Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Typoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan
oleh salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara
berkembang yang terutama terletak didaerah tropis dan subtropis. Penyakit
ini juga merupakan masalh kesehatan masyarakat yang penting karena
penyebarannya berkaitan erat dengan urAbanisasi, kepadatan penduduk,
kesehatan ingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta stanydart
higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah (Simanjuntak,
C.H, 2009).
Suatu penelitian epidemiologi di masyarakat vietnam khususnya di
delta sungai Mekong, di peroleh angka insidensi 198 per 100.000 pendudu.
Pada beberapa dekade terakhir typoid sudah jarang terjadi di negara-negara
industri, namun tetap menjadi maslah kesehatan yang serius disebagian
wilayah dunia, seperti bekas neggara Uni Soviet, anak benua India, Asia
Tenggara amerika Selatan dan Afrika. Menurut WHO, diperkirakan terjadi
16 juta kasus pertahun dan 600 ribu diantaranya berakhir dengan kematian.
Sekitar 70% dari seluruh kasus kematian itu menimpa penderita typoid di
Asia.
Apabila typoid tersebut tidak dideteksi dan diobati secara cepat dan
tepat dapat menyebabkan komplikasi yang berujung pada kematian, seperti
perdarahan usus, kebocoran usus, infeksi selaput usus, renjatan
bronkopnemonia (peradangan paru), dan kelainan pada otak. Maka dari itu
untuk mencegah terjadinya typoid dan menurunkan angka kejadian, harus
memperhatikan sanitasi lingkungan, pola makan yang sehat dan rajin
mencuci tangan terutama sebelum dan sesudah makan.
Berdasarkan masalah-masalah tersebut diatas, penulis sebagai perawat
ingin berperan serta dalam meningkatkan pemberian asuhan keperawatan
serta meningkatkan derajat kesehatan, sehingga penulis tertarik untuk
melakukan pengkajian terhadap “Nn.V dengan Tyfoid di Ruang
Bougenvill RSUD Ungaran”.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ilmiah ini, terdiri dari tujuan umum dan
tujuan khusus yaitu sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan dengan
Typoid dan memberikan Asuhan Keperawatan pada Klien Nn.V
dengan Typoid di Ruang Bougenvill RSUD Ungaran.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Nn.V dengan kasus Typoid.
b. Mampu menentukan dan menegakan masalah keperawatan pada
Nn.V dengan kasus Typoid.
c. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada Nn.V dengan
kasus Typoid.
d. Mampu melaksanakan rencana asuhan keperawatan pada Nn.V
dengan kasus Typoid.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Nn.V dengan kasus
Typoid.
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Nn.V dengan kasus
Typoid.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari
penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah
Noer, 2011 ).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-
gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type
A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 2011).
Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut.
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan
oleh salmonella type A. B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal,
makanan dan minuman yang terkontaminasi.

B. Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B
dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan
demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang
sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi
dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
Salmonella typhii, basil Gram negatif, bergerak dengan rambut getar,
tidak berspora, mempunyai sekurang - kurangnya empat macam antigen
yaitu : antigen 0 (somatik), H (flagella), Vi dan protein membran hialin.
(Mansjoer, 2004).
C. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara,
yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku),
Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada
penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang
lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat
akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat.
Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti
mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi
masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk
ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung
dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan
limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu
masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi
darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus
halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan
oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental
disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama
demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid,
karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam
disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis
dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
Kuman salmonella masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan
dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk
ke usus halus yang melepaskan zat pirogen dan menimbulkan infeksi.
Infeksi ini bisa merangsang pusat mual dan muntah di medulla oblongata
dan akan mensekresi asam lambung berlebih sehingga mengakibatkan
mual dan timbul nafsu makan berkurang. Apabila nafsu makan berkurang
maka terjadi intake nutrisi tidak adekuat dan terjadi perubahan nutrisi.
Selain itu juga kuman yang masih hidup akan masuk ke jaringan limfoid
dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk
ke peredaran darah (bakterimia primer), dan menuju sel-sel
retikuloendotelial, hati, limfa dan organ-organ lainnya (Suriadi, 2006 :
254).

D. Manifestasi Klinis
Masa tunas typhoid 10 – 14 hari
1. Minggu I
pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan
malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri
kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi atau diare,
perasaan tidak enak di perut.
2. Minggu II
pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi,
lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali,
meteorismus, penurunan kesadaran.
3. Minggu III
Demam tinggi,nyeri perut, feces bercampur darah (melena).
4. Minggu IV
Penyembuhan ulkus

E. Penatalaksanaan Medis
1. Perawatan.
a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari
untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
tranfusi bila ada komplikasi perdarahan (Syaifullah, 2005 : 439).
2. Diet.
a. Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
b. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi
tim.
d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari (Ngastiyah, 2005 : 239)

3. Obat-obatan.
a. Kloramfenikol
Merupakan obat antimikroba yang dapat menurunkan demam
lebih cepat. Dosis untuk anak-anak 100mg/kg BB /hari.diberikan
4 kali sehari peroral atau IV atau IM
b. Ceftriaxone
Obat ini cukup efektif dalam melawan salmonella typhi yang
menjadi penyebab typoid.
c. Ciprofloxacin
Antibiotik ini bekerja dengan cara menghambat enzim
topoisomerase tipe II (DNA Gyrase) dan topoisomerase IV yang
berperan dalam pembentukan DNA sel bakteri.
d. Sulfamethoxazole dan trimethoprim ( Cotrimoxazole)
Kombinasi keduanya cukup ampuh untuk digunakan sebagai obat
typoid dan beberapa infeksi lainnya, seperti saluran kemih dan
pneumoni.
F. Diagnosa Keperawatan
Setelah data dikumpulkan selanjutnya dianalisa untuk menentukan
diagnosa keperawatan. Beberapa diagnosa keperawatan adalah :
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella
Typhi.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan out put yang berlebihan.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan bedrest total
5. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
6. Hipertermi berhubungan dengan gangguan hipothalamus oleh pirogen
endogen.
7. Diare berhubungan dengan infeksi pada saluran intestinal.
8. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
9. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan adanya
salmonella pada tinja dan urine.
10. Konstipasi berhubungan dengan invasi salmonella pada mukosa
intestinal.
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Asuhan keperawatan pada pasien Nn.V dengan diagnosa medis Typoid di
ruang Bougenvill RSUD Ungaran. Asuhan keperawatan ini dimulai dari
tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
keperawatan. Asuhan keperawatan pada Nn. V di mulai dari tanggal 29
November 2019 sampai dengan 2 November 2019 dengan No. Register
601187
1. Identitas Pasien
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh kelompok dan
catatan medis, maka diperoleh data sebagai berikut, paien bernama
Nn.V berjenis kelamin perempuan dengan usia 18 tahun, status belum
kawin, agama islam, suku bangsa Jawa dengan pendidikan terakhir
adalah SMA. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia,
pekerjaan pasien adalah Karyawati, alamat klien Ds. Kebon Agung Rt.
02 RW 09 Kec. Sragen Kab. Sreagen. Sumber biaya dari asuransi BPJS,
sumber informsi dari pasien, status dan perawat ruangan.
2. Resume
Pasien bernama Nn.V datang ke Unit Gawat Darurat RSUD Ungaran
tanggal 27 November 2019 pukul 11.30 WIB dengan keluhan mual dan
muntah sebanyak 10x, dan pada saat pengkajian diruangan didapatkan
keluhan nyeri perut bagian kiri bawah, mual, lemas, tidak nafsu makan.
Tanda – tanda vital dengan tekanan darah 90/70 mmHg, nadi 80
x/menit, suhu badan 37,9oc, pernafasan 20 x/menit. Tindakan
keperawatan infus RL 20 tetes/menit, Dari hasil Laboratorium
didapatkan Hemoglobin 12,5 gr/dl, Hematokrit 37,5%, Leukosit 4.95
ribu/mL, Trombosit 274 ribu/mL.
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan sedang kerja di suatu PT, tiba-tiba pasien merasa
mual dan muntah sebanyak 10x lalu pasien pingsan dan saat bangun
sudah di IGD RSUD Ungaran. Keluhan pada saat pengkajian di
dapatkan klien mengatakan nyeri pada perut sebelah kiri bawah
hilang timbul seperti senut-senut, mual, lemes, upaya mengatasi pergi
ke Rumah Sakit.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien, didapatkan data bahwa
pasien pernah dirawat di Klinik Umum. Pasien sebelumnya pernah
mempunyai riwayat seperti yang diderita pasien saat ini. Pasien
mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan maupun operasi.
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi baik terhadap obat dan
makanan.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram dan Keterangan)

Keterangan : : Laki-laki : Klien


: Perempuan - - - - : Tinggal
serumah

: Meniggal : Garis
hubungan

Catatan : Nn.V adalah anak pertama dari dua bersaudara , usia


pasien 18 tahun, sudah bekerja, namun belum menikah, pasien saat
ini tinggal sendiri.

d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi


faktor resiko
Pasien mengatakan tidak ada penyakit keturunan dan tidak memiliki
penyakit yang menurun.
e. Riwayat psikososial dan spiritual
Orang yang tedekat dengan pasien adalah teman dekat, pembuatan
keputusan pasien mengatakan keputusan dibuat sendiri, kegiatan
kemasyarakatan tidak ada. Dampak penyakit pasien terhadap
dirinya adalah aktivitas terganggu dan tidak dapat bekerja, pasien
berharap agar cepat sembuh. Harapan setelah menjalani perawatan
adalah dapat kembali kerja. Perubahan yang dirasakan setelah jatuh
sakit adalah badannya lemas, nyeri perut dan mual. Pasien
mengatakan kondisi lingkungan rumah baik dan bersih.
f. Pola Kebiasaan
1) Pola nutrisi
Berdsarkan hasil wawancara dan observasi didapatkan data
sebagai berikut, pola nutrisi pasien sebelum sakit frekuensi
makan 3x/hari, nafsu makan baik, porsi makan yang dihabiskan
1 porsi, tidak ada makanan alergi, pantangan dan diet.
Sedangkan pola nutrisi selama di rawat di Rumah Sakit,
frekuensi makan 3 x/hari, nafsu makan kurang karena masih
mual, habis 1/4 porsi makan, pasien mengatakan ada makanan
pantangan yaitu makanan pedas dan asam, pasien tampak tidak
tampak menggunakan alat bantu (NGT, dll)

2) Pola Eliminasi
Pola eliminasi pasien sebelum sakit frekuensi 4-5 x/hari,
berwarna kuning jernih tanpa ada keluhan, sedangkan di Rumah
Sakit frekensi 3x/hari, berwarna kuning jernih tanpa adanya
keluhan dan tampak tidak menggunakan alat bantu (kateter, dll)
Sebelum sakit frekuensi BAB 1 x/hari, waktunya pagi, berwarna
kuning, konsistensi lembek tanpa ada keluhan. Saat di Rumah
Sakit pasien mengatakan BAB pada hari ke 2.
3) Pola Personal Hygiene
Pasien mengatakan sebelum sakit mandi 2 x/hari, waktunya pagi
dan sore, oral hygiene 2 x/hari, waktunya pagi dan malam,
pasien mengatakan cuci rambut cuci rambut 3 x/minggu.
Sedangkan di Rumah Sakit pasien mandi 2 x/hari, waktunya pagi
dan sore,oral hygiene 2x/hari waktunya pagi dan malam. Pasien
mengatakan selama di Rumah Sakit baru 1x cuci rambut.
4) Pola Istirahat dan Tidur
Pasien mengatakan kebiasaan istirahat dan tidur sebelum masuk
Rumah Sakit adalah pasien tidak pernah tidur siang, pasien tidur
malam selama 6 jam/hari, dan pasien mengatakan kebiasaan
sebelum tidur yaitu main Handphone. Sedangkan selama di
Rumah Sakit pasien tidur siang 3 jam/siang, tidur malam 8
jam/hari, dan kebiasaan sebelum tidur yaitu main Handphone.
5) Pola Aktivitas dan Latihan
Aktivitas sebelum masuk Rumah Sakit adalah bekerja dengan
waktu pagi kadang juga malam hari sesuai shift, pasien juga
mengatakan tidak pernah olahraga. Selama dirawat klien lebih
banyak istirahat dan melakukan kegiatan di tempat tidur seperti
makan. BAK dan BAB di kamar mandi dan tidak ada keluhan
dalam beraktivitas.
6) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Sebelum pasien masuk rumah sakit, pasien mengatakan tidak
pernah merokok dan minum-minuman keras/NAPZA. Begitupun
saat pasien di rawat, pasien tidak pernah merokok dan minum-
minuman keras/NAPZA.

4. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan fisik umum berdasarkan hasil wawancara dan
observasi didapatkan data yaitu Berat Badan (BB) pasien sebelum
sakit 42 kg. Berat badan saat ini 39 kg, tinggi badan pasien 153
cm, Tanda-tanda vital (TTV) dengan tekanan darah 90/70mmHg,
nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, dan suhu tubuh 37,9oc.
Tidak terlihat adanya pembesaran gelenjar getah bening.
b. Sistem penglihatan meliputi sisi mata pasien simetris, kelopak
mata normal, konjungtiva pasien terlihat berwarna
muda/ananemis, fungsi penglihatan pasien baik dimana pasien
mengatakan masih dapat melihat dengan baik, klien tidak
menggunakan kacamata ataupun lensa kontak, tidak ada tanda-
tanda peradangan seperti berwarna merah dan pandangan jelas.
Pasien tidak pengalami buta warna.
c. Sistem pendengaran meliputi daun telinga pasien normal, tidak
tampak ada luka dan tampak simetris. Tidak ada serumen, tidak
tampak bengkak dan tidak kemerahan, tidak terlihat adanya cairan
di telinga seperti darah, nanah, fungsi pendengaran pasien normal
dimana pasien dapat mendengar dengan baik dan tidak
menggunakan alat bantu.
d. Sistem wicara selama berinteraksi dengan pasien, pasien tidak
mengalami gangguan bicara, dan pasien dapat menggunakan kata-
kata dengan jelas. Tidak terdapat bau mulut dan mulut tampak
bersih
e. Sistem pernafasan dari hasil wawancara, observasi, inspeksi dan
auskultasi diperoleh jalan nafas bersih tidak ada sumbatan, pasien
mengatakan tidak sesak, pasien tampak tidak menggunakan otot
bantu pernafasan, frekuensi pernafasan 20 x/menit, dengan irama
pernafasan teratur, pasien mengatakan tidak nyeri saat bernafas,
pasien tampak tidak menggunakan alat bantu nafas, pasien
mengatakan tidak ada batuk. Pemeriksaan secara palpasi tidak ada
masalah pada dada pasien, pemeriksaan auskultasi terdengar suara
nafas klien vesikuler.
f. Sistem kardiovaskuler dari hasil pemeriksaan palpasi didapatkan
nadi 80 x/menit, dengan irama teratur dan denyut kuat. Tekanan
darah klien 90/70 mmHg, temperatur kulit hangat, dari hasil
inspeksi tidak ada distensi vena juguralis baik kanan maupun kiri,
warna kulit pasien normal, tampak tidak ada edema. Pada
auskultasi jantung, kecepatan denyut nadi apical 80 x/menit,
dengan irama yang teratur dan tidak terdengar adanya kelainan
bunyi jantung seperti mur-mur dan gallep. Pasien mengatakan
tidak sakit dada.
g. Sistem syaraf pusat berdasarkan hasil wawancara dan observasi
pasien mengatakan tidak pusing, tingkat kesadaran composmentis,
dengan jumlah nilai glasgow coma scale (GCS) 15 yang terdiri
dari E: 4, M: 6, V: 5, tidak ada tanda-tanda peninngkatan tekanan
intra kranial.
h. Sistem pencernaan setelah dilakukan observasi didapatkan bahwa
mulut palatum normal, bibir normal, lidah normal, tidak terdapat
gigi caries, tidak terlihat adanya stomatitis dan tidak terlihat lidah
kotor. Pasien mengatakan mual.
i. Sistem endokrin klien tidak mengalami pembesaran kelenjar
tiroid, nafas tidak berbau keton keton.
j. Sistem integumen turgor kulit pasien baik dan elastis, temperatur
kulit hangat, tidak terdapat luka. Tidak ada lesi atau ulkus, tidak
ada tanda-tanda peradangan di kulit daerah pemasangan infuse.
Keadaan rambut pasien baik dan bersih.
k. Sistem muskuloskeletal, walaupun terpasang infuse pasien
mengatakan tidak mengalami kesulitan dalam bergerak. Tidak ada
fraktur dan tidak ada kelainan baik bentuk sendi maupun struktur
tulang belakang. Keadaan tonus otot klien baik.
5. Data penunjang (pemeriksaan diagnostic yang menunjang masalah :
Lab, radologi, endeskopi, dan lain-lain)
6. Penatalaksanaan ( Therapi obat)
a. Terapi obat

NO Jenis Obat / Terapi Dosis Fungsi


1. RL (Ringer Laktat 500 ml Sebagai sumber elektrolit
20 tpm
2. Inj. Ondancentron 8mg/12 jam Mencegah serta mengobati
mual muntah
3. Inj. OM2 20mg/12 jam Mengatasi masalah perut dan
kerongkogan yang disebabkan
asam lambung
4.. Inj. Ceftriaxone 1 g/ 12 jam Obat antibiotik yang berfungsi
mengatasi berbagai infeksi dan
bakteri
5. Sirup sucralfat 3 x 24 jam Mengatasi dan mencegah tukak
lambung serta ulkus duodenum
6. Paracetamol 2 x 500mg Meredakan rasa sakit dan demam
1. DS: Peningkatan laju Hipertermi
- Pasien mengatakan metabolisme
badan demam

DO:
- pasien tampak lemas
- Suhu 37,9oc
- Nadi 80 x/menit
- RR 20x/menit
- Td 90/70 mmHg

DS:
2. - pasien mengatakan Agen cidera Nyeri
nyeri pada perut biologis
sebelah kiri bawah

DO:
- wajah pasien tampak
menahan nyeri.
- Pasien tampak lemah
- pasien tampak gelisah
P: Thypoid
Q: Senut-senut
R: Kuadran 4
S: skala 3
T: hilang timbul
3. - DS:
- Pasien mengatakan
tidak nafsu makan
- Pasien mengatakan
masih mual.
- Pasien mengatakan
badannya lemas Asupan diet Ketidak seimbangan nutrisi :
- Pasien mengatakan kurang kurang dari kebutuhan tubuh
tidak nafsu makan

DO:
- 1. Pasien tampak habis 1/4
porsi makan
- Pasien tampak lemas
- BB sebelum sakit 42
kg
- BB sakit 40 kg

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian keperawatan pada Nn. V pada tanggal 29
November 2019 maka didapat diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
2. Nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis
3. Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan diet kurang
C. Diagnosa prioritas
1. Nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan diet kurang
3. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

D. Intervensi Keperawatan

NO DX. Tujuan dan kriteria hasil NIC


Kep (ONEC)
1. DX. 1 Setelah dilakuka tindakan Manajemen nyeri
keperawatan selama 3x24 1. Observasi adanya
jam diharapkan nyeri petunjuknon verbal mengenal
berkurang ketidak nyamanan
Noc: 2. Lakukan pengkajian nyeri
1. Kontrol nyeri secara komprehensif yang
Kriteria hasil meliputi lokasi, karakteristik,
1. Sering menunjukkan nyeri durasi, frekuensi, kualitas dan
yang terkontrol skala
3. Ajarkan penggunaan teknik
non farmakologi
4. Kolaborasi dengan tim medis
lain pemberian obat analgesik
5. gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
6. Kaji kultur yang
mempengaruhi respon nyeri
7. evaluasi pengalaman nyeri
masa lmapau
8. evaluasi bersama pasien dan
tim kesehatan lain tentang
ketidak efektifan kontrol nyeri
masa lampau
9. bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan menemukan
dukungan
10. kontrol lingkungan yang
dapat mempegaruhi nyeri
seperti suhu ruangan dan
kebisingan.
11. kaji type dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi

2. DX.2 Setelah dilakuka tindakan NIC


keperawatan selama 3x24 Manajemen nutrisi
jam diharapkan nutrisi 1. kaji adanya alergi makanan
terpenuhi 2. kolaborasi dengan ahli gizi
NIC : untuk menentukan jumlah
1. Status nutrisi : asupan kalori dan nutrisi yang
makanan dan cairan dibutuhkan pasien
Kriteria hasil : 3. anjurkan pasien untuk
1. adanya peningkatan berat meningkatkan intake makanan
badan sesuai dengan tujuan 4. berikan makanan yang
2. tidak ada tanda-tanda mal terpilih (sudahdikonsulkan
nutrisi dengan ahli gizi)
3, tidak terjadi penurunan 5. berikan informasi tentang
berat badan yang berarti kebutuhan nutrisi
Monitor nutrisi
1. BB pasien dalam batas
normal
2. monitor adanya penurunan
berat badan
3. monitor tipe dan jumlah
aktifitas yang biasa dilakukan
4. monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
5. monitor turgor kulit
6. monitor kekeringan,rambut
kusam dan mudah patah
7. monitor mualdan muntah
8. monitor makanan kesukaan
9. monitor pertumbuhan dan
perkembangan
10. monitor pucat, kemerahan
dan kekeringan jaringan
konjungtifa.

3. DX. 3 Setelah dilakuka tindakan NIC


keperawatan selama 3x24 1. monitor suhu paling tidak
jam diharapkan suhu setiap 2 jam, sesuai kebutuhan
menjadi normal: 2. monitor warna dan suhu kulit
NOC : 3. monitortekanan darah nadi
1. Termoregulasi dan RR
Kriteria Hasil : 4. monitor penurunan tingkat
1. suhu tubuh dalam rentang kesadaran
normal 5. kolaborasi dengan pemrikan
antipiretik jika perlu
6. tingakatkan intake cairan dan
nutrisi
7. dorong pasien konsumsi
cairan dan berikan pasien
pakaian yang ringan
E. Implementasi Hari Pertama

NO. DX.KEP IMPLEMENTASI RESPON HASIL NAMA


29
November
2019
(shift
pagi) DX. 3 1. melalukan TTV DS : pasien mengatakan badan Tri Kusumawati
terasa demam
DO:
 TD : 90/70 mmHg
 N : 80x/menit
 S : 37,9°C
 RR : 20x/menit Tri Kusumawati

DX. 1 2. melakukan pengkajian nyeri DS : pasien mengatakan nyeri pada


bagian perut kiri bawah, rasanya
senut-senut, skalanya 3, dan
nyerinya hilang timbul Tri Kusumawati
DO : pasien tampak komprehensif
saat menjawab pertanyaan

DX. 1 3. mengajarkan teknik relaksasi nafas


dalam DS : pasien mengatakan mau
melakukan.
DO : pasien tanpak melakukan dan Tri Kusumawati
terlihat rileks

DX. 2 4. mengkaji adanya alergi makanan


DS : pasien mengatakan tidak
pernah alergi makanan
DO : pasien tampak menjawab
DX. 2 5. melakukan penimbangan BB
DS : pasien mengatakan sebelum
sakit BB 42 kg
DO : BB 40 kg

29 DX. 2 1. menanyakan pola makan pasien DS : pasien mengatakan tidak nafsu


November makan karena ada rasa mual jika
2019 makan
(Shift DO : tampak makanan hanya habis
Siang ) ¼ porsi
DX. 2
2. menanyakan keadaan saat ini DS : pasien mengatakan muntah
sudah tidak namun mual masih ada
DO : pasien tampak lemas
DX. 2 3. melakukan monitor kulit DS : pasien mengatakan tubuh
terasa hangat
DO : kulit teraba hangat, mukosa
bibir tampak kering, wajah tampak
pucat.
DX. 2 4. menganjurkan pasien untuk makan DS : pasien mengatakan sering
sedikit tapi sering ngemil cemilan-cemilan secara
perlahan
DO : tampak beberapa cemilan
yang sedang di makan saat
pengkajian berlangsung
5. melakukan TTV DS : pasien mengatakan masih
terasa demam
DO:
DX. 3
Badan teraba hangat
 TD : 90/70 mmHg
 N : 80x/menit
 S : 37,9°C
 RR : 19x/menit

6. memberikan kompreshangat dengan DS : pasien mengatakan terasa


buli-buli nyaman
DO : pasien tampak rileks
DX. 1

7. berkolaborasi pemberian injeksi DS : pasien mau diinjeksi


(ondancentron dan ceftriaxone) DO : pasien tampakkooperatif

29 DX. 3 1. memberikan obat paracetamol DS : pasien mau


November DO : pasien tampak menerima
2019 2. menganjurkan untuk berpakaian yang DS : setelah dijelaskan pasien mau
(shift ringan DO : pasien nampak memakai
malam) pakaian ringan dan nyaman
DX. 3
3. melakukan TTV DS : pasien mengatakan badan
terasa hangat
DO:
 TD : 90/70 mmHg
 N : 80x/menit
 S : 37,7°C
 RR : 20x/menit
F. SOAP hari pertama

NO Dx. Kep Hasil SOAP TTD/NAMA


1. Dx. 1 S:
 pasien mengatakan nyeri pada
bagian perut kiri bawah, Tri
rasanya senut-senut, skalanya Kusumawati
3, dan nyerinya hilang timbul
 pasien mengatakan mau
melakukan relaksasi nafas
dalam
 saat diberikan buli-buli pasien
mengatakan terasa nyaman
O:
 pasien tampak kooperatif saat
diberikan pertanyaan Sri Mulyani

 pasien tampak melakukan


relaksasi yang diberikan dan
tampak rileks
 pasien tampak nyaman saat
pemberian buli-buli.
A: Masalah belum teratasi
P : lanjut intervensi
1. Observasi adanya petunjuknon Ana Yesika
verbal mengenal ketidak
nyamanan
2. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
3. Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi
4. Kolaborasi dengan tim medis
lain pemberian obat analgesik
2 DX. 2 S:
 Pasien mengatakan tidak ada Tri
alergi makanan Kusumawati
 Pasien mengatakan sebelum
sakit BB 42
 Pasien mengatakan ada sensasi
mual saat makan
O:
 Tampak makanan hanya habis
¼ porsi
 Pasien tampak lemas Sri Mulyani

A : Masalah belum teratasi


P : lanjut intervensi
1. monitor tipe dan jumlah
aktifitas yang biasa dilakukan
2. monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
3. monitor turgor kulit
4. monitor kekeringan,rambut Ana Yesika
kusam dan mudah patah
5. monitor mual dan muntah
3 DX. 3 S: Tri
 Pasien mengatakan badan Kusumawati
sudah mulain hangat
O:
 TD : 90/70 mmHg
 N : 80x/menit Sri Mulyani

 S : 36,9°C
 RR : 20x/menit
Ana Yesika
A : Masalah belum teratasi
P: lanjut intervensi
1. monitor suhu paling tidak
setiap 2 jam, sesuai kebutuhan
2. monitor warna dan suhu kulit
3. monitortekanan darah nadi dan
RR
4. kolaborasi dengan pemrikan
antipiretik jika perlu
G. Implementasi Hari ke 2

NO. DX. KEP IMPLEMENTASI RESPON HASIL NAMA


30
November
2019 (shift
pagi ) DX. 3 1. melakukan TTV DS : pasien mengatakan badan
terasa hangat Tri kusumawati dan rani
DO: wulandari
 TD : 90/70 mmHg
 N : 80x/menit
 S : 36,9°C
 RR : 20x/menit
DX. 3 2. melakukan injeksi Ondancentron dan DS : pasien mau untuk
ceftriaxone dan memberikan obat oral diinjeksi
paracetamol DO : pasien menerima obat
dan meminumnya
DX. 1 3. Melakukan pengkajian kembali
terhadap nyeri DS : pasien mengatakan nyeri Tri kusumawati dan rani
pada bagian perut kiribawah, wulandari
skala nyeri 3, rasanya senut-
senut dan terasa hilang timbul
DO : pasien tampakkooperatif
saat menjawab pertanyaan dan
memegang perut
DX. 1 4. memberikan pasien kompres hangat
dengan menggunakan buli-buli DS : pasien mau dan
mengatakan lebih nyaman dan
mengatakan skala menjadi 2
masih terasa senut-senut
DX. 2 5. Menyuapi pasien DO : pasien tampak lebih
nyaman
DS : pasien mengatakan mau
DO : hanya habis ¼ porsi dan
minum habis
6. Mengganti cairan infus DS : pasien mengatakan infus
habis
DO : cairan infus sudah
terpasang

30 Dx. 3 1. melakukan TTV DS : pasien mengatakkan


November badan terasa hangat
2019 DO :
(shift  TD : 100/80 mmHg
siang)  N : 80x/menit
 S : 36,7°C
 RR : 20x/menit

DS : pasien mengatakan mau


Dx. 2 2. memnyuapi pasien namun mual
DO : hanya habis ¼ porsi dan
minum habis

DS : pasien mau untuk


Dx. 1 3. injeksi Ceftriaxsone dan Ondancentron diinjeksi
DO : pasien tampak
kooperatif
H. SOAP Hari ke 2

NO DX. KEP SOAP NAMA


1 DX. 1 S: Tri kusumawati
 pasien mengatakan nyeri pada
bagian perut kiri bawah,
rasanya senut-senut, skalanya
3, dan nyerinya hilang timbul
 saat diberikan buli-buli pasien
mengatakan terasa nyaman
 saat diberikan buli-buli pasien
mengatakan masih senut-senut Rani wulandari
namun skala turun menjadi 2
O:
 pasien tampak kooperatif saat
diberikan pertanyaan
 pasien tampak nyaman saat
pemberian buli-buli.
A : masalah teratasi sebagian
P: Lanjut intervensi
1. Observasi adanya petunjuknon
verbal mengenal ketidak Sri mulyani
nyamanan
2. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
3. Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi
4. Kolaborasi dengan tim medis
lain pemberian obat analgesik
2 DX. 2 S: Tri Kusumawati
 Pasien mengatakan saat
diberikan makan ada sensasi
mual
 Pasien mengatakan mau makan
sedikit tapi sering
O:
 Makanan yang diberikan hanya
habis ¼ porsi namun minum
habis
 Pasien tampak nyemil roti Rani Wulandari
tawar
A : Masalah belum teratasi
P : lanjut intervensi
1. monitor tipe dan jumlah
aktifitas yang biasa dilakukan
2. monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
3. monitor turgor kulit
4. monitor kekeringan,rambut
kusam dan mudah patah Sri Mulyani

5. monitor mual dan muntah


6. anjurkan untuk meningkatka
intake makanan
3 Dx. 3 S: Tri kusumawati
 pasien mengatakkan badan
terasa hangat
DO :
 pasien tampak minum obat Rani wulandari
paracetamol
 TD : 100/80 mmHg
 N : 80x/menit
 S : 36,7°C
 RR : 20x/menit Sri mulyani

A : masalah teratasi
P:-
I. Implementasi hari ke 3

NO
2 DX. 1 1. melakukan pengkajian nyeri DS : pasien mengatakan nyeri sudah Tri kususmawati
Desember mulai hilang dan pasien mengatakan
2019 pesan dokter hari ini boleh pulang
(pagi) DO : pasien tampak sudah tersenyum
DX. 2 2. melakukan penimbangan BB DS : pasien mau ditimbang BB
DO : BB 41 Sri mulyani

3. menanyakan asupan makan DS : Pasien mengatakan masih mual


untuk makan nasi atau bubur
DO: pasien tampak nyemil roti sedikit-
sedikit

4. melakukan up infus DS : pasien mengatakan bersedia dan


mengatakan sangat senang
DO : pasiem tampak senyum
J. SOAP Hari ke 3

NO DX. KEP SOAP NAMA


1 DX.1 S: Tri Kusumawati
 Pasien mengatakan
nyeri sudah mulai
hilang dan pasien
mengatakan hari ini
pulang
O: Sri mulyani
 Psien tampak sudah
tersenyum
A: masalah teratasi
P:-
2 DX. 2 S: Tri Kusumawati
 Pasien mengatakan
ditimbang pertama
hasilnya 40 kg
 Pasien mengatakan
masih mual saat makan
nasi atau bubur
O:
 BB : 41 kg Sri Mulyani

 Tampak memakan roti


sedikit-sedikit
A : Masalah teratasi sebagian
P: -
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Nn.Vdengan


Typoid diruang Bougenvill RSUD Ungaran yang dilaksanakan pada
tanggal 29 November 2019 sampai dengan 02 November 2019,
kelompok menemukan beberapa kesenjangan antara teori dengan
praktek yang akan dibahas pada bab ini sesuai dengan tahapan pada
proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, dan diagnosa
keperawatan.

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan proses awal dari proses keperawatan yang


bertujuan untuk memperoleh informasi atau data dari klien,
keluarga, perawat ruangan, catatan medik, catatan keperawatan
sehingga masalah keperawatan klien dapat dirumuskan secara
akurat. Pada dasarnya antara teori maupun kasus tidak terjadi
kesenjangan yang signifikan. Penyebab typhoid adalah salmonella
typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber penularan
salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien
dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam
typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja
dan air kemih selama lebih dari 1 tahun. Manifestasi klinis Minggu
I pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan
malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri
kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi atau diare,
perasaan tidak enak diperut. Sedangkan pada kasus beberapa
manifestasi klinis pada klien tidak terjadi nyeri otot, batuk,
epitaksis, obstipasi, atau diare.manifestasi klinis tidak semua
muncul pada klien karena sudah mendapatkan tindakan
keperawatan dan dilihat dari gejala yang ada maka kasus typoid
pada Nn. V masih pada minggu I yaitu klien mengatakan demam,
dan mual, terasa tidak enak diperut (nyeri pada perut kiri bagian
bawah).

Pada penatalaksanaan medis secara teori dan kasus sudah hampir


sama yaitu pengobatan yang dapat diberikan biasanya bersifat
menghilangkan rasa sakit/menghilangkan rasa mual, harus tirah
baring/istirahat mutlak dan banyak minum, diberikan makan lunak,
pemberian intravena RL 20tetes per menit. Pada pasien yang
menderita typoid harus dirawat di Rumah Sakit karena memerlukan
pengawasan terhadap kemungkinan dapat terjadi mengancam jiwa
pasien.

B. Diagnosa Keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian, data – data yang penulis temukan


kemudian di analisa sebagai data fokus yang dapat menunjang
timbulnya masalah atau diagnosa keperawatan. Diagnosa yang
muncul pada teori yaitu Peningkatan suhu tubuh berhubungan
dengan infeksi Salmonella Typhi, Gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat, Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit kurang dari kebutuhan berhubungan dengan out put yang
berlebihan, Defisit perawatan diri berhubungan dengan bedrest
total, Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan
fisik, Hipertermi berhubungan dengan gangguan hipothalamus oleh
pirogen endogen, Diare berhubungan dengan infeksi pada saluran
intestinal, Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan
muntah dan diare, Resiko tinggi infeksi (kontak pasien)
berhubungan dengan adanya salmonella pada tinja dan urine,
Konstipasi berhubungan dengan invasi salmonella pada mukosa
intestinal.
Sedangkan Diagnosa yang tedapat dikasus yaitu nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis, ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
diet kurang dan hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme.
Pada diagnosa keperawatan terdapat kesenjangan antara teori dan
kasus. Diagnosa yang terdapat ditiori tidak tidak terdapat dikasus
adalah Defisit perawatan diri berhubungan dengan bedrest total,
alasan penulis tidak mengambil diagnosa ini karena kondisi klien
umumnya hanya demam terutama sore hari dan malam hari.
Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri perut kiri bagian bawah,
mual, perasaan tidak enak di perut dan masih berada minggu I.

Anda mungkin juga menyukai