Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan
Keperawatan Enchephalitis.
Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalamm
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan, kalimat, maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangatlah dibutuhkan agar
makalah ini bisa sempurna.
Kelompok 10
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................5
1.3 Tujuan.......................................................................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
2.1 Definisi.......................................................................................................................................6
2.2 Etiologi.......................................................................................................................................6
2.3 Patofisiologi...............................................................................................................................7
2.4 Pathway.....................................................................................................................................8
2.5 Tanda dan Gejala.....................................................................................................................8
2.6 Manifestasi Klinis.....................................................................................................................9
2.7 Komplikasi..............................................................................................................................13
2.8 Pemeriksaan Diagnostik.........................................................................................................14
2.9 Penatalaksanaan Medis..........................................................................................................14
3.0 Asuhan Keperawatan Echephalitis........................................................................................16
3.1 Kasus Enchephalitis................................................................................................................21
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................27
A. Kesimpulan.................................................................................................................................27
B. Saran..........................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................28
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit kedalam
tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan
kematian di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bagi penderita, selain menyebabkan
penderitaan fisik, infeksi juga menyebabkan penurunan kinerja dan produktifitas, yang pada
gilirannya akan mengakibatkan kerugian materil yang berlipat-lipat. Bagi Negara, tingginya
kejadian infeksi di masyarakat akan menyebabkan penurunan produktifitas nasional secara
umum, sedangkan dilain pihak juga menyebabkan peningkatan pengeluaran yang berhubungan
dengan upaya pengobatannya.
Sebagaimana diketahui, infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur, dan
dapat terjadi di masyarakat (community acquired) maupun di rumah sakit (hospital acquired).
Pasien yang sedang dalam perawatan di rumah sakit memiliki resiko tertular infeksi lebih besar
dari pada di luar rumah sakit. Lingkaran infeksi dapat terjadi antara pasien, lingkungan/vektor,
dan mikroba.
Sebagaimana uraian diatas, maka dalam makalah ini kami akan membahas mengenai salah
satu masalah yang diakibatkan oleh terjadinya inveksi terhadap jaringan otak oleh virus, bakteri,
cacing, protozoa, jamur, atau ricketsia, yang biasa disebut dengan ensefalitis.
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing,
protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000). Ada banyak tipe-tipe dari ensefalitis,
kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi yang disebabkan oleh virus-virus. Ensefalitis
dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.
Dengan gejala-gejala seperti panas badan meningkat, sakit kepala, muntah-muntah lethargi,
kaku kuduk, gelisah, serta gangguan pada penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang. Virus
atau bakteri memasuki tubuh melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna, setelah masuk ke
dalam tubuh, virus dan bakteri akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara. Salah
satunya adalah pada jaringan otak yang nantinya akan menyebabkan ensefalitis.
Berdasarkan faktor penyebab yang sering terjadi maka ensefalitis diklasifikasikan menjadi
enam tipe, yaitu : ensefalitis supurativa, ensefalitis siphylis, ensefalitis virus, ensefalitis karena
fungus, ensefalitis karena parasit, dan riketsiosa serebri. Adapun pelaksanaan yang bisa
dilakukan untuk menangani masalah ensefalitis adalah dengan pemberian antibiotik, isolasi
untuk mengurangi stimuli dari luar, terapi anti mikroba, mengontrol terjadinya kejang dan lain-
lain.
Encephalitis Herpes Simplek merupakan komplikasi dari infeksi HSV ( Herpes Simplek
Virus ) yang mempunyai mortalitas dan morbiditas yang tinggi terutama pada neonates. EHS
4
(Encephalitis Herpes Simplek ) yang tidak diobati sangat buruk dengan kematian 70-80% setelah
30 hari dan meningkat menjadi 90% dalam 6 bulan. Pengobatan dini dengan asiklovir akan
menurunkan mortalitas menjadi 28%. Gejala sisa lebih sering ditemukan dan lebih berat pada
kasus yang tidak diobati. Keterlambatan pengobatan yang lebih dari 4 hari memberikan
prognosis buruk, demikian juga koma, pasien yang mengalami koma seringkali meninggal atau
sembuh sengan gejala sisa yang berat
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
a. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai ensefalitis serta mampu menerapkan asuhan
keperawatan yang dilakukan pada masalah ensefalitis.
Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari ensefalitis.
b. Mahasiswa mampu mengetahui faktor penyebab, tanda dan gejala, serta proses terjadinya
ensefalitis.
c. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien dengan masalah
ensefalitis.
d. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan yang bisa dilakukan terhadap pasien
dengan masalah ensefalitis.
e. Mahasiswa mampu memahami pengertian dari legal dan etis dalam keperawatan serta
mengetahui prinsip-prinsip yang harus dipegang sebagai seorang perawat profesional.
5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing,
protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000).
Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis,
kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan
oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan
peradangan dari otak.
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro
organisme lain yang non purulent.
Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang
ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari
penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri).
Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic
meningoencephalitis juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang sistem kekebalan
tubuhnya kurang. Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan
menyebabkan kematian.
2.2 ETIOLOGI
Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis, misalnya bakteria,
protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab ensefalitis adalah
Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis
bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000). Penyebab lain dari
ensefalitis adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak dan chicken
pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat
terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik atau
vaksinasi terdahulu.
Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:
a. Infeksi virus yang bersifat endemik
Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.
Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis, Eastern
equine encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring summer encephalitis,
Murray valley encephalitis.
b. Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster,
Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain yang dianggap
disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
6
c. Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela, pasca-vaksinia,
pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang mengikuti infeksi traktus
respiratorius yang tidak spesifik. (Robin cit. Hassan, 1997).
2.3 PATOFISIOLOGI
1. Enchepalitis Virus
Sebagian besar kasus ensefalitis herpes simpleks diduga berkaitan dengan reaktivasi virus
yang dorman di ganglia trigeminal, kemudian menyebabkan reaksi inflamasi yang
menimbulkan manifestasi klinis seperti kejang, penurunan kesadaran, atau kelumpuhan saraf
kranial.
Arbovirus juga bisa menyebabkan ensefalitis. Inokulasi arbovirus terjadi melalui gigitan
nyamuk atau kutu. Sementara, virus rabies dapat masuk dan menyebabkan ensefalitis melalui
gigitan hewan yang terinfeksi atau paparan cairan sekresi hewan. Beberapa virus lain yang
bisa menyebabkan ensefalitis adalah virus varicella-zoster (VZV) dan cytomegalovirus
(CMV).
Secara umum, virus bereplikasi di luar sistem saraf pusat dan masuk ke otak secara
hematogen atau melalui perjalanan sepanjang jalur saraf. Begitu melewati sawar darah-otak,
virus memasuki sel-sel saraf, menyebabkan gangguan fungsi sel, gangguan perivaskular,
perdarahan, dan respons inflamasi difus.
2. Enchepalitis Autoimun
Pada ensefalitis autoimun, terbentuk antibodi yang menyerang antigen permukaan
neuron. Antibodi yang berkaitan dengan ensefalitis autoimun antara lain N-methyl D-
aspartate (NMDA) receptor antibody encephalitis, leucin-rich glioma inactivated 1 antibody
encephalitis, anti-Hu, anti-MA, dan anti glutamic acid decarboxylase.[1] Ensefalitis reseptor
NMDA adalah bentuk autoimun yang paling umum, dan disertai oleh teratoma ovarium pada
58% wanita yang terkena.
7
2.4 PATHWAY
8
1. Suhu yang mendadak naik,seringkali ditemukan hiperpireksia
2. Kesadaran dengan cepat menurun
3. Muntah
4. Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja (kejang-kejang di
muka)
5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misal
paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya (hassan,1997).
Inti dari sindrom ensefalitis adalah adanya demam akut, demam kombinasi tanda dan gejala :
kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia hemiparesis dengan asimetri refleks tendon
dan tanda babinski, gerakan infolunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah.
Pemeriksaan penunjang :
Secara klinik dapat di diagnosis dengan menemukan gejala klinik tersebut diatas:
1. Biakan : dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk
mendapatkan hasil yang positif. Dari likuor atau jaringan otak. Akan dapat gambaran jenis
kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi henaglutinasi dan uji
teutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat
dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
3. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan leukosit.
4. Fungsi lumbal likuor serebospinalis sering dalam batas normal. Kadang- kadang ditemukan
sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
5. EEG / Electroencephalography EEG sering menunjukan aktivitas listrik yang merendah
sesuai dengan kesadaran yang menurun, adanya kejang,koma,tumor,infeksi sistem saraf, bekuan
darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal
irama dan kecepatan. (Smeltzer,2002).
6. CT Scan, pemeriksaan CT Scan otak sering kali di dapat hasil normal, tetapi bisa juga
didapat hasil edema diffuse.
Klasifikasi
Ensefalitis diklasifikasikan menjadi :
9
Ensefalitis Supurativa
a. Patogenesis
Peradangan dapat menjalar ke jaringan otak dari otitis media, mastoiditis, sinusitis, atau
dari piema yang berasal dari radang, abses di dalam paru, bronkiektasi, empiema, osteomeylitis
cranium, fraktur terbuka, trauma yang menembus ke dalam otak dan tromboflebitis. Reaksi dini
jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema, kongesti yang disusul dengan
pelunakan dan pembentukan abses. Disekeliling daerah yang meradang berproliferasi jaringan
ikat dan astrosit yang membentuk kapsula. Bila kapsula pecah terbentuklah abses yang masuk
ventrikel.
b. Manifestasi Klinis
Secara umum gejala yang timbul dapat berupa trias ensefalitis seperti :
Demam.
Kejang.
Kesadaran menurun.
Bila ensefalitis berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala infeksi
umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan intrakranial yaitu nyeri kepala yang kronik
dan progresif, muntah, penglihatan kabur, kejang, dan kesadaran menurun.
Pada pemeriksaan mungkin terdapat edema papil.
Tanda-tanda defisit neurologis tergantung pada lokasi dan luas abses.
b. Manifestasi Klinis
Adapun gejala ensefalitis sifilis terdiri dari dua bagian yaitu :
1. Gejala-gejala neurologis
a) Kejang-kejang yang datang dalam serangan-serangan.
b) Afasia.
c) Apraksia.
10
d) Hemianopsia.
e) Penurunan kesadaran
f) Pupil Agryll- Robertson.
g) Nervus opticus dapat mengalami atrofi.
h) Pada stadium akhir timbul gangguanan-gangguan motorik yang bersifat progresif.
2. Gejala-gejala mental
a) Timbulnya proses dimensia yang progresif.
b) Intelgensia yang mundur perlahan-lahan yang mula-mula tampak pada kurang
efektifnya kerja.
c) Daya konsentrasi mundur.
d) Daya ingat berkurang.
e) Daya pengkajian terganggu.
b. Virus DNA
Herpes virus : herpes zoster-varisella, herpes simpleks, sitomegalivirus, virus
Epstein-barr Poxvirus : variola, vaksinia.
Retrovirus: AIDS.
c. Manifestai Klinis
Demam.
11
Nyeri kepala
Vertigo.
Nyeri badan.
Nausea.
Kesadaran menurun.
Kejang-kejang.
Kaku kuduk.
Hemiparesis dan paralysis bulbaris.
12
tumbuh didalam meninges atau tersebar didalam sisterna. Jaringan akan bereaksi dan
membentuk kapsula disekitarnya. Gejala-gejala neurologik yang timbul tergantung pada
lokasi kerusakan yang terjadi.
e. Terapi pada ensefalitis karena parasit
Malaria serebral : Kinin 10 mg/KgBB dalam infuse selama 4 jam, setiap 8 jam
hingga tampak perbaikan.
Toxoplasmosi
a. Sulfadiasin 100 mg/KgBB per oral selama 1 bulan.
b. Pirimetasin 1 mg/KgBB per oral selama 1 bulan.
c. Spiramisin 3 x 500 mg/hari.
Amebiasis : Rifampicin 8 mg/KgBB/hari.
2.7 KOMPLIKASI
Angka kematian untuk ensefalitis ini masih tinggi, berkisar antara 35-50 %, dari pada penderita
yangb hidup 20-40 % mempunyai komplikasi atau gejala sisa berupa paralitis. Gangguan
penglihatan atau gejala neurologik yang lain. Penderita yang sembuh tanpa kelainan neurologik
yang nyata,dalam perkembangan selanjutnya masih mungkin menderita retardasi mental,
gangguan tingkah laku dan epilepsi.
13
2.8 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Biakan :
Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk
mendapatkan hasil yang positif.
Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat
gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif .
Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur positif.
b. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji
neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat
dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
c. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
d. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang
ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
e. EEG/ Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah
sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf,
bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari
pola normal irama dan kecepatan. (Smeltzer, 2002).
f. CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa pula
didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis herpes simplex, ada
kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan lobus frontal (Victor, 2001).
14
Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam pipa giving set
untuk menghilangkan edema otak.
Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk
menghilangkan edema otak.
d. Mengontrol kejang : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas kejang.
Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal.
Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.
Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis yang sama.
Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip
dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.
e. Mempertahankan ventilasi : Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai kebutuhan
(2-3l/menit).
f. Penatalaksanaan shock septik.
g. Mengontrol perubahan suhu lingkungan.
h. Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh yang
mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher, ketiak, selangkangan,
daerah proksimal betis dan di atas kepala. Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2
mg/kgBB/hari dan phenergan 4 mg/kgBB/hari secara intravena atau intramuscular dibagi
dalam 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan antipiretikum seperti asetosal atau
parasetamol bila keadaan telah memungkinkan pemberian obat per oral (Hassan, 1997).
15
3.0 ASUHAN KEPERAWATAN ENCEPHALITIS
1. Pengkajian
a. Identitas : Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.
b. Keluhan Utama, berupa panas badan meningkat, kejang, dan kesadaran menurun.
c. Riwayat Penyakit Sekarang : Mula-mula anak rewel, gelisah, muntah-muntah, panas
badan meningkat kurang lebih 1-4 hari, sakit kepala.
d. Riwayat Penyakit Dahulu : Klien sebelumnya menderita batuk, pilek kurang lebih 1-4
hari, pernah menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung, telinga dan
tenggorokan.
e. Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan
oleh virus contoh : Herpes dan lain-lain. Bakteri contoh : Staphylococcus
Aureus,Streptococcus, E, Coli, dan lain-lain.
f. Imunisasi : Kapan terakhir diberi imunisasi DTP, karena ensefalitis dapat terjadi pada
post imunisasi pertusis.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994). Diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada masalah ensefalitis adalah :
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.
b. Hipertemi b/d reaksi inflamasi.
c. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan
susunan saraf pusat.
d. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994).
Intervensi keperawatan pasien dengan masalah ensefalitis adalah :
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.
Tujuan : Nyeri teratasi.
Kriteria hasil :
1) Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
2) Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
Berikan tindakan nyaman. Tindakan non analgetik dapat
menghilangkan ketidaknyamanan
16
dan memeperbesar efek terapi
analgetik.
Berikan lingkungan yang Menurunkan reaksi terhadap
tenang, ruangan agak gelap stimulasi dari luar atau sensitivitas
sesuai indikasi. terhadap cahaya dan meningkatkan
istirahat/relaksasi.
Kaji intensitas nyeri. Untuk menentukan tindakan yang
akan dilakukan kemudian.
Tingkatkan tirah baring, bantu Menurunkan gerakan yang dapat
kebutuhan perawatan diri meningkatkan nyeri.
pasien.
Berikan latihan rentang gerak Dapat membantu merelaksasikan
aktif/pasif secara tepat dan ketegangan otot yang meningkatkan
masase otot daerah leher/bahu. reduksi nyeri atau rasa tidak
nyaman tersebut.
Kolaborasi :
Berikanan algesik sesuai Obat ini dapat digunakan untuk
indikasi. meningkatkan kenyamanan
/istirahat umum.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
Pantau suhu pasien, perhatikan Suhu 38,9-41,1 C menunjukkan
menggigil/ diaforesis. proses penyakit infeksius akut.
Pantau suhu lingkungan, Suhu ruangan/jumlah selimut harus
batasi / tambahkan linen diubah untuk mempertahankan suhu
tempat tidur sesuai indikasi. mendekati normal.
Berikan kompres mandi hangat, Dapat membantu mengurangi
hindari penggunaan alkohol. demam.
Kolaborasi :
Berikan antipiretik sesuai Digunakan untuk mengurangi
indikasi. demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus.
c. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan
saraf pusat.
17
Tujuan : Memulai/mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi perseptual.
Kriteria hasil : Mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residual.
Mendemonstrasikan perilaku untuk mengkompensasi terhadap hasil.
INTERVENSI RASIONAL
Kesadaran akan tipe/daerah yang
Mandiri :
terkena membantu. dalam
Lihat kembali proses patologis
mengkaji/ mengantisipasi defisit
kondisi individual.
spesifik dan keperawatan
Munculnya gangguan
penglihatan dapat berdampak
Evaluasi adanya gangguan
negatif terhadap kemampuan
penglihatan
pasien untuk menerima
lingkungan.
Menurunkan/ membatasi jumlah
Ciptakan lingkungan yang
stimuli yang mungkin dapat
sederhana, pindahkan perabot
menimbulkan kebingungan bagi
yang membahayakan.
pasien.
18
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.
NO IMPLEMENTASI
1 Memberikan tindakan nyaman.
Memberikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap
2
sesuai indikasi.
3 Mengkaji intensitas nyeri.
Meningkatkan tirah baring, bantu kebutuhan perawatan diri
4
pasien.
Memberikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan
5
masase otot daerah leher/bahu.
6 Berkolaborasi untuk pemberian analgesik sesuai indikasi.
c. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan
saraf pusat.
NO IMPLEMENTASI
1 Melihat kembali proses patologis kondisi individual.
2 Mengevaluasi adanya gangguan penglihatan
Menciptakan lingkungan yang sederhana, pindahkan perabot
3
yang membahayakan.
19
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan
melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan masalah ensefalitis adalah :
a. Pemenuhan nutrisi pasien adekuat.
b. Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol.
c. Tidak mengalami kejang atau cedera lainnya.
20
3.1 KASUS ENCHEPHALITIS
A. PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. Biodata Pasien
a. Nama : An. D
b. Umur : 2 Tahun
c. Alamat : Bangsri Jepara
d. Pendidikan : Belum Sekolah
e. Tanggal masuk : 10 November 2022
f. Diagnosa Medis : Enchephalitis
g. Nomor Register : 2215xxx
B. KELUHAN UTAMA
An. D badanya panas, kesadaran apatis
21
b. Pernah dirawat di rumah sakit
Sebelum masuk dan dirawat di RSDK, An. D pernah dirawat di rumah sakit
karena penyakit diare saat umur 1 tahun.
d. Tindakan operasi
An. DR belum pernah dilakukan tindakan operasi.
e. Kecelakaan
An. D tidak pernah mengalami kecelakaan.
f. Imunisasi
An. D sudah lengkap mendapatkan imunisasi dasar
Usia 1 bulan : BCG
Usia 2-3 bulan : Hep. B I, II, III, Polio I,II dan DPT I, II
Usia 4 bulan : DPT III dan Polio III
Usia 9 bulan : Polio IV dan Campak
F. RIWAYAT SOSIAL
a. Yang Mengasuh
An. D disuruh sendiri oleh kedua orang tuanya apabila ditinggal oleh
orang tuanya An. D dititipkan pada neneknya. Orang tuanya sangat
menyayangi An. D
22
b. Hubungan dengan anggota keluarga
Hubungan akrab dengan anggota keluarga yang lain, An. D mau bergaul
dengan siapa saja dirumah.
c. Hubungan dengan teman sebaya
An. D sering bermain dengan teman sebayanya, akrab bermain dengan
teman-teman bermain di rumah
d. Pembawaan secara umum
An. D kesadaran apatis, berbaring lemah diatas tempat tidur. Sebelum
sakit An. D aktif dengan teman sebayanya.
e. Lingkungan rumah
An. D tinggal dipinggiran kota, dekat dengan fasilitas kesehatan
(puskesmas)
G. PENGKAJIAN NUTRISI
f. Berat Badan : 12,4 kg
g. Tinggi Badan : 90 cm
h. Kebiasaan pemberian makanan
Sebelum sakit An. D biasa makan 3x/sehari (pagi, siang, malam) dengan
menu lengkap (nasi, lauk pauk dan sayur). An. D terbiasa minum susu
Bendera di rumah.
Setelah sakit, An. D tidak makan dengan menu nasi tetapi diet cair dan
susu. An. Dtidak bisa makan seperti biasa, tetapi harus memerlukan
bantuan perawat.
i. Diet Khusus
Sebelum sakit, An. D tidak sedang menjalani diet khusus. Saat sakit, An.
D harus diberikan diet susu melalui NGT
I. DATA PENUNJANG
a. Hasil laboratorium tanggal 29 November 2022
Hb : 8,8 gr%
Hb : 26 %
Leukosit : 10.600 I/U
Trombosit : 470.000 I/U
GDS : 129 mg/dl
Protein total : 7,9 gr/dl (6,4-8,2)
Albumin : 3,4 gr/dl (3,4-5,0)
Globulin : 4,50 gr/dl (2,30-3,50)
Blilirubin total : 0,45 mg/dl (0,00-0,30)
Blilirubin direct : 0.50 mg/dl (0,00-0,30)
Blilirubin inderet : 0,40 mg/dl (0,10-0,50)
SGPT (AST) : 55 U/I (15-37) H
SGPT (ALT) : 44 U/I (30-65)
Alkali fosfitase : 134,0 U/I (50,0-136,0)
Gamma GT : 42 U/I (5-85)
b. Urine lengkap
Warna : Kuning jernih
BJ : 1.05
Protein : 7.00
Sedimen
a. epitel : 1/2Lpk
b. lekosit : 2/3 Lpb
c. eritosit : 6/8 Lpd
c. Pemeriksaan LCS
Kultur : (+) sensitivitas
Hasil : tidak ada pertumbuhan kuman
d. Feses
Konsistensi : encer
Makroskopis : kuning
Amoeba :-
Protein : (+)
Lemak : (++)
Karbohidrat : (+)
24
J. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan umum
Klien lemah, kesadaran apatis, infus ditangan kanan D 5% untuk 5
tts/menit
b. BB/TB/LL/LK/LD
12,4 kg, 90 cm, 16 cm, 46 cm, 45 cm
c. Kepala
Mesossepal, rambut hitam, lurus, bersih, terdapat luka dekubitus 1 x 1 cm
derajat 3, leher terdapat kuku kuduk.
d. Mata
Anemis (-), sklera ikterik (-), keluar sekret, pupil ishokor 2 mm, reaksi
pupil terhadap cahaya (+)
e. Hidung
Kotor, sekret (-), tidak ada deviasi septum
f. Telinga
Kotor, sekret (-), bentuk simetris
g. Dada
Bentuk normal, pangembangan dada simetris, tidak ada retraksi dinding
dada
h. Jantung
Tidak tampak ietus cordis, perkusi pekak, tidak ada pembesaran jantung,
tidak ada suara bising jantung dan gablip
i. Paru – paru
Pengembangan paru kanan – kiri simetris, sonor seluruh lipang padang,
pernafasaan veskuler, terdapat suara tambahan stridor (penumpukan
sekret)
j. Abdomen
Datar, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran hati, perkusi
tympani bising usu (+)
k. Punggung
Bentuk normal, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada luka dekubitus
l. Genetalia
Bersih, normal, tidak ada penyakit kelamin, tidak ada hemoroit
m. Ektremitas
Akral hangat, tidak ada oedem, refleks fisiologis (+), reflek patologis (-),
gerakan tidak ada, tonus kedua ektremitas hipertomi spatik kedua
ektremitas, rangsang minagen tidak ada
n. Kulit
Bersih, elastis, tugor kembali cepat
o. TTV
25
Suhu :38,8 C/rectal
Nadi : 120xmenit, kuat, teratur
RR : 30 x/menit teratur
K. ANALISA DATA
No Data Fokus Etiologi Problem
1 DS : Klien mengatakan badannya Hipertermi
panas dan kejang selama
1x/5menit
DS : S : 38,8 C/rectal
2 DS : Klien mengatakan batuk Tidak efektifan jalan
pilek napas
DO : Hidung tampak kotor,
pemeriksaan paru-paru terdapat
suara tambahan stridor
RR ; 30x/menit
3 DS : Klien mengatakan muntah Ketidakseimbangan
lebih dari 3 kali sehari nutrisi kurang dari
DO : IMT : BB (TB)2 kebutuhan tubuh
Hasil : 15,13 kg/m
Klien tampak lemah
Hb : 8,8 gr%
Ht : 26%
Klien terpasang NGT
4 DS : Klien mengatakan mencret Gangguan pola
3-4x/hari ¼ cangkir seperti yang eliminasi : Diare
diminum dan makan
DO : Pemeriksaan laboratorium
feses : konsistensi ; lemak,
makroskopis : kuning
Berbentuk cair
Berampas
BAB III
PENUTUP
26
A. Kesimpulan
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa,
jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000). Ensefalitis disebabkan oleh bakteri, virus,
parasit, fungus dan riketsia. Ensefalitis diklasifikasikan menjadi :
a. Ensefalitis supurativa.
b. Ensefalitis siphylis.
c. Ensefalitis virus.
d. Ensefalitis karena parasit : malaria serebral, toxoplasmosis, amebiasis dan sistiserkosis.
e. Ensefalitis karena fungus.
f. Riketsiosis serebri.
Penatalaksaan pada masalah ini dilakukan sesuai dengan penyebab terjadinya ensefalitis
tersebut, antara lain seperti : pemberian antibiotik, antifungi, antiparasit, antivirus dan
pengobatan simptomatis berupa pemberian analgetik antipiretik serta antikonvulsi.
B. Saran
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi fisik yang
sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa mengalami hambatan. Maka
menjaga kesehatan seluruh organ yang berada didalam tubuh menjadi sangat penting mengingat
betapa berpengaruhnya sistem organ tersebut terhadap kelangsungan hidup serta aktifitas
seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
27
2011. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ensefalitis. (online). http://bkp2011. blogspot.com
/2011/03/asuhan-keperawatan-pada-pasien_24.html, diakses tanggal 22 Maret 2023 pukul 10.00
Arif, Mansur. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
28