Anda di halaman 1dari 6

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN FILARIASIS

OLEH KELOMPOK 1:

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

SURABAYA

2019
LAPORAN PENDAHULUAN

FILARIASIS

A. PENDAHULUAN

Filariasis ( kaki gajah) Penyakit ini dapat di sebabkan oleh infestasi satu atau
dua cacing jenis filaria yaitu wucheria bancrofti atau Brugia malayi.cacing filaria ini
termasuk famili Filaridae yang bentuknya langsing dan di temukan di dalam sistem
peredaran darah limfe,otot dan jaringan ikat atau rongga serosa pada vertebrata.cacing
bentuk dewasa dapat di temukan pada pembuluh dan jaringan limfa
pasien.(T.Pohan,Herdiman,2009)

Filariasis (kaki gajah) adalah penyakit menular yang mengenai saluran dan
kelenjar limfe yang di sebabkan oleh cacing filaria dan di tularkan oleh nyamuk.
Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapat pengobatan dapat
menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,lengan,dan alat kelamin pada
perempuan dan laki-laki(Depkes RI,2005)

B. ETIOLOGI
Sepuluh spesies nyamuk Anopheles d identifikasi sebagai vektor W.Bancrofti
tipe pedesaan.culex quinquefasciatus merupakan vektor W.Bancrofti tipe
perkotaan.Enam spesies mansonia merupakan vektor Brugia malayi.di Indonesia
timur,mansonia dan Anopheles barbirostris merupakan vektor filariasis yang paling
penting. Beberapa spesies mansonia dapat menjadi vektor Brugia malayi tipe
subperiodik nokturna.. sementara Anopheles barbirostris merupakan vektoe penting
Brugia malayi di NTT dan kepulauan Maluku Selatan.perlu kiranya mengetahui
bionomik (tata hidup) vektor yang mencakup tempat berkembang biak,perilaku
menggigit dan tempat istirahat untuk dapat melaksanakan pemberantasan vektor
filariasis.tempat peindukan nyamuk berbeda-beda. Umumnya nyamuk beristirahat di
tempat-tempat eduh,semak-semak dan di dalam rumah yang di tempat yang gela-
gelap.sifat nyamuk berbeda-beda ada yang suka darah manusia(antrofilik),darah
hewan(zoofilik),dan darah keduanya(zooantrofilik). Terdapat perbedaan waktu dalam
mencari mangsanya yaitu endofagik dan eksofagik.setiap daerah mempunyai spesies
nyamuk yang berbeda-beda(Depkes RI,2005)
1. Manusia
Setiap orang mempunyai peluang untuk dapat tertular filariasi apabila di
gigit oleh nyamuk infektif(mengandung larva stadium III). Manusia yang
mengandung parasit selalu dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain.
Pada umumnya laki-laki banyak terkena infeksin karena lebih banyak
kesmpatan untuk mendapat infeksi kaarena laki-laki pekerja fisik yang lebih
berat( Gandahusada,1998)
2. Hewan
Beberapa hewan dapat berperan sebagai sumber penularan filariasis(hewan
reservoir).hanya Brugia malayi tipe sub periodik nokturna dan non periodik
yang di temukan pada lutung(Presbytis criatatus),kera( macaca fascicularis)
dan kucing(felis catus).(Depkes RI,2005)
3. Lingkungan
 Lingkungan fisik
Dapat menciptakan tempat perindukan dan beristirahatnya
nyamuk.suhu dan kelembaban berpengaruh terhadap
pertumbuhan,masa hidup,dan keberadaan nyamuk.lingkungan
dengan tumbuhan air di rawa-rawa dan adanya hewan
resovoir(lutung,kera dan kucing) berpengaruh terhadap penyebaran
Brugia malayi sub periodik nokturna dan non periodik
 Lingkungan biologi
Lingkungan biologi dapat menjadi rantai penularan
filariasis,misalnya adanya tanaman air sebagai tempat pertumbuhan
nyamuk mansonia sp. Daerah endemis Brugia malayi adalah daerah
dengan hutan rawa,sepanjang sungai atau badan air yang di tumbuhi
tanaman air
 Lingkungan sosial,ekonomi,budaya
Kebiasaan bekerja di malam hari,keluar pada malam hari,dan
kebiasaan tidur berkaitan dengan intensitas kontak vektor.insiden
filariasi pada laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan karena
umumnya laaki-laki lebih sering kontak dengan vektor pada saaat
bekerja.(Depkes RI,2005)

C. PATOFISIOLOGI

Parasit memasuki sirkulasi saat nyamuk menghisap darah lalu parasit akan
menuju pembuluh limfa dan nodus limfa. Di pembuluh limfa terjadi perubahan dari
larva stadium 3 menjadi parasit desawa.cacing dewasa akan menghasilkan produk-
produkn yang akan menyebabkan dilatasi dari pembuluh klimfa sehingga terjadi
disfungsi katup yang berakibat aliran limfa retrograde.akibat dari aliran retrograde
tersebut maka akan terbentuk limfedema.
Perubahan larva stadium 3 menjadi parasit dewasa menyebabkan antigen parasit
mengaktifkan sel T terutama sel Th2 sehingga melepaskan sitokin seperti IL1,IL 6,TNF
a. Sitokin-sitokin ini akan menstimulasi sum-sum tulang sehingga terjadi eosinofilia
yang berrakibat meninggkatnya mediator proinflamatori dan sitokin juga akan
merangsang ekspansi sel B klonal dan meningkatkan produksi IgE. IgE yang terbentuk
akan berikatan dengan parasit sehingga melepaskan mediator inflamasi sehingga
timbul demam. Adanya eosinofilia dan meningkatnya mediator inflamasi maka akan
menyebabkan reaksi granulomatosa untuk membunuh parasit dan terjadi kematian
parasit. Parasit yang mati akan mengaktifkan reaksi imflamasi dan granulomatosa.
Proses penyembuhan akan meninggalkan pembuluh limfe yang di latasi ,menebalnya
dinsing pembuluh limfe ,fibrosis,dan kerusakan struktur. Hal ini menyebabkan terjadi
ekstravasasi cairan limfa ke intertisial yang akan menyebabkan perjalanan penyakit
yang kronis.

D. Manifestasi klinis

Gejala kronis dari penyakit ini adalah berupa pembesaran yang menetap pada
tumgkai,lengan,buah dada,buah zakar.manifestasi klinis filariasis di sebakan oleh cacing
dewasa pada sistem limfatik dengan konsekuensi limfangitis dan limfadenitis. Selain itu
juga, oleh reaksi hipersensitivitas dengan gejalan klinis yang di sebut occult filariasis.
Dalam proses perjalanan penyakit, filarisis bermula dengan limfangitis dan limfadenittis
akut berulang dan berakhir dengan terjadinya obstruksi menahun dari sistem
limfatik.perjalanan penyakit berbatas kurang jelas dari satu stadium ke stadium
berikutnya,tetapi di urutkan dari masa inkubasi dapat di bagi menjadi:

1. Masa prepaten
Merupakan masa antara masuknya larva infektif sampai terjadi mikrofilaremia yang
memerlukan waktu kira-kira 3-7 bulan.hanya sedikit dari penduduk di daerah
endemik yang menjadi mikrofilaremik dan dari kelompok mikrofilaremik ini pun
tidak semua kemudian menunjukkan gejala klinis .terlihat bahwa kelompok ini
termasuk kelompok yang asimtomatik baik mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik
2. Masa inkubasi
Merupakan masa antara masuknya larva infektif hingga muncul nya gejala klinis
yang biasanya berkisar antara 8-16 bulan
3. Gejala klinik akut
a) Demam berulang-ulang selama 3-5 hari,demam dapat hilang bila istirahat
dan muncul lagi setelah bekerrja
b) Pembengkakan saluran getah bening(tanpa ada luka) pada lipatan
paha,ketiak,yang tampak kemerahan,panas dan sakit
c) Radang salura kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang
menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan ke arah ujung
d) Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah
bening,dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah
e) Pembesaran tungkai,lengan,buah dada,buah zakar yang terlihat agak
kemerahan dan terasa panas
4. Gejala menahun
Terjadi 10-15 tahun setelah serangan akut pertama .mikrofilaria jarang terjadi pada
stadium ini sedangkan limfadenitis masih dpat terjadi .gejala kronis ini
menyebabkan terjadinya cacat yang menganggu aktivitas penderita serta membebani
keluarga.

Filariasis bancrofti
Pada filariasi yang di sebabkan wuchereria bancrofti pembuluh limfe alat
kelamin laki-laki sering terkena,disusul funikulitis,epididimitis,dan
orchitis.limfadenitis inguinal atau aksila ,sering bersama dengan limfangitis retrograde
yang umumnya sembuh sendiri dalam 3-15 hari . serangan biasany8a terjadi beberapa
kali dalam setahun.limfadema pada filariasis bancrofti biasanya mengenai seluruh
tungkai.limfedema tungkai dapat di bagi menjadi 4 tingkat,yaitu:

a) Tingkat 1
Edema piting pada tungkai yang dapat kembali normal bila tungkai di angkat
b) Piting/non piting edema yang tidak dapat kembali normal bila tungkai di angkat
c) Edema non piting,tidak dapat kembali normal bila tungkai di angkat ,kulit
menjadi tebal
d) Edema non piting dengan jaringan fibrosis dan verukosa pada kulit.
(T.Pohan,Herdiman, 2009)

Filariasis brugia

Pada filariasis yang di sebakan Brugia malayi dan brugia timori limfadenitis paling
sering mengenai kelenjar inguinal,sering terjadi setelah bekerja keras .kadang-
kadang di sertai limfangitis retrograde. Pembuluh limfe menjadi keras dan nyeri dan
sering terjadi limfedema pada pergelangan kaki dan tangan.serangan dapat terjadi
12 kali dalam satu tahun sampai bebebrapa per bulan. Kelenjar limfe yang terkena
dapat menjadi abses,memecah dan membentuk ulkus dan meningkatkan parut yang
khas, setelah 3 minggu hingga 3 bulan.

E. PEMERIKSAAAN PENUNJANG
TES DIAGNOSTIK
a) Metode filtrasi membran
Darah vena di ambil pada saat malam hari dan di saring melalui sebuah
membrane dengan pori-pori kecil yang mampu dan mudah mendeteksi
mikrofilaria dan menghitung jumlah muatan infeksi. Biasanya di gunakn pada
tahap awal penyakit sebelum gejala klinis muncul. Setiap kali lipoedema
berkembang secara umum miklofilaria menghilang di seluruh darah perifer
b) Ultrasonografi
Di gunakan untuk membantu menentukan dan memperlihatkan pergerakan
hidup cacing filaria W. Bancofti di bagian saluran limfe skrotum pada pria
dengan mikrofilaremia tanpa gejala
c) Lymphoscintigraphy
d) Immunochromatographic(ICT)
Merupakan tes assay dengan sensitifitas yang tinggidan spesifik dalam
memeriksa antigen filariasis. Hasil tes positif pada tahap awal penyakit ketika
cacing dewasa hidup dan menjadi negatif ketika cacing sudah mati
e) Pemeriksaan DNA
Menggunakan polymerase chain reaction(PCR) tes ini memiliki ke-spesifikan
dan sensifitas yang tinggi sehingga mampu mendeteksi DNA parasit pada
manusia sebagai vektor cacing
F. PENGOBATAN
a. Diethylcarbamazine(DEC)
Sebagai satu-satunya obat yang efektif,aman dan relatif murah.pengobatan
dilakukan dengan pemberian DEC 6 mg/kgBB/hari) selama 12
hari.pengobatan ini dapat di ulang 1 hingga 6 bulan kemudian bila perlu
,atau DEC selama 2 hari perbulan (6-8 mg/kgBB/hari)
b. Ivermektin
Meski ivermektin sangat efektif menurunkan kadar
mikrofilaremia,tampaknya tidak dapat membunuh cacing dewasa,sehingga
terapi tersebut tidak di harapkan menyembuhkan infeksi secara menyeluruh
c. Albendazole
Bersifat makrofilarisidal untuk W.bancrofti dengan pemberian setiap hari
selama 2-3 minggu,namun dari penelitian di katakan obat ini masih belum
optimal .jadi untuk mengobati individu,DEC masih di gunakan.
(T.Pohan,Herdiman, 2009)

DAFTAR PUSTAKA

Depkes,2009; Mengenal Filarisis( Penyakit Kaki Gajah)

Depke RI,2005, Mengenal Filarisis( Penyakit Kaki Gajah)

Kemenkes RI,2010, Vilariasis di Indonesia Vol 1, Jakarta : Bulletin Jendela Epidemiologi

Pohan,Herdiman T,2009,Filariasis, Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi Kelima.Jilid III. Jakarta:
Interna publishing

Anda mungkin juga menyukai