Anda di halaman 1dari 5

Judul : Hubungan antara aktivitas fisik, status gizi dan pola tidur terhadap tingkat kebugaran

jasmani mahasiswa program studi keperawatan S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas


Muhammadiyah Purwokerto

Rancangan instrument penelitian : kuesiner, pengukuran TB dan BB (IMT), dan tes kebugaran
jasmani.
BAB I

PENDAHUUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan atau kemajuan zaman menyebabkan perubahan-perubahan yang terjadi


dalam berbagai bidang baik pendidikan, ekonomi, sosial budaya yang diikuti dengan
kemajuan teknologi, transportasi dan sebagainya. Berbagai kemudahan yang diperoleh dari
kemajuan itu menyebabkan manusia secara sadar atau tidak sadar mengalami perubahan pada
pola perilaku yang monoton atau terbatasnya aktivitas fisik, serta diikuti dengan perubahan
pola makan yang serba cepat untuk menghemat waktu. Perubahan pola makan ini yang
paling mudah dilihat adalah peningkatan pilihan mengonsumsi makan-makanan fast food
atau makanan cepat saji.

Meningkatnya penggunaan teknologi saat ini mempunyai kelebihan dan kekurangan


terhadap seseorang tanpa terkecuali. Penggunaan teknologi secara berlebihan dapat
menurunkan intensitas aktivitas fisik seseorang. Sekarang ini seseorang lebih senang bermain
gadget dari pada melakukan kegiatan seperti bermain, olahraga, dan kegiatan lain diluar
ruangan, sehingga cenderung kurang melakukan aktivitas fisik atau kegiatan motorik.

Pada era globalisasi ini menyebabkan perubahan perilaku yang menimbulkan


ketidakseimbangan antara aktivitas fisik dan asupan makanan. Rendahnya tingkat aktivitas
fisik merupakan salah satu faktor peningkatan indeks massa tubuh (IMT). Perubahan IMT
dapat terjadi pada berbagai kelompok usia dan jenis kelamin. IMT bisa menggambarkan
lemak tubuh yang berlebihan, sederhana dan bisa digunakan dalam penelitian populasi
berskala besar. Pengukurannya hanya membutuhkan 2 hal yakni berat badan dan tinggi
badan, yang keduanya dapat dilakukan secara akurat oleh seseorang dengan sedikit latihan
(Egger G, Swinburn B, 1996).

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa prevalensi
overweight dan obesitas laki-laki (>18th) di Indonesia sebesar 7,8% pada tahun 2010 dan
meningkat tajam menjadi 19,7% pada tahun 2013. Pada wanita (>18th), prevalensi
overweight dan obesitas hampir dua kali lipat dari 17,5% pada tahun 2010 menjadi 32,9%
pada tahun 2013.

Kebutuhan dasar manusia menurut Maslow, diambil dari Asmadi (2008) salah satunya
adalah Istirahat atau tidur yang termasuk dalam kebutuhan fisiologis (physiological needs).
Setiap manusia memerlukan waktu untuk beristirahat dan tidur agar dapat mengembalikan
stamina tubuh sehingga berada dalam kondisi yang optimal di hari berikutnya. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut agar dapat berjalan dengan baik, maka pemenuhan kebutuhan
dasar manusia harus dipenuhi.. Tidur merupakan proses penurunan kesadaran sebagian atau
seluruhnya dan penghentian dari fungsi tubuh untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran agar
dapat kembali bugar (Dorland, 2007).

Menurut Stenholm et al (2011), kebiasaan tidur yang tidak baik dengan durasi tidur yang
lama ( ≥9 jam) akan memberikan dampak yang negatif. Begitu pula dengan durasi tidur yang
pendek ( ≤5-6 jam) juga akan memberikan dampak yang tidak baik bagi tubuh (Chaput et al,
2008). Selain itu, seseorang yang memiliki durasi tidur yang lebih panjang yaitu ≥ 9 jam
(diukur berdasarkan jumlah waktu tidur dan waktu yang dihabiskan di atas tempat tidur)
memiliki risiko penurunan fungsi atau performa fisik dan meningkatkan risiko disabilitas
pada seseorang (Stenholm et al, 2011). Oleh karena itu, kecukupan durasi tidur merupakan
salah satu faktor penting yang berperan bagi kesehatan manusia.

Kebugaran tubuh atau jasmani merupakan kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas
sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti, sehingga apabila kebugaran tubuhnya
baik, maka seseorang diharapkan dapat berprestasi secara optimal, bekerja juga menjadi
lebih produktif, serta jarang terkena penyakit karena memiliki daya tahan tubuh yang baik
(American Collage of Sport Medicine, 2004). Kesegaran jasmani berkaitan dengan
kesehatan, ketika aktivitas fisik dapat dilakukan tanpa kelelahan berlebihan, terpelihara
seumur hidup dan sebagai konsekuensinya memiliki risiko lebih rendah untuk terjadinya
penyakit kronik lebih awal (Nieman, D, 2001). Seseorang yang secara fisik bugar dapat
melakukan aktivitas fisik sehari-harinya dengan giat, memiliki risiko rendah dalam masalah
kesehatan dan dapat menikmati olahraga serta berbagai aktivitas lainnya.
Kurikulum program studi keperawatan S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto menuntut peserta didik untuk dapat belajar lebih giat
dibandingkan dengan prodi lainnya mengingat jadwal perkuliahan yang padat disertai dengan
praktikum dan praktek keterampilan klinis serta tugas yang cukup banyak. Kegiatan
akademik yang padat tersebut akan memicu mahasiswa jarang berolahraga, lebih senang
mengkonsumsi makanan siap saji serta tidak punya waktu istirahat yang cukup. Pola hidup
mahasiswa tersebut secara tidak langsung berdampak pada aktivitas fisik sehari-hari, status
gizi yang tercermin dari indeks massa tubuh serta durasi tidur yang nantinya juga berdampak
pada tingkat kebugaran mahasiswanya.

Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti bermaksud melakukan penelitian untuk


membuktikan apakah aktivitas fisik, indeks massa tubuh dan pola tidur serta tingkat
kebugaran jasmani pada mahasiswa saling berkaitan. Maka dari itu peneliti mengangkat judul
"Hubungan antara aktivitas fisik, status gizi dan pola tidur terhadap tingkat kebugaran
jasmani mahasiswa program studi keperawatan S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto".
DAFTAR PUSTAKA

Egger G, Swinburn B. The fat loss handbook. Australia: Allen & Unwin ;1996.

Barlow S, Dietz W. Obesity evaluation and treatment: expert committee


recommendation. Pediatrics 1998; 102 :29.

____________________. 2013. Riset Kesehatan Dasar: RISKESDAS


2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI.

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Dorland, N. 2007. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.

Stenholm, S., Kronholm, E., Bandinelli, S., Guralnik, J. M., Ferrucci, L.


2011. Self reported sleep duration and time in bed as predictors of
physical function decline: results from the InCHIANTI study. Sleep,
34(11): 1583–93.
Chaput, J., Despres, J., Bouchard, C., Tremblay, A. 2008. The
Association Between Sleep Duration and Weight Gain in Adults: A 6-
Year Prospective Study from the Quebec Family Study. Sleep, 31(4):
517-523
American Collage of Sport Medicine., 2004. ACMS’S Guidelines For
Exercise Testing and Prescription, 5/E, Jakarta: EGC
Nieman D. The exercise test as a component of the total fitness
evaluation. Primary Care Clinics in Office Practice 2001; 28:1-13.
Sherrill. Adapted Physical activity, recreation and sport. 5thed. Boston:
WBC McGraw-Hill;1998.

Meredith C. Exercise and fitness. In : Rickert V, editor. Adolescent


nutrition assesment and management. New York : Chapman & Hall ;
1996. p.25-41.

Anda mungkin juga menyukai