Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN.A DENGAN DHF


(DENGUE HAEMORAGIC FEVER)

OLEH :
NAMA : Muhammad Jihant Khudzaifah
NIM : IPA19008

STIKES GRIYA HUSADA SUMBAWA


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.A DENGAN DHF

Telah Disetujui Dan Disahkan

Hari :

Tanggal :

Oleh :

Nama : Muhammad Jihant Khudzaifah

Nim : IPA19008

Sumbawa Besar,………………......

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

(………………..…..…..) (………………………..)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ) atau biasa yang dikenal dengan Demam
Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh
virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus, genus flavivirus, famili flaviviridae. DBD
dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti, atau
Aedes albopictus. Penyakit DBD biasanya muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang
seluruh manusia diberbagai kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat. (Kementerian Kesehatan RI, 2016) Virus dengue
(DEN) terdiri dari empat serotipe yang berbeda (DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4) yang
termasuk dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Genotipe yang berbeda telah
diidentifikasi dalam setiap serotipe, menyoroti keragaman genetik yang luas dari serotipe
dengue. Di antara mereka, genotipe “Asia” dari DEN-2 dan DEN-3 sering dikaitkan dengan
penyakit berat yang menyertai infeksi dengue sekunder. (WHO, 2014) Bentuk klasik dari
Demam Berdarah Dengue ( DBD ) diawali dengan demam mendadak tinggi, berlangsung 2-
7 hari. Pada hari ke-3 mulai terjadi penurunan suhu namun perlu hati-hati karena dapat
sebagai awal syok. Fase kritis mulai terjadi pada hari ke 3-5. DBD dapat disertai dengan
muka kemerahan, dapat juga terjadi keluhan sakit kepala, nyeri otot, tulang, sendi dan juga
sering ditemukan mual dan muntah. (Arsin, 2013)2 DBD berat atau yang biasa disebut
Demam Berdarah Dengue pertama kali dikenal pada 1950-an selama epidemi dengue di
Filipina dan Thailand. Saat ini penyakit ini menyerang negara-negara Asia dan Amerika
Latin dan telah menjadi penyebab utama rawat inap dan kematian di antara anak-anak dan
orang dewasa di wilayah ini. Siklus hidup penuh virus demam berdarah melibatkan peran
nyamuk sebagai pemancar (atau vektor) dan manusia sebagai korban utama dan sumber
infeksi.Sebelum tahun 1970, hanya sembilan negara yang mengalami wabah DBD, namun
sekarang DBD menjadi penyakit endemik pada lebih dari 100 negara, diataranya yaitu
Afrika, Amerika Mediferania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat, Amerika, Asia
Tenggara dan Pasifik Barat memiliki kasus DBD tetinggi. Jumlah kasus di Amerika, Asia
Tenggara dan Pasifik Barat telah melewati 1,2 juta kasusu di tahun 2008 dan lebih dari 2,3
juta kasus di 2010. Pada tahun 2013 dilaporkan terdapat sebanyak 2,35 juta kasus di
Amerika, dimana 33.687 kasus merupakan DBD berat. (WHO, 2014)
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam
atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty betina (Resti, 2014)
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk
lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara
efidemik. (PADILA, 2012)
Demam dengue dan demam berdarah dengue/DBD/DHF adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada
DBD tejadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue
syok syndrom) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok. (Sudoyo
Aru, dkk. Dalam NANDA 2015)

B. Etiologi
Virus dongue serotype 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti.
Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan
vector yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan
antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan
terhadap serotype lain.
(Smeltzer & Suzanne, 2001).
Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4 serotipe virus yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempat ditemukan di indonesia dengan den-3
serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibody terhadap
serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain
sangat kurang, sehingga tidak dapat perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain
tersebut. Seseorang yang tinggal didaerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan berbagai
daerah di indonesia. (Sudoyo Aru, dkk. Dalam NANDA 2015)
C. Klasifikasi
Klasifikasi DHF berdasarkan kriteria menurut WHO yaitu :
1. Derajat I ( ringan )
Demam mendadak dan sampai 7 hari di sertai dengan adanya gejala yang tidak khas dan
uji turniquet (+).
2. Derajat II ( sedang )
Lebih berat dari derajat I oleh karena di temukan pendarahan spontan pada kulit misal di
temukan adanya petekie, ekimosis, pendarahan,
3. Derajat III ( berat )
Adanya gagal sirkulasi di tandai dengan laju cepat lembut kulit dngin gelisah tensi menurun
manifestasi pendarahan lebih berat( epistaksis, melena)
4. Derajat IV ( DIC )
Gagal sirkulasi yang berat pasien mengalami syok berat tensi nadi tak teraba.
(Smeltzer & Suzanne, 2001)

D. Patofisiologi
Virus dongue yang pertama kali masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
aedes dan menginfeksi pertama kali member gejala DF. Pasien akan mengalami gejala
viremia, sakit kepala, mual, nyei otot, pegal seluruh badan, hyperemia ditenggorokkan,
timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pasa RES seperti pembesaran kelenjar
getah bening, hati dan limfa. Reaksi yang berbeda Nampak bila seseorang mendapatkan
infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan. Berdasarkan hal itu timbullah the
secondary heterologous infection atau sequential infection of hypothesis. Re- infeksi akan
menyebabkan suatu reaksi anamnetik antibody, sehingga menimbulkan konsentrasi
kompleks antigen antibody (kompleks virus antibody) yang tinggi.
Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal sebagai
berikut:

1. Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen, yang


berakibat dilepasnya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a menyebabkan meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel
dinding tersebut, suatu keadaan yang sangat berperan terjadinya renjatan.
2. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami
metamorphosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorphosis akan
dimusnahkan oleh system retikuloendotelial dengan akibat trombositopenia hebat dan
perdarahan. Pada keadaan agregasi, trombosit akan melepaskan vasokoaktif
(histamine dan serotonin) yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan
melepaskan trombosit factor III yang merangsang koagulasi intravascular.
3. Terjadinya aktivasi factor hegamen (factor XII) dengan akibat kahir terjadinya
pembentukan plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin dan
penghancuran fibrin menjadi fibrinogen degradation product. Disamping itu aktivasi
akan merangsang system kinin yang berperan dalam proses meningginya
permeabilitas dindin pembuluh darah.(PADILA, 2012).
arbovirus Beredar dalam aliran darah Infeksi virus (viremia)

PgE2 hipotalamus
Peningkatan reabsorbsi Permeabilita
Na2 dan H2O s meningkat

hipertermi

Mengaktifkan
Membentuk dan
melepaskan zat C3a, C5a, sistem
komplemen
Agresi trombosit Kerusakan Risiko syok
endotel hipovolemik
pembuluh darah

Renjatan hipovolemik
Merangsang mengaktivasi dan hipotensi
Trombosit sitopeni
faktor pembekuan

Kebocoran plasma
DIC

perdarahan
Risiko perdarahan

Pathway (Sumber: Nurarif, 2015)


Risiko perfusi
jaringan tidak efektif

Asidosis metabolik

Hipoksia jaringan

Risiko syok hipovolemik Kekurangan volume cairan Ke ekstra vaskular

abdomen
Paru-paru hepar

asites
hepatomegali
Efusi pleura

Mual muntah
Ketidakefektipan
pola napas Penekanan abdomen
Ketidakseimbangan nutrisi
nyeri
kurang dari kebutuhan
E. Manifestasi klinis
Diagnose penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan criteria diagnosa klinis dan
laboratories. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD dengan diagnose klinis dan
laboratories:
a. Diagnose klinis
1) Demam tinggi sampai ari ( - C)
2) Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji tourniquet positif, petekie (bintik merah
pada kulit), purpura (perdarahan kecil di dalam kulit), ekimosis, perdarahan
konjungtiva (perdarahan pada mata), epitaksis (perdarahan hidung), perdarahan
gusi, hematemesis (muntah darah), melena (BAB darah) dan hematusi (adanya
darah dalam urin).
3) Perdarahan pada hidung
4) Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat
pecahnya pembuluh darah
5) Pembesaran hati (hepatomegali)
6) Rejan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20mmHg atau kurang, tekanan
sistolik sampai 80mmHg atau lebih rendah
7) Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya nafsu
makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.

b. Diagnose laboratories
1) Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan trombosit
hingga 100.000/mmHg
2) Hemokonsentrasi, meningkatnya hemotokrit sebanyak 20% atau lebih (Resti,
2014)

F. Pemeriksaan diagnostic
a. Darah lengakap
1) Leukpenia pada hari ke 2-3
2) Trombositopenia dan hemokonsentrasi
3) Masa pembekuan normal
4) Masa pedarahan memanjang
5) Penurunan factor II, V, VII, IX, dan XII
b. Kimia darah
1) Hipoproteinemia, hiponatriam, hipodorumia
2) SGOT/SGPT meningkat
3) Umum meningkat
4) pH darah meningkat
c. Urinalis
Mungkin ditemukan albuminuria ringan
d. Uji sum-sum tulang
Pada awal sakit biasanya hipaseluler kemudian menjadi hiperseluler
(Doenges, 2000)

G. Penatalaksanaan
1) Tirah baring
2) Pemberian makanan lunak .
3) Pemberian cairan melalui infus.
Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate
merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na +
130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan
Ca = 3 mEq/liter.
4) Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik,
5) Anti konvulsi jika terjadi kejang Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).
6) Monitor adanya tanda-tanda renjatan
7) Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut Periksa HB,HT, dan Trombosit
setiap hari

H. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan luas.
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan umumnya terjadi pada
kulit dan dapat berupa uji tocniquet yang positif mudah terjadi perdarahan pada
tempat fungsi vena, petekia dan purpura.
Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas
hingga menyebabkan haematemesis. Perdarahan gastrointestinal biasanya di
dahului dengan nyeri perut yang hebat.
b. Shock atau renjatan.
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai
dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung
hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada
masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran.(Resti, 2014)

I. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas
Umur, jenis kelamin, tempat tinggal bisa menjadi indicator terjadinya DHF
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Panas
2) Riwayat kesehatan sekarang
Panas tinggi, nyeri otot, dan pegal, ruam, malaise, muntah, mual, sakit kepala,
sakit pada saat menelan, lemah, nyeri pada efigastrik, penurunan nafsu
makan,perdarahan spontan.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Pernah menderita yang sama atau tidak
4) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dan
adanya penyakit herediter (keturunan).
c. Aktivitas
1) Aktivitas/istirahat
2) Gejala : kelemahan, malaise Gangguan pola tidur
3) Sirkulasi
4) Tanda : perasaan dingin meskipun pada ruangan hangat Tekanan darah
normal/sedikit di bawah jangkauan normal. Denyut perifer kuat, cepat (perifer
hiperdinamik); lemah/lembut/mudah hilang, takikardia ekstrem (syok), nadi
lemah Suara jantung : disritmia dan perkembangan S3 mengakibatkan disfungsi
miokard, efek dari asidosis/ketidak seimbangan elektrolit. Kulit teraba dingin dan
lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki.
5) Integritas ego
6) Tanda : gelisah
7) Eliminasi
8) Gejala : diare
9) Makanan/cairan
10) Gejala : anoreksia, haus, sakit saat menelan Mual,muntah Perubahan berat
badan akhir-akhir (meningkat/turun)
Tanda : penurunan berat badan, penurunan massa otot (malnutrisi) Kelemahan,
tonus otot dan turgor kulit buruk Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga
mulut.
11) Hygiene
Tanda : ketidakmapuan mempertahankan perawatan diri Bau badan Lidah kotor
12) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala Nyeri tekan epigastrik Nyeri pada anggota badan,
punggung, sendi
13) Perdarahan
Tanda : perdarahan di bawah kulit (petekie), perdarahan gusi, epistaksis sampai
perdarahan yang hebat berpa muntah darah akibat perdarahan lambung,
melena, hematuria
d. Pemeriksaan fisik
1) System pernapasan
Sesak, epistaksia, napas dangkal, pergerakan dinding dada, perkusi, auskultasi
2) System cardivaskular
3) Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni.
4) Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat (tachycardia),
penurunan tekanan darah (hipotensi), cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-
jari.
5) Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
6) System neurologi
Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian. Pada grade III pasien
gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS
7) System perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan
nyeri saat kencing, kencing berwarna merah
8) System pencernaan
Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan
pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran pada hati (hepatomegali)
disertai dengan nyeri tekan tanpa diserta dengan ikterus, abdomen teregang,
penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat muntah
darah (hematemesis), berak darah (melena).

9) System integument
Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering, ruam makulopapular,
pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi bintik merah seluruh
tubuh/ perdarahan dibawah kulit (petikie), pada grade III dapat terjadi
perdarahan spontan pada kulit.
e. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai
1. Ig.G dengue positif
2. Trombositopenia
3. Hemoglobin meningkat
4. Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat)
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan
 hipoproteinemia
 hiponatremia dan
 hipokalemia
Pada hari kedua dan ketiga terjadi lekopenia, netropenia, aneosinophilia,
peningkatan limposit, monosit dan basofil
1. SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat
2. Ureum dan Ph darah mungkin meningkat
3. Waktu pendarahan memanjang
4. Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolik:
PCO2 < 35 – 40 mm Hg, HCO3 rendah
b) Pemeriksaan serologi
Pada pemeriksaan ini di lakukan pengukuran literantibodi pasien dengan cara
haemaglutination nibitron test (HIT test) atau dengan uji peningkatan komplemen
pada pemeriksaan serologi di butuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa
akut atau demam dan masa penyembuhan (104 minggu setelah awal gejala
penyakit ) untuk pemeriksaan serologi ini di ambil darah vena 2 – 5 ml.
Pemeriksaan sianosis yang menunjang antara lain foto thorak mungkin di jumpai
pleural effusion, pemeriksaan USG hepatomegali dan splenomegaly.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.
c. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia , mual dan muntah.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
f. Resiko syok berhubungan dengan hipovilemik
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
h. Defisiensi pengetahuan berhubungan degan kurang familier dengan sumber
informasi.
3. Intervensi keperawatan

No Diagnose keperawatan Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


Hasil { NIC }
{ NOC }
1. Hipertermi Setelah dilakukan Fever Treatment : Tanda-tanda vital
berhubungan dengan tindakan Observasi tanda-tanda merupakan acuan
proses infeksi virus. keperawatan selama vital tiap 3 jam. untuk mengetahui
... x 24 jam, pasien Beri kompres hangat keadaan umum
akan : pada bagian lipatan pasien.
Menunjukkan suhu tubuh ( Paha dan Kompres hangat
tubuh dalam rentang aksila ). dapat mengembalikan
normal. Monitor intake dan suhu normal
TTV normal. output memperlancar
Berikan obat anti sirkulasi.
piretik. Untuk mengetahui
adanya
ketidakseimbangan
cairan tubuh.
Dapat menurunkan
demam
Temperature
Regulation
Beri banyak Peningkatan suhu
minum ( ± 1-1,5 tubuh akan
liter/hari) sedikit tapi menyebabkan
sering penguapan tubuh
Ganti pakaian meningkat sehingga
klien dengan bahan perlu diimbangi
tipis menyerap dengan asupan cairan
keringat. yang banyak.
Pakaian yang tipis
menyerap keringat
dan membantu
mengurangi
penguapan tubuh
akibat dari
peningkatan suhu dan
dapat terjadi konduksi.
2.Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan Fluid Managemen
berhubungan dengan tindakan Kaji keadaan Mengetahui
kehilangan volume keperawatan selama umum klien dan dengan cepat
cairan aktif. ... x 24 jam, pasien tanda-tanda vital. penyimpangan dari
akan : Kaji input dan keadaan normalnya.
Menunjukkan output cairan. Mengetahui
keseimbangan Observasi adanya balance cairan dan
elektrolit dan asam tanda-tanda syok elektrolit dalam
basa Anjurkan klien tubuh/homeostatis.
Menunjukkan untuk banyak minum. Agar dapat segera
keseimbangan cairan Kolaborasi dilakukan tindakan jika
Turgor kulit baik dengan dokter dalam terjadi syok.
Tanda-tanda vital pemberian cairan I.V. Asupan cairan
dalam batas normal sangat diperlukan
untuk menambah
volume cairan tubuh
Pemberian cairan I.V
sangat penting bagi
klien yang mengalami
deficit volume cairan
untuk memenuhi
kebutuhan cairan
klien.
3. Nyeri akut Setelah dilakukan Pain management
berhubungan dengan tindakan Lakukan Mengetahui nyeri
proses patologis keperawatan selama pengkajian nyeri yang dialami pasien
penyakit. ... x 24 jam, pasien secara kompherensif. sehingga perawat
akan : Kaji faktor-faktor dapat menentukan
Dapat mengontrol yang mempengaruhi cara mengatasinya.
nyeri reaksi pasien Dengan
Mengetahui tingkat terhadap nyeri. mengetahui faktor-
nyeri Berikan posisi faktor tersebut maka
Ekspresi wajah rileks. yang nyaman dan perawat dapat
ciptakan suasana melakukan intervensi
ruangan yang tenang. yang sesuai dengan
Berikan suasana masalah klien.
gembira bagi pasien Posisi yang
nyaman dan situasi
yang tenang dapat
membuat perasaan
yang nyaman pada
pasien.
Dengan suasana
gembira pasien dapat
sedikit mengalihkan
perhatiannya terhadap
nyeri.
Analgetic
administration Obat analgesik
Berikan analgesik dapat menekankan
sesuai tipe dan rasa nyeri.
beratnya nyeri .
4. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Nutrition
nutrisi kurang dari tindakan managemen
kebutuhan tubuh keperawatan selama Kaji keadaan umum Memudahkan
berhubungan dengan ... x 24 jam, pasien klien untuk intervensi
anoreksia , mual dan akan : Beri makanan sesuai selanjutnya
muntah. Menunjukkan kebutuhan tubuh Merangsang nafsu
kebutuhan nutrisi klien. makan klien sehingga
terpenuhi. Anjurkan orang tua klien mau makan.
Memperlihatkan klien untuk memberi Makanan dalam
adanya selera makanan sedikit tapi porsi kecil tapi sering
makan sering. memudahkan organ
Anjurkan orang tua pencernaan dalam
klien memberi metabolisme.
makanan TKTP Makanan dengan
dalam bentuk lunak komposisi TKTP
berfungsi membantu
mempercepat proses
penyembuhan.

Berat badan
Nutrition Monitoring merupakan salah satu
Timbang berat indicator pemenuhan
badan klien tiap hari. nutrisi berhasil.
Monitor mual dan Untuk mengetahui
muntah pasien status nutrisi pasien.
5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Activity Therapy
berhubungan dengan tindakan Kaji hal-hal yang Mengetahui
ketidakseimbangan keperawatan selama mampu dilakukan tingkat
antara suplai dan ... x 24 jam, pasien klien. ketergantungan klien
kebutuhan oksigen. akan : Bantu klien dalam memenuhi
Dapat memenuhi kebutuhan kebutuhannya.
berpartisipasi dalam aktivitasnya sesuai Bantuan sangat
aktivitas fisik dengan tingkat diperlukan klien pada
Dapat melakukan keterbatasan klien saat kondisinya lemah
aktivitas sehari-hari Beri penjelasan dalam pemenuhan
TTV normal tentang hal-hal yang kebutuhan sehari-hari
dapat membantu dan tanpa mengalami
meningkatkan ketergantungan pada
kekuatan fisik klien. orang lain.
Libatkan keluarga Dengan
dalam pemenuhan penjelasan, pasien
ADL klien termotivasi untuk
Jelaskan pada kooperatif selama
keluarga dan klien perawatan terutama
tentang pentingnya terhadap tindakan
bedrest ditempat yang dapat
tidur. meningkatkan
kekuatan fisiknya.
Keluarga
merupakan orang
terdekat dengan klien
Untuk mencegah
terjadinya keadaan
yang lebih parah
6. Resiko syok Setelah dilakukan Syok prevention
berhubungan dengan tindakan Monitor keadaan Memantau kondisi
hipovilemik keperawatan selama umum klien. klien selama masa
... x 24 jam, pasien Observasi tanda- perawatan terutama
akan : tanda vital saat terjadi
TTV dalam batas Monitor input dan perdarahan sehingga
normal output pasien tanda pra syok, syok
Natrium serum, Anjurkan pada dapat ditangani.
kalium serum, pasien/ keluarga Tanda vital dalam
kalsium serum, untuk segera melapor batas normal
magnesium serum jika ada tanda-tanda menandakan keadaan
dalam batas normal. perdarahan. umum klien baik
Hematokrit dalam Mengetahui
batas normal balance cairan dan
elektrolit dalam
Keterlibatan
keluarga untuk segera
melaporkan jika terjadi
perdarahan terhadap
pasien sangat
membantu tim
perawatan untuk
segera melakukan
tindakan yang tepat

untuk acuan
Syok managemen melakukan tindak
Cek hemoglobin, lanjut terhadap
hematokrit, trombosit perdarahan.
Monitor gas darah Untuk mengetahui
dan oksigenasi adanya asodosis
metabolik.
7. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Anxiety Reduction
dengan perubahan tindakan Kaji tingkat Mengetahui
status kesehatan keperawatan selama kecemasan kecemasan orang tua
... x 24 jam, pasien Jelaskan prosedur klien dan
akan : pengobatan memudahkan
Mampu perawatan. menentukan intervensi
mengidentifikasi dan Beri kesempatan selanjutnya.
mengungkapkan pada orang tua untuk Untuk menambah
gejala cemas bertanya tentang pengetahuan dan
TTV normal kondisi pasien. informasi kepada klien
Menunjukkan Beri penjelasan yang dapat
teknik untuk tiap prosedur/ mengurangi
mengontrol cemas tindakan yang akan kecemasan orang tua.
dilakukan terhadap Untuk
pasien dan memperoleh informasi
manfaatnya bagi yang lebih banyak dan
pasien meningkatkan
Beri dorongan pengetahuan dan
spiritual. mengurangi stress.
Memberikan
penjelasan tentang
proses penyakit,
menjelaskan tentang
kemungkinan
pemberian perawatan
intensif jika memang
diperlukan oleh pasien
untuk mendapatkan
perawatan yang lebih
optimal
Memberi
ketenangan kepada
klien dengan berserah
diri kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
8. Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan Teaching: Disease
berhubungan degan tindakan Proses
kurang familier dengan keperawatan selama Kaji tingkat Sebagai data
sumber informasi. ... x 24 jam, pasien pengetahuan fdasar pemberian
akan : klien/keluarga tentang informasi selanjutnya.
Pasien dan penyakit DHF Untuk memberikan
keluarga Kaji latar penjelasan sesuai
menyatakan belakang pendidikan dengan tingkat
pemahaman tentang klien/ keluarga. pendidikan klien/
penyakit , kondisi , Jelaskan tentang keluarga sehingga
prognosisdan proses penyakit, diet, dapat dipahami.
program pengobatan perawatan dan obat- agar informasi
Mampu obatan pada klien dapat diterima dengan
melaksanakan yang dengan bahasa dan mudah dan tepat
dijelaskan secara kata-kata yang mudah sehingga tidak terjadi
benar dimengerti. kesalahpahaman.
Jelaskan semua Dengan
prosedur yang akan mengetahui prosedur /
dilakukan dan tindakan yang akan
manfaatnya pada dilakukan dan
klien. manfaatnya, klien
Berikan akan kooperatif dan
kesempatan pada kecemasannya
klien/ keluarga untuk menurun.
menanyakan hal-hal Mengurangi
yang ingin diketahui kecemasan dan
sehubungan dengan memotivasi klien untuk
penyakit yang diderita kooperatif.
klien.

4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi adalah tindakan yang direncanakan dalam
rencana keperawatan (Tarwoto Wartonah, 2015). Perawat melakukan pengawasan
terhadap efektifitas intervensi yang dilakukan, bersamaan pula menilai
perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan atau hasil yang
diharapkan.Pelaksanaan atau implementasi keperawatan adalah suatu komponen
dari proses keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan di
mana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan
dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan (Perry & Potter, 2005).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan
untuk mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien
ke arah pencapaian tujuan (Potter & Perry, 2010).
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang terjadi pada setiap langkah dari proses
keperawatan dan pada kesimpulan (Herdman, 2015). Evaluasi keperawatan dicatat
disesuaikan dengan setiap diagnosa keperawatan. Evaluasi untuk setiap diagnosa
keperawatan meliputi data subyektif (S), data obyektif (O), analisa permasalahan
(A) klien berdasarkan S dan O, serta perencanaan ulang (P) berdasarkan hasil
analisa data diatas. Evaluasi ini juga disebut evaluasi proses. Semua itu dicatat
pada formulir catatan perkembangan (progress not)
Daftar Pustaka

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan eperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Jogjakarta: MediAction.

Amin, N.F. dan Hardhi. ( 2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA
NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta : Media Action publishing.
Https://www.academia.edu/6835578/LP_DHF (Diakses pada tanggal 9 mei 2019)

Https://www.academia.edu/9410828/LAPORAN_PENDAHULUAN_Dengue_Ha
emoragic_Fever_DHF (Diakses pada tanggal 9 mei 2019)

Suhendro. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid : 3. Ed : 4. Jakarta: Peneribit:
EGC

Wilkinson, Judith. M. (2011). Buku Saku DiagnosisKeperawatan: Diagnosis Nanda,


Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC. Alih bahasa: Wahyuningsih.
E. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai