Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN


DENGUE HEMORAGIK FEVER ( DHF)

OLEH :
AGUSTINA RISTANTI
2022207209146

PROGRAM STUDY PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN
DHF

A. Konsep Penyakit
1. Pengertian

DHF(Dengue Haemorrhagic Fever) atau di kenal sebagai Demam


Berdarah diduga diambil namanya dari gejala penyakitnya yaitu adanya
demam/panas dan adanya pendarahan.(Arita Murwani, 2009)

Penyakit Demam Berdarah (DBD) atau Dengue Hemorrhragic Fever


(DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus.
(H.Akhasin Zulkoni, 2011)

DHF adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotype
virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu
demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali dan tanda -
tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan
dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan
kematian (C.D. Sucipto ,2011).

Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah


penyakit fibris virus akut yang terdapat pada anak dan dewasa yang
disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty
yang ditemukan diseluruh belahan dunia terutama di negara-negara
tropik dan subtropik dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi,
sakit kepala, nyeri tulang, ruam, leukopenia yang biasanya memburuk
setelah 2 hari pertama
Ada 4 tingkatan menurut derajat keganasan/beratnya penyakit.(Arita
Murwani, 2009

1) Derajat I
Demam disertai dengan gejala konstitusional non-spesifik;
satu – satunya menisfestasi perdarahan adalah tes torniket
positif dan/atau mudah memar.
2) Derajat II
Perdarahan spontan selain manisfestasi pasien pada Derajat I,
biasanya pada bentuk perdarahan kulit atau perdarahan lain.
3) Derajat III
Gagal sirkulasi dimanisfestasikan dengan nadi cepat dan
lemah serta penyempitan tekanan nadi atau hipotensi, dengan
adanya kulit dingin dan lembab serta gelisah.
4) Derajat IV
Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.

2. Etiologi

a) Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke
dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat
tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue
tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang
lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus
flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak
dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang
berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster
Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes
Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).
b) Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes
polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang
kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis
yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420).

Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan


vektor penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya
melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor
penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan
(rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk
Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat
bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti)
maupun yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di
dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih
alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai
menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu
pagi hari dan senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37).

c) Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya
maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak
sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus
dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.
Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang
yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu
mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih
dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue
untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap
dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990 ; 38).
3. Patofisiologi

Virus Dengue adalah anggota dari group B Arbovirus yang termasuk


dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Dikenal ada 4 jenis
serotipe virus Dengue yaitu virus Dengue tipe 1 (DEN-1), virus
Dengue tipe 2 (DEN-2), virus Dengue tipe 3 (DEN-3), dan virus
Dengue tipe 4 (DEN-4) ditularkan ke manusia melalui vektor
nyamuk jenis Aedes Egypty dan Aedes Albopictus. Virus yang masuk
ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang telah
terinfeksi virus Dengue selanjutnya akan beredar dalam sirkulasi
darah selama periode sampai timbul gejala demam dengan masa
inkubasi 4 – 6 hari (minimal 3 hari sampai maksimal 10 hari) setelah
gigitan nyamuk yang terinfeksi virus Dengue.

Pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti


demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan,
hiperemia di tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin
terjadi pada sistem retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-
kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan
oleh kongesti pembuluh darah di bawah kulit. DHF dapat terjadi bila
seseorang setelah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi
berulang virus dengue lainnya.

Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi,


sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibodi
(kompleks virus antibodi) yang tinggi. Terdapatnya kompleks virus
antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan pembentukan aktivasi
sistem komplemen, agregasi trombosit dan aktivasi koagulasi.
Kompleks virus-antibodi akan mengaktivasi sistem komplemen,
yang berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a, histamin
dan serotinin yang menyebabkan meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding
tersebut, suatu keadaan yang amat berperan dalam terjadinya
renjatan timbulnya agregasi trombosit menyebabkan pelepasan
trombosit oleh sistem retikuloendotelial dengan akibat
trombositopenia hebat sehingga terjadi koagulapati atau gangguan
fungsi trombosit yang menimbulkan renjatan/syok.

Renjatan yang berkepanjangan dan berat menyebabkan diseminated


intravaskuler coagulation (DIC) sehingga perdarahan hebat dengan
prognosis buruk dapat terjadi. Terjadinya aktivasi faktor Hageman
(faktor XII) dengan akibat akhir terjadinya pembekuan intravaskular
yang meluas. Dalam proses aktivasi ini, plasminogen akan menjadi
Plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin dan
penghancuran fibrin. Disamping itu akan merangsang sistem kinin
yang berperan dalam proses meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah. Hal ini berakibat mengurangnya volume plasma,
hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat
permulaan demam dan mencapai puncaknya pada saat renjatan.
Renjatan hipovolemia bila tidak segera diatasi dapat berakibat
anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian

4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala penyakit DHF adalah :
- Meningkatnya suhu tubuh (Demam tinggi selama 5 – 7 hari
- Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
- Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita,
retroorbita
- Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis,
hematoma.
- Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
- Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
- Pembengkakan sekitar mata.
- Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
- Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan
darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi
cepat dan lemah).
5. Komplikasi

a. DHF mengakibatkan pendarahan pada semua organ tubuh, seperti


pendarahan ginjal, otak, jantung, paru paru, limpa dan hati.
Sehingga tubuh kehabisan darah dan cairan serta menyebabkan
kematian.
b. Ensepalopati.
c. Gangguan kesadaran yang disertai kejang.
d. Disorientasi, prognosa buruk.

6. Pemeriksaan penunjang

Dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu : (Aru W Sudoyo, 2006)

1) Darah

Pada DHF akan dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari
ke-2 atau ke-3 dan titik terendah pada saat peningkatan suhu kedua
kalinya. Pada saat suhu meningkat kedua kalinya sel limposit
relatif sudah bertambah.sel-sel eusinofil sangat berkurang. Pada
DHF umumnya dijumpai trombositopenia (<100.000/mm 3) dan
haemokonsentrasi (kadar HCT ¿ 20% dari normal). Uji tourniquet
yang positif merupakan pemeriksaan penting pada pemeriksaan
kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, serta
hipokalemia, SGOT, SGPT, ureum dan PH darah mungkin
meningkat.

2) Air seni

Mungkin ditemukan albuminuria ringan.

3) Sumsum tulang

Pada awal sakit biasanya hiposelular, kemudian menjadi


hiperselular pada hari kelima dengan gangguan maturasi
sedangkan pada hari kesepuluh biasanya sudah kembali normal
untuk semua data.

4) Serologi

Uji serologi untuk infeksi dengue dapat dikategorikan menjadi:

a) Uji serologi memakai serum ganda, yaitu serum yang


diambil pada masa akut dan konvalesen.
b) Uji serologi memakai serum tunggal, yaitu uji dengue
blood yang mengukur antibodi.

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis(Arita Murwani , 2009)
1) Penatalaksanaan penderita DHF adalah :
a) Tirah baring atau istirahat baring.
b) Diet makanan lunak.
c) Minum banyak 50ml/kg BB dalam 4 – 6 jam pertama dapat
berupa : susu, teh manis, sirup, jus buah, dan oralit, pemberian
cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.
Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi, memberikan cairan
rumatan 80 – 100 ml/kg BB dalam 24 jam berikutnya.
d) Pemberian cairan intravena pada pasien DBD tanpa renjatan
dilakukan bila pasien terus menerus muntah sehingga tidak
mungkin diberikan makanan per oral atau didapatkan nilai
hematokrit yang bartendensi terus meningkat (>40 vol %).
Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi
dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5% dalam
1/3 larutan Nacl 0,9%.
e) Cairan-cairan yang digunakan untuk penggantian volume
dengan cepat mencakup berikut ini :
- Kristaloid.
Larutan ringer laktat (RL) atau dektrose 5% dalam larutan
RL (D5/RL), larutan Ringer Asetat (RA) atau dektrose 5%
dalam larutan asetat (D5/RA), larutan garam faali
(D5/GF).

- Koloid.
Dekstran 40 dan plasma.

f) Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi,


pernapasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap
jam.
g) Periksa HGB, HCT dan trombosit setiap hari.
h) Pemberian obat antipiretik.
i) Monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum,
perubahan tanda-tanda vital, hasil-hasil pemeriksaan
laboratoriurn yang memburuk.
j) Monitor tanda-tanda pendarahan lebih lanjut.
k) Pemberian antibiotika bila terdapat kekhwatiran infeksi
sekunder.
l) Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan
dokter).

2) Penatalaksanan Penderita DHF berdasarkan derajat keparahan


a) Penanganan DHF deraja I atau derajat II tanpa peningkatan
hematokrit
- Pasien masih dapat minum.

(1) Beri minum banyak 1-2 liter/hari.

(2) Jenis minuman : air putih, teh manis, sirup, jus buah, susu.

(3) Bila suhu > 380C beri parasetamol.

(4) Bila kejang beri antikonvulsif.

(5) Monitor gejala klinis dan laboratorium.

(6) Perhatikan tanda syok.

(7) Palpasi hati setiap hari.


(8) Ukur diuresis setiap hari.

(9) Awasi perdarahan.

(10) Periksa HGB, HCT, trombosit tiap 6-12 jam.

(11) Jika ada perbaikan klinis dan laboratorium pasien diijinkan


untuk pulang.

- Pasien tidak dapat minum

(1) Jika pasien muntah terus-menerus maka lakukan


kolaborasi pemasangan IVFD NaCl 0,9% : Dekstrosa 5%
(1:3), tetesan rumatan sesuai berat badan.

(2) Periksa HGB, HCT, trombosit tiap 6-12 jam, jika HCT
naik atau trombosit turun maka pemasangan IVFD NaCl,
0,9% berbanding dekstrosa 5% diganti dengan ringer
laktat dengan tetesan disusaikan.

b) Penanganan DHF derajat I dengan peningkatan HCT>20%.

(1) Pertama berikan cairan awal yaitu : RL/NaCI 0,9% atau


RL/DS/NaCl 0,9% + D5, 6-7 ml/kg BB/jam.

(2) Setelah itu monitor tanda-tanda vital/nilai HCT dan


tromboosit tiap 6 jam

(a) Jika ada perbaikan maka ada menunjukkan


tanda-tanda : tidak gelisah, nadi kuat, tekanan
darah stabil, diuresis cukup(12m/kg BB/jam),
HCT turun (2 kali pemeriksaan).

(3) Jika sudah menunjukkan perbaikan tetesan dikurangi


menjadi 5ml/kg BB/jam.

(4) Setelah 1 jam berlalu dan kondisi pasien masi


menunjukan perbaikan maka tetesan di sesuaikan
menjadi 3 ml/kgBB/jam

(5) Setelah itu IVFD di stop pada 24-48 jam, bila tanda
vital/ HCT stabil, diuresis cukup.
(6) Jika pada saat menurunkan tetesan menjadi 5 ml/kg
BB/jam kemudian ditemukan tanda vital memburuk
dan HCT meningkat maka tetesan dinaikkan 10-
15ml/kg BB/jam tetesan dinaikkan secara bertahap.
Kemudian lakukan evaluasi 12-24 jam jika pada saat
evaluasi ditemukan tanda vital tidak stabil dengan
tanda adanya distres pernapasan dan HCT naik maka
segera berikan koloid 20-30m1/kgBB dan jika HCT
menurun maka lakukan transfusi darah segera
10ml/kgBB.

(7) Jika sudah ada perbaikan, maka lanjutkan tindakan


dari pengurangan tetesan 5ml/kgBB/jam dan
seterusnya. Jika tidak ada perbaikan yang ditunjukkan
dengan tanda-tanda: gelisah, distres pernapasan,
frekwensi nadi meningkat, tekanan nadi < 20 mmHg,
diuresis kurang/ tidak ada.

(8) Jika tidak menunjukkan adanya perbaikan maka


tetesan akan dinaikkan 10-15ml/kgBB/jam secara
bertahap.

(9) Kemudian dilakukan evaluasi 12-24 jam.

(10) Setelah dilakukan evaluasi didapatkan tanda vital


tidak Stabil yang di tunjukan dengan adanya distres
pernapasan dan peningkatan HCT, maka segera berikan
koloid 20-30 ml/kgBB dan jika HCT menurun maka
lakukan transfusi darah segera 10 ml/kgBB.

(11) Jika sudah ada perbaikan maka lanjutkan tindakan dari


pengurangan dari tetesan 5ml/kgBB/jam dan seterusnya.

c) Penangan DHF derajat III dan IV

(1) Lakukan oksigenasi.


(2) Penggantian volume (cairan kristaloid isotonik) Ringer
Laktat/NaCl 0,9 % 20 ml/kgBB secepatnya (bolus dalam
30 menit).

(3) 30 menit kemudian lakukan evaluasi untuk mengetahui


apakah syok sudah teratasi.

(4) Kemudian pantau tanda vital setiap 10 menit dan catat


balance cairan intravena.

(5) Jika syok teratasi yang dapat ditunjukkan dengan tanda-


tanda :

(a) Kesadaran membaik.

(b) Nadi teraba kuat.

(c) Tekanan nadi>20 mmHg.

(d) Tidak sesak napas atau sianosis.

(e) Diuresis cukup 1 ml/kgBB/jam.

Kemudian cairan dan tetesan disesuaikan 10ml/kgBB/jam,


setelah itu lakukan evaluasi ketat, misalnya ukur tanda vital,
tanda perdarahan, diuresis, HGB, HCT, trombosit. Jika
dalam 24 jam sudah stabil, maka berikan tetesan
5ml/kgBB/jam kemudian lanjutkan tetesan 3ml/kgBB/jam.
Infus dihentikan tidak melebihi 48 jam setelah syok
teratasi. Jika syok tidak teratasi yang ditunjukkan dengan
tanda-tanda : kesadaran menurun, nadi lambat/tidak teraba,
tekanan nadi<20 mmHg, ditress pernapasan/sianosis, kulit
dingin dan lembab, ekstremitas dingin dan periksa kadar
gula darah, kemudian lanjutkan pemberian cairan
20ml/kgBB/jam, setelah itu tambahkan koloid/plasma,
dekstran 10-20 (maksimal 30) ml/kgBB/jam. Kemudian
lakukan koreksi asidosis, setelah 1 jam lakukan evaluasi
untuk mengetahui apakah syok sudah teratasi atau belum.
Jika syok belum teratasi yang ditunjukkan dengan
penurunan HCT atau HCT tetap tinggi/naik, maka
berikan koloid 20 ml/kgBB, kemudian dilanjutkan dengan
pemberian transfusi darah segar 10 ml/kgBB diulang sesuai
kebutuhan. Jika syok sudah teratasi maka lanjutkan
tindakan dari mengevaluasi ketat tanda vital, tanda
perdarahan, diuresis, HGB, HCT, trombosit dan tindakan
seterusnya.

B. Proses Keperawatan
1. Pengkajian data dasar
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar
utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali
masuk rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit
(Widyorini et al. 2017).
a. Identitas pasien Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang
anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin,
alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan
pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang
kerumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil dan saat demam kesadaran composmetis. Turunnya panas
terjadi antara hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-
kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah,
anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan
persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal,
serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III. IV),
melena atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita 26 Penyakit apa saja yang
pernah diderita. Pada DHF anak biasanya mengalami serangan
ulangan DHF dengan tipe virus lain.
e. Riwayat Imunisasi Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik,
maka kemungkinan akan timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat Gizi Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat
factor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami
keluhan mual, muntah dan tidak nafsu makan. Apabila kondisi
berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan
sehingga status gizinya berkurang.
g. Kondisi Lingkungan Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya
dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang atau
gantungan baju dikamar)
h. Pola Kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, nafsu makan berkurang
dan menurun.
2) Eliminasi (buang air besar): kadang-kadang anak yang mengalami
diare atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IV sering terjadi
hematuria.
3) Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas
dan kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang.
4) Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan
tempat sarang nyamuk Aedes aegypty.
5) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya
untuk menjaga kesehatan.
i. Pemeriksaan fisik,
meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak adalah
sebagai berikut :
1) Grade I yaitu kesadaran composmentis, keadaan umum lemah,
tanda-tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II yaitu kesadaran composmetis, keadaan umum lemah,
ada perdarahan spontan petechie, perdarahan gusi dan telinga,
serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
3) Grade III yaitu kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum
lemah, nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta takanan darah
menurun.
4) Grade IV yaitu kesadaran coma, tanda-tanda vital : nadi tidak
teraba, tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur,
ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.
j. Sistem Integumen
1) Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul
keringat dingin, dan lembab
2) Kuku sianosis atau tidak
3) Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak
kemerahan karena demam, mata anemis, hidung kadang
mengalami perdarahan atau epitaksis pada grade II,III,IV.
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering , terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan ditelinga
(pada grade II,III,IV).
4) Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada
poto thorak terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah
kanan (efusi pleura), rales +, ronchi +, yang biasanya terdapat
pada grade III dan IV.
5) Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati atau
hepatomegaly dan asites
6) Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.

k. Pemeriksaan laboratorium Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan


dijumpai :
1) HB dan PVC meningkat (≥20%)
2) Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)
3) Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)
4) Ig. D dengue positif
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia
6) Ureum dan pH darah mungkin meningkat
7) Asidosis metabolic : pCO2

2. Diagnose keperawatan
a. Hipertermi
b. Nyeri
c. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
f. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
g. Risiko perdarahan ditandai dengan koagulasi (trombositopenia)

3. Rencana tindakan keperawatan

NO DIAGNOSA SLKI SIKI


1 hipertermi : Suhu tubuh agar tetap Observasi
berada pada rentang - Identifikasi
normal penyebab
Kriteria Hasil : hipertermia (mis.
- Menggigil Dehidrasi, terpapar
menurun lingkungan panas,
- Kulit merah penggunaan
menurun incubator)
- Suhu tubuh - Monitor suhu tubuh
membaik - Monitor kadar
- Tekanan darah elektrolit
membaik - Monitor haluaran
urine
Terapeutik
- Sediakan lingkungan
yang dingin
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Lakukan
pendinginan
eksternal (mis,
kompres dingin pada
dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
- Hindari pemberian
antipiretik atau
aspirin
- Berikan oksigen,
jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
2 Nyeri akut Diharapkan nyeri yang Observasi
berhubungan dirasakan klien - Identifikasi lokasi,
dengan agen berkurang karakteristik, durasi,
pencedera Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas,
fisiologis - Keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun - Identifikasi skala nyeri
- Meringis menurun - Identifikasi respons
- Gelisah menurun nyeri non verbal
- Pola napas - Identifikasi factor
membaik yang memperberat dan
memperingan nyeri
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis, terapi musik,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
- Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis, suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3 Hipovolemia Gangguan volume Observasi
berhubungan cairan tubuh dapat - Periksa tanda dan
dengan teratasi gejala hipovolemia
peningkatan Kriteria Hasil : (mis, frekuensi nadi
permeabilitas - Turgor kulit meningkat, nadi terasa
kapiler meningkat lemah, tekanan darah
- Output urine menurun, tekanan nadi
meningkat menyempit, turgor
- Tekanan darah dan kulit menurun,
nadi membaik membran mukosa
- Kadar Hb membaik kering, volume urin
menurun, hematokrit
meningkat, haus
lemah)
- Monitor intake dan
output cairan
Terapeutik
- Berikan asupan cairan
oral Edukasi
- Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis,
NaCl, RL)
- Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis
(mis, glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
- Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis,
albumin, plasmanate)
h) Kolaborasi
pemberian produk
darah
4 Intoleransi Aktivitas sehari-hari Observasi
aktivitas klien kembali normal. - Monitor kelelahan
berhubungan Kriteria Hasil : fisik dan emosional
dengan kelemahan - Frekuensi nadi - Monitor pola dan jam
meningkat tidur
- Kemudahan dalam Terapeutik
melakukan - Sediakan lingkungan
aktivitas sehari- nyaman dan rendah
hari meningkat stimulus (mis, cahaya,
- Frekuensi napas suara, kunjungan)
membaik - Berikan aktivitas
Intervensi distraksi yang
menenangkan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan
menghubungi perawat
jika tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang

Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
5 Defisit Pengetahuan klien/ Observasi
pengetahuan keluarga bertambah - Identifikasi kesiapan
berhubungan Kriteria Hasil : dan kemampuan
dengan kurang - Kemampuan menerima informasi
terpapar informasi menjelaskan Edukasi
pengetahuan - Jelaskan factor risiko
tentang suatu topik yang dapat
meningkat mempengaruhi
- Perilaku sesuai kesehatan
dengan - Ajarkan perilaku
pengetahuan hidup bersih dan sehat
meningkat
- Persepsi yang - Ajarkan strategi yang
keliru terhadap dapat digunakan untuk
masalah menurun meningkatkan
perilaku hidup bersih
dan sehat
6 Ansietas Rasa cemas klien akan Observasi
berhubungan berkurang/hilang - Monitor tanda-tanda
dengan krisis Kriteria Hasil : ansietas (verbal dan
situasional - Verbalisasi khawatir nonverbal)
akibat kondisi yang Terapeutik
dihadapi menurun - Ciptakan suasana
- Perilaku gelisah terapeutik untuk
menurun menumbuhkan
- Konsentrasi kepercayaan
membaik - Dengarkan dengan
penuh perhatian
- Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
Edukasi
- Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas, jika
perlu
7 Risiko perdarahan Perdarahan tidak terjadi Observasi
ditandai dengan - Monitor tanda dan
koagulasi Kriteria Hasil : gejala perdarahan
(trombositopenia) - Kelembapan kulit - Monitor nilai
meningkat hamatokrit atau
- Hemoglobin hemoglobin sebelum
membaik dan setelah
- Hematokrit kehilangan darah
membaik - Monitor tanda-tanda
vital
Terapeutik
- Pertahankan bed rest
selama perdarahan
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala perdarahan
- Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan untuk
menghindari
konstipasi
- Anjurkan
meningkatkan asupan
makanan dan vitamin
K
- Anjurkan segera
melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
produk darah, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Syaifuddin, AMK. 2016. ANATOMI FISIOLOGI. Jakarta. Erdin. 2018.


Pathway Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta. Harmawan. 2018. Dengue
Hemorrhagic Fever. Jakarta.

Asuhan keperawatan pada an.m dengan dengue haemoragik fever (dhf) di ruang
mina rs pku muhammadiyah surakarta 2011:
http://eprints.ums.ac.id/13323/1/HALAMAN_DEPAN.pdf
Asuhan keperawatan pada pasien dengan dengue haemorragic fever (dhf) di ruang
jayanegara rsu. dr. wahidin sudirohusodo mojokerto file:///C:/Users/RIRIS
%20PC/Downloads/318-Article%20Text-785-1-10-20200121.pdf

Tiara rizki fitriani asuhan keperawatan pada klien anak dengan dengue
hemorrhagic fever (dhf) yang di rawat di rumah sakit 2020,

http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1082/1/KTI%20TIARA%20RIZKI
%20FITRIANI.pdf
SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai