2005: 104). Utsmani, dengan
ya‟ nisbah dalam disiplin gramatikal bahasa Arab adalah penisbatan
terhadap nama Khalifah ketiga, Utsman bin Affan. Dengan demikian
menurut bahasa, Rasm‟ Utsmani dapat dimaknai sebagai bekas penulisan
Al-Qur‟an yang pernah dibakukan pola penulisannya di masa Khalifah
Utsman.
Secara terminologi terdapat beberapa interpretasi, diantaranya dari
hasil penelitian Puslitbang Lektur Keagamaan Departemen Agama RI,
istilah Rasm Utsmani diartikan sebagai cara penulisan kalimat-kalimat Al-
Qur’an yang telah disetujui oleh sahabat Utsman bin Affan pada waktu
penulisan mushaf.5
Definisi senada juga dikemukakan Manna‟ al-Qattan, Rasm
Utsmani merupakan pola penulisan Al-Qur‟an yang lebih menitik
beratkan pada metode (thariqah) tertentu yang dipergunakan pada waktu
kodifikasi mushaf Al-Qur‟an di zaman Khalifah Utsman yang
dipercayakan kepada Zaid bin Tsabit bersama tiga orang Quraisy yang
disetujui Utsman.6
Dinisbatkan kepada Khalifah Utsman, karena Utsman-lah yang
telah menetapkan pola penulisan Al-Qur‟an yang dilakukan oleh Zaid bin
Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa‟id bin al-Ash dan Abdullah bin
Abdurrahman bin al-Harits bin Hisyam.

C. Sejarah Rasm Usmani


Setelah Rasulullah Saw. wafat, kemudian Abu Bakar diangkat
menjadi khalifah, ketika itu terjadi banyak sekali pergolakan di antara
suku bangsa arab, salah satunya adalah sebagian yang sudah Islam

5
Sya‟ban Muhammad Ismail, Rasm al-Mushaf wa Dhabtuhu bain al-Tauqif wa alIstilahat
al-Haditsah, (Makkah al-Mukarramah: Dar al-Salam,1417 H/1997 M h. 12

6
M. Quraish Shihab, et.al, Sejarah Ulum Al-Qur‟an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001) h.
29
6

kembali menyatakan keluar dari Islam (murtad), timbulnya orang-orang


yang enggan untuk membayar zakat, sampai sebagian orang yang
mengaku telah mendapat risalah kenabian (nubuwwah) sepeninggal
Rasulullah Saw. seperti; Musailimah al-Kadzzab. Saat itu Abu Bakar yang
diangkat sebagai pemimpin pengganti (khalifah) sesudah Rasulullah Saw.
wafat mengambil inisiatif untuk meredam pergolakan dengan mengirim
pasukan ke beberapa suku yang menentang (bughat) agar kembali pada
keyakinan Islam yang benar.7
Dari sekian anggota pasukan yang ditugaskan Khalifah Abu Bakar
(632-634 M) untuk mengatasi pergolakan di Yamamah (tahun 12 H),
sebagian besar adalah para qurra‟ (penghafal Al-Qur‟an), dari sinilah
berawal bencana besar yang menggugah kekritisan Umar bin Khattab,
fenomena banyak terbunuhnya para qurra‟ (penghafal Al-Qur‟an),
estimasi jumlah yang meninggal menurut satu riwayat mencapai 70 orang,
dalam riwayat lain dinyatakan 500 orang.
Pada awalnya Abu Bakar dalam sebuah riwayat al-Bukhari dengan
sanad dari Zaid bin Tsabit, menolak usulan Umar bin Khattab, dengan
menjawabnya; “Wahai Umar! Bagaimana saya harus melakukan sesuatu
yang Rasulullah Saw. tidak melakukannya?.” Umar pun berargumen dan
bersikukuh; ”Demi Allah, hal ini (pengumpulan Al-Qur‟an) adalah baik.”
Begitupun dalam beberapa kesempatan Umar selalu berusaha meyakinkan
Abu Bakar tentang kebenaran usulannya, sampai akhirnya Abu Bakar
menyetujuinya dan menunjuk Zaid bin Tsabit sebagai ketua Tim Lajnah
Kodifikasi Mushaf Al-Qur‟an.8
Pada awalnya Abu Bakar dalam sebuah riwayat al-Bukhari dengan
sanad dari Zaid bin Tsabit, menolak usulan Umar bin Khattab, dengan
menjawabnya; “Wahai Umar! Bagaimana saya harus melakukan sesuatu
yang Rasulullah Saw. tidak melakukannya?.” Umar pun berargumen dan

7
Sya‟ban Muhammad Ismail, Rasm al-Mushaf... h.11

8
Sya‟ban Muhammad Ismail, Rasm al-Mushaf... h. 12
7

bersikukuh; ”Demi Allah, hal ini (pengumpulan Al-Qur‟an) adalah baik.”


Begitupun dalam beberapa kesempatan Umar selalu berusaha meyakinkan
Abu Bakar tentang kebenaran usulannya, sampai akhirnya Abu Bakar
menyetujuinya dan menunjuk Zaid bin Tsabit sebagai ketua Tim Lajnah
Kodifikasi Mushaf Al-Qur‟an.

Babak baru sejarah penulisan Al-Quran, muncul saat Utsman bin


Affan (644-655 M) terpilih menjadi Khalifah ketiga menggantikan Umar
bin Khattab. Saat itu dunia Islam telah meluas sampai ke berbagai daerah
dan kota. Di setiap daerah telah tersebar dan populer bacaan Al-Quran dari
para sahabat yang telah mengajar kepada mereka. Penduduk Syam
membaca Al-Qur‟an mengikuti bacaan Ubay bin Ka’ab, penduduk Kufah
mengikuti Bacaan Abdullah bin Mas‟ud, penduduk Bashrah mengikuti
bacaan Abu Musa al-Asy’ari, penduduk Hims mengikuti bacaan Ubadah
bin Shamit dan penduduk Damaskus mengikuti bacaan Abu Darda.‟
begitu seterusnya. Di antara mereka terdapat perbedaan bunyi huruf, dan
bentuk bacaan. Masalah ini kemudian mulai membawa mereka kepada
pintu perpecahan dan pertikaian antar sesama.

D. Hukum Penulisan Al-Quran dengan Rasm Usmani


Pola penulisan Al-Qur‟an secara umum (ijma‟ jumhur) tidak
pernah lepas dari eksistensi Rasm Utsmani. Setidaknya pendapat inilah
yang banyak diikuti oleh mayoritas umat Islam, bahwa salah satu syarat
pokok bacaan Al-Qur‟an yang benar adalah kesesuaiannya bacaan dengan
(muwafaqah) dengan Mashahif Utsmaniyah, terlepas bentuk muwafaqah-
nya secara tahqiqi/sharihi (jelas) atau taqdiri/ ihtimali (samar), selain
sesuai dengan kaidah bahasa Arab dan memilki sanad (jalur transmisi)
yang bersambung sampai Rasulullah Saw.
Namun begitu, dalam perkembangannya para pemerhati ulum Al-
Qur‟an berbeda pendapat tentang hukum penulisan Al-Qur‟an dengan
Rasm Utsmani, topik perbedaannya secara prinsip hanya seputar eksistensi
8

Rasm Utsmani, apakah keberadaanya itu bersifat tauqifi atau ijtihadi


(produk konsensus ulama).
Berikut ini merupakan tiga pendapat besar (madzhab) yang
masyhur dan berkembang sampai sekarang;
a. Pendapat menyatakan bahwa tulisan Al-Qur‟an harus sesuai dengan
Khat Mushaf Utsmani adalah wajib, karena Rasm utsmani bersifat
tauqifi, meskipun khat tersebut menyalahi kaidah nahwu dan sharaf,
meskipun khat tersebut mudah mengakibatkan salah bacaanya bila
tidak diberi harakat, lebih-lebih bagi orang yang kurang mengerti Al-
Qur‟an. Pendapat ini banyak diikuti oleh jumhur ulama salaf dan
khalaf. diantara para mereka; Malik bin Anas (w. 179 H), Yahya al-
Naisaburi (w. 226 H), Ahmad bin Hanbal (w. 241 H0, Abu Amr al-
dhani (w. 444 H), al-Baihaqi (w. 457 H ), Muhammad al-Sakhawi (w.
643 H), Ibrahim bin Umar al-Ja'biri (w. 732 H).
b. Pendapat yang menyatakan, bahwa tulisan Al-Qur‟an tidak harus
sesuai dengan Khat Rasm Utsmani, sebab hal itu tidaklah tauqifi akan
tetapi hanya redaksi terminologi (ijtihadi) (al-Maliki, 2003: 72), atau
hanya sekedar istilah pola penulisan yang direstui oleh Khalifah
Utsman. Dengan demikian menuliskan Al-Qur‟an bebas dengan
mengikuti kaidah arabiyah secara umum tanpa harus terikat dengan
Rasm Utsmani, terutama bagi yang belum begitu mengenalnya.
Pendapat ini diutarakan oleh; al-Qadhi Abu Bakar al-Baqilani dalam
kitabnya “al-Intishar”, Abu Abdurrahman bin Khaldun dalam
Muqaddimah-nya.
c. Pendapat yang mengatakan, bahwa Al-Qur‟an adalah bacaan umum,
harus ditulis menurut kaidah arabiyyah dan sharfiyah, akan tetapi
harus senantiasa ada Mushaf Al-Qur‟an yang ditulis dengan Khat
Rasm Utsmani sebagai barang penting yang harus dipelihara, dijaga
dan dilestarikan. Pendapat ini oleh Abu Muhammad al-Maliki
disebutnya sebagai pendapat moderat (ra‟yu wasthin), dipelopori oleh
Syaikh Izzudin bin Abdussalam, kemudian diikuti oleh pengarang
9

kitab al-Burhan. Kemudian diikuti oleh Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah


dan al-Azarqani.
Dari tiga pendapat di atas dapat dipahami, penulis cendrung pada
pendapat ke dua yang oleh Muhammad Abu Syuhbah ia katakan
sebagai pendapat yang lebih moderat. yakni madzhab yang digawangi
oleh Izzudin bin Abdissalam.
Terlepas dari perdebatan panjang dikalangan para ahli ulum al-
Qur'an, satu hal yang mungkin dapat dijadikan credit point dalam
pemahaman keberagamaan kita sekarang, yaitu kesadaran saling
menghormati pendapat satu dengan yang lain. Kita dapat
mebayangkan, seandainya hingga kini perselisihan dan saling
menyalahkan antara qira‟ah satu dengan yang lain, pendapat satu
dengan yang lain berkenaan perbedaan pola penulisan Mushaf Al-
Qur‟an masih terus berjalan. Dengan suatu alasan, misalnya; semua
mushaf yang tidak mengikuti kaidah Rasm Utsmani secara mutlak
adalah batal, sebab Rasm Utsmani adalah tauqifi bi al-ijma.‟ Maka,
peristiwa di masa Khalifah Utsman akan terulang dengan kontekstual
problem yang subtansinya sama, dengan demikian sama artinya kita
masuk pada lubang yang sama dua kali.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Rasm berasal dari kata ‫ رسما‬,‫ يرسم‬,‫ رسم‬artinya adalah bekas, jejak, goresan,
pengaruh, bisa juga berarti melukis, menggambar, menulis, membuat tanda
artinya pengaruh tulisan dalam lafadz, menulis buku, membuat tulisan. Rasm
Utsmani menggambarkan suatu kalimat dengan huruf-huruf hijaiyah, dimulai dan
diakhiri dengan huruf-huruf tersebut.
Secara termenologi terdapat beberapa interpretasi, diantaranya dari hasil
penelitian, istilah Rasm Utsmani dapat diartikan sebagai cara penulisan kalimat-
kalimat Al-Qur’an yang telah disetujui oleh sabahat Utsman bin Affan pada waktu
penulisan mushaf.
Secara terminologi terdapat beberapa interpretasi, diantaranya dari hasil
penelitian Puslitbang Lektur Keagamaan Departemen Agama RI, istilah Rasm
Utsmani diartikan sebagai cara penulisan kalimat-kalimat Al-Qur’an yang telah
disetujui oleh sahabat Utsman bin Affan pada waktu penulisan mushaf.
Dari sekian anggota pasukan yang ditugaskan Khalifah Abu Bakar (632-
634 M) untuk mengatasi pergolakan di Yamamah (tahun 12 H), sebagian besar
adalah para qurra‟ (penghafal Al-Qur‟an), dari sinilah berawal bencana besar
yang menggugah kekritisan Umar bin Khattab, fenomena banyak terbunuhnya
para qurra‟ (penghafal Al-Qur‟an), estimasi jumlah yang meninggal menurut
satu riwayat mencapai 70 orang, dalam riwayat lain dinyatakan 500 orang.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz, Rasm Ustmani dan Rahasianya, (Jurnal: Ulul Albab vol 4, 2003)
Kamaluddin Marzuki, Ulum Al-Qur’an, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994)
M. Quraish Shihab, et.al, Sejarah Ulum Al-Qur‟an, (Jakarta: Pustaka Firdaus,
2001)
Muhammad Abd al-Adzim al-Zarqani, tahqiq Ahmad bin Ali, manahil al-‘irfan fi
Ulum Al-Qur’an, (al-Qahirah: Dar al-Hadits 2001)
Norazman bin Alias, dkk, Rasm Utsmani (Universitas Sains Islam Malaysia)
Sya’ban Muhammad Ismail, Rasm al-Mushaf wa Dhabtuhu bain al-Tauqif wa
alIstilahat al-Haditsah, (Makkah al-Mukarramah: Dar al-Salam,1417
H/1997 M

11

Anda mungkin juga menyukai