BAHASA ARAB
OLEH :
MUH HAMSAH. BR
20300120014
DOSEN
Prof.Dr.H. Syarifuddin Ondeng , M.Ag
PRODI MPI A
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT. Yang telah memberi karunia yang berupa
nikmat kesempatan, dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Pembagian Kalimah dalam Bahasa Arab”. Shalawat dan salam
tercurahkan penuh kepada Rasulullah SAW.
Makalah ini di susun berdasarkan dukungan dan dorongan dari dosen, dan rekan-
rekan yang telah mengajar dan telah membimbing saya. Suatu kebahagiaan tersendiri
bagi saya dalam meyusun makalah ini, karena di sini saya bisa mengapresiasikan apa
yang ada dibenak sanubarinya yang berupa ide dan pikiran dalam rangka ikut
mencerdaskan generasi muslimin. Di sisi lain saya harus berpikir dan bekerja keras
agar makalah yang dibuat akan lebih baik untuk menjadi generasi bangsa yang cerdas
dan memiliki sikap berbudi pekerti yang luhur dan menjunjung tinggi harkat dan
martabat bangsa.
Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen, dan rekan-rekan yang telah
mendukung saya sehingga makalah ini dapat selesai dan tidak lupa saya
mengucapkan terimakasih kepada pembaca, yang apa bila ada kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan teriring doa semoga sukses.
Aamiin.
MUH HAMSAH. BR
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I…………………………………………………………………………...…...1
PENDAHULUAN……………….……………………………………………...…...1
A. LATAR BELAKANG….……………………………………………………1
B. RUMUSAN MASALAH.……………………………….……………….......1
BAB II………………………….……………………………………………...…….2
PEMBAHASAN……………….……………………………………………………2
A. AL-KALIMAH ( ُ) ال َكلِ َمة.………..…………………….…………...………..2
B. TAQSIMUL KALIMAT / PEMBAGIAN KATA……...……...…………...4
C. TAQSIMUL ISM/ PEMBAGIAN ISM…………………….……….….....5
D. MUFRAD, MUTSANNA & JAMAK……………………………………...8
E. PEMBAGIAN FI’IL (………………)أَ ْق َسا ُم الفِعْ ِل.……………………….…..10
F. FI’IL MADHI, FI’IL MUDHORI’, & FI’IL AMR…………………….….11
G. FI'IL SHAHIH & FI'IL MU'TAL................................................................13
H. AQSAMUL MU'TAL..................................................................................14
I. FI'IL LAZIM & FI'IL MUTA'ADDI...........................................................17
J. AL - AHRUF................................................................................................19
K. HURUFUL JAR...........................................................................................22
L. TAQSIMUL JUMLAH FI'LIYAH..............................................................26
M. TAQSIMUL JUMLAH ISMIYAH...............................................................32
BAB III……………………………………………………………………….…….42
PENUTUP………………………………...………………………………………..43
A. KESIMPULAN…………………....…………………………………………43
B. SARAN............................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………....………45
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam Bahasa Arab,mempelajari Ilmu Nahwu sangatlah penting,karena dari
situlah bisa mempelajari bahasa arab dengan mudah. Selain itu,mempelajari Ilmu
Nahwu sangat penting untuk memahami Al-Qur’an, artinya;karena menurut kaidah
hukum Islam,mengerti Ilmu Nahwu bagi mereka yang ingin memahami Al-Qur’an
hukumnya fardhu ‘ain.
Dan sangat dianjurkan bagi manusia untuk menjaga lisannya dari kesalahan dan biasa
faham artinya Al-Qur’an dan Hadits maka oleh karena itulah Ilmu Nahwu harus
dipelajari dan dipahami lebih dahulu dibanding ilmu yang lain,karena tanpa Ilmu
Nahwu tidak akan pernah dapat dipahami.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Al-Kalimah(?) َكلِ َم ْة
2. Apa saja pembagian Al-Kalimah(?) َكلِ َم ْة
3. Apa saja pembagian Isim?
4. Apa saja fi’il dari segi jenis hurufnya dan pembagiannya?
5. Apa pengertian fi’il lazim dan muta’addi?
6. Apa pengertian huruf dan pembagiannya?
7. Jumlah fi’liyah dan jumlah ismiyah?
BAB II
PEMBAHASAN
Sebuah literatur berbahasa Arab, sepanjang apapun, sebenarnya hanya tersusun dari
kata. Kata demi kata disusun menjadi sebuah kalimat. Kalimat demi kalimat disusun
menjadi sebuah paragraf. Kemudian paragraf demi paragraf disusun menjadi sebuah
tulisan yang panjang hingga berlembar-lembar banyaknya. Kata artinya adalah
ucapanyang memiliki arti. Kata bahasa Arabnya adalah kalimat( ) ل َكلِ َمةُا, sedangkan
kalimat bahasa Arabnya adalah jumlah( ُ) ْال ُج ْملة.
1. Pembagian Kata
Dalam bahasa Arab, kata dibagi menjadi 3: Isim, Fi’il, dan Huruf.
a. Isim
Isim ( )اِْل ْس ُماadalah kata yang menunjukkan: Manusia, Hewan, Tumbuhan, Benda
Mati, Sifat, Waktu, dan Tempat.
Contoh:
تَ َم ٌر: Kurma
َح َج ٌر: Batu
فِ ْي ٌل: Gajah
َر ُج ٌل: Anak
َمس ِْج ٌد: Masjid
لَ ْي ٌل: Malam
صبَا ٌح
َ : Pagi
َج ِم ْي ٌل: Indah
1) Ciri-ciri Isim
Isim bisa dikenali dengan 2 ciri yaitu:
a) Ada Alif-lam( ) الdi awalnya
b) Ada Tanwin di akhirnya.
Namun, Alif-lam dan Tanwin tidak boleh berkumpul dalam sebuah isim. Jika sebuah
isim sudah diberi Alif-lam, maka tidak boleh di tanwin. Begitupun sebaliknya.
Contoh:
b. Fi’il
Fi’il ( )لفِ ْعاُلadalah kata kerja. Fi’il dibagi menjadi 3 yaitu:
1) الفِ ْع ُل االَ ْم ِر: Kata kerja perintah
ُ ار
2) ع ِ ض َ ْالفِ ْع ُل ْال ُم: Kata kerja untuk waktu sekarang/akan datang
ِ الفِ ْع ُل ْال َم:
3) اضي ْ Kata kerja untuk waktu lampau
Contoh:
ْ( ْكتبTulislah!)
ُ(ي ْكتبSedang/akan menulis)
َ ( َكتTelah menulis)
َب
c. Huruf
Huruf ( ُ ) ْالـ َحرْ فadalah kata depan atau kata sambung.
Contoh:
( فِ ْيDi dalam )
( َعلَيDi atas )
( اِليKe )
( ِم ْنDari )
ْ (وAtau )
( َوDan )
( لِـUntuk/milik )
ب
ِ ( Dengan )
2. Al-Maddah:
Di dalam tata bahasa Arab, “Kata/Kalimatun” dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu:
a. Ismun ( ) اِسْمatau "nama/kata benda"
Yaitu semua nama/kata selain dari kata kerja dan harfun. Baik itu nama manusia,
hewan, banda, ataupun lainnya.
Contoh:
masjid = masjidun / َمس ِْجد
buku = kitaabun / ُِكتاَب
pintu = baabun / ُبَاب
b. Fi’lun ( ) فِعْلatau "kata kerja"
Yaitu semua kata kerja.
Contoh:
َ ُا
saya sedang shalat = ushalli / صلِّي
kami sedang menulis = naktubu / ُنَكتُب
dia sedang belajar = yata’allamu / يَتَ َعلَّ ُم
c. Harfun ( ) َحرْ فatau "kata pelengkap"
Yaitu semua kata pelengkap yang tidak berdiri sendiri, dan berfungsi untuk
menyambungkan kata yang lain.
Contoh:
di dalam = fii / فِ ْي
di atas = ‘alaa / َعلَى
dari = min / ِمن
1. Isim Ma’rifah
Isim Ma’rifah adalah isim yang sudah jelas penunjukannya.
a. Dhomir (kata ganti orang)
Contoh:
~ ه َُوhuwa = dia
َ ~ أَ ْنتanta = kamu
~ أَنَاana = aku
2.Nama orang walaupun bertanwin tetap dikatakan sebagai isim ma’rifah dan bukan
sebagai isim nakiroh.
Contoh:
~ ُم َح َّم ٌدMuhammadun = Muhammad
~ َز ْي ٌدZaydun = Zayd
3.Apabila suatu isim disandarkan pada isim nakiroh, maka dia adalah isim nakiroh.
Namun apabila disandarkan pada isim ma’rifah, maka dia adalah juga sebagai isim
ma’rifah.
Contoh:
ٍ ِ ~ ِكتَابُ طَالkitaabu thoolibin = kitab seorang mahasiswa.
ب
ٍ ِ طَالbelum jelas penunjukannya, maka Isim ini adalah
Kitab disandarkan kepada ب
Isim Nakhiroh.
~ ِكتَابُ ُم َح َّم ٍدkitaabu Muhammadin = kitab Muhammad.
Kitab disandarkan kepada '( ُم َح َّم ٍدAlam) sudah jelas penunjukannya. Isim ini adalah
Isim Ma'rifah.
2) ٍ َّ) َج ْم ُع ُم َؤن
Jamak muannats salim ( ث َسالِ ٌم
ٌ ( ُم ْسلِ َمmuslimaatun ) = banyak muslimah, ات
Misal : ات ٌ ( ُم َد ِّر َسmudarrisaatun ) =
banyak guru perempuan, ات ٌ ( َسيَّا َرsayyaarootun ) = mobil-mobil (banyak mobil).
3) Jamak taksir
Misal : ٌ ( طُالَّبthullaabun ) = para siswa, ( ِر َجا ٌلrijaalun ) = para lelaki, ٌ ( ُكتُبkutubun )
= buku-buku, ت ٌ ْ ( بُيُوbuyuutun ) = rumah-rumah.
Jamak taksir memiliki banyak pola dan tidak teratur, tidak seperti halnya jamak
mudzakkar salim dan jamak muannats salim yang hanya memiliki satu pola. Untuk
mengetahui jamak taksir suatu isim, maka kita harus banyak-banyak berinteraksi dgn
bhs Arab atau sering-seringlah melihat kamus.
َ )أَ ْق
E. PEMBAGIAN FI’IL (سا ُم الفِ ْع ِل
1. Pembagian Fi’il Ditinjau Dari Waktu Terjadinya ()تَ ْق ِس ْي ُم ْالفِع ِْل بالنَّظَ ِر إِلَى َز َم ِن ُوقُوْ ِع ِه
Pembagian Fi''il Ditinjau Dari Waktu Terjadinya dibagi atas 3, yaitu:
a. Fi’il Madhi: adalah Fi’il yang menunjukkan kejadian pada waktu lampau
Contoh:
َ َ~ خَ لkhalaqa = telah menciptakan
ق
~ خَ َر َجkharaja = telah keluar
~ أَ َم َرamara = telah memerintah
~ أَ َك َلakala = telah makan
b. Fi’il Mudhori’: adalah Fi’il yang menunjukkan kejadian pada waktu sekarang
atau akan datang
Contoh:
ُ ُ~ يَ ْخلyakh-luqu = sedang/akan mencipta
ق
~ يَ ْخ ُر ُجyakh-ruju = sedang/akan keluar
~ يَأْ ُم ُرya'-muru = sedang/akan memerintah
~ يَأْ ُك ُلya'-kulu = sedang/akan makan
c. Fi’il Amr: adalah Fi’il yang digunakan untuk menuntut terjadinya sesuatu
pada waktu setelah pengucapan (kata kerja perintah)
Contoh:
ْ~ اُ ْد ُخلudkhul ! = Masuklah!
ْ~ اُ ْخ ُُرجukhruj! = Keluarlah!
ْ~ اِجْ لِسijlis ! = Duduklah!
~ اِرْ فَ ْعirfa'! = Angkatlah!
F. FI’IL MADHI, FI’IL MUDHORI’, & FI’IL AMR
Kata kerja atau Kalimah F’il terbagi tiga:
1. Fi’il Madhi – Kata kerja Bentuk Lampau:
Kata kerja menunjukkan kejadian bentuk lampau, yang telah terjadi sebelum masa
berbicara. Seperti :
َ قَ َرأ: “Telah membaca”.
Tanda-tandanya adalah dapat menerima Ta’ Fa’il dan Ta’ Ta’nits Sakinah. Seperti :
ُ (قَ َر ْأQoro'tu) = “Aku telah membaca”, dan
ت
ْ َ( قَ َراQoro'at) = “Dia (seorang perempuan) telah membaca”.
ت
ٍ ْي أَر
ُ ض تَ ُم
وت ِّ َ َو َما تَ ْد ِري نَ ْفسٌ َما َذا تَ ْك ِسبُ َغدًا َو َما تَ ْد ِري نَ ْفسٌ بِأ
…Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana
dia akan mati…
Dapat dipastikan kejadian itu terjadi akan berlangsung dengan dimasukkannya :
ان, أن, لن, سوف,س.
Syin, Saufa, Lan, An dan In.
Seperti:
ٍ ََسيَصْ لَى نَارًا َذاتَ لَه
ب
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
َوأَ َّن َس ْعيَهُ َسوْ فَ ي َُرى
dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).
َ َقَا َل َربِّ أَ ِرنِي أَنظُرْ إِلَ ْيكَ ق
ال لَن ت ََرانِي
berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku
dapat melihat kepada Engkau.” Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup
melihat-Ku
ََوأَ ْن تَصُو ُموا خَ ْي ٌر لَ ُك ْم إِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون
Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
َوإِن يَتَفَ َّرقَا يُ ْغ ِن هَّللا ُ ُكًالـًّ¯ ِّمن َس َعتِ ِه
Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-
masingnya dari limpahan karunia-Nya.
Tanda-tanda Fi’il Mudhori’ adalah: bisa dimasuki لَ ْمseperti contoh:
لَ ْم يَ ْق َر ْأ
artinya: tidak membaca.
Ciri-ciri Kalimah Fi’il Mudhari’ adalah dimulai dengan huruf Mudhoro’ah yang
empat yaitu أ – ن – ي – تdisingkat menjadi أنيت.
Huruf Mudhara’ah Hamzah dipakai untuk Mutakallim/pembicara/orang pertama
tunggal/Aku. contoh :
أضرب
Adhribu = aku akan memukul
Huruf Mudhara’ah Nun dipakai untuk Mutakallim Ma’al Ghair/pembicara/orang
pertama jamak/Kami. contoh
نــضرب
Nadhribu = kami akan memukul
Huruf Mudhara’ah Ya’ dipakai untuk Ghaib Mudzakkar/orang ketiga male, tunggal,
dual atau jamak/dia atau mereka. contoh
يــضرب
Yadhribu = dia (pr) akan memukul
يــضربان
Yadhribaani = dia berdua (lk-pr) akan memukul
يــضربون
Yadhribuuna = mereka (lk) akan memukul
يــضربن
Yadhribna = mereka (pr) akan memukul
Huruf Mudhara’ah Ta’ dipakai untuk Mukhatab secara Mutlaq/orang kedua male atau
female, juga dipakai untuk orang ketiga female tunggal dan dual. contoh :
تــضرب
Tadhribu = kamu (lk)/dia (pr) akan memukul
تــضربا
Tadhribaa = kamu berdua (lk-pr)/dia berdua (pr) akan memukul
تــضربون
Tadhribuuna = kamu sekalian (lk) akan memukul
تــضربين
Tadhribiina = kamu (pr) akan memukul
تــضربن
Tadhribna = kamu sekalian (pr) akan memukul
3. Fi’il Amar – Kata kerja bentuk perintah :
Kata kerja untuk memerintah atau mengharap sesuatu yang dihasilkan setelah masa
berbicara. contoh:
ْ ا ْق
رأ
Iqro’ = bacalah.
Tanda-tandanya adalah dapat menerima Nun Taukid beserta menunjukkan perintah.
contoh
ا ْق َرأَ َّن
Iqro’ anna = sungguh bacalah.
G. FI’IL SHAHIH & FI’IL MU’TAL
1. Fi’il Shahih
Fi’il Shahih adalah kalimah fi’il yang bentuk hururf-huruf aslinya, bebas dari huruf
illah ()و – ا – ي.
Termasuk golongan Fi’il Shahih adalah:
a. Fi’il Bina’ Shahih/Salim
b. Fi’il bina’ Mahmuz
c. Fi’il bina’ Mudha’af
2. Fi’il Mu’tal
Fi’il Mu’tal adalah kalimah fi’il yang salah satu atau dua huruf asalnya teridiri dari
huruf illah ()و – ا – ي.
Termasuk golongan fi’il mu’tal adalah:
a. Fi’il Bina’ Mitsal
b. Fi’il bina’ Ajwaf
c. Fi’il bina’ Naqish
d. Fi’il bina’ Lafif Mafruq
e. Fi’il bina’ Lafif Maqrun
H. AQSAMUL MU’TAL
ت ْال َوا ُو يَا ًء؛ لِ ُس ُكوْ نِهَا ِ َ قُلِب,ْ اِوْ َجل:ُ ا ْي َجلْ أَصْ لُه:ُ َواأْل َ ْم ُر ِم ْنه,ح؛ َك َو ِج َل يَوْ َج ُل ِ ُت فِ ْي يَ ْف َع ُل بِ ْالفَ ْتُ َوت َْثب
َوتُ ْكتَبُ بِ ْاليَا ِء,او ِ تُ ْلفَظُ بِ ْال َو,ْ يَا زَ ْي ُد ا ْي َجل: فَتَقُوْ ُل,ت ْال َوا ُو َ فَإ ِ ِن ا ْن. ار َماقَ ْبلَهَا
ِ عَا َد,ض َّم َماقَ ْبلَهَا ِ َوا ْن ِك َس
Wawu itu tetap (tidak dibuang) didalam fi’il mudhari wazan yaf’alu dengan fathah
‘ain fi’ilnya; seperti wajila-yaujalu, dan bentuk fi’il amarnya adalah iyjal asalnya:
iwjal waw diganti ya’ karena waw sukun dan huruf sebelumnya berharakat kasrah,
dan jika huruf sebelumnya berharakat dhommah, maka waw-nya dikembalikan,
contoh kamu mengatakan yaa zaidu-wjal “hai zaid hati-hatilah!” dilafazhkan dengan
waw dan ditulis dengan ya.
التَوْ ُج ْه: َو ْالنَّ ْه ُي, أُوْ ُج ْه: َواأْل َ ْم ُر,ُض ِّم؛ َك َو ُجهَ يَوْ َجه
َّ ُت أَ ْيضًا فِ ْي يَ ْف ُع ُل بِ ْال
ُ َوت َْثب.
Demikian juga wawu itu tetap (tidak dibuang) didalam fi’il mudhari wazan yaf’ulu
dengan harakat dhommah ‘ain fi’ilnya; seperti wajuha-yaujahu, bentuk fi’il amarnya
adalah uwjuh, bentuk fi’il nahinya adalah laa tawjuh.
,ْرِ بِ ْال َكس, َويَهَبُ ؛ أِل َنَّهَا فِ ْي اأْل َصْ ِل يَ ْف ِع ُل,ع َ َ َوي, َويَ َس ُع,ُ ت ْال َوا ُو ِم ْن يَطَأ
ُ َويَ َد, َويَقَ ُع,ض ُع ِ ََو ُح ِذف
َ ْ
ف الفا ِء ْ
ِ ق بَع َد َحذْ ْ ْ
ِ ف ال َحل ْر ُْن
ِ ت ال َعي ؛ لِ َحْ َ َ
ِ ففت َح.َ
Wawu fa’ fi’il juga dibuang pada fi’il mudhari’: yatha’u, yasa’u, yadha’u, yaqa’u dan
yahabu; karena sesungguhnya lafazh-lafazh tsb pada asalnya mengikuti wazan yaf’ilu
–dg kasrah ‘ain fi’ilnya. Setelah wawu fa’ fi’ilnya dibuang, kemudian ‘ain fiilnya
difathahkan karena ada huruf Halaq.
4. Mu’tal fa’wawi/ya’i atau Bina’ mitsal wawi/ya-i dalam mengikuti wazan af-ala
َ َو َذاك, فَهُ َو ُمتَّ ِع ٌد, اِتَّ َع َد يَتَّ ِع ُـد اِتِّ َعادًا: َوتُ ْد َغ َما ِن فِ ْي تَا ِء ا ْفتَ َع َل؛ نَحْ ُو,َوفِ ْي ا ْفتَ َع َل ِم ْنهُ َما تُ ْقلَبَا ِن تَا ًء
َ َو َذاك, فَهُ َو ُموْ ت َِع ٌد, اِ ْيتَ َع َد يَات َِع ُد: َوقَ ْد يُقَا ُل, َو َذاكَ ُمتَّ َس ٌر, فَه َُو ُمتَّ ِس ٌر, َواتَّ َس َر يَتَّ ِس ُر اِتِّ َسارًا,ُمتَّ َع ٌد
ٌ َوهَ َذا َم َك,ك ُموْ تَ َس ٌر بِ ِه
ان ُموْ تَ َس ٌر فِ ْي ِه َ َو َذا, فَهُ َو ُموْ ت َِس ٌر, َوا ْيتَ َس َر يَاتَ ِس ُر.ُموْ تَ َع ٌد
Dan contoh untuk wazan ifta’ala (khumasi) dari keduanya (mu’tal fa –mitsal
wawi/yai) : maka waw/ya’ diganti ta’ kemudian di-idghamkan pada ta’nya ifta’ala.
Contoh:
“itta’ada” (asalnya iwta’ada), “yatta’idu” (asalnya yawta’idu), “itti’aadan” (asalnya
iwti’aadan) fahuwa “mutta’idun” (asalnya muwta’idun) wadzaaka “mutta’adun”
(asalnya muwta’adun). Dan contoh: “ittasaro – yattasiru – ittisaaron fahuwa
muttasirun wadzaaka muttasarun” (asalnya sebanding dengan itta’ada).
Terkadang juga diucapkan :
“iita’ada – yaata’idu fahuwa muuta’idun wadzaaka muuta’adun” dan “iitasaro –
yaatasiru fahuwa muutasirun wadzaaka muutasarun bihi wa hadza makaanun
muutasarun fiihi. (waw/ya sukun, diganti alif karena jatuh sesudah fathah, diganti ya
karena jatuh sesudah kasrah dan diganti waw karena jatuh sesudah dhamma).
5. Bina’ mitsal + Mudha’af
ْضض َ كإ ِ ْع, اِ ْي َد ْد: َوتَقُوْ ُل فِ ْي اأْل َ ْم ِر,ُّ َك ُح ْك ِم عَضَّ يَ ِعض,َو ُح ْك ُم َو َّد يَ َو ُّد
Sedangkan ketetapan lafazh “wadda – yawaddu” (mu’tal fa’-
mudho’af/mitsal+mudha’af) juga diberlakukan seperti ketetapan pada lafazh
“‘adhdho – ya’idhdhu” (dalam hal wajib idgham, jaiz idgham, dilarang idgham dll, –
lihat bab mudho’af/bab idgham pada perlajaran lalu). contoh di dalam fi’il amarnya :
“iidad” berlaku hukum separti “i’dhadh” (jaiz idham).
إِ َذا,ُف ٍ ض ْي ِه َعلَى ثَاَل ثَ ِة أَحْ ر ِ َو ُذو الثَّالَثَ ِة ؛ لِ َكوْ ِن َما,ُ اأْل َجْ َوف:ُ َويُقَا ُل لَه, ْال ُم ْعتَلُّ ْال َع ْي ِن:ْالثَّانِ ْي
ْتُ ت َوبِع ُ قُ ْل: أَ ْخبَرْ تَ ع َْن نَ ْف ِسكَ؛ نَحْ ُو,
Fi’il Mu’tal yang kedua adalah : Mu’tal ‘Ain (huruf illah ada di ‘Ain Fi’ilnya) disebut
juga bina’ Ajwaf (berlubang) atau disebut juga Dzu Tsalaatsah (si empunya 3 huruf)
karena pada fi’il madhinya tetap tiga huruf saat kamu mengabari tentang dirimu
contoh: “qu.l.tu” (qof, lam, ta) dan “bi.’.tu” (ba, ‘ain, ta).
َاح َما قَ ْبلَهُ َما؛ ِ َوا ْنفِت, َس َوا ٌء َكانَ َوا ًوا أَوْ يَا ًء؛ لِت ََحرُّ ِك ِه َما,ض ْي أَلِفًا ِ فَ ْال ُم َج َّر ُد ِم ْنهُ تُ ْقلَبُ َع ْينُهُ فِي ْال َما
صان َوبَا َع َ :نَحْ ُو
Maka bentuk fi’il mujarradnya (tsulatsi mujarrad) ‘ain fi’il madhinya diganti alif,
baik berupa Waw atau Ya, karena ia berharakat dan huruf sebelumnya berharakat
fathah, contoh: shoona dan baa’a.
,ي إِلَى فَع َُل ِّ او ِ نُقِ َل فَ َع َل ِمنَ ْال َو. ب أَوْ َج ْم ِع ْال ُم َؤنَّثَ ِة ْالغَائِبَ ِة ِ َ أَوْ ْال ُمخَاط,ض ِم ْي ُر ْال ُمتَ َكلِّ ِم َ َّفَإ ِ ْن ات
َ ص َل بِ ِه
ُ,ض َّمة َّ ت ال ِ َونقِل, َواَل ف ِع َل إِذا َكانَا أصْ لِيَّ ْي ِن, َول ْم يُ َغيَّرْ ف ُع َل, َو ِمنَ ْاليَائِ ِّي إِلى ف ِع َل؛ َداَل لة َعل ْي ِه َما
َ ُ َ َ َ َ َ َ ً َ َ َ
َت صانَتَا ْ صان َ , صانُوْ ا َ صانَا َ َصان َ : فَتَقُوْ ُل,ت ْال َعيْنُ ؛ اِل ْلتِقَا ِء ْالسَّا ِكنَ ْي ِن
ِ َ َو ُح ِذف,َو ْال َكس َْرةُ إِلَى ْالفَا ِء
ْ
, بَا َع بَاعَا بَا ُعوْ ا: َوتَقُوْ ُل فِي اليَائِ ِّي.صنَّا ُ ت ُ ص ْنُ ,ص ْنتُ َّن ُ ص ْنتُ َما َ ت ِ صُ ْن,ص ْنتُ ْم ُ ص ْنتُما َ َص ْنت ُ ,صُن َّ
ْت بِ ْعنَا ُ بِع,ت بِ ْعتُ َما بِ ْعتُ َّن ِ بِ ْع, بِعْتَ بِ ْعتُ َما بِ ْعتُ ْم,َ بَاعَت بِا َعتَا بِ ْعن. ْ
Jika (fi’il madhi mu’tal ‘ain/bina’ ajwaf tsb) bersambung dengan dhamir mutakallim
atau mukhotob atau jama’ muannats ghaib, maka bina’ ajwaf wawi yang ikut wazan
fa’ala (fathah ain fiil) dipindah dulu ke wazan fa’ula (dhommah ain fi’il) dan untuk
bina’ ajwaf ya’i dipindah dulu ke wazan fa’ila (fathah ain fi’il) demikian ini sebagai
penunjukan atas kedua huruf tsb (waw atau ya). Dan tidak ada pemindahan wazan
fa’ula ataupun fa’Ila, apabila wazannya memang asli demikian. Selanjutnya harakat
Dhammah atau Kasrah tersebut, dipindah ke Fa’ Fi’ilnya kemudian ‘ain fi’ilnya
dibuang karena bertemu dua huruf mati, contoh tashrif kamu berkata: shoona–
shoonaa–shoonuu–shoonat–shoonataa–shunna–shuntu–shuntumaa–shuntum–shunti–
shuntumaa–shuntunna–shuntu–shunna. Dan untuk contoh tashrif ajwaf Ya’i:baa’a –
baa’aa – baa’uu – baa’at – baa’ataa – bi’na – bi’ta – bi’tumaa – bi’tum – bi’ti –
bi’tumaa – bi’tunna – bi’tu – bi’naa.
.ب ِ َوإِ ْعالَلُهُ بِالنَّ ْق ِل َو ْالقَ ْل, إِلَى آَ ِخ ِر ِه..َص ْين ِ :َ فَقُ ْلت, َك َسرْ تَ ْالفَا ُء ِمنَ ْال َج ِمي ِْع.َوإِ َذا بَنَ ْيتَهُـ لِ ْل َم ْفعُوْ ِل
َوإِ ْعالَلُهُ بِالنَّ ْق ِل, َوبِ ْي َع.
Apabila dibentuk mabni maf’ul (mabni majhul), maka fa’ fiilnya diharakati kasrah
untuk semuanya. Contoh tashrif shiina… dan seterusnya, I’lalnya dengan Naql
(pemindahan: harakat ‘ain fiil ke fa’ fiil) dan Qolb (pergantian: Wawu ke Ya). Dan
untuk contoh tashrif bii’a… dst, cukup di-I’lal dengan Naql (pemindahan) saja.
ِ َوإِعْاَل لَهُما بِ ْالنَّ ْق ِل َو ْالقَ ْل,ُ َويَهَاب,ُ َويَ َخاف. َوإِعْاَل لُهُ َما بِالنَّ ْق ِل, َويَبِ ْي ُع,ُ يَصُوْ ن:ع
ب ِ ار
ِ ض َ َوتَقُوْ ُل فِ ْي ْال ُم
Dan kamu berkata untuk contoh fi’il mudhari’nya: “yashuunu dan yabii’tu”,
keduanya di-I’lal dengan Naql saja. Sedangkan contoh “yakhoofu dan yahaabu”,
keduanya di-I’lal dengan Naql dan juga Qalb
ت ْاليَا ُء ِم ْنهَا َوا ًوا؛ ِ َ فَقُلِب, َو َذاكَ ُموْ َس ٌر, فَهُ َو ُموْ ِس ٌر, أَ ْي َس َر يُوْ ِس ُر إِ ْي َسارًا:ُل فِ ْي أَ ْف َع َل ِمنَ ْاليَائِ ِّي
ض َم ِام َما قَ ْبلَهَا ِ لِ ُس ُكوْ نِها َوا ْن
Adapun ya (mu’tal fa’ ya-i/mitsal ya-i) maka ia tetap (tanpa dibuang) pada semua
keadaan (baik harakat ‘ain fiil mudhari’nya dhommah, kasrah atau fathah) contoh
“Yamuna yaymunu”, “yasara yaysiru”, “ya-isa yay-asu”. Dan contoh kamu berkata
untuk wazan af’ala (ruba’i): “aysaro yuusiru iisaaron” (asalnya yuysiru) fahuwa
“muusirun” (asalnya muysirun), wadzaaka “muusarun” (asalnya muysarun) huruf ya-
nya diganti wawu, karena ia sukun dan sebelumnya ada huruf berharakat dhommah.
1. Fi'il Lazim
Fi'il lazim adalah kata kerja yang tidak membutuhkan objek akan tetapi dapat
langsung pada pelakunya.
Contoh:
- قام: Berdiri
- محمد: Muhammad
Menjadi قام محمد: Muhammad telah berdiri
2. Fi'il Muta'addi
Fi'il muta'addi adalah kata kerja yang membutuhkan satu atau lebih objek.
Contoh :
- فتح الرجال الباب: Laki-laki itu membuka pintu.
- ضربت زيد: Aku memukul Zaid
- اعلمت عليا الخبر صحيحا: Saya memberitahu Aliya berita yang benar
J. AL-AHRUF
1. Pengertian Al-Ahruf
Salah satu bagian dari kalam, yang ketiga adalah huruf, huruf dalam ilmu nahwu
mempunyai arti tersendiri yaitu :
ت َعلَى َم ْعنَى فِي َغي ِْر ِه ْ َّال َحرْ فُ ه َُو َكلِ َمةٌ َدل
"Huruf adalah kata yang menunjukan arti jika disandingkan dengan kata lainnya'.
dari pengertian di atas pastinya sudah sangat jelas bahwa huruf dalam ilmu nahwu
yaitu kata yang tak dapat diketahui artinya jika tidak disandingkan dengan kata
lainnya. sebagai contoh : إِلَى, kata tersebut adalah termasuk huruf, dan karena ia
sendirian tanpa disandingkan dengan kata lainnya (isim/fi'il) maka ia tidak dapat
dipahami arti sesungguhnya. tapi jika di tambah dengan kata lain, contoh : أَ ْذهَبُ إِلَى
' ال َم ْس ِج ِدsaya pergi ke masjid', nah kata yang saja tandai itu sekarang mempunyai arti
yang jelas yaitu 'ke'.
Contoh lain : فِ ْي, kata tersebut juga tidak dapat diketahui makna sesungguhnya
karena belum disandingkan dengan kata lain. jika ditambah kata lain contoh 'أَ ْدرُسُ فِ ْي
'' الفَصْ ِلsaya belajar di kelas' , kata yang saya tandai mempunyai arti 'di'.
Arti lain dari huruf juga sebagai berikut:
ِ الحرْ فُ هُ َو َما الَ يَصْ لُ ُح َم َعهُ َدلِ ْي ُل
اإلس ِْم َواَل َدلِ ْي ُل الفِع ِْل َ
"Huruf adalah kata yang tidak layak disertai tanda isim dan tanda fi'il'.
dari arti di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa huruf itu tidak menerima tanda isim
dan fi'il. jadi untuk mengenalinya ya dengan melihat apa kata tersebut mempunyai
tanda isim atau fi'il, jika tidak ada tanda isim dan fi'il maka otomatis kata tersebut
adalah termasuk huruf.
Contoh : '' ع َْن
Coba kita lihat tanda-tanda isim:
Apakah kata ' ' ع َْنdibaca jar (kasroh)? 'tidak, ia dibaca sukun'
Apakah kata ' ' ع َْنkemasukan huruf jer? 'tidak, malah ia adalah huruf jer yang
dimaksud'
Apakah kata ' ' ع َْنkemasukan alif lam (' ?)الtidak'
Apakah kata ' ' ع َْنdibaca tanwin? 'tidak, ia dibaca sukun'
dilihat dari tanda-tanda isim ternyata kata ' ' ع َْنbukaan termasuk isim.
Coba kita lihat tanda-tanda fi'il:
Apakah kata ' ' ع َْنlayak dimasuki kata ' ? قَ ْدTidak'
Apakah kata ' ' ع َْنlayak dimasuki kata س َ ? 'Tidak'
Apakah kata ' ' ع َْنlayak dimasuki kata َ' ? َسوْ فTidak'
Apakah kata ' ' ع َْنlayak dimasuki kata ثِ ' ? تَا ُء التَأنِ ْيTidak'
semua tanda-tanda fi'il juga tidak ada yang sesuai dengan kata ' ' ع َْنkarena tanda-tanda
fi'il juga termasuk huruf jadi tidak mungkin jika huruf ' ' ع َْنdisandingkan lagi dengan
huruf yang lain.
2. Pembagian Al-Ahruf
Dalam bahasa Arab dikenal beberapa kategori huruf, yang secara garis besarnya
dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) macam:
Huruf Mabani ( ) ُحرُوْ فُ ال َمبَانِي, yaitu huruf-huruf yang merangkai sebuah kata. Huruf-
huruf seperti ini juga biasa disebut dengan huruf hijaiyyah atau huruf ejaan. Huruf-
huruf seperti ini tidak termasuk kategori kata, sehingga tidak termasuk dalam kategori
pembagian kata dalam bahasa Arab. Contoh:
خ …… الخ- أ – ب – ت – ث – ج – ح
Ada juga huruf yang menjadikan i'rob kata setelahnya berubah menjadi nashob, jar,
dan jazm. Huruf-huruf ini juga sering disebut dengan 'awamil (huruf yang
menyebabkan suatu kata dihukumi nashob, jar, atau jazm).
Kalimah huruf itu semuanya mabni, tidak dapat dirubah, tetap katanya dalam setiap
keadaan. Kalimah huruf dibangun atas beberapa dasar dengan melihat harakat
akhirnya, yaitu:
Dengan sukun. Contoh: لَ ْم,ْ بَل, اَ ْم,ْ اَو, فِى, َكى,ْ هَل,لَ ْن
Dengan fathah. Contoh: لَيْت, لَ ِك َّن, اَ َّن, اِ َّن,ثُ َّم
Dengan dhammah. Contoh:ُم ْن ُذ
Dengan kasrah. Contoh: اَل ُم ال َج ِّر,بَا ُء ال َج ِّر
Huruf Ma’ani ( ) ُحرُوْ فُ ال َم َعانِي, yaitu huruf yang pada prinsipnya membawa makna
yang melekat pada dirinya, meskipun makna tersebut belum bisa dipahami sebelum
dirangkaikan dengan kata yang lain. Jenis huruf inilah yang menjadi salah satu
kategori kata dalam pembagian kata dalam bahasa Arab.
لِـ : Untuk
َف : Lalu (segera)/maka
َو : Dan
ْهَل : Apakah
ثُ َّم : Kemudian
Dalam hubungannya dengan kalimah lain (baik itu kalimah fi’il ataupun isim) maka
kalimah harf dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
Harf yang masuk pada kalimah isim ()حروف تدخل على االسم
Harf jar ()حروف الجر. Yaitu huruf yang men-jar-kan isim sesudahnya. Ada huruf.hur
Inna dan saudara-saudaranya ()ان و اخواتها
Har nida’ ()حروف النداء
Harf istisna’ ()حرف االستثناء
Wawu ma’iyah ()واو المعية
Laamul ibtida’ (lam yang ditempatkan di awal kalimah) ()الم االبتداء
Harf yang masuk pada kalimah fi’il ()حروف تدخل على الفعل
Harf yang bisa masuk pada kalimah fi’il dan isim ()حروف تدخل على اإلسم و على الفعل
K. HURUFUL JAR
Kata pertama dinamakan mudhaf (yang disandarkan) dan kata kedua merupakan
mudhafunilaih (yang disandarkan padanya).
Syarat mudhaf adalah:
ِ يف و التَّ ْن ِو
ين ِ ان يَ ُكونَ خَالِيًا ‘َ ِن التَّع
ِ ْر ْ افِ ضَ شَرْ طُ ْال ُم
Syarat mudah ialah, hendaknya terbebas dari al ta’rifdantanwin.
Syarat mudaf ‘ilaih adalah:
ِ يف و التَّ ْن ِو
ين ِ ان يَ ُكونَ ُمخَ يَّرًا بَينَ التَّع
ِ ْر ْ اف إلَي ِه
ِ ض َ شَرْ طُ ْال ُم
Syarat mudaf ‘ilaih hendaknya memilih antara al-ta’rif dan tanwin.
ِ التَّ َوابِ ُع لِ ْل َمجْ ر
ُور
Adalah isim yang di-Jarr karena mengikuti kata sebelumnya yang juga di-jar-kan.
Kata ق ٍ ِ دَافberkedudukan sebagai kata sifat (naat).
ق َ ُِخل
ٍ ِق من ماء دَاف
• Lafadz yang mengikuti kepada lafadz yang dijarkan (yaitu na’at, ataf, tauhid , dan
badal), sebagai yang telah dijelaskan diatas.
Isim yang mengikuti pada man’ut-nya dalam tingkah rofa’, nasob, jer, ma’rifat dan
akirohnya.
Na’at ada dua bagian yaitu :
a. Na’athaqiqi
Na’athaqiqi adalah na’at yang merofa’kan isim domir yang kembali pada
man’utnya yang mengikuti man’utnya dalam 4 perkara dari 10 macam.
4 perkara dari 10 adalah :
WajahI’robyaiturofa’, nashobdanjer
Mufrodtatsniyahdanjamak
Mudzakardanmuanats
Ma’rifatdannakiroh
b. Na’atsababi
Na’atsababi adalah na’at yang merofa’kan fa’ilisim dzohir, yang isim dzohir
tersebut menyimpan isim domir yang kembali kepada man’utnya yang sesuai
dalam 2 hal dari 4 macam :
Wajah I’rob, yakni rofa, nashob dan jer.
Ma’rifat nakirohnya.
Athaf
‘Athafadalah
هوالتبع المتواسط بينه وبين مطبوعه أحدحروف العطف العشرة
Artinya: isim yang mengikuti terhadap mathbu’nya yang antarata bidan
mathbu’nya terdapat salah satu huruf athaf yang sepuluh.جاء زيد و عمرو
Athaf ada dua macam, yaitu :
Athof bayan adalah
Athaf bayan adalah isim yang mengikuti yang untuk menjelaskan atau
menentukan terhadap mathbu’nya. Athaf bayan sama dengan badalsyai, karena
lafadz yang awal danl afadz yang kedua sama dalam maknanya.
Athaf Nasaq
Athaf nasaq adalah isim yang mengikuti terhadap mathbu’nya yang antara tqabi
dan mathbu’nya terhadap salah satu huruf athaf yang sepuluh.
Huruf-huruf Athaf
Huruf athaf yang sepuluh, adalah :
حتى فى بعض المواضع, لكن,ال, بل, إما, ام, او, ثم, فاء,واو
Huruf yang 10 tersebut dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
Mustarok fi lafdzifaqoth
Artinya isim yang setelah huruf ‘athaf hanya mengikuti terhadap ma’thuf ‘alaih
dalam lafadz saja. Artinya hanya mengikuti dalam I’robnya lafadz, sedangkan
dalam maknanya sebaliknya, jika ma’thuf’alaihi tsbat makama’thufnya naïf.
Hurufnya yaitu لكن,ال, بل
Mustarokfilafdiwalma’na
Artinya isim yang sesudah huruf athaf mengikuti terhadap ma’thuf‘alaih dalam
lafadz dan maknanya . Artinya jika ma’thufnya itsbat makama’thufalaihnya juga
itsbat juga sebaliknya.
Hurufnyaadalah : حتى, إما, ام, او, ثم, فاء,واو
Taukid
Taukidadalah
هو التبع للمؤكد فى رفعه ونصبه وخفضه وتعريفه وال تنكيره
Artinya : isim yang mengikuti pada muakkadnya dalam keadaan rofa’, nasob, jer
dan ma’rifatnya, tetapi tidak dalam nakirohnya.
Tidak diikutkan dalam nakirohnya dikarenakan semua lafadz yang dijadikan
taukid sudah nakiroh, sebab dimudofkan pada domir.
Taukid maksudnya adalah menguatkan sedangkan muakad adalah yang dikuatkan
oleh taukid.
Macam-macam taukid
Taukid ada dua macam yaitu :
Taukid lafdzi adalah mengulang suatu lafadz dengan lafadz yang sama atau
dengan sinonimnya (persamaan kata).
Taukid Maknawi
Taukid maknawi adalah taukid dengan menggunakan lafadz-lafadz yang sudah
ditentukan, yaitu lafadz : نفس, عين, كل,أجمعdan lafadz yang mengikuti lafadz
أجمعyaitu : أكتع, أبتع,أبصع
Contohجاء زيد نفسه
Badal
Badal adalah
هو التبع عالمقصود با لححكم بال وا سطة
Artinya :Isim yang mengikuti yang dimaksud dengan hokum dan tanpa perantara.
Contoh hokum I’rob untuk badal (pengganti) tergantung mubdalminhu (yang
digantikan), dan badal bias isim dari isimataufi’ildarifi’il.
Macam-macam badal
Badalada 4 macam, yaitu :
Badalsa’iminassa’i yaitu lafadz yang kedua menyerupai lafadz yang awal dalam
maknanya.
Badalba’diminalkulli , yaitu
ِ ه َو اَ ْن يَ ُكوْ نُ ْال ُم ْب َد ُل ْال ِم ْنهُ بَ ْعضًا ِمنَ االَ َّو ِل َس َوا ًء َكانَ ُم َس
اويًا لِنِصْ فِ ِه اَوْ اَ ْك َش َر اَوْ اَقَ َل
Artinya : adanya mubdal minhu merupakan bagian yang awal, baik itu sama
banyak, lebih sedikit atau lebih banyak.
Badalisytimal, yaitu adanya mubdalminhu, mencakup terhadap badal.
Badalgolat, yaitu adanya lafadz yang kedua dimaksud, sedangkan yang awal tidak
dimaksud.
Badalidrob, yaitu adanya lafadz yang kedua danl afadz yang pertama dimaksud..
Badalnisyan, yaitu adanya lafadz yang kedua dimaksud dan lafadz yang pertama
lupa.
ب َز ْي ّد َك ْلبًا
َ ض َر
َ
Artinyanya: zaid telah memukul anjing
Perhatikanlah, jumlah di atas dimulai dengan kalimat fi’il, yaitu ضربyakni fi’il
mādhi Oleh karena itu , jumlah di atas disebut jumlah fi’liyyah.
2. Pembagian Jumlah Fi’liyah Dilihat Dari Segi Waktunya
1). Fi’il Madhi
ضى َ َضى َوا ْنقَ ث َم َ َما َد َّل ع
ٍ َلى َح َد
Lafadz yang menunjukkan kejadian ( perbuatan ) yang telah berlalu.
Contoh:
كتب ; Telah menulis فتح ; Telah membuka
قرأ ; Telah membaca ; جلسTelah duduk
Adakalanya kata kerja lampau paling sedikit terdiri dari tiga huruf dan paling
banyak terdiri dari enam huruf.
• Kata kerja lampau yang terdiri dari tiga huruf, pola-polanya adalah :
فَ َع َل كفر نصر ضرب
فَ ِع َل علم شهد فهم
فَ ُع َل بعد كرم حرم
• Kata kerja lampau yang terdiri dari empat huruf, pola-polanya adalah :
فَ َّع َل سلم علم نزل
أف َع َلْ َ أنزل أسلم أرسل
فَاع ََل قا تل خا صم سا فر
• Kata kerja lampau yang terdiri dari lima huruf, pola-polanya adalah :
ا ْنفَ َع َل انقطع انطلق انقلب
اِفتَ َع َل ْ اجتنب اجتمع اقترب
نَفَ َّع َل تقدم تأ خر تعلم
تَفَا َع َل تجا هل تسا هل تسا قط
• Kata kerja lampau yang terdiri dari enam huruf, pola-polanya adalah :
اِ ْستَ ْف َع َل استحوذ استغفر استخرج
معنا ه
فعل أمر
فعل مظا رع
فعل ما ض
Menulis
اكتب
يكتب
كتب
Mengajar
علم
يعلم
علم
Memuliakan
أكرم
يكرم
أكرم
Berpindah
انتقل
ينتقل
انتقل
Meminta ampun
استغفر
يستغفر
استغفر
4. Pengertian Fa’il
Pengertian fa’il (subjek) adalah isim yang menunjukkan orang yang mengerjakan
suatu pekerjaan dan kedudukannya dalam I’rab adalah marfu’. Sedangkan menurut
Ibnu Aajurum didalam bab al-fa’il mengartikan fa’il menurut istilah adalah isim
marfu’ yang fi’ilnya disebutkan sebelumnya.[12]Di antara kaidah fa’il, sebagai
berikut:
a. Fa’il bisa terdiri dari ism yang mu’rab, ism yang mabni, atau masdar
muawwal.
Contoh:
تبارك هللا
آمنت باهلل
فازالذي اجتهد
يجوز أن يتزوج
b. Ism fa’il itu marfu’ atau fi mahalli rofa’, apabila dimasuki oleh huruf jar.
Contoh:
قد أفلح المؤمنون
كفى باهلل شهيدا
ما جاء من أح
Apabila kita melihat dari contoh-contoh di atas dapat dilihat perbedaan kedudukan
mubtada yang kadang didahulukan (mubtada muqaddam) dan kadang diakhirkan
(mubtada muakkhar), kesemuanya itu mempunyai aturan yang wajib didahulukan
maupun boleh didahulukan.
Selain dari empat masalah ini, mubtada juga kebanyakan dihilangkan jika
terletak setelah kata qaul (berkata), contohnya ( )ويقولون طاعةmubtadanya
dihilangkan, asalnya adalah ()أمرنا طاعة, contoh lain, ( )قالوا أضغات أحالمdan (
)وقالت عجوز عقيمasalnya adalah ( )هي أضغاتdan ()أنا عجوز. Atau mubtadanya
terletak setelah Fa sebagai jawban dari syarat, contohnya (وإن يخالطوهم
)فإخوانكمasalnya adalah ()فهم إخوانكم.
Mubtada boleh dihilangkan dan dihapus sebagai jawaban atas pertanyaan
orang yang bertanya ( ?)كيف محمد, dan jawabnya ( )بخيرaslinya adalah (هو
)بخير, atau Mubtada itu boleh dihilangkan apabila ada kalimat atau kata yang
menunjukkan tentangnya, contohnya firman Allah SWT ( من عمل صالحا فلنفسه
)ومن أساء فعليهاkata Falinafsihi kedudukannya rafa’ khabar dan dhamir Ha
majrur bil idhafah sedangkan mubtadanya mahzuf (dihilangkan) begitu juga
pada wa man asaa fa’alaiha, asalnya adalah ( )من عمل صالحا فعمله لنفسهdan (
)ومن أساء فإساءته عليها.
Dan boleh juga menghilangkan Mubtada dan khabarnya apabila ada dalil yang
menunjukkan kepadanya, contohnya (، الذين فازوا في مسابقة اإللقاء لهم جوائز
)والذين ساهموا أيضاyang dihapus dari kalimat tersebut adalah mubtada dan
khabarnya yaitu ( )لهم جوائزaslinya haruslah ( )والذين ساهموا أيضا لهم جوائز
dihapus karena telah dijelaskan pada kalimat sebelumnya.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas mengenai Jumlah Ismiah ( )الجملة االسمية
yang terdiri dari dua bagian yang memberikan petunjuk serta pemahaman
kepada pendengar agar diterima. Para pakar Nahwu menyebut bagian pertama
dari jumlah ismiah ini dengan Mubtada karena ia adalah bagian yang dimulai
dalam pembicaraan, sedangkan bagian keduanya dinamakan Khabar karena ia
memberitahukan keadaan yang ada pada mubtada, dan bisa saja terdiri dari
segala bentuk sifat baik ia isim fa’il, atau maf’ul ataupun tafdhil, contohnya, (
)محمد فاضلdan ()علي محبوب.
Para ahli nahwu menyebutkan hukum dari pada khabar adalah sebagai
berikut:
1. Wajib merafa’ (memberi harakah dhamma) khabar, penyebab khabar itu
marfu’adalah mubtada , contohnya ( )أنت كريمKarim adalah khabar
marfu’disebabkan oleh mubtada. Contoh lain ( )والصلح خيرKhair khabar
mubtada marfu’.
2. Khabar pada dasarnya haruslah nakirah, contohnya ( )محمد فاضلfadhil
adalah nakirah dan ia khabar mubtada.
3. Khabar haruslah disesuaikan atau ikut kepada mubtada dari segi
tunggalnya atau tasniyah (bentuk duanya) ataupun jamak, contoh (الطالب
)متفوق, ()الطالبان متفوقان, dan ()الطالب متفوقون.
4. Boleh menghilangkan khabarnya apabila ada dalil yang menunjukkan
kepadanya, dan masalah ini nanti akan dibahas pada pembahasannya.
5. Wajib menghilangkan khabarnya, masalh ini pun akan dibahas nanti pada
pembahasannya.
6. Khabar boleh banyak dan beragam sedangkan mubtadanya hanya satu,
contohnya ( )محمد ذكي فطنzakiyun dan fithn adalah khabar mubtada,
contoh lain ()أحمد شاعر خطيب كاتب.
7. Boleh dan wajib didahulukan khabar dari pada mubtada, dan pembahasan
ini pun akan di bahas pada pembahasannya.
Macam-macam Khabar
Khabar terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Khabar Mufrad ( )المفردyaitu khabar yang bukan berbentuk kalimat atau
yang menyerupai kalimat, akan tetapi terdiri dari satu kata baik
menunjukkan pada tunggal atau mutsanna (bentuk dua) ataupun jamak, dan
harus disesuaikan dengan Mubtada dalam pentazkiran (berbentuk
muzakkarf=lk) atau ta’nis juga dalam bentuk tunggal, mutsanna dan jamak.
Contoh (= القمر منيرbulan bersinar), (= الطالبة مؤدبةpelajar pr itu sopan).
2. Khabar Jumlah ()جملة, yaitu khabar yang berbentuk kalimat baik jumlah
ismiah ( )اسميةmaupun fi’liyah ()فعليه. Contoh khabar jumlah ismiah (الحديقة
= أشجارها خضراءtaman itu pepohonannya berwarna hijau) atau (الثوب لونه
= ناصعpakaian itu warnanya bersih), Atsaub =adalah mubtada pertama,
Lawn=Mubtada kedua dan mudhaf, dhamir Hu=mudhaf ilaih,
Nashi’=khabar mubtada kedua, Jumlah dari mubtada kedua dan khabarnya
menempati posisi rafa’ yaitu khabar dari mubtada pertama. Adapaun
contoh khabar mubtada dari jumlah fi’liyah, ( األطفال يلعبون في الحديقة
=anak-anak bermain di taman) yal’abun adalah fi’il mudhari’marfu’karena
khabar mubtada yang berbentuk jumlah fi’liyah. Khabar jumlah baik
ismiah maupun fi’liyah haruslah berhubungan dengan mubtada.
3. Khabar syibhu jumlah ( )شبه الجملةyaitu khabar yang bukan mufrad atau
jumlah akan tetapi menyerupai jumlah, terdiri dari Jarr wal majrur (جار
)ومجرورdan dharf =kata keterangan,()ظرف. Contoh khabar dari jar wal
majrur (= الكتاب في الحقيبةbuku di dalam tas), (= الماء في اإلبريقair di dalam
teko). Contoh khabar dari dharf makan (keterangan tempat), (الجنة تحت أقدام
= األمهاتsurga dibawah telapak kaki ibu), (= الطائر فوق الشجرةburung di
atas pohon), contoh dharf zaman (keterangan waktu), ( الرحلة يو َم الخميس
=bepergian pada hari kamis), (= السفر بعد أسبوعakan bepergian setelah
seminggu).
Contoh pertama, kata 'zaidun' sebagai mubdata' dan kata 'qooimun' sebagai
khobar sama-sama isim mufrad (kata benda tunggal) dan mudzakar (kata
benda berjenis kelamin laki-laki).
Contoh kedua, kata 'al-hamdu' sebagai mubtada' (subyek), sedangkan
khobarnya (predikatnya) adalah berupa susunan anak kalimat yaitu 'lillahi
robbil 'aalamiina'. yang jelas adalah, jumlah (kalimat) ini termasuk jumlah
ismiyah karena diawali dengan isim (kata benda) yaitu 'al-hamdu' (bagaimana
bisa tahu 'al-hamdu' adalah isim? karena ia kemasukan alif lam) lebih
lengkapnya bisa baca artikel ini: Pengertian isim (kata benda) dan ciri-cirinya.
Contoh ketiga, kata 'muslimaani' sebagai mubtada' (subyek) dan kata
'qooimaani' sebagai khobar sama-sama isim tasniyah (kata benda yang
menunjukan arti dua).
Nah, dari ketiga contoh di atas, semuanya adalah jumlah ismiyah karena
diawali dengan kata benda (isim).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengertian Al-Kalimah() َكلِ َم ْة
Sebuah literature berbahasa Arab, sepanjang apapun, sebenarnya
hanya tersususn dari kata. Kata demi kata disusun menjadi sebuah kalimat.
Kalimat demi kalimat disusun menjadi sebuah peragraf. Kemudian paragraph
demi paragraph disusun menjadi sebuah tulisan yang menjadi hingga
berlembar-lembar banyaknya.
2. Pembagian Al-Kalimah() َكلِ َم ْة
a) Kata benda
b) Kata kerja
c) Kata bantu
3. Pembagian Isim
a) Jenis kelamin
b) Bilangan atau tunggal
c) Kata umum/kata khusus
4. Fi’il dari segi jenis hurufnya terbagi menjadi dua yaitu:
a) Fi’il shahih
b) Fi’il mu’tal
5. Pengertian Fi’il Lazim dan Muta’addi
a) Fi’il Lazim
Yaitu kalimah fi’il yang tidak sampai kepada maf’ul kecuali perantara huruf
jar atau perantara huruf ta’diyah lainnya semisal huruf hamzah lit-ta’diyah.
b) Fi’il muta’addi
Yaitu kalimah fi’il yang sampai kepada maf’ul tanpa perantara huruf jar
atau perantara huruf ta’diyah lainnya.
6. Huruf adalah sesuatu yang unsur yang tidak akan sempurna maknanya kecuali
bila sudah berhubungan dengan yang lain. Dalam bahasa Arab dikenal
beberapa kategori huruf, yang secara garis besarnya dapat dikelompokkan
menjadi dua macam:
a) Huruf Mabani () ُحرُوْ فُ ال َمبَا نِ َي
b) Huruf ma'ani () ُحرُوْ فُ ال َم َعا نِي
7. Pengertian jumlah fi’liyyah dan jumlah ismiyyah
a) Jumlah fi’liyyah adalah kalimat yang dimulai oleh fi’il (fi’il dan fa’il).
b) Jumlah ismiyyah adalah kalimat yang dimulai oleh isim (mubtada dan
khobar).
B. SARAN
Bagi para pembaca yang telah membaca makalah ini agar dapat memahami
pembelajaran bahasa arab dan menambah pengetahuan kita. Keutamaan bahasa Arab
amatlah jelas karena bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an Al-Karim. Cukup alasan
inilah yang jadi alasan besar kenapa kita harus mempelajari bahasa Arab. Dan
meningkatkan belajarnya dalam pembelajaran intensif bahasa arab sehingga dapat
merangsang daya tarik dan perhatian mereka terhadap pentingnya belajar bahasa
arab.
DAFTAR PUSTAKA
http://gilmanalireza.blogspot.com/2015/11/makalah-bahasa-arab-pembagian-
jenis.html?m=1
https://nasirulwordpress.wordpress.com/tag/makalah-bahasa-arab/