Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KASUS MALARIA

DI SUSUN OLEH :

NAMA : MELINIA RAHMADHANI

NIM : PO713201181125

KELAS : II C

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

PRODI DIII JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2019/2020
BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

A. PENGERTIAN/DEFINISI

 malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh beberapa parasit plasmodium yang
hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk anopheles betina. 

B. ETIOLOGI

Malaria paling sering di sebabkan oleh gigitan nyamuk spesies Anopheles betina yang


terinfeksi dengan spesies dari protozoa genus plasmodium. Terdapat lima spesies paling umum
yang memberikan pengaruh ceddera terhadap manusia (fernandez, 2009), yaitu sebagai
berikut.

a.      Plasmodium Falcifarum

b.      Plasmodium Vivax

c.       Plasmodium Ovale

d.      Plasmodium Malariae

e.       Plasmodium Knowlesi

Plasmodium Knowlesi, baru-baru ini di identifikasi di Asia tenggara sebagai patogen bermakna


secara klinis pada amanusia (Cox-Singh, 2008) (Arif Muttaqin, dkk, 2011).

C. JENIS-JENIS MALARIA

 a. Malaria Tropika

Jenis malaria ini yaitu penyakit malaria tropica. Penyakit yang biasa disebut juga dengan
sebutan demam rimba atau jungle fever ini juga memiliki nama lain yaitu malaria aestivo
autumnal. Malaria jenis ini disebabkan oleh plasmodium falciparum yang juga merupakan
sebagai penyumbang terbesar kematian akibat malaria. Organisme dalam bentuk plasmodium
falciparum ini akan menghalangi aliran darah menuju ke otak sehingga menyebabkan koma,
mengigau serta yang paling fatal yaitu akan menyebabkan kematian.

b. Malaria Kuartana

Jenis malaria ini yaitu malaria kuartana. Pengertian penyakit malaria jenis kuartana ini adalah
penyakit malaria yang disebabkan oleh plasmodium malariae. Jenis malaria yang satu ini
memiliki masa inkubasi yang lebih lama jika dibandingkan dengan jenis malaria tertian atau
tropika. Gejala yang dialami dalam jenis penyakit ini pada pertama kali tidak akan terjadi hingga
18 sampai 40 hari setelah terjadinya infeksi. Dan selanjutnya gejala akan terus terulang kembali
di setiap 3 hari sekali.
c. Malaria Tertiana

Jenis malaria ini merupakan jenis malaria yang paling ringan yaitu penyakit malaria tertiana. Arti
dari penyakit malaria yang satu ini yaitu penyakit yang disebabkan oleh infeksi plasmodium
vivax. Dalam penyakit malaria jenis ini terdapat gejala demam yang akan terjadi setiap dua hari
sekali yang mana gejala ini akan terjadi setelah gejala yang pertama kali.Dan gejala ini akan
dirasakan oleh penderita selama kurang lebih 2 minggu setelah terjadinya infeksi.

d. Malaria Plasmodium Ovale

Sesuai dengan namanya, jenis penyakit malaria yang satu ini disebabkan oleh infeksi dari
plasmodium ovale. Jenis penyakit ini hampir sama dengan jenis malaria atertiana. Dimana pada
masa inkubasi penyakit ini, protozoa akan tumbuh di dalam sel hati beberapa hari sebelum
gejala yang pertama terjadi. Dan akhirnya organisme tersebut akan terus berkembang dan
semakin menyerang dan juga menghancurkan sel darah merah, dan hal tersebut akan
mengakibatkan demam tinggi.

D. PATOFISIOLOGI

Nyamuk anopheles yang merupakan vektor penyakit malaria yang mengigit anak. Apabila
kekebelan (daya tahan) tubuh anak baik, maka parasit yang dibawa oleh nyamuk tersebut akan
lemah dan hilang dari tubuh. Apabila daya tahan tubuh anak kurang baik maka parasit tersebut
akan menginfeksi darah. Jenis plasmodium akan mempengaruhi berat ringanya malaria.
Plasmodium valciparung akan menyebabkan malaria yang berat. Parasit yang masuk ke
pembuluh darah akan memasukan seporozoit. Parasit akan tumbuh dan mengalami
pembelahan. Setelah 6-9kali, skizone menjadi dewasa dan pecah serta melepaskan beribu-ribu
merozoit. Sebagian merozoit akan memasuki sel-sel darah merah dan berkembang disini
(CDC,2009). Demam timbul bersamaan dengan pecahnya sekizone darah yang mengeluarkan
anti gen. Kemudian, antigen akan merangsang mikrofak, monosit atau limposit yang
mengeluarkan sitokin dan tumor nectrosits faktor (TNF) yang dibawah kehipotalamus yang
merupakan puisat pengaturan suhu tubuh. Kemudian terjadinya demam. Pembesaran limpa
terjadi karena plasmodium dihancurkan oleh monosit yang menyebabkan bertambahnya sel
radang dan terjadi peningkatan jumlah eritrosit yang berinfeksi parasit. Penyebaran eritrosit ke
pembuluh kapiler menyebabkan oftruksi dalam pembulu dkapiler sehingga terjadi inskemia
jaringan (prossete), yaitu berkumpulnya sel darah merah yang  berparasit dengan sel darah
merah lainya (depkesri,2008). Anemia disebabkan oleh pecahnya eritrosit dan difagositosis oleh
sistem retikuloendotelian. Hemolisis dipengaruhi oleh jenis fasmodium dan status imunitas
pejamu. Selain itu, anemia juga disebakan oleh komolisis atau imun dan sekuestrasi oleh limpa
pada eritrosit yang terinfeksi maupun yant normal, serta gangguan eritopoiesits. (Marnia, 2016,
hal. 122)

E. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara umum menurut
Mansjoer (1999) antara lain sebagai berikut :
a.      Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada
Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas
demamnya setiap hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap 72
jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan beberapa serangan
demam periodik.
Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria proxysm) secara
berurutan :
1)      Periode dingin.
Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau
sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk,
pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam
diikuti dengan meningkatnya temperatur.
2)      Periode panas.
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai 400C atau lebih,
respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan
darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode ini lebih lama dari fase
dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.
3)      Periode berkeringat.
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur
turun, penderita merasa capai dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat
dan dapat melakukan pekerjaan biasa.

b.      Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas Malaria Kronik.
Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit
parasit dan jaringan ikat bertambah (Corwin , 2000, hal. 571). Pembesaran limpa terjadi pada
beberapa infeksi ketika membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa
kiri, lekukan pada batas anterior. Pada batasan anteriornya merupakan gambaran pada palpasi
yang membedakan jika lien membesar lebih lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan,
mendekat umbilicus dan fossa iliaca dekstra.
c.       Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia
karena Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan. Eritrosit
normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time). Gangguan pembentukan eritrosit karena
depresi eritropoesis dalam sumsum tulang (Mansjoer. dkk, Hal. 411).
d.      Ikterus
Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat kelebihan bilirubin
dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel darah merah.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan mikroskopis malaria

Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada


manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit
(plasmodium) di dalam penderita. Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-
macam target dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang
diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi di mana pemeriksaan mikrokopis
tidak dapat dilakukan.

Diagnosis definitif demam malaria ditegakan dengan ditemukanya parasit plasmodium


dalam darah penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu kali yang memberi hasil negatif tidak
menyingkirkan diagnosis deman malaria. Untuk itu diperlukan pemeriksaan serial dengan
interval antara pemeriksaan satu hari.

Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu agar mempunyai nilai


diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas mencapai 100%).

1) Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode demam memasuki
periode berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam sirkulasi dalam mencapai
maksimal dan cukup matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit.

2) Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler (finger prick) dengan
volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.

3) Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies plasmodium yang tepat.

4) Identifikasi spesies plasmodium

5) Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies plasmodium dan


selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan obat.

b. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)

Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat
mengikat acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC
merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter tertentu
yang dilapisi acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan spesies plasmodium dan
kurang tepat sebagai instrumen hitung parasit.

c. Pemeriksaan imunoserologis

Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi spesifik


terhadap paraasit plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang
terinfeksi plasmodium teknik ini terus dikembangkan terutama menggunakan teknik
radioimmunoassay dan enzim immunoassay.

d. Pemeriksan Biomolekuler

Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit/


plasmodium dalam darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap yaitu dengan
melisiskan eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari tanda dan gejala yang
timbul dapat diuraikan seperti dibawah ini (Doengoes, Moorhouse dan Geissler, 1999):

a. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung


sirkulasi kuman pada hipotalamus.

b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem kekebalan tubuh;
prosedur tindakan invasif

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang
tidak sdekuat,anorexia, mual/muntah

d. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di


perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.

e. Kurang pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahan interprestasi informasi,
keterbatasan kognitif.

H. PENGOBATAN

Secara global WHO telah menetapkan dipakainya obat ACT (Artemisinin base

Combination Therapy). Golongan artemisinin (ART) telah dipilih sebagai obat

utama karena efektif dalam mengatasi plasmodium yang resisten dengan

pengobatan. Selain itu juga bekerja membunuh plasmodium dalam semua stadium termasuk
gametosit. Juga efektif juga terhadap semua spesies P.

falciparum, P. vivax maupun lainnya.

 Golongan Artemisinin

Berasal dari tanaman Artemisia annua. L yang disebut dalam bahasa

Cina sebagai Qinghaosu. Obat ini termasuk dalam kelompok

seskuiterpen lakton mempunyai beberapa formula seperti : artemisin,

artemeter, asam artelinik, dan dihidroartemisin. Beberapa obat golongan

Artemisin ialah:

- Artesunat

Hari ke-I: 2 mg/KgBB, 2x sehari, hari ke-II-V: dosis tunggal.

- Artemeter
4 mg/kg dibagi 2 dosis hari ke-I, 2 mg/kg/hari untuk 6 hari

- Artemisinin

20 mg/kgBB dibagi 2 dosis pada hari ke-I, 10 mg/kg untuk 6 hari.

I. KOMPLIKASI

Menurut Gandahusa, Ilahude dan Pribadi (2000) beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada
penyakit malaria adalah :

a. Malaria otak

Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian tertinggi (80%) bila
dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya. Gejala klinisnya dimulai secara lambat atau
setelah gejala permulaan. Sakit kepala dan rasa ngantuk disusul dengan gangguan kesadaran,
kelainan saraf dan kejang-kejang bersifat fokal atau menyeluruh.

b. Anemia berat

Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara mendadak (<> 3 mg/ dl.
Seringkali penyulit ini disertai edema paru. Angka kematian mencapai 50%. Gangguan ginjal
diduga disebabkan adanya Anoksia, penurunan aliran darah keginjal, yang dikarenakan
sumbatan kapiler, sebagai akibatnya terjadi penurunan filtrasi pada glomerulus.

d. Edema paru

Komplikasi ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah melahirkan. Frekuensi
pernapasan meningkat. Merupakan komplikasi yang berat yang menyebabkan kematian.
Biasanya disebabkan oleh kelebihan cairan dan Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS).

e. Hipoglikemia

Konsentrasi gula pada penderita turun (< style="font-weight: bold;">B. Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan.

J. PENCEGAHAN

Biasanya pemerintah melakukan foging (pengasapan) di tempat-tempat endemik malaria.


Namun kita juga bisa melakukan pencegahan seperti berikut:

 Menghindari gigitan nyamuk dengan memakai baju tertutup


 Menggunakan krim anti nyamuk
 Memasang kelambu anti nyamuk
 Menyemprotkan obat nyamuk di kamar tidur dan isi rumah
 Jika Anda akan bepergian ke tempat di mana banyak nyamuk malaria mengancam,
konsultasikan dulu dengan dokter
 Jangan keluar rumah setelah senja

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
INFORMASI UMUM No Rekam medis : 065288

Tanggal masuk RS : 3 februari 2020

Tanggal pengkajian : 4 februari 2020


Nama : An. S Riwayat Kesehatan

Umur : 9 tahun 3 bulan A.Riwayat kesehatan masa lalu


Pernah mengalami kecelakaan :Tidak
Jenis kelamin : perempuan Pernah dilakukan tindakan operasi :Tidak
Konsumsi obat-obatan bebas : Tidak
Sumber informasi : Orang tua
B. Informasi lain
IDENTITAS ORANG TUA Alergi pada : Makanan
Ayah :
Nama : Tn.M
Umur : 48 tahun Obat
Pendidikan : SLTA sederajat
Pekerjaan : Karyawan
Agama : Islam Zat kimia
Alamat : Minasatene

Ibu :
Nama : Ny. N
Umur : 45 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Minasatene

ALASAN MASUK RUMAH SAKIT:

Seorang anak perempuan umur 9 tahun 3


bulan masuk rumah sakit pada tanggal 3
februari 2020 dengan mengeluh demam
sudah 5 hari, demam semakin hari makin
tinggi disertai menggigil. Anak juga mual dan
muntah, pada satu hari sebelum dirawat anak
semakin lemah, lebih banyak tidur, sakit
kepala dan mengalami kejang. anak
sebelumnya pernah berpergian ke daerah
endemis malaria satu bulan sebelumnya dan
tinggal selama 1 tahun

REAKSI HOSPITALISASI
Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

Mengapa ibu membawa anaknya ke RS?

Ibu khawatir dengan kondisi anak yang semakin hari demam semakin tinggi disertai
menggigil

Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak? Ya Tidak

Bagaimana perasaan orang tua saat ini? Cemas Takut


Khawatir Biasa

Apakah orang selalu berkunjung? Ya Kadang Tidak

Siapa yang ingin tinggal dengan anak? Ayah Ibu Lainnya

Pengalaman anak tentang sakit dan rawat inap

Mengapa keluarga membawa kamu ke rumah sakit? Karena keluarga khawatir dengan
kondisi anak

Apakah dokter menceritakan keaadanmu? Dokter hanya memberitahu keadaan anak


kepada keluarga

Menurutmu apa penyebab kamu sakit? Karena mengalami demam tinggi dan
menggigil

Bagaimana rasanya dirawat di RS? Membosankan dan tidak bisa bermain dengan
teman

Genogram tiga generasi Pemeriksaan penunjang

1.Elektrokardiografi
HR : 74/min
RR : 816 MS
QRS : 96 ms
QT/QTc : 444/492 ms
P/PQ(PR) : 106/162 ms
P/QRS/T :47derajat/61derajat/
43derajat

2. pemeriksaan darah rutin


: laki-laki : garis keturunan

: perempuan : garis pernikahan

: meninggal

: pasien

A. Diagnosa keperawatan Dan Rencana Asuhan keperawatan

Pengkajian Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

Tanda mayor Hipertermia b.d Setelah 1.Observasi 1.Untuk


objektif : Proses infeksi dilakukan ttv Mengetahui
-Suhu tubuh d.d tindakan Keadaan
diatas nilai Suhu tubuh keperawatan umum
normal diatas normal selama 3x24 2.monitor pasien
-demam jam diharapkan suhu tubuh 2.mengetahui
suhu tubuh suhu tubuh
Subjektif: menjadi normal 3.longgarkan pasien
- dengan KH: atau 3.agar pasien
Tanda minor -suhu tubuh lepaskan tidak
objektif: normal pakaian kepanasan
-kejang -demam
-kulit teraba menurun 4.anjurkan 4.agar pasien
hangat tirah baring dapat
5.kolaborasi istirahat
Subjektif: pemberian 5.menurunkan
cairan dan demam
-
elektrolit pasien
intravena

B. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/tanggal Implementasi Evaluasi


Selasa, 4 1.Melakukan pemeriksaan TTV S : Pasien mengeluh
februari Hasil: TD : 90/60 Mmhg demam
2020 N : 93x/menit
S : 39 derajat celcius O : klien teraba panas
R : 24x/menit
2. Monitoring suhu tubuh A : demam semakin hari
Hasil : 39 derajat celcius semakin tinggi
3. Menganjurkan pasien untuk
melonggarkan atau melepas P : demam menurun
pakaian 1.Monitor suhu tubuh
Hasil: pasien merasa nyaman 2.Anjurkan tirah baring
4. menganjurkan untuk tirah baring 3. Kolaborasi
Hasil: pasien dapat beristirahat pemberian cairan
5. berkolaborasi dengan dokter dan elektrolit
Dalam pemberian obat cairan intravena
dan elektrolit intravena
hasil: Paracetamol

Rabu, 5
februari 2020 1. Monitoring suhu tubuh S : Pasien mengeluh demam
Hasil : 38 derajat celcius
2. menganjurkan untuk tirah baring O : klien teraba panas
Hasil: pasien dapat beristirahat
3. berkolaborasi dengan dokter A : Demam
dalam pemberian obat cairan
dan elektrolit intravena P : demam menurun
hasil: Paracetamol 1.Monitor suhu tubuh
2. Kolaboras
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena

Kamis,6 1. Monitoring suhu tubuh S : Pasien tidak demam


februari 2020 Hasil : 36,5 derajat celcius lagi
3. berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat cairan O : Suhu tubuh normal
da elektrolit intravena
A : Masalah teratasi
hasil: Paracetamol
P : Pertahankan intervensi

BAB III

DAERAH ENDEMIS MALARIA DI INDONESIA


Daerah endemis di Indonesia cukup tinggi dengan 10,7% jiwa terjangkit, penyebaran
malaria di daerah endemis tertinggi tersebar di provinsi papua dan pada tahun 2017,
mengatakan dari 514 kabupaten atau kota, sebanyak 266 atau 52 bebas malaria, 172
kabupaten atau kota 33% endemis rendah dan pemerintah menargetkan tidak ada lagi
daerah tinggi malaria pada tahun 2020

Anda mungkin juga menyukai