Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN An.A DENGAN


DIAGNOSA MEDIS GASTROENTERITIS

OLEH :

NAMA : MUHAMMAD JIHANT KHUDAZAIFAH


NIM : IPA19008

STIKES GRIYA HUSADA SUMBAWA


PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORANN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN An. F DENGAN
GEA (GASTROENTERITIS)

Telah Disetujui Dan Disahkan

Hari :
Tanggal :

Oleh :

Nama : Muhammad Jihant Khudzaifah


Nim : IPA19008

Sumbawa Besar,………………......

Pembimbing Lahan, Pembimbing Institusi,

(………………..…..…..) (………………………..)

Mengetahui,
Kepala Ruangan

(…………………………….)
BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

GE (gastro enteritis) adalah buang air besar dengan konsistensi encer / cair
dengan frekwensi lebih sering dari bisanya yaitu lebih dari tiga kali dalam sehari yang
dapat disertai lendir / darah atau tidak yang terjadi secara mendadak dan berlangsung 3
– 5 hari dan bisa juga berlangsung kurang dari dua minggu (Syamsudin 2016). Sampai
saat ini GE masih merupakan masalah kesehatan, GE masih sering menimbulkan
KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat
dan secara mendadak.
Menurut WHO di negara berkembang seperti di negara Afrika orang dewasa
terserang GE 7 kali setiap tahunnya di banding di negara berkembang lainnya yang
mengalami serangan GE 3 kali setiap tahun, penyebab utamanya adalah karena
sanitasi lingkungan dan pola PHBSnya yang kurang bagus.
Di Indonesia GE merupakan penyakit endemis potensial Kejadian Luar Biasa
(KLB) yang sering disertai dengan kematian, terjadi 10 kali KLB GE pada tahun 2018
yang tersebar di 8 provinsi, 8 kabupaten/kota. Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Buru
masing-masing terjadi 2 kali KLB. Jumlah penderita 756 orang dan kematian 36 orang
Kasus diare di Indonesia masih tinggi dan masuk kedalam sepuluh besar penyakit
menular, demikian juga di propinsi Riau yaitu sebesar 92,9% (Dinkes Provinsi Riau
2019) karena morbiditas dan mortalitas yang masih tinggi dan pengobatan yang
tidak adekuat serta pengetahuan masyarakat yang masih kurang

dalam upaya penanganan darurat pada penyakit diare. Sedangkan kasus diare di kota
pekanbaru mencapai angka 16,1% dari daerah – daerah lainnya, hal ini kemungkinan
karena tingginya tingkat pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama tentang
penyakit diare (Profil Dinas Keshatan kota Pekanbaru 2019).
Dari data kunjungan pasen di RSAU dr. Sukirman Pekanbaru , menunjukan kasus
GE berada pada urutan nomor tiga dari 10 penyakit kunjungan tertinggi dengan
persentase sekitar 25 % sampai bulan desember 2019 dan pernah terjadi peningkatan
kunjungan pasen akibat terjadi KLB GE dengan penyebab terjadi kesalahan dari
pengelolaan konsumsi / catering.
Dari uraian data – data kejadian kasus, GE merupakan permasalahan yang harus
serius di tangani mulai dari lapisan bawah yaitu masyarakat sampai ketingkat
pemerintah, dalam hal ini yaitu Kementrian atau Dinas kesehatan melalui program -
programnya. Gerakan yang paling simple dan murah dilaksanakan untuk mencegah
timbulnya GE yaitu dengan program Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). dengan
membiasakan kita hidup bersih dan sehat seperti : memperhatikan sanitasi lingkungan,
buang sampah pada tempatnya, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah bab,
penyediaan sarana air bersih serta mengkonsumsi makanan bersih dan sehat. Dengan
hal itu maka kita sudah memulai gerakan pencegahan terhadap GE.

Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk
memberikan pengalaman yang nyata kepada penulis dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien GE.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk :
1 Melakukan pengkajian pada klien GE
2 Melakukan analisa data pada klien GE
3 Merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien GE
4 Merumuskan intervensi keperawatan pada klien GE
5 Melakukan implementasi keperawatan pada klien GE
6 Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada klien GE
7 Melakukan pendokumentasian tindakan keperawatan pada klien GE
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Konsep Penyakit

A. Definisi

Gastroenteritis adalah iritasi dan peradangan pada lapisan dalam


lambung dan usus kecil .Biasanya disebabkan oleh infeksi virus, bakteri atau
parasite, serta menyebabkan muntah dan diare yang parah.
Gastroenteritis,paling sering ditularkan melalui makanan atau air yang
terkontaminasi.Selain itu, penularan juga terjadi dari kontak dekat dengan
individu yang terinfeksi. Saluran limbah selama musim hujan dapat
menyebabkan penyebaran lebih lanjut dari organisme penyebab Kotoran
terbuka adalah alasan umum lain yang menyebabkan penyebaran kondisi
melalui lalat dan hama lainya.( Kardiyudiani & Susanti,2019 )
Diare adalah suatu kondisi di mana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011).
Diare menyebabkan kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui
feses. Kelainan yang menganggu penyerapan diusus besar lebih jarang
menyebabkan diare. Pada dasarnya semua diare, sedangkan kelainan
penyerapan diusus besar lebih kelainan diusus besar lebih jarang menyebabkan
diare. Pada dasarnya diare merupakan gangguan transportasi larutan diusus
(Sodikin, 2011).

B. Etiologi
Menurut Kardiyudiani &Susanti,(2019). Penyebab gastroenteritisyang paling
umumadalah virus.Jenis utama adalah rotavirus dan norovirus.
Menurut Manjour dkk (2003)Penyebab gastroenteritis dapat dibagi dalam
beberpa faktor yaitu :

a. Faktor infeksi Internal : infeksi pencernaan yang disebabkan oleh bakteri


Shigella, sallmonel, dan E- Coli.
b. infeksi Parentral : di sebabkan oleh penyakit lain, infeksi diluar alat
pencernaan makanan, misal pada anak penyakit telinga, kadang disertai
dengan diare.
c. Faktor Malabsorbsi : Malabsorbsi karbohidrat, lemak, protein, dan
intoleransi laktosa yang sering terjadi pada bayi dan anak-anak.

d. Faktor makanan : Keracunan makanan, alergi pada makanan, dan


mengkonsumsi makanan basi.
e. Faktor psikologis : Rasa takut dan cemas dapat mempengaruhi diare.
C. Patofisiologi

Patofisiologi gastroenteritis yang paling banyak adalah melalui infeksi


Rotavirus. Zat entroksin yang dikeluarkan virus ini akan menyebabkan terjadi
lisis sel enterosit traktus gastrointestinal. Transmisi penyakit ini umumnya
melalui rute fekal-oral dari makanan dan minuman yang terkontamisnasi
agen kausal penyakit. Rotavirus yang masuk ke mulut akan menginfeksi
lapisan mukosa usus kecil, bereplikasi, kemudian virions akan dilepaskan ke
dalam lumen usus, dan melanjutkan replikasi pada area lebih distal dari usus
kecil ( Jahja,2017)

Yang termasuk dampak dari timbulnya diare adalah :

1. Gangguan osmotik akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak


diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meningkat,sehingga terjadinya pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus
mengeluarkanya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi akibat rangsangan dari toksin pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus .
3. Gangguann mortilitas usus, hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga
timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatka
bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare
pula(WijayaPutri,2013)
Pathway Gastroenteritis

infeksi Tekanan Toksin tidak dapat


osmotikmening diabsorbsi

Malabsorbsi Makanan

Kuman masuk
dan berkembang

toksin dalam rgeseran air dan elektrolit ke Hiperperistaltik


dinding usus rongga usus

Isi rongga usus meningkat


Hipersekresi air dan elektrolit ususmeningkat Kemampuan absorbsi

Diare

BAB sering dengan konsistensiencer nflamasi saluran pencernaan

gen pirogenik Mual dan


Kulit di sekisekitar anus lecet Muntah
airan yangkeluar kuensidefek
banyak asi
Suhu tubuh
meningkat Anoreksia
Dehidrasi AB encer dengan
kemerahan atau tanpa Keseimbangan
Hipertermi nutrisi kurang dari kebutuhan
dan kurangan berdarah
gata volume
l cairan
Diare

resiko
kerusakan
integritas

kulit (Sumber : Kardiyudiani&Susansti,2019)


D. Manifestasi Klinis

Gejala utama gastroenteritis adalah diare, usus besar (kolon) yang


terinfeksi kehilangan kemampuanya untuk mempertahankan cairan,
yang menyebabkan kotoran seseorang menjadi encer atau berair.
Gejala lain termasuk :

a. Nyeri perut atau kram

b. Mual

c. Muntah

d. Demam

e. Penurunan berat badan yang tidak disengaja (merupakan


tanda dehidrasi )
f. Keringat berlebihan

g. Nyeri otot

h. Inkontinensia ( Kehilangan kontroltinja)

( Kardiyudiani dan Susanti,2019 )

E. Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri
basiler, dan Enterotolitis nektrotikans.
b. Diare non spesifik : diare dietetis.
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya:
diare yang ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.
b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi
dari luar usus, misalnya: diare karena bronkhitis.
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Diare akut: Diare yang terjadi karena infeksi usus
yang bersifat mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3
sampai 5 hari. Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir melebihi
waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.
b. Diare kronik,adalah diare yang berlangsung 2
minggu atau lebih.
F. Pemeriksaan Penunjang
1) Kultur feses dan Mikroskopik

2) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus bila diduga
terdapat intoleransi gula.

3) Serologi untuk toksin :

a) E. Coli

b) Shigella

c) Campylobacter

4) Sigmoindoskopi dan biopsi hanya diindikasikan jika gejala menetap >2


minggu.

5) Pmeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.


G. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Diagnostik
Menurut Kardiyudiani dan Susanti,2019. Pemeriksaan diagnostik khusus
sering kali tidak diperlukan pada kasus gastroenteritis. Para ahli perawatan
sering dapat membuat diagnosis berdasarkan riwayat gejala dan
pemeriksaan fisik. Jika gejalanya menetap untuk jangka panjang dapat
dilakukan untuk menentukan penyebab muntah dan diare .

Pada pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik ada beberapa


hal yang perlu diperhatikan diantaranya apakah dikeluarga atau teman lain
mengalami paparan yang sama : berupa durasi, frekuensi, dan apakah ada
muntah . kemampuan pasien menoleransi cairan dari mulut . pertanyaan –
pertanyaan tersebut membantu menentukan potensi resiko dehidrasi.

Informasi lain dalam riwayat medis yang dapat membantu dalam diagnosis

gastroenteritis meliputi :
1) Riwayat perjalanan. Perjalanan dapat menunjukan infeksi bakteri E.
Coli atau infeksi parasit yang didapat dari sesuatu yang dimakan atau
diminum oleh pasien
2) Paparan air yang terkontaminasi. Berenang di air yang terkontaminasi
atau minum dari air segar seperti aliran gunung atau sumur dapat
mengindikasikan Giordia, organisme yang ditemukan didalam air .
3) Perubahan pola makan, kebiasaan menyiapkan makanan, dan
penyimpanan makanan. Penyakit terjadi setelah terpapar makanan
yang tidak dimasak atau disimpan tidak benar atau kurang matang .
4) Kontak racun . Gejala gastroenteritis dapat terjadi setelah terpapar
berbagai racun, yang dapat terjadi karena pekerjaan atau rekreasi .

b. Penatalaksaan medis
Aspek utama dari penatalaksanaan gastroenteritis adalah penanganan
dehidrasi pada gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri. Prinsip
penatalaksanaan adalah pemberian cairan untuk rehidrasi, antibotik bila
diperlukan, zat besi,nutrisi, dan edukasi.(Kardiyudiani dan Susanti,2019 )
Menurut WijayaPutri (2013)Penata laksanaan keperawatan dengan penderita
gastroenteritis adalah :

A. Pemberian cairan

1. Dehidrasi ringan dan sedang : di beri cairan NaCl,NaHCO3 glukosa

2. Cairan parenteral

Cairan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien, kadang-kadang


tergantung kepada ketersediaan cairan, umumnya Ringer Laktat®
B. Pengobatan Diestatik

a) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat ( nasi tim )

b) Susu khusus yang disesuaikan


C. Obat-obatan

Prinsip : mengenai cairan yang hilang melalui tinja dengan/ tanpa muntah,
cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa/ karbohidrat lain

( gula,air,tepung beras ) .
Obat yang diberikan :

a) Obat anti sekresi


H. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak,dapat terjadi
berbagai macam komplikasi,seperti :

a) Dehidrasi (ringan,berat,hipotonik,isotonik,atau hipertonik)

b) Syok hipovolemik

c) Hipokalemia(dengan gejala hipotoni otot, lemah, bradikardi,perubahan


pada EKG)
d) Hipoglikemia

e) Intoleransi laktosa sekunder,sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena


kerusakan villi mukosa usus halus
f) Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik

g) Malnutrisi energi protein,karena selain diare dan muntah, penderita juga


mengalami kelaparan. ( WijayaPutri,2013)
B. Asuhan keperawatan Gastroenteritis

Pengkajian merupakan langkah pertama dan paling penting dalam menyusun


proses keperawatan. Pengkajian meliputi proses pengumpulan data, validasi,
dan klasifikasi data. Pengkajian keperawatan terdiri atas data subjektif dan data
objektif yang keduanya di dapatkan dari pemeriksaan diagnostik,pengkajian
individu terdiri atas riwayat kesehatan ( data subjektif) dan pemeriksaan fisik
(data objektif). ( Kardiyudiani dan Susanti,2019 )
Menurut Wijaya putri (2013) pengkajian yang akan di dapat pada pasien

gastroenteritis adalah :

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Pengkajian meliputi nama,umur,jenis kelamin,agama, suku,


pendidikan,status perkawinan,pekerjaan,alamat,tanggal masuk Rs,tanggal
pengkajian
b. Riwayat kesehatan

c. Riwayat kesehatan sekarang PQRST

P : apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah dilakukan,
diare dapat disebabkan infeksi,faktor makanan dan faktor malabsorbsi.

Q : frekuensi Bab lebih dari 3x dalam sehari,dengan darah/lendir,


konsistensi cair,mual,muntah,badan terasa lemah sehingga
mengganggu aktifitas sehari-hari.

R : Perut terasa sakit, anus terasa perih.

S : skala/keparahan, kondisi lemah dapatmenurunkan aktifitas sehari-hari

T : Diare dapat terjadi sewaktu-waktu , lamanya diare akut 3-5 hari. Diare
berkepanjangan >7 hari dan diare kronis 14 hari.
d. Riwayat penyakit sebelumnya : Infeksi parenteral seperti Infeksi saluran
pernafasan atas (ISPA), infeksi saluran kemih, otitis media akut (OMA)
e. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita diare
f. Lingkungan Rumah dan Komunitas

Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygine yang kurang mudah
terkena kuman penyebab diare
g. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan

Bak/Bab di tempat sembarangan, tidak menggunakan jamban yang baik,


sehingga mempermudah masuknya kuman lewat fekal-oral
h. Persepsi sensori keluarga tentang kesehatan

Kondisi fisik yang lemah dan buang air besar yang berlebihan sehingga
membutuhkan keputusan untuk segera ditangani, ini bergantung pada tingkat
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh pasien dan keluarga
i. Pola Nutrisi

Makanan dan minuman yang krang hygiene dapat berpengaruh terhadap


diare, sehingga status gizi dapat terganggu dan dapat terjadi hipoglikemi dan
dapat menyebabkan penurunan berat badan serta dapat menyebabkan
dehidrasi.
j. Pola Eleminasi

Frekuensi buang air besar meliputi (konsistensi,bau,warna) adakan darah


atau lendir, dan pola buang air kecil perlu dikaji untuk ouput terhadap
kehilangan cairan lewat urin
k. Pola Iatirahat dan tidur

Kebutuhan istirahat akan terganggu karena frekuensi buang air besar yang
berlebihan,sehingga klien tidak dapat istirahat secara optimal
l. Pola aktivitas

Klien mengalami gangguan dalam beraktifitas karena tubuh klien yang lemah,
sehingga perlu bantuan untuk kebutuhan sehari-harinya
m. Pemeriksaan Fisik (Robert Prihajo,1995) Sistem Neurologi :
Kesadaran umum klien saat dikasi menggunakan GCS(Glassgow Coma
Skale), (composmentis,apatis,somnolen,delirium,sopor atau koma ).
a) Inspeksi periksa kedaan umum klien meliputi : kondisi klien saat pertama
pengkajian
b) Palpasi : adanya nyeri tekan, parase, aneshtesia

c) Perkusi : lakukan perkusi pada kesembilan regio abdomen. Jika terdengar


timpani berarti perkusi di atas organ yang berisi udara. Jika terdengar
pekak,berarti mengenai organ padat
d) Auakultasi : untuk mendengarkan bising usus pada beberapa area perut
selama beberapa menit. Dengarkan bising usus apakah
normal,hiperaktif,hipoaktif, atau tidak ada bising usus,serta perhatikan
frekuensi dan karakternya.
n. Sistem penginderaan

a) Subyektif, klien mengatakan merasa mudah haus dan penglihatan


berkunang-kunang
b) Inspeksi : Kepala kesimetrisan muka, warna rambut dan kebersihan
kepala.
c) Mata : apakah ada gangguan penglihatan, konjungtiva adakah
anemis,sklera adakah ikterus,reflek mata dan pupil terhadap cahaya,pada
keadaan diare yang lebih lanjut atau syock hipovolemik reflek pupil (-)
d) Hidung : pada klien yg mengalami dehidrasi berat dapat menimbulkan
asidosis metabolik sehingga kompensasinya adalah alkalosis respiratorik
untuk mengeluarkan CO2 dan mengambil O2, nampak adanya
pernafasan cuping hidung
o. Sistem Integumen

a) Subjektif : kulit kering

b) Inspeksi : kulit kering,sekresi sedikit, selaput mukosa kering, turgor kulit


tidak efektif
p. Sistem pernafasan

a) Subjektif : Adakah sesak atau tidak

b) Inspeksi : bentuk simetris, kaji frekuensi,irama, dan tingkat kedalaman


pernafasan,adakah penumpukan sekresi stidor
c) Palpasi : Kaji adanya massa, nyeri tekan

d) Auskultasi : dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vaskuler,


adakan suara nafas tambahan .
q. Sistem Pencernaan

a) Subjektif, merasa lapar atau haus

b) Inspeksi, buang air besar, konsistensi,bau,warna, frekuensi lebih dari 3


kali dalam 1 jam. Adakah disertai dengan lendir atau darah
c) Auskultasi, bising usus meningkat >20 detik dengan durasi 1 menit
d) Perkusi : mendengar adanya gas,cairan atau massa (-),hepar dan lkien
tidak membesar suara tymphani.
r. Sistem perkemihan

a) Subjektif urin lebih sedikit dari biasanya,dengan warna kuning pekat,dan


bau khas urin
b) Ispeksi : observasi output tiap 24 jm
s. Sistem Muskoloskeletal

a) Subjektif : lemah

b) Isnpeksi, klien tampak lemah,aktivitas menurun

c) Palpasi, hipotoni,kulit kering,turgor kulit tidak elastisit.


2. Analisa Data

Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1 DS: Makanan dan Kekurangan
Ny. M mengatakan An. A minuman yang volume cairan
muntah kurang lebih 10 terkontaminasi oleh
kali, BAB cair, sedikit bakteri
ampas, muntah jika diberi
makan atau susu terjadi Dikonsumsi oleh anak
sejak 1 hari yang lalu.
Ny. M mengatakan An. A
Infeksi pada usus
tidak mau minum
(enteritis)

Data objektif
muntah dan mencret
Os BAB dengan
konsistensi cair dan sedikit
Volume cairan kurang
ampas
dari kebutuhan tubuh
BAB 3-6x

KU : kulit kering, mukosa Diare dehidrasi ringan


mulut dan bibir kering,
mata cekung, BAK 8-10 x
perh hari, BB turun 1 Kg,
tidak selera makan.

Bising usus 23 x/ i
TTV : suhu :
37,50C
HR : 90x/i
RR : 20
x/i
TD : 100/60 mmHg
Terpasang infus RL 60
gtt/i
2 DS : Mual dan muntah Nutrisi kurang
Ny. M mengatakan An. A dari kebutuhan
minum susu hanya sedikit, Motilitas usus tubuh
dan jika dipaksa untuk meningkat
minum dan makan, maka
An. A akan muntah.
Sekresi asam lambung
Ny. M mengatakan An.
menurun
A tidak selera makan

Haus ingin minum


DO :
An. A tidak selera makan,
Rongga usus penuh
minum susu hanya sedikit,
dengan air
BB turun 1 Kg.
An. A tidak menghabiskan Perut terasa

porsi makan yang penuh Tidak

disediakan TD : 100/60 selera makan

mmHg
KU : An. A tampak
lemas, kulit kering Nutrisi kurang
dari
kebutuhan
3 DS: Proses penyakit Kurang
Ny. M mengatakan cemas pengetahu
terhadap anaknya yang Kurang an
sedang dirawat. terpajan
informasi
DO: tentang
Orang tua klien tampak penyakit
cemas dan gelisah
Orang tua klien
Kurang pengetahuan
mengatakan kurang tahu
tentang penyakit anaknya

3. Diagnosa Keperawatan

Menurut Doengose M (2000), diagnosa yang muncul berdasarkan hasil


pengkajian pada kasus gastroenteritis didapatkan diagnosa
keperawatan sebagai berikut :
1) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (Diare dan
muntah)
2) Nyeri b.d agen pencidera fisiologis

3) Defisit nutrisi b.d ketidak mampuan mencerna makanan

4) Gangguan pola tidur b.d Faktor lingkungan

5) Resiko infeksi pada orang lain berhubungan terinfeksi kuman diare,


kurangnya pengetahuan tentang pencegahan penyebab penyakit.
6) Resiko syok hipovolemik berhuubungan dengan kehilangan cairan
yang berlebihan
7) Risiko injuri kulit (area perinial) berhubungan dengan peningkatan
frekuensi diare
8) Gangguan pola eleminasi Bab : diare berhubungan dengan proses
inflamasi usus.
9) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

4. Perencanaan Keperawatan Dan Rasional

No. Dx Perencanaa
n
1. Gangguan Tujuan : pasien menunjukkan tanda-tanda rehidrasi dan
volume mempertahankan rehidrasi kuat
cairan Kriteria hasil :
kurang dari Anak menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat
Rencana Rasiona
kebutuhan
tindakan l
tubuh
1. Berikan cairan oral 1. Sebagai upaya
berhubung
dan parenteral sesuai rehidrasi untuk
an dengan
dengan program mengganti cairan.
muntah
rehidrasi
dan
2. Pantau intake dan out 2. Asupan dan haluaran
mencret
put cairan menentukan
yang
status hidrasi anak dan
dialami An.
menjadi pedoman dalam
A sejak 1
terapi penggantian
hari yang
cairan.
lalu 3. Timbang BB anak 3. BB secara langsung
ditandai tiap hari mengukur status
dengan 4. Kaji warna kulit anak, hidrasi
mukosa turgor kulit, tingkat 4. Kulit pucat, turgor
bibir dan kesadaran, waktu kulit buruk, fontanel
mulut pengisian-ulang yang melesak
kering, kapiler, dan membran kedalam, penurunan
turgor kulit mukosa. tingkat kesadaran,
kembali
peningkatan waktu
lambat,
pengisian-ulang
mata
kapiler, dan
cekung
membran mukosa
kering
5. Kaji tanda vital,
mengidentifikasikan
tanda/gejala
dehidrasi
dehidrasi, dan hasil
5. Untuk menilai status
pemeriksaan
hidrasi,elektrolit dan
laboratorium
keseimbangan asam
basa
2. Nutrisi Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan berat
kurang dari badan stabil dan meningkat.
kebutuhan Tujuan dan kriteria hasil : anak menunjukkan status
tubuh nutrisi yang baik dan menunjukkan penambahan berat
berhubung badan.
Rencana Rasiona
an dengan
tindakan l
muntah
1. Timbang berat badan 1. Memberikan
yang
anak setiap hari. informasi perubahan
dialami An.
2. Jaga kebersihan berat badan.
A ditandai
mulut pasien 2. Mulut yang bersih
dengan Ny.
3. Berikan makan sedikit meningkatkan nafsu
M
tapi sering setiap 2-3 makan
mengataka
jam. 3. Untuk meningkatkan
n An. A
4. Tingkatkan asupan intake makanan
nafsu
cairan dan nutrisi 4. Untuk memperbaiki
makannya
5. Instruksikan keluarga status nutrisi klien
berkurang
dalam memberikan 5. meningkatkan kepatuhan
diet yang tepat keluarga terhadap
program terapeutik.

3. Kurang Tujuan: keluarga memahami penyakit anak


pengetahua dan pengobatannya serta mampu memberikan
n perawatan
berhubung Kriteria Hasil : keluarga mampu merawat anggota
an dengan keluarga yang sakit.
Tindakan Keperawatan Rasiona
proses
l
penyakit 1. Berikan informasi 1. Untuk mendorong
ditandai kepada keluarga kepatuhan terhadap
dengan Ny. tentang penyakit anak program terapeutik,
M dan tindakan khususnya jika
mengataka terapeutik. berada di rumah.
n tidak 2. Untuk memberikan
pernah 2. Bantu keluarga dalam rasa nyaman
mendapat memberikan rasa terhadap anak
informasi nyaman dan dukungan
tentang pada anak 3. Untuk memenuhi
penyakit 3. izinkan anggota kebutuhan anak
yang keluarga untuk dan keluarga
dialami berpartisipasi dalam
anaknya perawatan anak
sebanyak yang 4. Untuk mencegah
mereka inginkan penyebaran
4. Instruksikan keluarga penyakit
mengenai
pencegahan terhadap
proses penyakit
5. Pendkes tentang
penggunaan obat
Zink

5. Implementasi

Pelaksanaan intervensi keperwatan dilakukan dalam rangka mencapai


tujuan dan hasil. Ketika tahap pelaksanaan asuhan keperawatan
dilakukan, perawat harus mengkaji respons pasien dan memodifikasi
setiap rencana sesuai kebutuhan pasien. Selanjutnya, perawat perlu
memastikan terdapat pendokumentasian setiap tahapan proses
pelaksanaan asuhan keperawatan (Kardiyudiani dan Susanti,2019)

6. Evaluasi
Tahap evaluasi dilakukan untuk menentukan tingkat keefektifan
pelaksanaan asuhan keperawatan. proses evaluasi dilakukan dengan
melakukan pengkajian respons pasien berdasarkan kriteria tujuan.
Apabila tujuan dan outcomes tidak tercapai, perlu dipikirkan kembali
rencana kerja melalui suatu proses untuk mengembangkan rencana
perawatan yang lebih efektif. (Kardiyudiani dan Susanti,2019)
DAFTAR PUSTAKA

Kardiyudiani dan Susanti, (2019). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: PT Pustaka Buku.

Departemen Kesehatan RI, 2011, Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada Balita, Jakarta,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan.

Sodikin. (2011). Asuhan keperawatan anak: Gangguan dengan diare dan hepatobilier. Jakarta :
Salemba Medika.

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori dan
Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

Doenges, Marilynn E.dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III.Alih Bahasa: I Made Kriasa.EGC.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai