OLEH :
Hari :
Tanggal :
Oleh :
Sumbawa Besar,………………......
(………………..…..…..) (………………………..)
Mengetahui,
Kepala Ruangan
(…………………………….)
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
GE (gastro enteritis) adalah buang air besar dengan konsistensi encer / cair
dengan frekwensi lebih sering dari bisanya yaitu lebih dari tiga kali dalam sehari yang
dapat disertai lendir / darah atau tidak yang terjadi secara mendadak dan berlangsung 3
– 5 hari dan bisa juga berlangsung kurang dari dua minggu (Syamsudin 2016). Sampai
saat ini GE masih merupakan masalah kesehatan, GE masih sering menimbulkan
KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat
dan secara mendadak.
Menurut WHO di negara berkembang seperti di negara Afrika orang dewasa
terserang GE 7 kali setiap tahunnya di banding di negara berkembang lainnya yang
mengalami serangan GE 3 kali setiap tahun, penyebab utamanya adalah karena
sanitasi lingkungan dan pola PHBSnya yang kurang bagus.
Di Indonesia GE merupakan penyakit endemis potensial Kejadian Luar Biasa
(KLB) yang sering disertai dengan kematian, terjadi 10 kali KLB GE pada tahun 2018
yang tersebar di 8 provinsi, 8 kabupaten/kota. Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Buru
masing-masing terjadi 2 kali KLB. Jumlah penderita 756 orang dan kematian 36 orang
Kasus diare di Indonesia masih tinggi dan masuk kedalam sepuluh besar penyakit
menular, demikian juga di propinsi Riau yaitu sebesar 92,9% (Dinkes Provinsi Riau
2019) karena morbiditas dan mortalitas yang masih tinggi dan pengobatan yang
tidak adekuat serta pengetahuan masyarakat yang masih kurang
dalam upaya penanganan darurat pada penyakit diare. Sedangkan kasus diare di kota
pekanbaru mencapai angka 16,1% dari daerah – daerah lainnya, hal ini kemungkinan
karena tingginya tingkat pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama tentang
penyakit diare (Profil Dinas Keshatan kota Pekanbaru 2019).
Dari data kunjungan pasen di RSAU dr. Sukirman Pekanbaru , menunjukan kasus
GE berada pada urutan nomor tiga dari 10 penyakit kunjungan tertinggi dengan
persentase sekitar 25 % sampai bulan desember 2019 dan pernah terjadi peningkatan
kunjungan pasen akibat terjadi KLB GE dengan penyebab terjadi kesalahan dari
pengelolaan konsumsi / catering.
Dari uraian data – data kejadian kasus, GE merupakan permasalahan yang harus
serius di tangani mulai dari lapisan bawah yaitu masyarakat sampai ketingkat
pemerintah, dalam hal ini yaitu Kementrian atau Dinas kesehatan melalui program -
programnya. Gerakan yang paling simple dan murah dilaksanakan untuk mencegah
timbulnya GE yaitu dengan program Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). dengan
membiasakan kita hidup bersih dan sehat seperti : memperhatikan sanitasi lingkungan,
buang sampah pada tempatnya, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah bab,
penyediaan sarana air bersih serta mengkonsumsi makanan bersih dan sehat. Dengan
hal itu maka kita sudah memulai gerakan pencegahan terhadap GE.
Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk
memberikan pengalaman yang nyata kepada penulis dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien GE.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk :
1 Melakukan pengkajian pada klien GE
2 Melakukan analisa data pada klien GE
3 Merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien GE
4 Merumuskan intervensi keperawatan pada klien GE
5 Melakukan implementasi keperawatan pada klien GE
6 Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada klien GE
7 Melakukan pendokumentasian tindakan keperawatan pada klien GE
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Konsep Penyakit
A. Definisi
B. Etiologi
Menurut Kardiyudiani &Susanti,(2019). Penyebab gastroenteritisyang paling
umumadalah virus.Jenis utama adalah rotavirus dan norovirus.
Menurut Manjour dkk (2003)Penyebab gastroenteritis dapat dibagi dalam
beberpa faktor yaitu :
Malabsorbsi Makanan
Kuman masuk
dan berkembang
Diare
resiko
kerusakan
integritas
b. Mual
c. Muntah
d. Demam
g. Nyeri otot
E. Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri
basiler, dan Enterotolitis nektrotikans.
b. Diare non spesifik : diare dietetis.
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya:
diare yang ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.
b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi
dari luar usus, misalnya: diare karena bronkhitis.
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Diare akut: Diare yang terjadi karena infeksi usus
yang bersifat mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3
sampai 5 hari. Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir melebihi
waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.
b. Diare kronik,adalah diare yang berlangsung 2
minggu atau lebih.
F. Pemeriksaan Penunjang
1) Kultur feses dan Mikroskopik
2) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus bila diduga
terdapat intoleransi gula.
a) E. Coli
b) Shigella
c) Campylobacter
a. Penatalaksanaan Diagnostik
Menurut Kardiyudiani dan Susanti,2019. Pemeriksaan diagnostik khusus
sering kali tidak diperlukan pada kasus gastroenteritis. Para ahli perawatan
sering dapat membuat diagnosis berdasarkan riwayat gejala dan
pemeriksaan fisik. Jika gejalanya menetap untuk jangka panjang dapat
dilakukan untuk menentukan penyebab muntah dan diare .
Informasi lain dalam riwayat medis yang dapat membantu dalam diagnosis
gastroenteritis meliputi :
1) Riwayat perjalanan. Perjalanan dapat menunjukan infeksi bakteri E.
Coli atau infeksi parasit yang didapat dari sesuatu yang dimakan atau
diminum oleh pasien
2) Paparan air yang terkontaminasi. Berenang di air yang terkontaminasi
atau minum dari air segar seperti aliran gunung atau sumur dapat
mengindikasikan Giordia, organisme yang ditemukan didalam air .
3) Perubahan pola makan, kebiasaan menyiapkan makanan, dan
penyimpanan makanan. Penyakit terjadi setelah terpapar makanan
yang tidak dimasak atau disimpan tidak benar atau kurang matang .
4) Kontak racun . Gejala gastroenteritis dapat terjadi setelah terpapar
berbagai racun, yang dapat terjadi karena pekerjaan atau rekreasi .
b. Penatalaksaan medis
Aspek utama dari penatalaksanaan gastroenteritis adalah penanganan
dehidrasi pada gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri. Prinsip
penatalaksanaan adalah pemberian cairan untuk rehidrasi, antibotik bila
diperlukan, zat besi,nutrisi, dan edukasi.(Kardiyudiani dan Susanti,2019 )
Menurut WijayaPutri (2013)Penata laksanaan keperawatan dengan penderita
gastroenteritis adalah :
A. Pemberian cairan
2. Cairan parenteral
Prinsip : mengenai cairan yang hilang melalui tinja dengan/ tanpa muntah,
cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa/ karbohidrat lain
( gula,air,tepung beras ) .
Obat yang diberikan :
b) Syok hipovolemik
gastroenteritis adalah :
1. Pengkajian
a. Identitas klien
P : apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah dilakukan,
diare dapat disebabkan infeksi,faktor makanan dan faktor malabsorbsi.
T : Diare dapat terjadi sewaktu-waktu , lamanya diare akut 3-5 hari. Diare
berkepanjangan >7 hari dan diare kronis 14 hari.
d. Riwayat penyakit sebelumnya : Infeksi parenteral seperti Infeksi saluran
pernafasan atas (ISPA), infeksi saluran kemih, otitis media akut (OMA)
e. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita diare
f. Lingkungan Rumah dan Komunitas
Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygine yang kurang mudah
terkena kuman penyebab diare
g. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Kondisi fisik yang lemah dan buang air besar yang berlebihan sehingga
membutuhkan keputusan untuk segera ditangani, ini bergantung pada tingkat
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh pasien dan keluarga
i. Pola Nutrisi
Kebutuhan istirahat akan terganggu karena frekuensi buang air besar yang
berlebihan,sehingga klien tidak dapat istirahat secara optimal
l. Pola aktivitas
Klien mengalami gangguan dalam beraktifitas karena tubuh klien yang lemah,
sehingga perlu bantuan untuk kebutuhan sehari-harinya
m. Pemeriksaan Fisik (Robert Prihajo,1995) Sistem Neurologi :
Kesadaran umum klien saat dikasi menggunakan GCS(Glassgow Coma
Skale), (composmentis,apatis,somnolen,delirium,sopor atau koma ).
a) Inspeksi periksa kedaan umum klien meliputi : kondisi klien saat pertama
pengkajian
b) Palpasi : adanya nyeri tekan, parase, aneshtesia
a) Subjektif : lemah
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1 DS: Makanan dan Kekurangan
Ny. M mengatakan An. A minuman yang volume cairan
muntah kurang lebih 10 terkontaminasi oleh
kali, BAB cair, sedikit bakteri
ampas, muntah jika diberi
makan atau susu terjadi Dikonsumsi oleh anak
sejak 1 hari yang lalu.
Ny. M mengatakan An. A
Infeksi pada usus
tidak mau minum
(enteritis)
Data objektif
muntah dan mencret
Os BAB dengan
konsistensi cair dan sedikit
Volume cairan kurang
ampas
dari kebutuhan tubuh
BAB 3-6x
Bising usus 23 x/ i
TTV : suhu :
37,50C
HR : 90x/i
RR : 20
x/i
TD : 100/60 mmHg
Terpasang infus RL 60
gtt/i
2 DS : Mual dan muntah Nutrisi kurang
Ny. M mengatakan An. A dari kebutuhan
minum susu hanya sedikit, Motilitas usus tubuh
dan jika dipaksa untuk meningkat
minum dan makan, maka
An. A akan muntah.
Sekresi asam lambung
Ny. M mengatakan An.
menurun
A tidak selera makan
mmHg
KU : An. A tampak
lemas, kulit kering Nutrisi kurang
dari
kebutuhan
3 DS: Proses penyakit Kurang
Ny. M mengatakan cemas pengetahu
terhadap anaknya yang Kurang an
sedang dirawat. terpajan
informasi
DO: tentang
Orang tua klien tampak penyakit
cemas dan gelisah
Orang tua klien
Kurang pengetahuan
mengatakan kurang tahu
tentang penyakit anaknya
3. Diagnosa Keperawatan
No. Dx Perencanaa
n
1. Gangguan Tujuan : pasien menunjukkan tanda-tanda rehidrasi dan
volume mempertahankan rehidrasi kuat
cairan Kriteria hasil :
kurang dari Anak menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat
Rencana Rasiona
kebutuhan
tindakan l
tubuh
1. Berikan cairan oral 1. Sebagai upaya
berhubung
dan parenteral sesuai rehidrasi untuk
an dengan
dengan program mengganti cairan.
muntah
rehidrasi
dan
2. Pantau intake dan out 2. Asupan dan haluaran
mencret
put cairan menentukan
yang
status hidrasi anak dan
dialami An.
menjadi pedoman dalam
A sejak 1
terapi penggantian
hari yang
cairan.
lalu 3. Timbang BB anak 3. BB secara langsung
ditandai tiap hari mengukur status
dengan 4. Kaji warna kulit anak, hidrasi
mukosa turgor kulit, tingkat 4. Kulit pucat, turgor
bibir dan kesadaran, waktu kulit buruk, fontanel
mulut pengisian-ulang yang melesak
kering, kapiler, dan membran kedalam, penurunan
turgor kulit mukosa. tingkat kesadaran,
kembali
peningkatan waktu
lambat,
pengisian-ulang
mata
kapiler, dan
cekung
membran mukosa
kering
5. Kaji tanda vital,
mengidentifikasikan
tanda/gejala
dehidrasi
dehidrasi, dan hasil
5. Untuk menilai status
pemeriksaan
hidrasi,elektrolit dan
laboratorium
keseimbangan asam
basa
2. Nutrisi Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan berat
kurang dari badan stabil dan meningkat.
kebutuhan Tujuan dan kriteria hasil : anak menunjukkan status
tubuh nutrisi yang baik dan menunjukkan penambahan berat
berhubung badan.
Rencana Rasiona
an dengan
tindakan l
muntah
1. Timbang berat badan 1. Memberikan
yang
anak setiap hari. informasi perubahan
dialami An.
2. Jaga kebersihan berat badan.
A ditandai
mulut pasien 2. Mulut yang bersih
dengan Ny.
3. Berikan makan sedikit meningkatkan nafsu
M
tapi sering setiap 2-3 makan
mengataka
jam. 3. Untuk meningkatkan
n An. A
4. Tingkatkan asupan intake makanan
nafsu
cairan dan nutrisi 4. Untuk memperbaiki
makannya
5. Instruksikan keluarga status nutrisi klien
berkurang
dalam memberikan 5. meningkatkan kepatuhan
diet yang tepat keluarga terhadap
program terapeutik.
5. Implementasi
6. Evaluasi
Tahap evaluasi dilakukan untuk menentukan tingkat keefektifan
pelaksanaan asuhan keperawatan. proses evaluasi dilakukan dengan
melakukan pengkajian respons pasien berdasarkan kriteria tujuan.
Apabila tujuan dan outcomes tidak tercapai, perlu dipikirkan kembali
rencana kerja melalui suatu proses untuk mengembangkan rencana
perawatan yang lebih efektif. (Kardiyudiani dan Susanti,2019)
DAFTAR PUSTAKA
Kardiyudiani dan Susanti, (2019). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: PT Pustaka Buku.
Departemen Kesehatan RI, 2011, Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada Balita, Jakarta,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan.
Sodikin. (2011). Asuhan keperawatan anak: Gangguan dengan diare dan hepatobilier. Jakarta :
Salemba Medika.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori dan
Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika
Doenges, Marilynn E.dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III.Alih Bahasa: I Made Kriasa.EGC.Jakarta