Anda di halaman 1dari 11

DHF

(DENGUE HAEMORAGIC
FEVER)
KELOMPOK 7
Serda Amran Sevian Rani (2036007)
Donny Febrianto (2036019)
Linda Yaumil Choiryah (2036029)
Siti Ruhama Dewi (2036049)
Weni Cahyaningsih (20360056)
DEFINISI DHF

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang


terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama
demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa
ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk
kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
(betina) (Resti, 2014).

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty


dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam.
Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (PADILA, 2012)
• VIRUS DANGUE
etiologi dhf
virus dengue yang termasuk dalam genus flavorivirus ini
berdeameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada
berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel-sel
mamalia misalnya sel BHK(Babby Homsster Kidney) maupun sel-
sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.

2. VEKTOR

Virus dengue serotype 1,2,3, dan 4 yang ditularkan melalui


vector yaitu nyamuk sedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes
polynesisiensis dan beberapa spesies lain yang merupakan vector
yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotype yang
menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype
bersangkutan tetapi tidak ada perlidungan terhadap serotype jenis
lainnya. (Arief Mansjoer & Suprohaita;2000;420)
ePIDEMIOLOGI dhf

1.Dalam 50 tahun terakhir, kasus


DBD meningkat 30 kali lipat dengan 2. Di Indonesia, setiap tahunnya
peningkatan ekspansi geografis ke selalu terjadi KLB di beberapa
negaranegara baru dan, dalam dekade provinsi, yang terbesar terjadi
ini, dari kota ke lokasi pedesaan. tahun 1998 dan 2004 dengan
Jumlah kasus DBD tidak pernah jumlah penderita 79.480 orang
menurun di beberapa daerah tropik dengan kematian sebanyak 800
dan subtropik bahkan cenderung terus orang lebih. Pada tahun-tahun
meningkat dan banyak menimbulkan berikutnya jumlah kasus terus naik
kematian pada anak 90% di antaranya tapi jumlah kematian turun secara
menyerang anak di bawah 15 tahun. bermakna dibandingkan tahun
2004.
PATOFISIOLOGI dhf

Reinfeksi dari DBD akan


menyebabkan suatu reaksi
anamnestik antibodi, Terdapat komplek antigen antibodi
sehingga menimbulkan dalam sirkulasi darah mengakibatkan
Virus dengue masuk dalam tubuh konsentrasi komplek antibodi aktivitas sistem komplemen yang
melalui gigitan nyamuk aedes daan (komplek virus anti bodi) berakibat dilepaskannya mediator
infeksi pertama kali mungkin yang tinggi. anafilatiksin C 3a dan C 5a, dua
memberi gejala sebagai Dengue Fever peptida yang berdaya melepaskan
(DF). Reaksi tubuh merupakan reaksi histamin dan merupakan mediator
yang biasa terlihat sebagai akibat dari kuat yang menyebabkan
proses viremia seperti demam, nyeri Depresi sumsum tulang meningkatnya permeabilitas
otot dan atau sendi, sakit kepala, mengakibatkan trombosit pembuluh darah (plasma-leakage),
dengan/tanpa rash dan limfa denopati. kehilangan fungsi agfegaasi dan dan menghilangnya plasma melalui
mengalami metamorfosis, sehingga endotel dinding itu,
dimusnahkan oleh sistem RE
dengan akibat terjadi
trombositopenia hebat dan
pendarahan.
PATologI
dhf
Pada autopsi, antigen virus dengue telah ditemukan terutama dihepar,
limpa, timus, nodus limfa, dan sel-sel paru. Virus juga telah diisolasi pada
autopsi dari sumsum tulang, otak, jantung, ginjal,hati, paru, nodus limfa,
dan slauran gastrointestinal

Pemeriksaan patologis terhadap sumsum tulang, ginjal, dan kulit telah dilakukan pada pasien yang
mengalami DHF non-fatal. Pada sumsum tulang, tampak depresi semua sel-sel hematopoeitik, yang
secara cepat membaik dengan penurunan demam. Biopsi terhadap ruam kulit telah menunjukkan
edema perivaskular dari mikrovaskuler termial papila dermal dan infiltrasi limfosit dan monosit.
Fagosit mononuklear pembawa antigen telah ditemukan pada sekitar edema ini. Deposisi komplemen
serum, immunoglobulin dan fibrinogen pada dinding pembuluh darah juga telah ditemukan.
PATogenesis
dhf

ADA DUA PERUBAHAN PATOFISIOLOGI UTAMA


TERJADI PADA DHF/DSS :

Pertama adalah peningkatan permeabilitas vascular


yang meningkatkan kehilangan plasma dari
kompartemen vascular. Keadaan ini mengakibatkan
hemokonsentrasi, tekanan sangat membahayakan.
Perubahan kedua adalah gangguan pada hemostasis
yang mencakup perubahan vascular, trombositopenia,
dan koagulopati.
a. Deman akut atau suhu meningkat tiba – tiba (selama 2 –
7 hari)
b. Sering di sertai menggigil.

manifestasi
c. Perdaran pada kulit (petekie, ekimosis, hematoma) serta perdarahan lain seperti epitaksis, hematemesis, hematuria, dan melena.

klinis
d. Keluhan pada saluran pernafasan (batuk, pilek, sakit waktu menelan)

e. Keluhan pada saluran cerna (mual, muntah, tak nafsu makan, diare, konstipasi)

dhf f. Keluhan sistem tubuh yang lainnya (nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal – pegal

pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit, kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan fotopobia, otot – otot sekitar mata sakit
Gambaran klinis yang timbul bila di sentuh.
bervariasi berdasarkan derajat g. Hepatomegali, splenomegali.

DHF dengan masa inkubasi antara


13 – 15 hari, rata- rata 2-8 hari.
Penderita biasanya mengalami:
KIMIA
Dengan cara pemberian abatisasi (abate), pengasapan dan fogging.

FISIK
Dalam sekurang-kurangya seminggu sekali, maka cegahlah dengan cara 3 M
plus:
a. Menguras,
b. Menutup, y
c. Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki Pencegahan DHF
potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
d. Plus, adalah segala bentuk kegiatan pencegahan, seperti:
·Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit
dibersihkan.

Biologi
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan
pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14)
yaitu agen yang aktif mengendalikan nyamuk.
Penatalaksanaan dHF

Penderita DHF memerlukan perawatan yang serius dan bisa berakibat fatal atau kematian jika terlambat diatasi. Penatalaksanaan
penderita dengan DHF menurut Christantie (1995) adalah sebagai berikut :

a. Tirah baring atau istirahat baring


b. Diet makan lunak
c. Minum banyak (2-2,5 liter/ 24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirop
d. Pemberian cairan interval
f. Monitor tanda – tanda vital tiap 3 jam
g. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
h. Pemberian obat antiseptic sebaiknya dari golongan aseteminofen, eukinin atau dipiron (kolaborasi dengan dokter).
i. Monitor tanda – tanda pendarahan lebih lanjut.
j. Pemberian antibiotic bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder (kolaborasi dengan dokter)k
k. Monitor tanda – tanda dini renjatan meliputi keadaan umum, perubahantanda – tanda vital, hasil – hasil pemeriksaan
laboratorium yang memburuk,
l. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter)

Anda mungkin juga menyukai