Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PSORIASIS

I.        KONSEP MEDIS
A.    Definisi
1. Psoriasis merupakan penyakit inflamasi non infeksius yang kronik pada kulit
dimana produksi sel-sel epidermis terjadi dengan kecepatan  ± 6 hingga 9 kali lebih
besar dari pada kecepatan yang normal. (Brunner & Suddarth, 2009).
2. Psoriasis adalah suatu dermatosis yang karonik residif dengan gambaran klinis yang
khas yaitu adanya makula eritamatosa yang berbentuk bulat atau tebal lonjong
dengan diatasnya ada skuama yang tebal, berlapis-lapis dan berwarna putih
mengkilat. (Kapita Selekta Kedokteran, 2010).
3. Psoriasis adalah penyakit inflamasi kulit yang bersifat kronik dan rekuren, yang
khas ditandai dengan papula atau plak eritematosa, kering, batas tegas dan tertutup
skuama tebal berlapis-lapis, berwarna putih keabu-abuan atau putih seperti perak /
mika.
B.    Etiologi
Secara pasti belum dapat diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu :
1. Genetik/herediter
Penyakit ini diturunkan melalui suatu gen yang dominan
2. Defek pada epidermis
Ditemukan adanya peningkatan dari ribonuklease dan penurunan dari
deoxyribonuklease pada sel-sel epidermis
3. Defek enzim pada kulit.
Pada epidermis yang normal prpses keratinisasi berlangsung dalam 24 hari,
sedangkan pada psoriasis proses tersebut berlangsung dalam 3-4 hari.
4. Hormonal
Hal ini terlihat terutama pada wanita tetapi belum jelas hubungannya. Pada wanita,
insidens psoriasis meningkat pada masa pubertas dari pada masa klimakterium.
5. Tekanan mental terutama pada orang dewasa.
6. Infeksi

1
Infeksi merupakan faktor pencetus dan faktor yang memperberat timbulnya
psoriasis, biasanya infeksi akut seperti tonsilitis. Pada anak-anak serung ditemukan
psoriasis yang timbul 2 minggu setelah tonsilitis.
7. Sinar matahari
Pada bangsa-bangsa yang sering terkena sinar matahari jarang terkena psoriasis.

C.    Manifestasi Klinis
Lesi muncul sebagai bercak-bercak merah benjol pada kulit yang ditutupi oleh
sisik berwarna perak. Bercak-bercak bersisik tersebut terbentuk karena penumpukan
kulit yang hidup dan mati akibat peningkatan kecepatan pertumbuhn serta pergantian
sel-sel kulit yang sangat besar. Jika sisik tersebut dikerok, maka terlihat dasar lesi yang
berwarna merah gelap dengan titik-titik perdarahan. Bercak-bercak ini tidak basa dan
bisa terasa gatal atau tidak gatal.
Lesi dapat tetap berukuran kecil sehingga terbentuk psoriasis gutata. Biasanya
lesi melebar secara perlahan-lahan, tetapi setelah beberapa bulan kemudian, lesi-lesi
tersebut akan menyatu sehingga terbentuk bercak irreguler yang lebar. Psoriasis dapat
menimbulkan permasalahan mulai dari masalah kosmetika yang mengganggu hingga
keadaan yang menimbulkan cacat dan ketidak mampuan fisi
Tempat-tempat tertentu pada tubuh cenderung terkena kelainan ini. Termpat-
tempat tersebut mencakup kulit kepala, daerah sekitar siku serta lutut, punggung bagian
bawah dan genitalia. Psoriasis  juga dapat ditemukan pada permukaan ekstensor lengan
dan tungkai, daerah disekitar sakrum serta lipatan intergluteal. Distribusi simetri
bilateral merupakan ciri khas psoriasis. Pada kurang lebih seperempat hingga separuh
dari pasien-pasien, kelainan tersebut mengenai kuku  yang menyebabkan terjadinya
pitting, perubahan warna kuku serta penggumpalan pada ujung bebas dan pemisahan
lempeng kuku.  Kalau psoriasis terjadi pada telapak kaki dan tangan keadaan ini bisa
menimbulkan lesi pustuler.

D.    Patofisiologi
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tamabahan. Dimulai
dengan makula dan papel eritematosa dengan ukuran mencapai lentikular numular yang
menyebar secara sentrifugal.
Pemeriksaan histopatologi pada biopsi kulit penderita psoriasis menunjukkan
adanya penebalan epidermis dan stratum korneum dan pelebaran pembuluh-pembuluh

2
darah dermis bagian atas. Jumlah sel-sel basal yang bermitosis jelas meningkat. Sel-sel
yang membelah dengan cepat itu bergerak dengan cepat ke bagian permukaan epidermis
yang menebal. Proliferasi dan migrasi sel-sel epidermis yang cepat ini menyebabkan
epidermis menjadi tebal dan diliputi keratin yang tebal (sisik yang berwarna seperti
perak). Peningkatan kecepatan mitosis sel-sel epidermis ini agaknya antara lain
disebabkan oleh kadar nukleotida siklik yang abnormal, terutama adenosin monofosfat
(AMP) siklik dan guanosin monofosfat (GMP) sikli. Prostaglandin dan poliamin juga
abnormal pada penyakit ini. Peranan setiap kelainan tersebut dalam mempengaruhi
pembentukan plak psoriatik belum dapat dimengerti secara jelas. Akibat penyebaran
yang seperti ini dijumpai beberapa bentuk psoriasis. Bentuk titik (psoriasis pungtata),
bentuk tetes-tetes (psoriasis gutata), bentuk numular (psoriasis numular), psoriasis
folikularis atau psoriasis universalis (pada seluruh tubuh).

E.     Bentuk Klinis
ada psoriasis terdapat berbagai bentuk klinis :
1. Psoriasis Vulgaris
Bentuk ini paling lazim terdapat karena itu disebut vulgaris. Dinamakan pula tipe
plak karena lesi-lesinya berbentuk plak.
2.  Psoriasis gutata
Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan
desimata, umumnya setelah infeksi stafilokokus disaluran nafas bagian atas sehabis
influensa atau mosbili, terutama pada anak dan dewasa muda. Selain itu juga dapat
timbul infeksi yang lain, baik bakterial maupun viral.
3. Psoriasis Infeksa (Psoriasis fleksural).
Psoriasis tersebut mempunyai tempat predileksi pada daerah fleksus sesuai dengan
namanya.
4. Psoriasis exudativa
Bentuk tersebut sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada
bentuk ini kelainanya membasa seperti dermatitis akut.
5.  Psoriasis seboroik ( Seboroyasis)
Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan antara psoriasis dan
dermatitis seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak dan
agak lunak. Selai berlokasi pada tempat yang lazim juga pada tempat seboroik.
6.  Psoriasis pustulosa

3
Ada dua pendapat mengenai psoriasis pustulosa, yaitu pertama dianggap sebagai
penyakit tersendiri;  kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat dua bentuk 
psoriasis pustulosa bentuk lokalisata contohnya psoriasis pustulosa pulmo plantar
(barber) dan bentuk generalisata, contohnya psoriasis pustulosa gen akut.
7. Eritroderma psoriatik
Dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang terlalu kuat atau oleh penyakit
sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi
karena terdapat eritema dan skuamar yang tebal dan menyeluruh. Ada kalanya lesi
psorisis masih tampak samar-samar yakni lebih eritematosa dan kulitnya lebih
tinggi.

F.     Komplikasi
1. Eritroderma
Beberapa psoriasis dapat berubah menjadi eritroderma. Hal ini disebabkan oleh :
a. Tekanan mental
b. Obat-obatan diantaranya pemakaian obat-obat kuinidin (derivat dari kinina)
c.  Terapi berlebihan.
d. Pemakaian preparat terapi yang berlebihan misal konsentrasi yang lebih dari 20
%.
e. Fokal infeksi
Umumnya kalau terjadi komplikasi eritroderma prognosisnya kurang baik dan
sering sukar disembuhkan meskipun telah diberi bermacam-macam pengobatan
termasuk kortikosteroid.
2. Artritis
Dapat monoartritis maupun poliartritis dan dapat menyerang sendi kecil dan sendi
besar. Pada kedaan ini perlu di DD/ dengan artritis rematoid.

G.    Penatalaksanaan
           Penyebab psoriasis belum diketahui dengan pasti, maka belum ada obat pilihan
psoriasis sebaiknya diobati secara topikal, jika hasilnya tidak memuaskan baru
dipertimbangkan pengobatan sistemik, karena efek sampimg pengobatan sistemik lebih
banyak.
1. Terapi topikal
Ada beberapa obat yang dapat dianggap sebagai anti psoriasis yaitu :

4
a. Preparat ter, Ada 3 macam preparat ter yaitu :
1) Ter dari kayu : oleum cadini, pix liquid, oleum nisci
2)  Ter batu bara : liantral, liquor carbonis detergent
3) Ter fosil : Ictiol
Yang dipakai untuk pengobatan psoriasis adalah preparat ter dari kayu
dan batu bara. Preparat ter dari batu bara efeknya lebih kuat dari 0ada ter dari
kayu tetapi daya erosi terhadap kulit lebih besar. Jadi untuk psoriasis yang
kronik dipakai preparat ter dari batu bara, sedang kasus baru dipakai preparat
ter dari kayu. Efek dari preparat ter adalah anti gatal, keratolitik, vasokostriksi
dan menaikkan ambang  ransang.
b. Mercury praecipitatum album
Preparat ini mengandung Hg yang dapat menimbulkan dermatitis
kontak dan bila dipakai terlalu banyak dan terlalu lama terjadi kelainanan ginjal
(Nefritis). Pada terapi topikal biasanya obat-obat tersebut diatas digunakan
dalam kombinasi. Disamping itu perlu pula dikombinasi dengan Asam salisilat
untuk memperkuat daya kerja pemakaian obat ini sebaiknya sesudah mandi.
Bila lesi generalisata atau universal pemakaian obat tersebut dapat
secara parsial, misalnya hari I yang diobati muka dan ekstremitas atas, hari II
badan, hari III ekstremitas bawah, hari IV muka dan ekstremitas, dan
seterusnya.
Disamping itu harus diperiksa kadar protein urin tiap minggu. Hal ini
juga perlu dilakukan pada pemakaian pada pemakaian obat-obat tersebut
jangka panjang. Bila terjadi komplikasi eritroderma, pengobatan dan preparat
ter harus dihentikan kemudian diberi prednison tablet 3 x 10 mg/hari. Untuk
melunakkan kulit dan menghilangkan squama dapat diberikan lanolin 5 (10%)
dan vaselin ad 50.

2. Terapi sistemik
Bisanya diberikan :
a. Kortikosteroid
Kortikosteroid hanya digunakan pada eritroderma psoriasis eritrodermik dan
psoriasis pustulosa generalisata. Dosis permulaan   40-60 mg prednison sehari.
Jika telah sembuh dosis diturunkan perlahan –lahan

5
b. Obat sitostatik yang biasanya digunakan adalah metotreksat. Indikasinya ialah
untuk psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis artritis dengan lesi kulit, dan
eritroderma karena psoriasis yang sukar terkontrol dengan obat standar.
Kontraindikasinya ialah jika terdapat kelainan hepar, ginjal, sistem
hematopoetik, kehamilan, penyakit infeksi aktif (misalnya Tuberkulosis), ulkus
pepetikum, kolitis ulserosa dan psikosis.
c. Levodova
Levodova sebenarnya dipakai untuk penyakit parkinson. Diantaranya
penderita parkinson sekaligus juga menderita psoriasis, ada yang membaik
psoriasisnya dengan pengobatan levodova. Efek samping yaitu muntah, mual,
anoreksia, hipotensi, gangguan psikik dan pada jantung.
d. DDS
DDS (Diaminodifenilsulfon) dipakai sebagai pengobatan psoriasis pustulosa
tipe barber dengan dosis 2 x 1000 mg sehari. Efek samping yaitu anemia
hemolitik, methemoglobinemia, dan agranulositosis.
e. Etretinat (tegison,  tigason)
            Obat ini merupakan retinoid aromatik, digunakan bagi psoriasis yang
sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek sampingnya. Dapat
pula digunakan untuk eritroderma psoriatik. Cara kerjanya belum diketahui
pasti. Pda psoriasis oba tersebut mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi
psoriasis dan kulit normal. Efek sampingnya sangat banyak diantaranya; pada
kulit (menipis), selaput lendir pada mulut, mata dan hidung kering, peningkatan
lipid darah, gangguan fungsi hepar, hiperostosis dan teratogenik.
f. Siklospurin
Efeknya ialah imunosupresif. Dosisnya 6 mg/kg BB sehari. Bersifat
nefrotoksik dan hepatotoksik. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya
setelah obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan.

H.    Pemeriksaan Diagnostik/penunjang
Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium darah dan biopsi 
histopatologi. Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium
darah dan biopsi histopatologi. Pemeriksaan penunjang yang paling umum
dilakukan untuk mengkonfirmasi suatu psoriasis ialah biopsi kulit dengan
menggunakan pewarnaan hematoksilin-eosin.

6
II.      ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
1. Identitas klien
isi identitasnya yang meliputi: nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir,
alamat, agama, dan tanggal pengkajian
2. Keluhan utama
Penderita biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-tempat predileksi,
yakni pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas
bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Penderita penyakit psoriasis menampakkan gejala Penderita biasanya mengeluh
adanya gatal ringan pada tempat-tempat predileksi, yakni pada kulit kepala,
perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor
terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas
bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritema
berbatas tegas dan merata. Skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih
seperti mika, serta transparan.
b.  Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pasien mempunyai riwayat merokok, minuman beralkohol.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ada atau tidak anggota keluarga yang pernah menderita penyakit psoriasis

Data dasar pengkajian pasien


Pengkajian 11 Pola Gordon:
1. Pola Persepsi Kesehatan
a. Adanya riwayat infeksi sebelumya.
b. Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
c. Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.
d. Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
e. Hygiene personal yang kurang.
f. Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.

2. Pola Nutrisi Metabolik

7
a. Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari
makan.
b. Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
c. Jenis makanan yang disukai.
d.  Napsu makan menurun.
e. Muntah-muntah.
f.  Penurunan berat badan.
g. Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
h. Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau
perih.

3. Pola Eliminasi
a. Sering berkeringat.
b. Tanyakan pola berkemih dan bowel.

4. Pola Aktivitas dan Latihan


a. Pemenuhan sehari-hari terganggu.
b. Kelemahan umum, malaise.
c. Toleransi terhadap aktivitas rendah.
d. Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan.
e.  Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5. Pola Tidur dan Istirahat
a. Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
b. Mimpi buruk.
6. Pola Persepsi Kognitif
a. Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
b. Pengetahuan akan penyakitnya.
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Perasaan tidak percaya diri atau minder.
b. Perasaan terisolasi.
8. Pola Hubungan dengan Sesama
a. Hidup sendiri atau berkeluarga
b.  Frekuensi interaksi berkurang
c. Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran

8
9. Pola Reproduksi Seksualitas
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
b.      Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
a. Emosi tidak stabil
b. Ansietas, takut akan penyakitnya
c. Disorientasi, gelisah
11. Pola Sistem Kepercayaan
a. Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
b.  Agama yang dianut

B.     Diagnosa
)        Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit ditandai dengan adanya gatal,
rasa terbakar pada kulit, ansietas, klien tampak gelisah, dan gangguan pola tidur.
2)        Gangguan  integritas kulit berhubungan dengan iritasi zat kimia, faktor mekanik, faktor
nutrisiditandai dengan kerusakan jaringan kulit (kulit bersisik, turgor kulit buruk, pecah-pecah,
bercak-bercak, gatal).
3)        Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik, penyakit, dan perseptual ditandai dengan
tidak percaya diri, minder, perasaan terisolasi, interaksi berkurang.
4)        Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan klien gelisah,
ketakutan, gangguan tidur, sering berkeringat.

4) Analisa Data

9
5) Data-data Etiologi Masalah
Ds:- pasien mengatakan Iritasi zat kimia, faktor Gangguan
mengkonsumsi makanan mekanik, faktor nutrisi. integritas kulit
berminyak dan pedas. Rencana
-Pasien mengatakan gatal Asuhan
gatal, dan ada rasa terbakar

Do: Turgor kulit buruk,


kering, bersisik, pecah-
pecah, perubahan warna
kulit, terdapat bercak-
bercak, gatal-gatal, rasa
terbakar, kurangya personal
hygiene, lingkungan tidak
sehat,
Ds:- Biofisik, penyakit, dan Gangguan body
Do: kulit kering, bersisik, perseptual. image
pecah-pecah,terdapat
bercak-bercak, minder,
tidak percaya diri, perasaan
terisolasi, interaksi
berkurang.

Ds:- Perubahan status Ansietas


Do: klien tampak gelisah, kesehatan
takut akan penyakitnya,
ragu,  gangguan pola tidur,
sering berkeringat,
anoreksia, mual, perubahan
pola berkemih.
Ds:- Gejala terkait penyakit Gangguan rasa
Do: ansietas, klien tampak nyaman
gelisah, gangguan pola
tidur, klien takut akan
penyakitnya, gatal-gatal,
kulit terasa terbakar atau
perih.

Keperawatan
10
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan rasa Setelah 1.   Kaji penyebab1.      Sebagai dasar
nyaman dilakukan gangguan rasa dalam menyusun
berhubungan tindakan selama nyaman rencana
dengan gejala 1x24 jam klien intervensi
terkait penyakit dapat keperawatan
ditandai dengan mempertahankan2.   Kendalikan 2.      Rasa gatal dapat
adanya gatal, rasa tingkat faktor- faktor diperburuk oleh
terbakar pada kulit, kenyamanan iritan. panas, kimia dan
ansietas, klien selama fisik.
tampak gelisah, dan perawatan
gangguan pola tidur dengan kriteria3.   Pertahankan 3.      Kesejukan
hasil: lingkungan yang mengurangi gatal.
- klien tampak dingin atau sejuk.
tenang 4.   Gunakan sabun4.      Upaya ini
- gangguan tidur ringan atau sabun mencakup tidak
hilang khusus untuk kulit adanya larutan
- klien menerima sensitif. detergen, zat
akan pewarna atau
penyakitnya bahan pengeras.
- gatal dan perih5.   Kolaborasi dalam5.      Tindakan ini
hilang pemberian terapi membantu
topical seperti meredakan gejala
yang diresepkan
dokter.

2. Gangguan integritas Setelah 1.     Kaji atau catat1.    Memberikan


kulit berhubungan dilakukan ukuran, warna, informasi dasar
dengan iritasi zat intervensi keadaan luka / tentang
kimia, faktor selama 3x24 kondisi sekitar penanganan kulit
mekanik, faktor jam, diharapkan luka.
nutrisiditandai Kerusakan 2.     Lakukan kompres2.    Merupakan
dengan kerusakan integritas kulit basah dan sejuk tindakan protektif
jaringan kulit (kulit dapat teratasi, atau terapi yang dapat
bersisik, turgor dengan kriteria rendaman. mengurangi
kulit buruk, pecah- hasil: 3.     Lakukan nyeri.
pecah, bercak- - turgor kulit perawatan luka3.    Memungkinkan
bercak, gatal). baik dan hygiene pasien lebih

11
- gatal hilang sesudah itu bebas bergerak
- kulit tidak keringkan kulit dan
bersisik dengan hati-hati meningkatkan
- bercak-bercak dan taburi bedak kenyamanan.
hilang yang tidak iritatif.
4.     Berikan prioritas
untuk
meningkatkan 4.    Mempercepat
kenyamanan dan proses rehabilitasi
kehangatan pasien pasien
5.     Kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian5.    Untuk
obat-obatan mempercepat
penyembuhan.

3. Gangguan citra Setelah 1.    Berikan 1.    Klien


tubuh berhubungan dilakukan kesempatan pada membutuhkan
dengan biofisik, tindakan asuhan klien untuk pengalaman
penyakit, dan keperawatan mengungkapkan didengarkan dan
perseptual ditandai selama 1X24 perasaan tentang dipahami dalam
dengan tidak jam, diharapkan perubahan citra proses
percaya diri, tidak terjadi tubuh. peningkatan
minder, perasaan gangguan body kepercayaan diri.
terisolasi, interaksi image. Dengan 2.    Nilai rasa2.    Memberikan
berkurang kriteria hasil: keprihatinan dan kesempatan
- Menyatakan ketakutan klien. kepada perawat
penerimaan untuk
situasi diri. menetralkan
- Bicara dengan kecemasan dan
keluarga/orang memulihkan
terdekat tentang 3.    Bantu klien realitas situasi.
situasi, dalam 3.    Kesan seseorang
perubahan yang mengembangkan terhadap dirinya
terjadi. kemampuan untuk sangat
menilai diri dan berpengaruh
mengenali serta dalam
mengatasi pengembalian

12
masalah. kepercayaan diri.

4.    Mendukung 4.    Pendekatan dan


upaya klien untuk saran yang positif
memperbaiki citra dapat membantu
diri, mendorong menguatkan
sosialisasi dengan usaha dan
orang lain dan kepercayaan yang
membantu klien dilaku
ke arah
penerimaan diri.
4. Ansietas yang Setelah 1.    Kaji tingkat1.    Identifikasi
berhubungan dilakukan ansietas dan masalah spesifik
dengan perubahan intervensi diskusikan akan
status kesehatan selama 3x24 penyebab bila meningkatkan
ditandai dengan jam, diharapkan mungkin kemampuan
klien gelisah, Ansietas dapat individu untuk
ketakutan, diminimalkan menghadapinya
gangguan tidur, sampai dengan dengan lebih
sering berkeringat. diatasi, dengan realistis.
kriteria hasil : 2.    Ka kaji ulang2.    Sebagai indikator
- klien tampak keadaan umum awal dalam
tenang pasien dan TTV menentukan
-klien menerima intervensi
tentang berikutnya
penyakitnya 3.    Berikan waktu3.    Agar pasien
- gangguan tidur pasien untuk merasa diterima
hilang mengungkapkan
- pola berkemih masalahnya dan
normal dorongan ekspresi
yang bebas,
misalnya rasa
marah, takut, ragu
4.    Jelaskan semua4.    Ke tidaktahuan
prosedur dan dan kurangnya
pengobatan pemahaman dapat
menyebabkan
timbulnya

13
5.    Diskusikan ansietas
perilaku koping5.    Mengurangi
alternatif dan kecemasan pasien
tehnik pemecahan
masalah

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2009.  Keperawatan Medikal Bedah. Edisi VIII, EGC.

Carpenito, Lynda Jual, 20011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC

Djuanda, A. 2007. Dermatosis Eritroskuamosa dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5.
Jakarta: Penerbit FK UI

Doengoes, E, Marilynn. 2009. “Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan


dan Pendokomentasian Perawatan Pasien ”. Edisi III, Jakarta : EGC

Mansur Aris. 2010. Kapita Selekta. Edisi III. Media Aeftulapiut.

Smeltzer, Suzanne. 2009. “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”. Edisi 8, Volume 3. Jakarta:
EGC.

14
15
16

Anda mungkin juga menyukai