PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
i
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami tentang penyakit DHF (Dengue
Haemorraghic Fever).
1.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
a. Definisi penyakit DHF.
b. Etiologi penyakit DHF.
c. Patofisiologi penyakit DHF.
d. Tanda dan gejala penyakit DHF.
e. Penatalaksanaan penyakit DHF.
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada penulis khususnya,
maupun para pembaca. Manfaat tersebut baik dari segi pengetahuan dan pemahaman
mendalam mengenai penyakit Dengue Hemoragic Fever (DHF).
i
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.2 Etiologi
1. Virus Dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus
dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di
Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus
dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer
dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan
baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster
Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.
(Soedarto, 1990; 36).
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan
i
salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap
serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis
yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui
gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah
perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk
tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada
genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam
rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang –
lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air
bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai
menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari
dan senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37).
3 Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia
akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia
masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun
virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika
seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu
mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula
terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya
jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.
(Soedarto, 1990 ; 38).
i
7. Pembengkakan sekitar mata.
8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan
lemah).
2.1.4 Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty dimana virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka
terjadilah viremia (virus masuk ke dalam aliran darah). Kemudian akan bereaksi
dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibody yang tinggi
akibatnya terjadilah peningkatan permeabilitas pembuluh darah karena reaksi
imunologik. Virus yang masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebabkan
peradangan pada pembuluh darah vaskuler atau terjadi vaskulitis yang mana
akan menurunkan jumlah trombosit (trombositopenia) dan factor koagulasi
merupakan factor terjadi perdarahan hebat. Keadaan ini mengkibatkan plasma
merembes (kebocoran plasma) keluar dari pembuluh darah sehingga darah
mengental, aliran darah menjadi lambat sehingga organ tubuh tidak cukup
mendapatkan darah dan terjadi hipoksia jaringan.
Pada keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob , hipoksia dan
asidosis jaringan yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila
kerusakan jaringan semakin berat akan menimbulkan gangguan fungsi organ
vital seperti jantung, paru-paru sehingga mengakibatkan hipotensi ,
hemokonsentrasi , hipoproteinemia, efusi pleura, syok dan dapat mengakibatkan
kematian. Jika virus masuk ke dalam sistem gastrointestinal maka tidak jarang
klien mengeluh mual, muntah dan anoreksia.
Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengue tersebut
menganggu sistem kerja hepar, dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan
osidasi lemak. Namun, karena hati terserang virus dengue maka hati tidak dapat
memecahkan asam lemak tersebut menjadi bahan keton, sehingga menyebabkan
pembesaran hepar atau hepatomegali, dimana pembesaran hepar ini akan
menekan abdomen dan menyebabkan distensi abdomen. Bila virus bereaksi
dengan antbody maka mengaktivasi sistem koplemen atau melepaskan
histamine dan merupakan mediator factor meningginya permeabilitas dinding
i
pembuluh darah atau terjadinya demam dimana dapat terjadi DHF dengan
derajat I,II,III, dan IV
2.1.5 Komplikasi
1. Ensepalopati
Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan
kemungkinan dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke otak.
2. Syok (renjatan)
Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi
syok hipovolemik.
i
3. Efusi Pleura
Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan
tanda pasien akan mengalami distress pernafasan.
4. Perdarahan intravaskuler menyeluruh.
i
Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia, dan
muntah. Jenis minuman yang diajurkan adalah jus buah, the manis, sirup,
susu, serta larutan oralit. Apabila cairan oralit tidak dapat dipertahankan
maka cairan IV perlu diberikan. Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari
derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan dextrose 5% di
dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila terdapat asidosis dianjurkan pemberian
NaCl 0,9 % +dextrose ¾ bagian natrium bikarbonat.
Kebutuhan cairan diberikan 200 ml/kg BB , diberikan secepat mungkin
dalam waktu 1-2 jam dan pada jam berikutnya harus sesuai dengan tanda
vital, jadar hematocrit, dan jumlah volume urine. Untuk menurunkan suhu
tubuh menjadi kurang dari 39°C perlu diberikan anti piretik seperti
paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kg BB/hari. Apabila pasien tampak
gelisah, dapat diberkan sedative untuk menenangkan pasien seperti kloral
hidrat yang diberikan peroral/ perektal dengan dosis 12,5-50 mg/kg BB (tidak
melebihi 1 gram) . Pemberian antibiotic yang berguna dalam mencegah
infeksi seperti Kalmoxcilin, Ampisilin, sesuai dengan dosis yang ditemukan.
Terapi O2 2 liter /menit harus diberikan pada semua pasien
syok.Tranfusi darah dapat diberikan pada penderita yang mempunyai
keadaan perdarahan nyata, dimaksudkan untuk menaikkan konsentrasi sel
darah merah.Hal yang diperlukan yaitu memantau tanda-tanda vital yang
harus dicatat selama 15 sampai 30 menit atau lebih sering dan disertai
pencatatan jumlah dan frekuensi diuresis.
i
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat
demam kesadaran composmetis.Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan
ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek,
nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri
otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal,
serta adanya manifestasi perdarahan pada kult , gusi (grade III. IV) , melena
atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
5. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko , apabila terdapat factor predisposisinya. Anak
yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah dan tidak
nafsu makan.Apabila kondisi berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan
nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan
sehingga status gizinya berkurang.
7. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih ( seperti air yang menggenang atau gantungan baju dikamar)
8. Pola Kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantanganm nafsu makan
berkurang dan menurun,
b. Eliminasi alvi (buang air besar) : kadang-kadang anak yang
mengalami diare atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IV
sering terjadi hematuria.
c. Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang.
i
d. Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat
sarang nyamuk aedes aedypty.
e. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menajga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak
adalah sebagai berikut :
a. Grade I : kesadaran composmetis , keadaan umum lemah, tanda-
tanda vital dan andi elmah.
b. Grade II : kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan ptechiae, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur
c. Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.
d. Grade IV : kesadaran coma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba,
tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas
dingin. berkeringat dan kulit tampak biru.
10. Sistem Integumen
a. Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncl keringat
dingin, dan lembab
b. Kuku sianosis atau tidak
c. Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan
karena demam (flusy). mata anemis, hidung kadang mengalami
perdarahan (epitaksis) pada grade II,III. IV. Pada mulut didapatkan
bahwa mukosa mulut kering , terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan.
Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi
perdarahan ditelinga (pada grade II,III,IV).
d. Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto
thorak terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi
pleura), rales +, ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade III dan
IV.
e. Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly)
dan asites
i
f. Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.
11. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a. HB dan PVC meningkat (≥20%)
b. Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)
c. Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)
d. Ig. D dengue positif
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia
f. Ureum dan pH darah mungkin meningkat
g. Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah
h. SGOT /SGPT mungkin meningkat.
i
Kriteria Hasil : volume cairan perlahan-lahan teratasi, An.A tidak
muntah – muntah lagi, Mukosa bibir kembali normal
Intervensi :
Mandiri :
a. Kaji tanda-tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
Rasional :mengetahui atau memantau keadaan umum klien
b. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor kulit
tidak elastis, ubun-ubun cekung , produksi urine menurun
Rasional : untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan intervensi lanjut
c. Observasi dan catat intake dan output cairan
Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit atau
balance cairan
d. Berikan hidrasi yanga adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan klien
e. Memonitor nilai laboratorium : elektrolit darah, BJ urine, dan serum
albumin
Rasional : memantau keseimbangan cairan dalam darah
f. Monitor dan catat berat badan
Rasional : mengontrol penambahan berat badan karena pemberian
cairan yang berlebihan
g. Monitor tanda syok hipovolemik, baringkan pasien terlentang tanpa
bantal
Rasional : memulihkan dan membantu peredaran darah dalam tubuh
supaya lancar sehingga mengurangi syok yang terjadi
h. Pasang infus dan berikan cairan intravena jika terjadi perdarahan
Rasional : membantu proses perbaikan tubuh.
i
Intervensi
Mandiri :
i
mmHg, pernafasan 30x/menit. Telah dilakukan pemeriksaan darah lengkap dengan
hasil trombosit 26.000, Hb: 12,3 gr/dl, Ht : 41% volume.
BAB 3
PENUTUP
3.2 Saran
Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan yang lebih lengkap
sesuai dengan keadaan klien serta memantau keadaan pasien tersebut, karena akan di
takutkan adanya Dengue Syok Syndrom dan komplikasi lain yang mengakibatkan fatal
pada klien. Hendaknya penyuluhan kesehatan ini di jadikan suatu program di ruangan
guna meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakitnya.
i
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta : salemba medika
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat
dan Ridho-Nya penulis dapat diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah tentang
“DHF”. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami hambatan dan
kesulitan namun dengan bimbingan serta pengarahan serta dukungan dari berbagai
pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada
dosen pengampu mata kuliah KMB I Bapak Anasril, S.Kep, M.Kes.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kebaikan selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca sebelumnya.
Penulis
i
MAKALAH
DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)