Anda di halaman 1dari 15

Tugas keperawatan komunitas

Malaria

Oleh:

Nama : Anggreni potaka

Npm : pk 115 017 004

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA PALU


2020
BAB1
PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Memasuki milenium ke-3 infeksi malaria masih merupakan masalah klinis bagi negara
tropik/subtropik dan negara berkembang maupun negara yang sudah maju. Malaria merupakan
penyebab kematian utama penyakit tropik, diperkirakan satu juta penduduk meninggal tiap
tahunnya dan terjadi kasusu malaria baru 200-300 juta/tahun. Malaria berasala dari bahasa italia
(mala+aria) yang berarti “udara yang jelek/salah”baru sekitar tahun 1880 charles louis alphone
lavera dapat membuktikan bahwa malaria dapat disebabkan oleh danya parasit didalam sel darah
merah, dan kemudian ronald ross membuktikan siklus hidup plamodium dan trasmisi
penularanya pada nyamuk.eleh karena penemuanya laveran dan ross mendapatkan hadiah nobel.

Laporan kasus malaria yaitu demam dengan speonomegali telah ditulis dalam literatur
kuno dari cina yaitu nei ching conon of medice pada tahun 1700 SM. Dan dari mesir dalam ebers
popyrus pada tahun 1570 SM. Tahun 1948 ditemukan siklus ekssoeritroter pada p.cynomologi
oleh shortt dan gsrham; dan pada tahun 1980 krotoski dan gamham menemukan bentuk dari
jaringan yang disebut hipnozoit yang menyebabkan terjadinya replas. (Setiati, 2014, hal. 595)

2. Batasan masalah
Pada pembahasan ini hanya membatasi konsep, teori penyakit dan konsep asuhan keperawatan
pada klien dengan malaria.

3. Rumusan masalah
1. Apa definisi malaria ?
2. Bagaimana etiologi penyakit malaria ?
3. Bagaimana tanda gejala malaria ?
4. Bagaimana patofisiologi malaria ?
5. Apa saja klasifikasi malaria ?
6. Apa komplikasi malaria ?
7. Bagaimana pengkajian asuhan keperawatan malaria ?
8. Apa saja diagnosa keperawatan malaria ?
9. Bagaimana intervensi keperawatan malaria ?
4. Tujuan
A. Tujuan umum :
Untuk mengetahui penjelasan secara detail tentang penyakit malaria
B. Tujuan khusus :
1. Untuk memahami apa yang dimaksud penyakit malaria
2. Untuk mengetahui apa etiologi malaria
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala malaria
4. Untuk mengetahui patofisiologi malaria
5. Untuk mengetahui klasifikasi malaria
6. Untuk mengetahui komplikasi dari malaria
7. Untuk mengetahui pengkajian asuhan keperawatan malaria
8. Untuk mengetahui diagnose keperawatan malaria
9. Untuk mengetahui intervensi keperawatan malaria
 BAB II

TINJAU PUSTAKA

Konsep Penyakit
A. Definisi
Penyakit malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang
merupakan golongan plasmodium,dimana proses penularanya melalui gigitan nyamuk anopheles.
Protozoa parasit jenis ini banyak sekali terdapat diwilayah tropik , misalnya amerika, asia, dan afrika/ ada
4 jenis type plasmodium parasit yang dapat meng-infeksi manusia, namun yang sering kali di temukam
pada kasus penyakit malaria adalah plasmodium falciparum dan plasmodium vivax. Lainnya adalah
plasmodium overle dan palsmodium malariae. (Nurarif & Kusuma, 2012,hal.291).
Infeksi malaria disebabkan oleh adanya parasit plasmodium didalam darah atau jaringan yang
dibuktikan dengan pemeriksaan mikroskopik yang positif, adanya antigen malaria dengan tes cepat,
ditemukan DNA/RNA parasit pada pemeriksaan PCR. Infeksi malaria dapat memberikan gejala mengigil,
anemia, dan splemegali. Pada individu yang imun dapat berlangsumg tampa gejala (asimtomatis).
Penyakit malaria (asimtomatis) : ialah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit plasmodium
didalam eritrosit dan biasanya disertai dengan gejala demam. Dapat berlangsung akut ataupun kronik.
Infeksi malaria dapat berlangsung tampa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang
dikenal malaria berat. Sejenis infeksi parasit yang menyerupai malaria ialah infeksi babesiosa yang
menyebabkan babesiosis. (Setiati, 2014, hal. 595)

B. Etiologi
Menurut harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan infeksi yaitu:
1. Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria
tertiana/vivaks (demam pada tiap hari ke tiga )
2.Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang
cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/falsiparum
(demam taiap 24-48 jam)
3.Plasmodium malariae, jarang di temukan dan menyebabkan malaria quartana/malariae(demam
tiap ahri ke empat).
4. Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah afrika dan pasifik barat,di indonesia dijumpai dinusa
tenggara barat dan irian, memberikan infeksi yang paling ringan dan dapat sembuh sepontan
tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale(Nurarif & Kusuma, 2012, hal. 291)
C. Manisfestasi klinis
1. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada malaria
tertiana (p. Vivax p. ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke-3,
sedangkan malaria kuartana (p. Malariae) pematang tiap 72 jam dan periodisitas demam tiap 4 hari.tiap
serangan ditadai dengan beberapa serangan periodik. Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “trias
malaria” (malaria proxysm) secara berurutan :
a. Periode dingin
Mulai mengigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri dengan selimut
atau sarung dan pada saat mingigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling teratuk, pucat
sampai sianosis seperti orang kedinginan. Preode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan
meningkatnya temperatur
b. Periode panas
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi samapai 40 oc atau lebih,
respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan darah
turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat
sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.
  c. Periode berkeringat
Penderita berkeringat malai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, samapi basah, temperatur turun,
penderita capai dan sering tertidur, bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan
pekerjaan biasa.
2. Spenomegali
Spenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas malaria kronik, limpa
mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigman eritrosit dan jaringan ikat
bertambah. Pembesarn limpa terjadi pada beberapa infeksi ketika membesr sebesar 3 kali lipat, lien dapat
teraba di bawah arkus costa kiri, lekukan pada batas anterior. Pada batas anterior merupakan gambaran
pada palpasi yang membedakan jika lien membesar lebuh lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan,
mendekat umbilicus dan fossa iliaca dekstra.
3. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena
falciparum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced
survival time). Ganguan pembentukan eritrositkarena depresi eritropoesisdalam sumsum tulang.
4. Ikterus
Adalah disklorasi kuning pada kulit dan sklera mata akibat kelebihan bilirium dalam darah.
Bilirium adalah produk penguraian sel darah merah terhadap tiga jenis ikterus antara lain :
a. Ikterus hemolitik
Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat terjadi
pada diktruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati dapat mengkonjukasikan semua bilirubin yang di
hasilkan
b. Ikterus hepatoseluler
Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit dan disebut
dengan hipatoseluler
c. Ikterus obstruktif
Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui duktus biliaris disebut dengan
ikterus obstuktif. (Nurarif & Kusuma, 2012, hal. 292)
 D. Patofisiologi
Nyamuk anopheles yang merupakan vektor penyakit malaria yang mengigit anak. Apabila
kekebelan (daya tahan) tubuh anak baik, maka parasit yang dibawa oleh nyamuk tersebut akan lemah dan
hilang dari tubuh. Apabila daya tahan tubuh anak kurang baik maka parasit tersebut akan menginfeksi
darah. Jenis plasmodium akan mempengaruhi berat ringanya malaria. Plasmodium valciparung akan
menyebabkan malaria yang berat. Parasit yang masuk ke pembuluh darah akan memasukan seporozoit.
Parasit akan tumbuh dan mengalami pembelahan. Setelah 6-9kali, skizone menjadi dewasa dan pecah
serta melepaskan beribu-ribu merozoit. Sebagian merozoit akan memasuki sel-sel darah merah dan
berkembang disini (CDC,2009).
Demam timbul bersamaan dengan pecahnya sekizone darah yang mengeluarkan anti gen.
Kemudian, antigen akan merangsang mikrofak, monosit atau limposit yang mengeluarkan sitokin dan
tumor nectrosits faktor (TNF) yang dibawah kehipotalamus yang merupakan puisat pengaturan suhu
tubuh. Kemudian terjadinya demam. Pembesaran limpa terjadi karena plasmodium dihancurkan oleh
monosit yang menyebabkan bertambahnya sel radang dan terjadi peningkatan jumlah eritrosit yang
berinfeksi parasit. Penyebaran eritrosit ke pembuluh kapiler menyebabkan oftruksi dalam pembulu
dkapiler sehingga terjadi inskemia jaringan (prossete), yaitu berkumpulnya sel darah merah yang 
berparasit dengan sel darah merah lainya (depkesri,2008).
Anemia disebabkan oleh pecahnya eritrosit dan difagositosis oleh sistem retikuloendotelian.
Hemolisis dipengaruhi oleh jenis fasmodium dan status imunitas pejamu. Selain itu, anemia juga
disebakan oleh komolisis atau imun dan sekuestrasi oleh limpa pada eritrosit yang terinfeksi maupun yant
normal, serta gangguan eritopoiesits. (Marnia, 2016, hal. 122)

 E. Klasifikasi
1. Malaria tropika penyebabnya adalah plasmodium falciparum dengan masa inkubasi 9-14 hari
2. Malaria quartana penyebabnya plasmodium dengan masa inkubasi 18-40 hari
3. Malaria tertianan penyebab plasmodium vivex dengan masa inkubasi 12-17 hari
4. Malaria ovale yang disebabkan plasmodium dengan masa inkubasi.

 F.Komplikasi
Menurut Iskandar Zulkarnain, 2014 : 613, komplikasi malaria umumnya disebabkan karena
P.falciparum dan sering disebut pernicious manifestations. Sering terjadi mendadak tanpa gejala-gjala
sebelumnya, dan sering terjadi pada penderita yang tidak imun seperti pada orang pendatang dan
kehamilan.
Penderita malaria dengan komplikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut
WHO didefinisikan sebagai infeksi P.falciparum dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut:
Malaria selebral : coma yang tidak bisa dibangunkan dengan total GCS adalah kurang dari
sebelas yang terjadi 30 menit setelah kejang ; yang tidak disebabkan oleh penyakit lain.
Anemia berat, dengan Hb < 5 gr% atau hematokrit < 15% pada keadaan hitung parasit > 10000.
Gagal ginjal akut, dengan urin < 400 ml/ 24 jam pada orang dewasa atau < 12 ml/kg BB pada
anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, diseratai kreatinin > 3 mg % , Hipoglikemia : gula darah <
40 mg %. Hal ini disebabkan kebutuhan metabolik dari parasit telah menghabiskan cadangan
glikogen dalam hati.Syok ; tekanan sistolik < 70 mmHg (anak 1-5 < 50 mmHg) yang disertai
kringat dingin dengan perbedaan temperatur kulit-mukosa > 1 derajat C. Oedema paru/ARDS,
dimana tekanan vena sentral normal dan pulmonary wedge pressure menurun. Ditandai dengan
pernafasan yang dalam dan cepat yakni > 35 kali/ menit. (Wijaya, 2013, hal. 189)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
@ Identitas
Anak-anak lebih rentan terhadap infeksi malaria, terutama pada anak dengan gizi buruk.
Infeksi akan berlangsung lebih hebat pada usia muda atau sangat muda karena belum matangnya
sistem imun sedangkan pada usia tua disebabkan ole penururnan daya tahan tubuh. Selain itu
semua, malaria juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti pekerjaan, pendidikan dan migrasi
penduduk. Hal ini di sebabkan mobilisasi penduduk yang cukuo tinggi dan trasportasi yang
semakin cepat memungkinkan terjadinya kasus-kasus impor di semua daerah yang sudah
tereliminasi malaria. (Setiati, 2014, hal. 595)
b. Status kesehatan saat ini
@ Keluhan utama
Biasanya klien dengan penyakit malaria datang kerumah sakit dengan keluhan demam, tidak mau
makan, kepala tersa pusing, perut bagian kanan terasa sakit, terasa mual dan ingin muntah. (Wijaya, 2013,
hal. 190)
@ Alasan masuk rumah sakit
Pasien yang dibawa kerumah sakit biasanya diawali dengan gejala badan terasa lemah, nyeri
kepala, tidak nafsu makan dan mual muntah. (Marnia, 2016, hal. 121)
@ Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klein yang menderita penyakit malaria pada saat dilakukan pengkajian keluhan yang
dirasakan oleh pasien dalah masih terasa demam, lemas, mual, tidak mau makan. (Wijaya, 2013, p. 190)
 c. Riwayat kesehatan terdahulu
@ Riwayat penyakit sebelumnya
Biasanya pasien yang mengalami penyakit malaria mempunyai riwayat pernah mengalami penyakit
malaria sebelumnya dan pernah dirawat dirumah sakitatau berobat dengan gejala atau penyakit yang
sama. (Wijaya, 2013, p. 190)
@ Riwayat penyakit keluarga
Biasanya pasien yang menderita penyakit malria ini di dalam keluarganya juga ada yang menderita
penyakit malaria. (Wijaya, 2013, p. 190)
@ Riwayat pengobatan
Tannyakan riwayat minum obat malaria sebelunya dan apakah pernah mendapatkan trasfusi darah
sebelunya. (Marnia, 2016, hal. 126)
 d. Pemeriksaan fisik
Keadaaan umum
- Kesadaran: Gelisah,ketakutan,kacau mental,disorientas,deliriu atau koma (Kunoli, 2012, hal. 195).
- Tanda-tanda vital:
a.Tekanan darah normal atau sedikit menurun.
b. Denyut perifer kuat dan cepat.
c. RR: takipnea dengan penurunan kedalaman pernafasan
d. Demam 400 pada malaria berat (Kunoli, 2012, hal. 194)
- Body system
a. Sistem pernafasan
Ispeksi : Takipnia dengan penurunan kedalam pernafasan,nafas pendek pada istirahat dan
aktivitas. (Kunoli, 2012)pada malaria berat frekuensi nafas pada balita >40 kali/menit sedangkan
frekuensi nafas pada anak berusia dibawah satu tahun >50 kali/menit. (Marnia, 2016, hal. 122)
b. Sistem kardiovaskuler
-Palpasi: denyut perifer kuat dan cepat
-Auskultasi: tekanan darah normal atau sedikit menurun. (Kunoli, 2012, hal. 194)
c. Sistem persarafan
Kesadaran: Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas, delirium atau koma. (Kunoli, 2012,
hal. 195)
d. Sistem perkemihan
Inspeksi: penurunan haluaran urin dan kosentrasi urin. (Kunoli, 2012, hal. 195)
e. Sistem pencernaan
- Inspeksi: anoreksia, mual dan muntah, diare atau kontipasi.
- Palpasi: distensi abdomen (Kunoli, 2012, hal. 195)
f. Sistem integument
-Inspeksi: pendarahan (hematoma, petekie dan purpura), pucat.
-Palpasi: kulit hangat (Kunoli, 2012, hal. 195)
g. Sistem muskulokeletal
Kelemahan otot dan penurunan kekuatan (Kunoli, 2012, hal. 194)
h. Sistem endokrin
Pada sistem kardiovaskular dan endokrin dan Metabolisme tidak “tertulari” parasit sehingga
penyakit parasit pada organ-organ tubuh ini tidak dibahas. (Natadisatra, 2010, hal. 66)
i. Sistem reproduksi
Malaria lebih sering dijumpai pada kehamilan trimester 1 dan 2 dibandingkan pada wanita yang
tidak hamil. (Setiati, 2014, hal. 605)
j. Sistem pengindraan
Konjungtiva anemis, sklera ikterik (Zainuddin, 2014, hal. 27)
k. Sistem imunitas
Respon imunitas selluler dan humoral normal terhadap antigen. (Setiati, 2014, hal. 606)
 
PEMERIKSA PENUNJANG

Periksa yang perlu dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit malaria yaitu pemeriksaan
sediaan darah (SD) untuk mengidentifikasi tebal tipisnya, serta positif atau negatif; dan pemeriksaan atau
tes dianotik cepat (rapid diagnotic test) yang digunakan untuk mendeteksi antigen parasit malaria. Uji
deteksi ini berkangsung cepat, tetapi dapat melewatkan parasitemia rendah serta tidak dapat menghitung
jumlah parasitemia (Marnia, 2016, hal. 124)
Pemeriksaan hemoglobin menunjukan penurunan Hb yang cepat pada malaria akut, sedangkan
pemeriksaan hemotokrit, leukosit, dan trombosit menunjukan trobisipenia.
Tes fungsi hati menunjukkan peningkatan SGOT dan SGOT; kadar glukosa dan alkalin fosfatase
menurun, albunin menurun, dan globulin meningkat. Selain itu, dapat juga dilakukan pemeriksan kadar
kreatilin ureum, natrium, kalium, dan analisis gas darah  (Marnia, 2016, hal. 124)

 PENATALAKSANAAN
Ada tiga cara penatalaksanaan malaria adalah :
@. Pengobatan presentif merupakan pengobatan dengan cara menemukan pasien malaria secara intensif,
dari rumah ke rumah atau pada unit-unit pelayanan kesehatan. Tujuan dari pengobatan ini yaitu untuk
meringankan gejala malaria dan mencengah terjadinya penularan selama pasien menunggu hasil
laboraturium.
@ Pengobatan subpretif merupakan pengobatan pada semua pasien demam didaerah endemis malaria
yang berobat di unit-unit pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mencegah timbulnya gejala klinis.
@ Pengobatan radikala diberikan untuk malaria yang menimbulkan relaps jangka panjang, dan
pengobatan masa ditunjukan untuk setiap penduduk didaerah endemis malaria yang dilakukan secara
teratur pada saat wabah.
Pengobatan malaria pada pasien lansia dapat dilakukan secara rawat jalan atau rawat inap. Jika
rawat inap, klorokuin basa diberikan dengan dosis total 25mg/kgBB selama 3hari, dengan perinciaan
sebagai berikut :
1. Hari pertama 10mg/kgBB (maksimal 600mg basa )6 jam
2. Kemudian dilanjutkan 10 mg/kgBB (maksimal 600 mg basa) dan 5 mg/kgBB pada 24 jam (maksimal
300 mg basa) + primakuin 1 hari.
3. Selain itu juga dapat diberikan : Hari pertama dan kedua masing-masing 10 mg/kgBB, hari ketiga 5
mg/kgBB + primakuin 1 hari.
Pengobatan dengan klorokuin dapat secara efektif menyembuhkan malaria, tetapi tidak semua
orang sensitif terhadap klorokuin, sehingga diperlukan obat yang dapat menyembuhkan malaria. Obat lain
yang dapat digunakan untuk anak yang menderita penyakit malaria yaitu quinin + klindamisin/
doksisiklin, atau atovaquone-proguanil, atau mefloquin. (Marnia, 2016, hal. 125)

Diagnosa keperawatan
A. Hipertermia : suhu tubuh meningkat diatas rentang normal.
- Penyebab :Dehidrasi, Terpapar lingkungan panas.
- Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker), Ketidak sesuaian pakaian dengan suhu tubuh, Peningkatan
laju metabolism
- Respon trauma : Aktifitas berlebihan
- Gejala dan tanda mayor : Sujektif (tidak tersedia ),Objektif ( Suhu tubuh diatas nilai normal).
- Gejala dan tanda minor : Subjektif (tidak tersedia),Objektif (Kulit merah, kejang,takikardi,
takipnea, kulit terasa hangat ,kondisi klinis terkait, proses infeksi, hipertiroid, stoke, dehidrasi,
trauma.
B. Devisit nutrisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism
-Penyebab: Ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan mencerna makanan,
ketidakmampuan mengabsorsi nutrient, peningkatan kebutuhan metabolism
-Factor ekonomi (mis, finansial tidak mencukupi)
-Factor psikologis (mis, stress, keenganan untuk makan)
-Gejala dan tanda mayor : Subjektif (tidak tersedia), objektif (berat badan menurun minimal 10%
dibawah rentang ideal.
-Gejala dan tanda mayor: Subjektif (cepat kenyang saat makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan
menurun, objektif( bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah, membrane
mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut rontok berlebihan,diare.
-Kondisi klinis terkait: Stroke,Parkinson, amyotropic lateral sclerosis, kerusakan neuromuscular,
Kangker,infeksi, aids.
C. Perfusi perifer tidak efektif : penurunan sirkulasi darah pada lefel kapiler yang dapat menggangu
metabolisme tubuh.
-Penyebab : Hiperglikemia, Penurunan konsentrasi hemoglobin, Peningkatan tekanan darah,
Kekurangan volume cairan, Penurunan aliran ateri dan/atau vena kurang terpapar
informasi tentang faktor pemberat (mis. Merokok, gaya hidup monoton, trauma
-Gejala dan tanda mayor :objektif (Pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun (mis. Diabetes
melitus, hiperlipidemia), kurang aktifitas fisik. atau tidak teraba, kral teraba dingin, warna kulit
pucat, turgor kulit menurun. Subjekti (tidak tersedia).
- Gejala dan tanda minor :Objektif (Edema, penyembuhan luka lambat, indek ankle-brachial >0,90,
bruit femoral.Subjektif (Parastesia, nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten).
- Kondisi klinis terkait : Tromboflebitis, diabetes mellitus, Anemia, gagal jantung kongestif,
Kelainan jantung congenital,trombosis arteri, trombosis vena dalam, Sindom kompartemen.

INTERVENSI

A.Hipertermia
Tujuan: Pasien akan menunjukan termoregulasi, yang dibuktikan oleh indikator gangguan sebagai
berikut (sebutkan 1-5 gangguan ekstrem berat, sedang, ringan, atau tidak gangguan), peningkatan
suhu kulit, mengantuk.
Kriteria hasil :
-Menunjukan yang tepat untuk mengukur suhu
-Menjelaskan tindakan untuk mencegah atau meminimalakan peningkatan suhu tubuh
-Melaporkan tanda dan gejala dini hipertermia
Intervensi (NIC) :
1. Pantau aktivitas kejang
2.Pantau hidrasi (misalnya, turgor kulit, kelembapan membran mukosa)
3.Pantau tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernapasan
4.Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan, sesuai dengan suhu lingkungan
-Penyuluhan untuk pasien/keluarga :
Ajarkan pasien/ keluarga dan mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara dini hipertermia
(mislnya, sengatan panas, dan keletihan akibat panas)
Regulasi (NIC): ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan yang diperlukan, jika
perlu.
- Aktifitas kolaboratif
Regulasi suhu(NIC):Berikan obat antipiretik, jika perlu gunakan matras  dingin dan mandi air hangat
untuk mengatasi gangguan suhu tubuh, jika perlu (Wilkinson, 2013)

B.Devisit nutrisi
Tujuan: memperlihatkan status gizi : asupan makanan dan cairan, yang dibuktikan oleh indikator
sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak adekuat, sedikitadekuat, cukup adekuat, adekuat, sangat adekuat):
makanan oral, pemberian makanan lewat selang, atau nutrisi pariental total.

Kriteria hasil :
1.Mempertahakan berat badan :……kg atau bertambah…..kg, Pada….(sebutkan tanggal)
2.Menjelaskan komponen diet bergizi adekuat
3.Mengungkapkan tekat untuk mematuhi diet
4.Menoleransi diet yang dianjurkan
5.Mempertahankan masa tubuh berat badan dalam masa normal
Intervensi (NIC):
-Aktifitas keperawatan
Pengkajian:
- Tentukan motifasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
- Pantau nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit
-Penyuluhan untuk pasien/keluarga
-Ajakarkan metode untuk perencanaan makan
-Ajarkan pasien/keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal
-Aktivitas kolaboratif
Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien yang mengalami ketidak
adekuatan asupan protein atau kehilangan protein.Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu
makan, maknan pelengkap, pemberian makan melalui selang, atau nutrisi pariental total agar asupan
kalori yang dikuat dapat dipertahankan.Rujuk pada dokter untuk menentukan penyebab gangguan
nutrisi. Rujuk program gizi di komunitas yang tepat, jiak pasien tidak dapat membeli atau menyiapkan
maknan yang adekuat (Wilkinson, 2013, hal. 391)
C.Perfusi perifer tidak efektif
Tujuan : menunjukkan keseimbangan cairan, yang dibuktikan oleh indikator berikut (sebutkan 1-5 :
gangguan exterm, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan): tekanan darah,nadi perifer,turgor
kulit.
Kriteria hasil :Pasien akan mendeskripsikan rencana perawatan dirumah, Extremitas bebas dari lesi
Intervensi (NIC)
- Aktifitas keperawatan
Pengkajian:
-Kaji ulkus statis dan gejala selulitis (yaitu, nyeri, kemerahan, dan pembengkakan pada extremitas).
-Perawatan sirkulasi (insufisiensi arteri vena) (NIC) :Lakukan pengkajian konprehensif terhadap sirkulasi
perifer (misalnya, kaji nadi perifer, odema, pengisian ulang kapiler, warna, dan suhu (extremitas).
-Pantau tingkat ketidaknyamanan nyeri saat melakukan latihan fisik, pada malam hari, atau saat istirahat
(arterial).
-Pantau status cairan, termasuk asupan dan haluaran.
Manajemen sensasi perifer NIC :
-Pantau perbedaan ketajaman/ketumpulan atau panas atau dingin (pada perifer).
- Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
Menghindari suhu yang extrem pada extremitas,pentingnya mematuhi program diet dan program
pengobatan, tanda dan gejala yang dapat dilaporkan pada dokter.
Perawatan sirkulasi (insufisiensi arteri dan vena) (NIC) : ajarkan pasien untuk melakukan perawatan kaki
yang tepat.Pentingnya pencegahan statis vena (mis., tidak menghilangkan kaki/mengangkat kaki tanpa
menekuk lutut, dan latihan fisik.
-Aktifitas kolaboratif
Beri obat nyeri, beritahu dokter jika nyeri tidak kunjung reda, perawatan sirkulasi (insufiensi arteri dan
vena) (NIC) : berikan obat anti trombosit atau antikoagulan, jika diperlukan.(Wilkinson, 2013, hal. 506)
DAFTAR PUSTAKA

Kunoli, F. J. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta: CV. TRANS INFO MEDIA.
Marnia. (2016). Asuhan Keperawatan Anak Pada Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga.
Natadisatra, D. (2010). Parasitologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Nanda NIC-NOC.
Jogjakarta: Media Action.
PPNI, t. p. (2017). Status Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat.
Setiati, S. (2014). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: InternalPublishing.
Wijaya, A. S. (2013). KMB2 keperawatan Medikal Bedah. Bengkulu: Medical Book.
Wilkinson, J. M. (2013). Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Zainuddin, A. A. (2014). Panduan Praktik Klinis. Jakarta: IDI.
 

Anda mungkin juga menyukai