OLEH :
AGUSTINA RISTANTI
2022207209146
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
DHF adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotype
virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu
demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali dan tanda -
tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan
dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan
kematian (C.D. Sucipto ,2011).
1) Derajat I
Demam disertai dengan gejala konstitusional non-spesifik;
satu – satunya menisfestasi perdarahan adalah tes torniket
positif dan/atau mudah memar.
2) Derajat II
Perdarahan spontan selain manisfestasi pasien pada Derajat I,
biasanya pada bentuk perdarahan kulit atau perdarahan lain.
3) Derajat III
Gagal sirkulasi dimanisfestasikan dengan nadi cepat dan
lemah serta penyempitan tekanan nadi atau hipotensi, dengan
adanya kulit dingin dan lembab serta gelisah.
4) Derajat IV
Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.
2. Etiologi
a) Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke
dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat
tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue
tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang
lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus
flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak
dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang
berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster
Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes
Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).
b) Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes
polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang
kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis
yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420).
c) Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya
maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak
sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus
dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.
Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang
yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu
mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih
dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue
untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap
dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990 ; 38).
3. Patofisiologi
4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala penyakit DHF adalah :
- Meningkatnya suhu tubuh (Demam tinggi selama 5 – 7 hari
- Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
- Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita,
retroorbita
- Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis,
hematoma.
- Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
- Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
- Pembengkakan sekitar mata.
- Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
- Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan
darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi
cepat dan lemah).
5. Komplikasi
6. Pemeriksaan penunjang
1) Darah
Pada DHF akan dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari
ke-2 atau ke-3 dan titik terendah pada saat peningkatan suhu kedua
kalinya. Pada saat suhu meningkat kedua kalinya sel limposit
relatif sudah bertambah.sel-sel eusinofil sangat berkurang. Pada
DHF umumnya dijumpai trombositopenia (<100.000/mm 3) dan
haemokonsentrasi (kadar HCT ¿ 20% dari normal). Uji tourniquet
yang positif merupakan pemeriksaan penting pada pemeriksaan
kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, serta
hipokalemia, SGOT, SGPT, ureum dan PH darah mungkin
meningkat.
2) Air seni
3) Sumsum tulang
4) Serologi
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis(Arita Murwani , 2009)
1) Penatalaksanaan penderita DHF adalah :
a) Tirah baring atau istirahat baring.
b) Diet makanan lunak.
c) Minum banyak 50ml/kg BB dalam 4 – 6 jam pertama dapat
berupa : susu, teh manis, sirup, jus buah, dan oralit, pemberian
cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.
Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi, memberikan cairan
rumatan 80 – 100 ml/kg BB dalam 24 jam berikutnya.
d) Pemberian cairan intravena pada pasien DBD tanpa renjatan
dilakukan bila pasien terus menerus muntah sehingga tidak
mungkin diberikan makanan per oral atau didapatkan nilai
hematokrit yang bartendensi terus meningkat (>40 vol %).
Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi
dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5% dalam
1/3 larutan Nacl 0,9%.
e) Cairan-cairan yang digunakan untuk penggantian volume
dengan cepat mencakup berikut ini :
- Kristaloid.
Larutan ringer laktat (RL) atau dektrose 5% dalam larutan
RL (D5/RL), larutan Ringer Asetat (RA) atau dektrose 5%
dalam larutan asetat (D5/RA), larutan garam faali
(D5/GF).
- Koloid.
Dekstran 40 dan plasma.
(2) Jenis minuman : air putih, teh manis, sirup, jus buah, susu.
(2) Periksa HGB, HCT, trombosit tiap 6-12 jam, jika HCT
naik atau trombosit turun maka pemasangan IVFD NaCl,
0,9% berbanding dekstrosa 5% diganti dengan ringer
laktat dengan tetesan disusaikan.
(5) Setelah itu IVFD di stop pada 24-48 jam, bila tanda
vital/ HCT stabil, diuresis cukup.
(6) Jika pada saat menurunkan tetesan menjadi 5 ml/kg
BB/jam kemudian ditemukan tanda vital memburuk
dan HCT meningkat maka tetesan dinaikkan 10-
15ml/kg BB/jam tetesan dinaikkan secara bertahap.
Kemudian lakukan evaluasi 12-24 jam jika pada saat
evaluasi ditemukan tanda vital tidak stabil dengan
tanda adanya distres pernapasan dan HCT naik maka
segera berikan koloid 20-30m1/kgBB dan jika HCT
menurun maka lakukan transfusi darah segera
10ml/kgBB.
B. Proses Keperawatan
1. Pengkajian data dasar
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar
utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali
masuk rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit
(Widyorini et al. 2017).
a. Identitas pasien Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang
anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin,
alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan
pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang
kerumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil dan saat demam kesadaran composmetis. Turunnya panas
terjadi antara hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-
kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah,
anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan
persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal,
serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III. IV),
melena atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita 26 Penyakit apa saja yang
pernah diderita. Pada DHF anak biasanya mengalami serangan
ulangan DHF dengan tipe virus lain.
e. Riwayat Imunisasi Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik,
maka kemungkinan akan timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat Gizi Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat
factor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami
keluhan mual, muntah dan tidak nafsu makan. Apabila kondisi
berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan
sehingga status gizinya berkurang.
g. Kondisi Lingkungan Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya
dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang atau
gantungan baju dikamar)
h. Pola Kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, nafsu makan berkurang
dan menurun.
2) Eliminasi (buang air besar): kadang-kadang anak yang mengalami
diare atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IV sering terjadi
hematuria.
3) Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas
dan kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang.
4) Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan
tempat sarang nyamuk Aedes aegypty.
5) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya
untuk menjaga kesehatan.
i. Pemeriksaan fisik,
meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak adalah
sebagai berikut :
1) Grade I yaitu kesadaran composmentis, keadaan umum lemah,
tanda-tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II yaitu kesadaran composmetis, keadaan umum lemah,
ada perdarahan spontan petechie, perdarahan gusi dan telinga,
serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
3) Grade III yaitu kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum
lemah, nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta takanan darah
menurun.
4) Grade IV yaitu kesadaran coma, tanda-tanda vital : nadi tidak
teraba, tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur,
ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.
j. Sistem Integumen
1) Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul
keringat dingin, dan lembab
2) Kuku sianosis atau tidak
3) Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak
kemerahan karena demam, mata anemis, hidung kadang
mengalami perdarahan atau epitaksis pada grade II,III,IV.
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering , terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan ditelinga
(pada grade II,III,IV).
4) Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada
poto thorak terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah
kanan (efusi pleura), rales +, ronchi +, yang biasanya terdapat
pada grade III dan IV.
5) Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati atau
hepatomegaly dan asites
6) Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.
2. Diagnose keperawatan
a. Hipertermi
b. Nyeri
c. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
f. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
g. Risiko perdarahan ditandai dengan koagulasi (trombositopenia)
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
5 Defisit Pengetahuan klien/ Observasi
pengetahuan keluarga bertambah - Identifikasi kesiapan
berhubungan Kriteria Hasil : dan kemampuan
dengan kurang - Kemampuan menerima informasi
terpapar informasi menjelaskan Edukasi
pengetahuan - Jelaskan factor risiko
tentang suatu topik yang dapat
meningkat mempengaruhi
- Perilaku sesuai kesehatan
dengan - Ajarkan perilaku
pengetahuan hidup bersih dan sehat
meningkat
- Persepsi yang - Ajarkan strategi yang
keliru terhadap dapat digunakan untuk
masalah menurun meningkatkan
perilaku hidup bersih
dan sehat
6 Ansietas Rasa cemas klien akan Observasi
berhubungan berkurang/hilang - Monitor tanda-tanda
dengan krisis Kriteria Hasil : ansietas (verbal dan
situasional - Verbalisasi khawatir nonverbal)
akibat kondisi yang Terapeutik
dihadapi menurun - Ciptakan suasana
- Perilaku gelisah terapeutik untuk
menurun menumbuhkan
- Konsentrasi kepercayaan
membaik - Dengarkan dengan
penuh perhatian
- Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
Edukasi
- Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas, jika
perlu
7 Risiko perdarahan Perdarahan tidak terjadi Observasi
ditandai dengan - Monitor tanda dan
koagulasi Kriteria Hasil : gejala perdarahan
(trombositopenia) - Kelembapan kulit - Monitor nilai
meningkat hamatokrit atau
- Hemoglobin hemoglobin sebelum
membaik dan setelah
- Hematokrit kehilangan darah
membaik - Monitor tanda-tanda
vital
Terapeutik
- Pertahankan bed rest
selama perdarahan
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala perdarahan
- Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan untuk
menghindari
konstipasi
- Anjurkan
meningkatkan asupan
makanan dan vitamin
K
- Anjurkan segera
melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
produk darah, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA
Asuhan keperawatan pada an.m dengan dengue haemoragik fever (dhf) di ruang
mina rs pku muhammadiyah surakarta 2011:
http://eprints.ums.ac.id/13323/1/HALAMAN_DEPAN.pdf
Asuhan keperawatan pada pasien dengan dengue haemorragic fever (dhf) di ruang
jayanegara rsu. dr. wahidin sudirohusodo mojokerto file:///C:/Users/RIRIS
%20PC/Downloads/318-Article%20Text-785-1-10-20200121.pdf
Tiara rizki fitriani asuhan keperawatan pada klien anak dengan dengue
hemorrhagic fever (dhf) yang di rawat di rumah sakit 2020,
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1082/1/KTI%20TIARA%20RIZKI
%20FITRIANI.pdf
SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia