Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS AKUT
DIRUANG ANAK (MELATI) RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Disusun Oleh :
Yuhaning Audiya
1611020108

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018
A. Pengertian
Gastroenteritis adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal
(meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair (Suharyono: 2008).
Gastroenteritis didefinisikan sebagai peningkatan frekuensi, volume, dan kandungan
fluida dari tinja. Propulsi yang cepat dari isi usus melalui hasil usus kecil diare dan dapat
menyebabkan defisit volume cairan serius. Penyebab umum adalah infeksi, sindrom
malabsorpsi, obat, alergi, dan penyakit sistemik. (Black Joyce, Hawks Jane, 2010)
Gastroenteritis adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
dengan kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200
ml/24 jam (Simadibrata: 2006).
Jadi dapat disimpulkan gastroenteritis adalah buang air besar dengan frekuensi tidak
normal dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair, dengan kandungan air pada
feses lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.

B. Etiologi
Menurut Ngastiyah (2009) penyebab terjadinya gastroenteritis ada 5 faktor, yaitu :
1. Faktor Infeksi adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama gastroentritis pada infeksi internal, meliputi :
a. Infeksi bakteri
Vibrio, E Coli, Samonela, Shigella, Campylobachter, yersinia, aeromonas dan
sebagainya.
b. Infeksi virus
Ento (virus echo), coxsackie, poliomytis, adenovirus, rotavirus, astovirus, dan
lain-lain.
c. Infeksi parasit
Cacing, protozoo, dan jamur

2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat meliputi air di sakarida (intoleransi lactora, maltose, dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, friktosa, dan gluktosa), pada bayi
dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa. Laktosa merupakan
karbohidrat utama dari susu (susu sapi mengandung 50 mg laktosa perliter). Maka
pada bayi dam balita diare intoleransi laktosa mendaat perhatian khusus.
Penyababnya karena pada bayi pembentukan enzim lipase yang berfungsi
memecah laktosa belum sempurna, sehingga menyababkan bayi diare, dan lipase
akan berfungsi optimal saat berusia 4-6 bulan. Kondisi ini biasanya terjadi pada
usia bayi 1-2 bulan dan tidak menyababkan berat badannya turun. Selain itu
malabsorbsi lemak dan protein.
3. Faktor Makanan
Makanan basi beracun dan alergi makanan.
4. Faktor Kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci
tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum
mengkonsumsi makanan.
5. Faktor Psikologi
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan gastoentritis karena dapat merangsang
peningkatan peristaltic usus.

C. Tanda dan Gejala


Menurut Kliegman (2010) tanda gejala gastroenteritis, yaitu :
1. Secara umun :
a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
b. Terdapat tanda gejala dehidrasi : turgor kuit jelek (elastisitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung, membrane mukosa kering.
c. Demam
d. Nafsu makan berkurang
e. Mual dan muntah
f. Anoreksia
g. Lemah
h. Pucat
i. Nyeri abdomen
j. Perih di ulu hati
k. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan pernafasan cepat Menurun atau tidak
adanya pengeluaran urine.
Bila penderita telah banyak kehilangan banyak cairan elektrolit, maka gejala
dehidrasi tampak. Menurut Nelson (2009), ada 3 tingkatan dehidrasi, yaitu:

a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok, ubun-ubun
dan mata cekung, minum normal, kencing normal.
b. Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam. gelisah, sangat
haus, pernafasan agak cepat, ubun-ubun dan mata cekung, kencing sedikit dan
minum normal.
c. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-
tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma,
otot-otot kaku sampai sianosis, denyut jantung cepat, nadi lemah, tekanan darah
turun, warna urine pucat, pernafasan cepat dan dalam, turgor sangat jelek, ubun-
ubun dan mata cekung sekali, dan tidak mau minum. Atau yang dikatakan
dehidrasi bila:
1) Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% atau rata-rata 25ml/kgBB.
2) Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 5-10% atau rata-rata 75ml/kgBB.
3) Dehidrasi berat: kehilangan cairan 10-15% atau rata-rata 125ml/kgBB.

D. Patofisiologi
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor di
antaranya faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang
masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak
sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi
perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus
menyebabkan sistem transpor aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi
yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat kemudian menyebabkan
diare. Iritasi mukosa usus dapat menyebabkan peristaltik usus meningkat. Kerusakan pada
mukosa usus juga dapat menyebabkan malabsorbsi merupakan kegagalan dalam
melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus
sehingga terjadilah diare. (Simadibrata: 2006)
Menurut Diskin (2008) di buku Muttaqin (2011) adapun mekanisme dasar yang
menyebabkan diare, meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Gangguan osmotik, dimana asupan makanan atau zat yang sukar diserap oleh mukosa
intestinal akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Respons inflamasi mukosa, pada seluruh permukaan intestinal akibat produksi
enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons peningkatan aktivitas sekresi air
dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga usus, selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare,
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan :


a. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
b. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
c. Hipoglekemia, gangguan sirkulasi darah.

Pendapat lain menurut Jonas (2003) pada buku Muttaqin (2011). Selain itu, diare juga
dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil
melewati rintangan asam lambung. Mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian
mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare. Mikroorganisme memproduksi toksin. enterotoksin yang diproduksi
agen bakteri (E. Coli dan Vibrio cholera) akan memberikan efek langsung dalam
peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam lumen gastrointestinal
E. Pathway
F. Komplikasi
Menurut Kliegman ada 8 komplikasi gastroenteritis, yaitu : (kliegman,2010)
1. Demam
2. Dehidrasi
3. Hipokalemia
4. Hipokalsemia
5. Ilues peristaltic
6. Hiponatremi
7. Syok hipovalemik
8. Asidosis

G. Penatalaksanaan Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
1. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
a. Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan
yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada
anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan
dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap
disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak
lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
b. Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai
berikut:
1) Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran
1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset
berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
2) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau
10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
3) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau
3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
 6 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
4) Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
 Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam,
jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
 Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml
= 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
5) Untuk bayi berat badan lahir rendah
 Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1
bagian NaHCO3 1½ %).
2. Pengobatan dietetik
a. Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang
dari 7 kg, jenis makanan:
1) Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak
jenuh
2) Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
3) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya
susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang
atau tak jenuh.
3. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.

H. Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya gangguan sirkulasi
darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya
pengetahuan orang tua mengenai proses penyakit. Mengingat diare sebagian besar
menular, maka perlu dilakukan penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan
pada klien lain.
I. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan verivikasi,
komunikasi dan dari data tentang pasien. Pengkajian ini didapat dari dua tipe yaitu data
suyektif dan dari persepsi tentang masalah kesehatan mereka dan data obyektif yaitu
pengamatan / pengukuran yang dibuat oleh pengumpul data (Potter, 2005).
Pengkajian pada pasien gastroenteritis menurut Arif Muttaqin (2011),
1. Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin. Biodata orang tua perlu
dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
2. Dengan keluhan Diare
a. P ( Provoking, presipitasi)
Faktor apa saja yang diketahui pasien atau keluarga yang memungkinkan
menjadi penyebab terjadinya diare.
b. Q (Kualitas, kuantitas)
1) Berapa kali pasien BAB sebelum mendapat intervensi kesehatan
2) Bagaimana bentuk feses BAB? Apakah encer, cair, bercampur lendir dan
darah?
3) Apakah disertai adanya gangguan gastrointestinal (mual, nyeri abdomen,
muntah , anoreksia)?
c. T (waktu, onset)
Berapa lama keluhan awal mulai terjadi? Apakah bersifat akut atau mendadak?
Durasi dan kecepatan gejala awal mulai terjadi diare menjadi pengkajian penting
dalam memberikan intervensi langsung penanganan rehidrasi. Intervensi yang
akan dilakukan pada diare yang lebih dari satu bulan akan berbeda dengan diare
yang terjadi kurang dari satu minggu.

3. Dengan keluhan muntah


Pengkajian adanya keluhan muntah pada pasien akan menentukan intervensi
selanjutnya. Muntah merupakan gejala gastroenteritis dengan keterlibatan bagian
proksimal intestinal respons dan inflamasi khususnya dari neurotoksin yang
diproduksi oleh agen infeksi.
4. Dengan keluhan demam
Peningkatan suhu tubuh secara umum merupakan respons sistemik dari invasi
agen infeksi penyebab gastroenteritis. Penurunan volume cairan tubuh yang terjadi
secara akut juga merangsang hipotalamus dalam meningkatkan suhu tubuh. Keluhan
demam sering didapatkan pada pasien gastroenteritis.

5. Nyeri abdomen
Keluhan nyeri pada abdomen dapat dikaji dengan pendekatan PQRST.
a. P : keluhan nyeri dicetuskan akibat perasaan mules, sering mual/ muntah dan
keinginan untuk melakukan BAB.
b. Q : keluhan nyeri sulit digambarkan oleh pasien, khususnya pada pasien anak-
anak. Ketidaknyamanan abdomen bisa bersifat kolik akut atau perut seperti
dikocok-kocok akibat mules.
c. R : keluhan nyeri berlokasi pada seluruh abdomen dengan tidak ada pengiriman
respons nyeri ke organ lain.
d. S : skala nyeri pada pasien GE bervariasi pada rentang 1-4 (nyeri ringan sampai
nyeri tak tertahankan)
e. T : tidak ada waktu spesifik untuk munculnya keluhan nyeri. Nyeri pada GE
biasanya berhubungan dengan adanya mules dan keinginan untuk BAB yang
tinggi.
6. Kondisi feses
Keluhan perubahan kondisi feses bervariasi pada pasien GE. Keluhan yang
lazim adalah konsistensi feses yang encer, sedangkan beberapa pasien lain mengeluh
feses dengan lendir dan darah.
7. Pemeriksaan Fisik Keperawatan
a. Keadaan umum: Anak tampak lemah.
b. Sistem pernafasan
Pernafasan lebih cepat dan dalam (kusmaul) karena asidosis metabolik. Keadaan
ini terjadi pada pasien yang mengalami diare berat dan mengalami gangguan
biokimiawi akibat menurunnya ion HCO3- dan H+.
c. Sistem kardiovaskuler
Nadi cepat > 160 x/mnt dan lemah, TD menurun < 90 mmHg, muka pucat, akral
dingin dan kadang sianosis (waspada syok).
d. Sistem neurologi
Penurunan kesadaran bila sudah terjadi dehidrasi berat, kejang karena terjadi
penumpukan natrium dalam serum.
e. Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, warna urine kuning keruh, konsistensi pekat (jika
terjadi syok hipovolemik).
f. Sistem pencernaan
Mual muntah, diare >3x sehari encer mungkin bercampur lendir /darah, bising
usus meningkat, distensi abdomen, nyeri perut, perut teraba keras (kram
abdomen).
g. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, selaput mukosa dan bibir kering, kulit didaerah perianal
merah, lecet.
h. Sistem musculoskeletal
Kelemahan pada ekstremitas.
8. Diagnostik Test
a. Pemeriksaan tinja
1) Makroskopis: memeriksa bakteri atau kuman penyebab diare tanpa
pewarnaan.
2) Mikroskopis: memeriksa kuman penyebab diare dengan pewarnaan dan
dengan menggunakan mikroskop mikro. Contoh: diare yang disebabkan oleh
virus atau bakteri yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop
biasa.
b. Berat jenis plasma untuk menentukkan deficit cairan akibat diare.
c. Pemeriksaan kadar elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dalam
serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
d. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah (Analisa Gas
Darah) mendeteksi adanya asidosis metabolik.
e. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
f. Pemeriksaan Darah
g. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium dan
Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
J. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan muntah.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen. (Nanda,2011)

K. Intervensi

No Dx . Tujuan/Kriteria hasil Intervensi


Keperawatan
1 Defisit NOC : NIC :
volume cairan 1. Fluid balance Fluid Monitoring
berhubungan 2. Hydration O:
dengan output 3. Nutritional Status : Food
cairan yang and Fluid Intake  Monitor status hidrasi

berlebihan. (kelembaban membran


kriteria hasil:
1. Mempertahankan urine mukosa, nadi adekuat,

output sesuai dengan tekanan darah

usia dan BB, BJ urine ortostatik),jika

normal, diperlukan

2. Tekanan darah, nadi,  Monitor hasil lab yang

suhu tubuh dalam batas sesuai dengan retensi

normal cairan (BUN , Hmt ,

3. Tidak ada tanda tanda osmolalitas urin,

dehidrasi, Elastisitas albumin, total protein )

turgor kulit baik,  Monitor vital sign

membran mukosa  Monitor status nutrisi


lembab, tidak ada rasa  Monitor intake dan urin
haus yang berlebihan output
4. Elektrolit, Hb, Hmt O :
dalam batas normal  Pertahankan catatan
5. pH urin dalam batas intake dan output yang
normal akurat
6. Intake oral dan intravena  Berikan cairan oral
adekuat  Pasang kateter jika perlu
E:
 Dorong keluarga untuk
membantu pasien
memenuhi kebutuhan
cairan

C:

 Kolaborasi pemberian
cairan IV
 Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul meburuk

2 Gangguan NOC : NIC :


kebutuhan 1. Nutritional status: Adequacy of Nutrition Management
nutrisi kurang nutrient. O:
dari 2. Nutritional Status : food and  Kaji adanya alergi
kebutuhan Fluid Intake. makanan Monitor turgor
tubuh 3. Weight Control kulit
berhubungan Kreteria hasil :  Monitor kekeringan,
dengan mual 1. Mual, muntah berkurang/tidak rambut kusam, total
dan muntah ada protein, Hb dan kadar Ht
2. Nafsu makan meningkat  Monitor mual dan muntah
3. Diet dihabiskan  Monitor pucat,
4. Turgor kulit elastis kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor intake nuntrisi
 Monitor adanya
penurunan BB dan gula
darah
 Monitor lingkungan
selama makan
N:
 Pertahankan terapi IV line
 Anjurkan banyak minum
E:
 Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
 Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
C:
 Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
 Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan
suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga
intake cairan yang adekuat
dapat dipertahankan.
3. Gangguan NOC : NIC :
rasa nyaman 1. Pain Level Pain Management
nyeri 2. pain control O:
berhubungan 3. comfort level  Monitor vital sign
dengan Kriteria hasil: sebelum dan sesudah
distensi 1. Mampu mengontrol nyeri pemberian analgesik
abdomen. (tahu penyebab nyeri, pertama kali
mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi  Observasi reaksi
untuk mengurangi nyeri, nonverbal dari
mencari bantuan) ketidaknyamanan
2. Melaporkan bahwa nyeri N :
berkurang dengan  Bantu pasien dan
menggunakan manajemen keluarga untuk mencari
nyeri dan menemukan
2. Mampu mengenali nyeri dukungan
(skala, intensitas, frekuensi  Kontrol lingkungan yang
dan tanda nyeri) dapat mempengaruhi
3. Menyatakan rasa nyaman nyeri seperti suhu
setelah nyeri berkurang ruangan, pencahayaan
4. Tanda vital dalam rentang dan kebisingan
normal  Kurangi faktor
5. Tidak mengalami presipitasi nyeri
gangguan tidur  Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
 Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor
presipitasi
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
E:
 Ajarkan tentang teknik
non farmakologi: napas
dala, relaksasi, distraksi,
kompres hangat/ dingin
 Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
C:
 Konsultasi dengan
profesional perawat
kesehatan lainnya untuk
meminimalkan jumlah
dan frekuensi obat yang
dibutuhkan agar
didapatkan efek
terapeutik
DAFTAR PUSTAKA

Diskin. 2008. Gastroenteritis. http://www.emedicine.com. Diakses: 13 November


2018

Behrman., Kliegman. & Arvin. 2010. Nelson Ilmu Kesehatan Anak ( edisi: 15, vol 2).
Jakarta : EGC.
Nelson WE, ed. Ilmu kesehatan anak. 15th ed. Alih bahasa. Samik Wahab. Jakarta:
EGC, 2009 : (1): 561-3.
Muttaqin, Arif. 2011.Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi asuhan keperawatan
Medikal Bedah. Jakata : Salemba Medika. Potter.

Nanda Internasional.2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-


2011. Jakarta : EGC.

Ngastiyah. 2009. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta: EGC.


Simadibrata, M., Daldiyono. 2006. Diare akut. In: Sudoyo, Aru W, et al, ed. Buku ajar
ilmu penyakit dalam jilid I. Edisi vi. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Suharyono. 2008. Diare Akut. Jakarta : Gramedia

Anda mungkin juga menyukai