Kelompok 1:
Kelompok 1:
Tiffanny Aditya W. P. 9103017026
Raden Roro Wike W. A. 9103017058
Berlianda Satuadi M. 9103017005
Nico Renaldy 9103017016
Maria Serafina Kwure 9103017047
Maria Iriani Perada 9103017009
Boy Sakti 9103017020
Dani Agus Saputra 9103017038
Dahlia 9103017030
Engelberta 9103017043
Manuel 9103017066
Juliana Farneubun 9103017036
Devi Kristianti 9103017001
Verysa Maurent 9103017055
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang “Makalah Konsep Medis
Dan Askep Pasien Dengan Daibetes Melitus” yang dibimbing oleh Maria Manungkalit, S.
Kep., Ns., M. Kep. dapat selesai dengan baik sebagai salah satu tugas dari mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kesalahan baik dari sistem
penulisan maupun isi. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun sehingga dalam makalah berikutnya dapat diperbaiki serta ditingkatkan
kualitasnya.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...............................................................................................................i
Daftar Isi.........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................3
2.1 Definisi Diabetes Melitus..............................................................................3
2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus.........................................................................3
2.2 Etiologi Diabetes Melitus..............................................................................4
2.3 Patofisiologis Diabetes Melitus.....................................................................6
2.4 Tanda dan Gejala Diabetes Melitus..............................................................7
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................9
3.1 Pengkajian.....................................................................................................9
3.2 Analisa Data..................................................................................................12
3.3 Diagnosa Keperawatan..................................................................................13
3.4 Intervensi Keperawatan.................................................................................14
BAB 4 PENUTUP..........................................................................................................19
4.1 Kesimpulan...................................................................................................19
4.2 Saran..............................................................................................................19
Daftar Pustaka.................................................................................................................20
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Badan Kesehatan Dunia atau WHO juga memperkirakan bahwa jumlah kematian
akibat diabetes mellitus atau kencing manis ini akan meningkat dua kali lipat atau lebih
selama periode 2005 – 2030. Perkiraan WHO ini tentu harus jadi bahan renungan bagi
kita semua. Mari kita bahu membahu membantu masyarakat, khususnya masyarakat
Indonesia untuk lebih sadar akan bahaya dari penyakit ini dan lebih meningkatkan
kewaspadaan dalam menjaga diri agar terhindar dari penyakit yang cukup mematikakan
ini.
Maka dari itu, tujuan penulis untuk membuat makalah ini adalah untuk mengetahui
asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus, sehingga mengetahui apa saja yang
harus dilakukan dengan pasien dengan diabetes melitus.
1.2.4 Apa saja manifestasi klinis dari pasien dengan diabetes melitus?
1
1.2.5 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus?
1.3.4 Untuk mengetahui tanda dan gejala dari pasien dengan diabetes melitus.
1.3.5 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian pankreas
Pankreas adalah suatu organ berupa kelenjar terletak retroperiontenial dalam abdomen
bagian atas, didepan vertebrae lumbalis I dan II, dengan panjang dan tebal sekitar 12,5 cm
dan tebal +2,5cm. Pankreas terbentang dari atas sampai ke lengkungan besar dari perut
dan biasanya dihubungkan oleh dua saluran doudenum atau usus 12 jari (Ari, 2011 ).
a. Kepala pankreas
Merupakan bagian yang paling lebar,terletak di sebelah kanan rongga itu dan letaknya
di belakang lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama.
b. Badan pankreas
Merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di belakang lambung dan di
depan vertebra Lumbalis pertama.
c. Ekor pankreas
Merupakan bagian yang runcing di sebelah kiri dan yang sebenarnya Menyentuh limpa.
3
Pankreas mendapat darah dari arteri lienalis dan arteri mesentrika superior. Duktus
pankreatikus bersatu dengan duktus koledukus dan masuk ke doudenum, pankreas
menghasilkan dua kelenjar yaitu kelenjar endoktrin dan kelenjar eksokrin. Pankreas
menghasilkan endoktrin bagian dari kelompok sel yang membentuk pulau - pulau
Langerhans. Pulau - pulau Langerhans berbentuk oval terbesar di seluruh pankreas.
Dalam tubuh manusia terdapat 1 - 2 juta pulau Langerhans yang dibedakan atas
granulasi dan pewarnaan setengah dari sel ini menyekresi hormon insulin ( Syarifuddin,
2014).
a. Jaringan Asini
b. Pulau Langerhans
Pulau Langerhans adalah kumpulan sel berbentuk ovoid, berukuran 76 x 175 mm dan
berdiameter 20 sampai 300 mikron tersebar Di seluruh pankreas, walaupun lebih
banyak ditemukan di ekor daripada kepala dan badan pankreas. Pulau - pulau ini
menyusun 1 - 2 % berat pankreas. Pada manusia terdapat 1 - 2 juta pulau. Masing -
masing memiliki pasokan darah yang besar dan darah dari pulau Langerhans sperti
darah dari saluran cerna tetapi tidak seperti darah dari organ endoktrin lain,
mengalirkan vena hepatika. Sel - sel dalam pulau dapat dibagi menjadi beberapa jenis
bergantung pada sifat pewarnaan dan morfologinya. Pada manusia paling sedikit
terdapat empat jenis sel :
4
beberapa cara insulin mempercepat transportasi glukosa dari darah ke dalam sel, khusus
serabut otot rangka glukosa masuk ke dalam sel tergantung dari keberadaan creseptor
insulin yang ada di permukaan sel target. Insulin juga mempercepat perubahan glukosa
menjadi glikogen, menurunkan glycogenolysis dan gluconeogenesis,menstimulasi
glukosa atau zat gizi lainnya ke dalam asam lemak (lipogenesis), dan membantu
menstimulasi sintesis protein.
polipeptida
Pengaturan sekresi insulin seperti sekresi glukagon yaitu langsung ditentukan oleh kadar
gula dalam darah dan berdasarkan dari mekanisme umpan balik (feed back negative
system ). Bagaimanapunkolestrola esterase, yang menyebabkan hidrolisis ester – ester
kolestrol( Syarifuddin, 2014).
Enzim – enzim proteolitik waktu disintesis dalam sel – sel pankreas berada dalam bentuk
tidak aktif :tripsinogen,kimotripsinogen, dan prokarboksipeptidase, yang semuanya secara
enzimtik tidak aktif. Zat – zat ini hanya menjadi aktif setelah mereka disekresi ke dalam
saluran cerna. Tripsinogen diaktifkan oleh suatu enzim yang dinamakan enterokinase,
yang disekresi oleh mukosa usus ketike kimus mengadakan kontak dengan mukosa.
Tripsinogen juga dapat diaktifkan oleh tripsin kontak dengan mukosa. Tripsinogen juga
dapat diaktifkan oleh tripsin yang telah di bentuk. Kimotripsinogen diaktifkan tripsin
menjadi kimotripsin, dan prokarboksipeptidae diaktifkan oleh tripsin dengan beberapa
cara. Kimotripsin, dan prokarboksipeptidae diaktifkan dengan beberapa cara kimotripsin
yang sama ( Ari, 2011).
Penting bagi enzim – enzim proteolitik getah pankreas tidak diaktifkan sampai mereka
disekresi ke dalam usus halus,karena tripsin dan enzim - enzim lainnya akan mencernakan
pankreas sendiri. Sel – sel yang sama , yang mensekresi enzim – enzim proteolitik ke
dalam asinus pankreas serentak juga mensekresikan tripsininhibitor. Zat ini disimpan
5
dalam sitoplasma sel – sel kelenjar sekita granula – granula enzim, dan mencegah
pengaktifan tripsin di dalam sel sekretoris dan dalam asinus dan duktus pankreas ( Ari,
2011).
Fungsi Endoktrin Sel pankreas yang memproduksi hormon disebut pulau Langerhans,
yang terdiri dari sel alfa yang memproduksi glucagon dan sel beta yang memproduksi
insulin. (Corwin, 2011 ).
Fungsi eksokrin
Kelenjar eksokrin pada kelenjar disebut acini ,yang menghasilkan Enzim yang terlibat
pada proses pencernaan ketiga jenis molekul kompleks makanan. Enzim pankreatik
amylase akan mencerna zat pati menajdi maltose. Kita menyebutnya dengan enzim “
cadangan” untuk amylase saliva. Tripsinogen adalah suatu enzim yang tidak aktif,yang
akan menjadi tripsin aktif di dalam doudenum. Tripsin akan mencerna polipeptida menjadi
asam – asam amino rantai pendek. Sekresi cairan pankreas dirangsang oleh hormon
sekretin dan kolesistokinin, yang diproduksi oleh mukosa doudenum ketika kismus
memasuki intestinum tenue. Sekretin meningkatkan produksi cairan bikarbonat oleh
pankreas,dan kolesistokinin akan merangsang sekresi enzim pankreas (Ari, 2011).
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein,
mengarah ke hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi). Pemikiran dari hubungan gula
dengan DM adalah sesuai karena lolosnya sejumlah urine yang mengandung gula ciri
6
dari DM yang tidak terkontrol. Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar
glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan
insulin secara tepat (Maryland 2009).
a. Diabetes tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut):
1) Autoimun.
2) Idiopatik.
Pada Diabetes tipe 1 (Diabetes Insulin Dependent), lebih sering ternyata pada usia
remaja. Lebih dari 90% dari sel pankreas yang memproduksi insulin mengalami
kerusakan secara permanen. Oleh karena itu, insulin yang diproduksi sedikit atau
tidak langsung dapat diproduksikan. Diabetes tipe 1 kebanyakan pada usia dibawah
30 tahun. Para ilmuwan percaya bahwa factor lingkungan seperti infeksi virus atau
faktor gizi dapat menyebabkan penghancuran sel penghasil insulin di pankreas
(Merck, 2008)
b. Diabetes tipe 2 (bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai
defesiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai
resistensi insulin).
Diabetes tipe 2 ( Diabetes Non Insulin Dependent) ini tidak ada kerusakan
pada pankreasnya dan dapat terus menghasilkan insulin, bahkan kadang-kadang
insulin pada tingkat tinggi dari normal. Akan tetapi, tubuh manusia resisten terhadap
efek insulin, sehingga tidak ada insulin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
tubuh. Diabetes tipe ini sering terjadi pada dewasa yang berumur lebih dari 30 tahun
dan menjadi lebih umum dengan peningkatan usia. Obesitas menjadi faktor resiko
utama pada diabetes tipe 2.
Sebanyak 80% sampai 90% dari penderita diabetes tipe 2 mengalami obesitas.
Obesitas dapat menyebabkan sensitivitas insulin menurun, maka dari itu orang
obesitas memerlukan insulin yang berjumlah sangat besar untuk mengawali kadar
gula darah normal (Merck, 2008).
7
d. Diabetes mellitus Gestasional
Cara diagnosis diabetes melitus dapat dilihat dari peningkatkan kadar glukosa
darahnya. Terdapat beberapa kriteria diagnosis Diabetes Melitus berdasarkan nilai
kadar gula darah, berikut ini adalah kriteria diagnosis berdasarkan American Diabetes
Association tahun 2010.
A. DM Tipe 1
1. Factor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya DM tipe 1.
Kecenderungan genetic ini ditemukan pada individu yang memiliki tile antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu.
2. Faktor lingkungan seperti virus tampaknya memicu proses autoimun yang merusak
sel beta. Sel antibodi islet (ICAs) muncul, junlah meningkat dalam jangka waktu
yang lama sesuai kerusakan sel beta.
Pada DM tipe 1 terdaat bukti adanya atau respons autoimun. Respon ini merupakan
respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing.
B. DM Tipe 2
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan retensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada DM tipe 2 masih belum diketahui factornya.
1. Usia
2. Obesitas
3. Stress
8
2.5 Patofisiologi Diabetes Melitus
9
glukoneogenesis. Glukoneogenesis ialah proses pembuatan glukosa dari asam amino,
laktat, dan gliserol yang dilakukan oleh counterregulatory hormone (glukagon,
epinefrin, dan kortisol). Tanpa adanya insulin , sintesis dan pengambilan protein,
trigliserida , asam lemak, dan gliserol dalam sel akan terganggu. Seharusnya terjadi
lipogenesis namun yang terjadi adalah lipolisis yang akan menghasilkan badan keton.
Glukosa menjadi menumpuk di dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke
dalam sel. Kadar glukosa menjadi lebih dari 180mg/dl, dan ginjal tidak dapat
mereabsorbsi glukosa dari glomelurus sehingga mengakibatkan timbulnya glikosuria.
Glukosa akan menarik air dan menyebabkan osmotik diuretik sehingga menyebabkan
poliuria. Poliuria akan menyebabkan hilangnya elektrolit lewat urine, terutama
natrium, kalium, klorida, dan fosfat yang akan merangsang rasa haus dan peningkatan
asupan air atau polidipsi. Selanjutnya sel tubuh akan kekurangan bahan bakar (cell
starvation), dan pasien akan merasa lapar sehingga akan menyebabkan peningkatan
asupan makanan (polifagia).
2. Diabetes mellitus tipe 2:
Glukotosisitas adalah peningkatan glukosa menahun, ketika terjadi glukotosisitas
pada tubuh dan tubuh tidak mentoleransi glukosa yang meningkat sehingga terjadi
jejas reversible pada pankreas terhadap peningkatan glukosa yang mengakibatkan
penurunan fungsi pankreas dalam pengeluaran insulin sehingga menyebabkan
defisiensi insulin.
Lipotoksisitas adalah sindrom metabolic yang menghasilkan dari akumulasi zat antara
lipid dalam jaringan non –adiposa yang menyebabkan disfungsi seluler dan
kemantian. Orang dengan lipotoksisitas yang tinggi biasanya mengalami resistensi
insulin,
Penumpukan amiliod dapat mengakibatkan kerusakan sel beta pankreas yang dapat
mengakibatkan defisiensi insulin, umur. Ketiga penyebab tersebut dapat
menyebabkan penurunan fungsi sel beta pankreas, pada saat terjadi penurunan fungsi
kerja beta pankreas sehingga menyebabkan penurunan insulin. Ketika insulin dalam
tubuh menurun maka proses metabolisme terganggu sehingga kadar gula dalam tubuh
tidak terkontrol dan akhirnya kadar gula dalam tubuh meningkat.
Ketika terjadi asam lemak bebas dan gula darah tinggi dapat memblokir kerja insulin
dan akhirnya insulin teresistensi. Ketika terjadi resistensi insulin maka tubuh tidak
dapat menerima insulin menyebabkan gula darah tidak dapat diserap tubuh hal
tersebut dapat menyebabkan kadar gula dalam tubuh meningkat
10
Stress yang berlangsung lama dapat mengaktifkan system hipotalamus pituitary yang
memunculkan corticotropin releasing factor yang menstimulasi pituitary interior dan
memproduksi kortisol yang menyebabkan kadar gula dalam darah menigkat akibat
peningkatan produksi kortisol.
Diabetes mellitus dapat menyebabkan viskositas darah meningkat sehingga
mengakibatkan hipertensi, hipertensi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah
perifer yang mempengaruhi otak. Akibat kerusakan pembuluh darah perfier maka
akan menyebabkan suplai darah ke otak menurun yang dapat menggangu proses
berpikir dan kosentrasi sehingga dapet menurunkan perubahan kesadaran. Kerusakan
pembuluh darah perifer dapat menyebabkan penurunan suplai darah, pada pasien
dengan komplikasi luka diabetes militus tidak mendapatkan suplai oksigen dan nutrisi
sehingga terhjadi hipoksia jaringan dan iskemi jaringan maka apabila terjadi
penurunan suplai darah dan oksigen ke jaringan maka akan menyebabkan kematian
jaringan dan menyebabkan ulkus diabetes mellitus , akibat hipkosia jaringan luka
diabetes militus sulit untuk menuntup atau membentuk jaringan baru. Ketika gagal
pembutukan jaringan baru sehingga terjadi produksi pus yang dapat memicu
timbulnya resiko infeksi. Ketika sel tiubuh kekutrangan glukosa maka akan terjadi
kelemahan otot yang menyebabkan resiko cidera. Apabila viskositas darah meningkat
akan menganggu suplai darah ke mata sehinngga dapat terjadi gangguan persepsi
sensori penglihatan yang akan menyebabkan kebutaaan. Akibat viskositas darah
meningkat sehingga menimbulan diuresis osmotik yang dapat membuat glukosa
menarik air dan menyebabkan polyuria yang akan mengakibatkan hipertemi akibat
dehidrasi. Akibat vikositas darah meningkat sel tubuh menmjadi kukurangan glukosa
yang mengakibat gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh . ketika sel tubuh
kekurangan glukosa maka sorbitol akan mengalami penimbunan dalam sel sehingga
sorbitol tidak diserap olehg tubuh yang mengakibatkan BB dan mengakibatkan
intoleran akibat insulin sebagai transport metabolisme tidak membawa nutrsis dan
oksigen ke otot dan mengakibatkan kelemahan otot. penurunan kesadaran fase
delirium dan mengakibatkan penurunan kesadaran, gangguan proses berpikir, dan
konsentrasi.
11
1. Nafsu makan meningkat Polipagia karena sel-sel kekurangan energi menandakn
sebuah sinyal bahwa perlu makan banyak.
2. Urinasi meningkat karena tubuh berusaha membuang glukosa
3. Haus meningkat Polidipsia karena tubuh berusaha membuang glukosa
4. Lemah, dan somnolen yang berlangsung agak lama, beberapa hari atau seminggu.
5. Timbulnya ketoadosis dibetikum dan dapat berakibat meninggal jika tidak segera
mendapat penanganan atau tidak diobati segera.
6. Pada diabetes mellitus tipe ini memerlukan adnaya terapi insulin untuk mengontrol
karbohidrat di dalam sel.
7. Serangan cepat karena tidal ada insulin yang diproduksi
8. Berat badan turun karena bakteri hidup dari kelebihan glukosa
9. Penyembuhan tertunda / lama karena naiknya kadar glukosa di dalam darah
menghalangi proses kesembuhan.
Manifestasi klinis untuk NIDDM atau diabetes tipe II antara lain :
1. Serangan lambat karena sedikit insulin diproduksi
2. Haus meningkat Polidipsia karena tubuh berusaha membuang glukosa
3. Urinasi meningkat karena tubuh berusaha membuang glukosa
4. Infeksi kandida karena bakteri hidup dari kelebihan glukosa
5. Penyembuhan tertunda / lama karena naiknya kadar glukosa di dalam darah
menghalangi proses kesembuhan.
6. Diagnosa untuk NIDDM ini dibuat setelah adanya pemeriksaan darah serta tes
toleransi glukosa di didalam laboratorium, keadaan hiperglikemi berat, kemudian
timbulnya gejala polidipsia, poliuria, lemah dan somnolen, ketoadosis jarang
menyerang pada penderita diabetes mellitus tipe II ini.
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari
glukosa darah. Hipoglikemik dan ketoadosis diabetik masuk ke dalam komplikasi
akut.
b. Komplikasi kronik
Yang termasuk dalam komplikasi kronik ini adalah makrovaskuler dimana komplikasi
ini menyerang pembuluh darah besar, kemudian mikrovaskuler yang menyerang ke
12
pembuuluh darah kecil bisa menyerang mata (retinopati), dan ginjal. Komplikasi
kronik yang ketiga yaitu neuropati yang mengenai saraf. Dan yang terakhir
menimbulkan gangren.
Dapat juga terjadi antara lain, menyebabkan penyakit jantung dan gagal ginjal,
impotensi dan infeksi, gangguan penglihatan (mata kabur bahkan kebutaan), luka
infesi dalam , penyembuhan luka yang jelek.
d. Komplikasi pembedahan
Dalam perawatan pasien post debridement komplikasi dapat terjadi seperti infeksi jika
perawatan luka tidak ditangani dengan prinsip steril.
1. Diet
2. Latihan
Latihan atau olahraga selain dapat menurunkan kadar gula darah karena membuat
kerja insulin lebih efektif dengan cara meningkatkan pengambilan glukosa oleh
otot dan memperbaiki pemakaian insulin.
B. Penatalaksanaan Medis
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan dengan obat
golongan lain, yaitu biguanid inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat
13
golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel-
sel beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe 2
dengan berat badan berlebihan.
2. Insulin
a) Insulin kerja cepat : Jenisnya adalah reguler insulin, cristalin zinc, dan semilente.
globinzinc, lente.
3. Pembedahan
Pada penderita ulkus DM dapat juga dilakukan pembedahan yang bertujuan untuk
mencegah penyebaran ulkus ke jaringan yang masih sehat, tindakannya antara lain:
a) Debridement : pengangkatan jaringan mati pada luka ulkus diabetikum.
b) Neucrotomi
c) Amputasi
C. Tindakan
b. Diet Diabetik
14
Aspart:
- Lispro
- Glulisine
- Human Insuline tindakan cepat insulin untuk kontrol sebelum
makan
Insulin hisap
d. Tindakan singkat : Insulin reguler
e. Tindakan menengah : Human Insuline (NPH) dan Human Insuline (Zinc, Lente)
f. Tindakan jangka panjang : Human Insuline (Zinc, Ultralente), Insuline
Determire, Insuline Glargine dan produk kombinasi juga tersedia.
15
k. Memberikan amylin analog yang menyebabkan glukosa masuk ke aliran darah
dengan perlahan dapat menyebabkan berat badan turun (pramlimtid)
3. Gestational
a. Menjaga berat badan dengan diet dan olahraga
b. Tidak ada medikasi oral diabetes: kebanyakan kontraindikasi untuk kehamilan
c. Memberikan insulin jika diet dan olahraga gagal mengrontrol kadar glukosa
darah.
Kadar Glukosa
darah puasa
Plasma vena < 110 110-200 >126
c) Glhkos plasna dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75gr
karbohidrat = >200 mg/dL
16
WOC DM TIPE 1
Memiliki proses
autoimun
Distruksi sel beta
pada pulau-pulau
Langerhans
MK: Kerusakan
integritas kulit
Kegagalan sel beta
memproduksi insulin
Ulkus DM
Produksi insulin Glukogen plasma Sel β pankreas gagal merespon
Gangren menurun semua stimulus insulinogenik
Viskositas darah
Hiperglikemi
meningkat
Edema
Memblokir kerja
insulin
Penumpukan cairan di
ektrasel
Insulin resistence
Diabetes mellitus
Tubuh produksi
Sel tubuh kekurangan sorbitol
glukosa Sel tubuh kekurangan
glukosa
Sorbitol tidak diserap
Glikogenesis tubuh
Viskositas darah
Delirium
meningkat
gg. nutrisi kurang BB kx menurun,
Penurunan masa otot dari kebutuhan lemas dan mudah
gg. proses kapiler
lelah
dan kosentrasi
Hipertensi
Suplai darah ke MK: Intoleran
otak menurun aktivitas
Otak
Merangsang rasa
haus
polidipsi
21
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a) Identitas
Usia: <47 tahun
Jenis kelamin : wanita
b) Anamnesis
1. Keluhan utama
Keluhan yang paling sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan, meliputi: penyembuhan luka yang lama, lemas, adanya pembengkakan
di beberapa daerah tubuh.
Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu yang
masih relevan. Obat-obat ini meliputi obat metformin, meglitinide dan
sulfonylurea, DPP-4. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Juga
harus tanyakan adanya alergi obat, dan tanyakan reaksi alergi apa yang timbul.
Sering kali klien mengacaukan suatau alergi dengan efek samping obat
4. Riwayat Keluarga
Penyakit diabetes melitus orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan
faktor resiko utama untuk penyakit diabetes melitus pada keturunannya
22
5. Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan
Kebiasaan sosial: menanyakan kebiasaan dalam pola hidup, misalnya pola makan
yang tidak terjadwal dengan porsi yang tidak pernah dikira-kira, minum, alcohol,
atau obat tertentu. Kebiasaan merokok: menanyakan tentang kebiasaan merokok,
sudah berapa lama, berapa batang per hari, dan jenis rokok. Di samping
pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, maka data biografi juga merupakan data
yang perlu diketahui, yaitu; nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, suku, dan
agama yang dianut oleh klien. Dalam mengajukan pertanyaan kepada klien,
hendaknya diperhatikan kondisi klien.
6. Psikososial
b) Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breathing)
Pengkajian yang didapat dengan adanya tanda nafas yang berbau alkohol karena
adanya pemecahan glukosa dalam otot dan sesak napas, penggunaan alat bantu
napas sebagai dampak dari menurunnya suplai darah ke arteri pulmonal yang
disebabkan oleh terjadinya koagulasi pada darah akibat kadar gula darah tinggi ,
tacipneu, spo2=<98%
23
2. B2 (Bleeding)
Kekeringan pada kaki meningkatkan risiko ulkus, sirkulasi eksremitas bawah yang
buruk menyebabkan lamanya kesembuhan luka dan menyebabkan terjadinya
gangren, pulsasi pembuluh darah kurang kuat. Pada Kaki Diabetik akibat Iskemia
disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati
(arterosklerosis) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama daerah betis,
keluhan nyeri waktu beristirahat, teraba dingin, didapatkan ulkus sampai gangren.
Pada Kaki Diabetik akibat Neuropati terjadi kerusakan saraf somatik dan
otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi, gejala kaki kering, hangat, kesemutan,
mati rasa, edema kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik. Penurunan
sirkulasi perifer, denyut jantung meningkat, takikardi, CRT>3 detik, penglihatan
tidak jelas karena penurunan suplai nutrisi dan O2 menurun, sianosis perifer/pucat.
Hipoalbumin.
3. B3 (Brain)
4. B4 (bladder)
Pengukuran volume keluaran urine berhubungan dengan asupan cairan, karena itu
perawat perlu memantau adanya poliguria dan glukosiuria. Adanya edema
ekstremitas menandakan adanya retensi cairan yang parah. Albumin 3g/dL
5. B5 (Bowel)
Klien biasanya didapatkan peningkatakan nafsu makan karena tidask ada transport
metabolisme ke dalam sel sehingga pasien merasa lapar dan haus, BB menurun,
sering haus dan banyak makan. Kx mengatakan mual, TB: 170cm,
6. B6 (Bone)
Kelelahan dapat menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta
serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi akibat
meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas dan insomnia yang terjadi
akibat distres pernapasan. Perfusi yang kurang pada otot-otot rangka
24
menyebabkan kelemahan dan keletihan. Gejala-gejala ini dapat ekserbasi oleh
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit atau anoreksia. Pemenuhan personal
higiene mengalami perubahan (Muttaqin, 2012:216).
N
o DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Glukosa menumpuk dalam
- Pasien mengatakan darah
tidak dapat melihat
dengan jelas ↓
DO : Kadar gula darah naik
- Pasien tampak
memicingkan mata ↓
saat melihat obyek
Kerusakan pembuluh darah
kapiler mata
↓
Suplai nutrisi dan oksigen Resiko Cidera
turun
↓
Iskemik pada mata
↓
retinopati
↓
Resiko cedera
DS: Klien mengatakan Luka Nyeri
2 nyeri
P= luka DM Tidak mendapat suplai
Q= ditusuk-tusuk darah (nutrisi, oksigen,
R= Pedis leukosit)
S= 6
Hipoksia jaringan
T= hilang timbul
DO: Klien tampak
menyeringai kesakitan,
klien tampak Iskemik dan infeksi
menjaga/melindungi
daerah yang nyeri
Kerusakan dan kematian
jaringan
25
Ulkus DM
Gangren
Nyeri
3 DS : Produksi insulin turun
- Pasien mengeluh nyeri
↓
pada area perut
Tubuh kekurangan insulin
- Pasien mengatakan
↓
muntah
DO : Glukosa tidak dapat diserap
tubuh
- Pasien tampak tidak
↓
nafsu makan
Sel tubuh kekurangan bahan Ketidakseimbang
- Bising usus hiperaktif an Nutrisi Kurang
bakar
- Konjungtiva tampak Dari Tubuh
↓
pucat
Ketidakseimbangan Nutrisi
A: TB: 150 cm, BB: 50 kg
kurang dari kebutuhn tubuh
B: albumin 3g/dL
C: rambut tampak kusut,
mual
D: tidak melakukan diet
DM
4 DS: Klien mengatakan Poliuri
badan terasa panas
DO: ↓
HR: 106x/menit Dehidrasi
Suhu: 38o C
↓
Peningkatan suhu tubuh Hipertermi
↓
Pireksia (demam)
↓
Hipertermi
26
5 DS : Glukosa menarik air
- Pasien mengatakan sering ↓
haus
Osmotic diuretik
DO :
↓
Deficit Volume
- Abdomen tampak buncit
Polyuria Cairan
- Membran mukosa kering
↓
- Terdapat oedema pada
Deficit volume cairan
kedua kaki
Artherosklerosis
↓
Oklusi
↓
Gangguang perfusi jaringan
7. DS : - kx mengungkapkan Penebalan membran dasar Kerusakan
ada luka vaskuler integritas
DO : ↓ jaringan
- Adanya kerusakan
jaringan integumen Disfungsi endotel
macrovaskular dan jantung
↓
Perubahan dinding endotel
↓
Artherosklerosis
↓
Oklusi
↓
Mikroongiopati
↓
27
Penyempitan pembuluh
darah kapiler
↓
Ulkus
↓
Krusakan integritas jaringan
DS : Lipolisis meningkat
8. - Klien mengeluh sesak ↓
nafas
DO : Asam lemak bebas
- - Klien tampak lemah meningkat
dan sesak napas cepat dan ↓
dangkal Ketogenesis
- - Takipneu ↓
- - Klien tampak Pola napas tidak
menggunakan otot bantu Ketonemia efektif
nafas ↓
- Nafas cuping hidung
- RR : 24x/menit Asidosis metabolik
- HR: 106x/menit ↓
- SpO2: 94% Nafas bau aseton
- Terpasang O2 1 liter ↓
Pola nafas tidak efektif
9. DS : Sel tubuh kekurangan
- Klien mengeluh lemah glukosa
dan sesak jika banyak ↓
bergerak
DO : Tubuh produksi sorbitol
- Perawatan diri atau ↓
personal hyigiene dibantu Sorbitol tidak dapat diserap Intoleransi
- Klien tampak lemas tubuh aktivitas
↓
BB klien menurun, makin
kurus, mudah lelah
↓
Intoleransi aktivitas
10 DS: Klien mengatakan Kadar gula darah naik <
. tidak dapat berjalan akibat 180mg/dL
penglihatan kabur
DO: px tampak tidak
dapat menuju toilet, px Mata
tampak tidak dapat
melakukan personal Kerusakan pembuluh darah
hygiene kapiler mata Defisit
Perawatan
Suplai nutrisi dan oksigen Diri
28
turun
Retinopati
Kebutaan
Hipoksia jaringan
Ulkus DM
Gangren
Risiko infeksi
Kerusakan pembuluh
kapiler mata
Perdarahan
Retinopati
29
3. Diagnosa Keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketonemia yang ditandai dengan klien
mengeluh sesak nafas, klien tampak lemah dan sesak, napas cepat dan dangkal RR :
28x/menit, terpasang O2 1 liter.
2) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan diabetes melitus pasien mengatakan
sering kesemutan, konjungtiva tampak pucat, waktu pengisian kapiler > 3 detik.
3) Kerusakan Integritas jaringan berhubungan gangguan sirkulasi ditandai dengan adanya
kerusakan jaringan integumen.
4) Resiko Cidera berhubungan dengan disfungsi integritas sensori yang ditandai dengan
pasien mengatakan tidak dapat melihat dengan jelas dan pasien tampak memicingkan
mata saat menatap obyek.
5) Kekurangan volume cairan berhubungan diuresis osmotik ditandai dengan pasien
mengatakan sering haus, abdomen tampak buncit, membran mukosa kering, terdapat
oedema pada kedua kaki.
4. Intervensi Keperawatan
Diagnose prioritas:
30
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka diabetes militus ditandai dengan px mengatakan
nyeri , p= luka diabetes militus, q= tertusuk tusuk , r= pedis, s= 6, t=hilang timbul,
pasien tampak menyeringai, pasien tampak menjaga kakinya.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan ditandai
dengan pasien mengatakan sesak nafas, tacipneu, RR 24x/menit, HR 106x/menit,
SpO2 94%, tampak nafas cuping hidung, tampak adanya retraksi interkostalis.
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan aliran arteri ditandai
dengan pasien mengatakan sering kesemutan, CRT>3 detik, pasien tampak sianosis
perifer, tampak konjungtiva anemis, pasien tampak pucat, kadar gula 150 mg/dl
4. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi ditandai
dengan tampak adanya jaringan yang rusak
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik ditandai dengan
pasien mengatakan pasien sering haus, kulit kering, membrane mucus kering, HR
106x/menit, S 38 Celcius, albumin: 3g/dL
31
tifan pola tindakan keperawatan dan keluarga penyebab keluarga pasien dapat
napas 1x24 jam, diharapkan ketidakefektifan pola memahami penjelasan
berhubunga ketidakefektifan pola nafas perawat
n dengan nafas teratasi dengan 2. anjurkan pasien 2. untuk membantu
kelemahan kriteria hasil: menggunakan teknik memperlambat
otot 1) pasien tidak pernapasan bibir frekuensi pernapasan
pernapasan mengatakan sesak mencucu dan 3. untuk memperbaiki
ditandai nafas pernapasan terkontrol pola pernapasan
dengan 2) pasien tidak 3. informasikan kepada 4. untuk
pasien tacipneu pasien dan keluarga pengembangan
mengatakan 3) RR 16-20x/menit tentang teknik relaksasi maximum rongga
sesak nafas, 4) HR 60-100 x/menit 4. atur posisi semi dada
tacipneu, 5) SpO2 95-100% fowler 5. untuk memudahkan
RR 6) pasien tidak tampak 5. kolaborasi dengan pengenceran dan
24x/menit, bernapas cuping dokter dalam pemberian pembuangan secret
HR hidung inhalasi 6. untuk mengetahui
106x/menit, 7) pasien tidak tampak 6. observasi suara napas suara napas pada
SpO2 94%, adanhya retraksi tambahan bagian paru
tampak interkostalis 7. observasi adanya otot 7. penggunaan otot
nafas bantu napas bantu napas
cuping 8. observasi TTV mengidentifikasikan
hidung, 9. observasi SpO2 pasien menunjukkan
tampak usaha untuk
adanya memenuhi kebutuhan
retraksi oksigen
interkostalis 9. untuk mendeteksi
. dini fungsi
kardiopulmonal
32
pasien
tampak
pucat, kadar
gula 150
mg/dl
4 Kerusakan Setelah dilakukan 1. jelaskan kepada 1. agar pasien dan
integritas tindakan keperawatan pasien dan keluarga keluarga pasien dapat
jaringan 2x24 jam, diharapkan mengenai kerusakan memahami penjelasan
berhubunga kerusakan integritas integritas jaringan perawat
n dengan jaringan teratasi 2. lakukan rawat luka 2. agar jaringan luka
perubahan dengan kriteria hasil: pada luka pasien pada pasien dapat
sirkulasi 1) tidak tampak 3. ganti perban tumbuh kembali
ditandai adanya penyebaran menggunakan kasa 3. untuk mncegah
dengan jaringan yang rusak steril dan instrument infeksi pada luka
tampak steril pada saat pasien
adanya melakukan perawatan 4. untuk mencegah
jaringan luka timbulnya infeksi
yang rusak 4. kolaborasi dengan pada pasien
dokter dalam pemberian 5. untuk mengetahui
antibiotic perkembangan luka
5. observasi luka pasien pasien
setiap melakukan
perawatan luka
5 Kekurangan Setelah dilakukan 1. Jelaskan kepada 1. Agar pasien
volume tindakan keperawatan pasien dan dan keluarga
cairan selama 1x24 jam, keluarga tentang pasien dapat
berhubunga diharapkan kekurangan memahami
n dengan kekurangan volume volume cairan penjelasan
diuresis cairan dapat teratasi 2. Anjurkan pasien perawat
osmotik dengan kriteria hasil: untuk minum 2. Agar volume
ditandai 1) Pasien 1000ml tanpa cairan dalam
dengan mengatakan kontraindikasi tubuh pasien
pasien tidak sering 3. Kolaborasi normal
mengatakan haus dengan dokter 3. Untuk
pasien 2) Kulit tidak pemberian mengganti
sering haus, kering cairan kristaloid cairan yang
kulit kering, 3) Membrane 4. Observasi turgor hilang
membrane mucosa kulit, 4. Agar dapat
mucus lembab 5. Observasi mengetahui
kering, HR 4) HR 60- membrane elastisitas kulit
106x/menit, 100x/menit mukosa pada pasien
S 38 Celcius 5) S 36,5-37,5 C 6. Observasi HR 5. Untuk
7. Observasi suhu mengetahui
8. Observasi input kelembapan
dan output pada mukosa
pasien 6. Untuk
memantau
keadaan umum
pasien
7. Untik
33
memantau
keadaan umum
pasien
8. Untuk
mengetahui
pemasukan
dan
pengeluaran
cairan pada
pasien
BAB 4
34
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diabetes Melitus (DM) atau disingkat diabetes adalah gangguan kesehatan yang
berupa sekumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah
akibat kekurangan ataupun resistensi insulin. Penyakit ini sudah lama dikenal, terutama
di kalangan keluarga, khususnya keluarga berbadan besar (kegemukan) bersama dengan
gaya hidup “tinggi”. Kenyataannya, DM menjadi penyakit masyarakat umum, menjadi
beban kesehatan masyarakat, meluas dan membawa banyak kematian.
4.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber
yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
35
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M., Jane Hokansen Haws. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen
Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Singapore:ELSEVIER.
Elsevier. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Diharapkan. Indonesia. CV Pentasada Media Edukasi.
Nurachmach, Elly. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.
36