Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN CHILD ABUSE

(KEKERASAN PADA ANAK)


Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing : Titin Suheri S. Kp., M. Sc.

Disususn Oleh :
Astika Nugraheni
P1337420617069

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN AJARAN 2019
Penyusun,

LEMBAR PENGESAHAN
Astika Nugraheni
1. Judul Makalah : Asuhan Keperawatan AnakP1337420617069
NIM. Dengan Child Abuse
2. Penyusun
a. Nama Lengkap : Astika Nugraheni
b. Program Studi : Sarjana Terapan Keperawatan Semarang
c. NIM : P1337420617069
3. Pembimbing
a. Nama Lengkap : Titin Suheri, S.Kp., M.Sc.
b. NIP :

Semarang, Januari 2019

Pembimbing,

Titin Suheri, S.Kep., M.Sc.


NIP : 19611108 198403 2 015

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat rahmat dan nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan yang
berjudul “ Asuhan Keperawatan Anak Dengan Child Abuse”
Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan tentang asuhan keperawatan
pada anak dengan child abuse atau kekerasan terhadap anak.

2
Makalah ini telah penulis selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan banyak terima
kasih kepada segenap pihak yang telah membantu secara maksimal dalam
penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis
sendiri maupun orang lain yang membacanya.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa,
susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , penulis
selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, Januari 2019


Penulis,

Astika Nugraheni

DAFTAR ISI

JUDUL....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iv
BAB I KAJIAN TEORI ........................................................................................5

3
1.1 PENGERTIAN ...............................................................................................5
1.2 ETIOLOGI.......................................................................................................6
1.3 PATOFISIOLOGI ...........................................................................................7
1.4 PATHWAY.......................................................................................................8
1.5 KLASIFIKASI CHILD ABUSE......................................................................9
1.6 MANIFESTASI KLINIS ..............................................................................10
1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG .................................................................15
BAB II ASKEP....................................................................................................17
2.1 PENGKAJIAN ...........................................................................................17
2.2 DIAGNOSA ...............................................................................................20
2.3 INTERVENSI ............................................................................................23
BAB III PENUTUP.............................................................................................28
3.1 SIMPULAN ..................................................................................................28
3.2 SARAN .........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................30

BAB I
KAJIAN TEORI
1.1 PENGERTIAN
Child abuse adalah tindakan lisan atau perilaku yang menimbulkan konsekuensi
emosional yang merugikan (Wong, 2013). Child abuse terjadi ketika orang tua
menyuruh anak untuk diam atau jangan menangis. Jika anak mulai bicara, ibu terus
menerus menggunakan kekerasan verbal seperti “kamu bodoh”. “kamu cerewet”,

4
“kamu kurang ajar”. Anak akan mengingat itu semua kekerasan verbal jika semua
kekerasan verbal itu berlangsung dalam satu periode (Jallaludin, 2006).
Menurut Farida (2013), Kekerasan kata-kata (Child abuse ) adalah semua bentuk
tindakan ucapan yang mempunyai sifat menghina, membentak, memaki, memarahi
dan menakuti dengan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas.
Sedangkan menurut Khaliq (2014), Child abuse adalah tindakan secara lisan yang
membawa efek kekerasan, baik dengan kata-kata yang tersurat (surface structure)
ataupun kata-kata yang tersirat (deep structure), dan bisa berakibat sangat merugikan
korban, baik fisik maupun mental.
Banyak orangtua menganggap kekerasan (abuse) pada anak adalah hal yang
wajar. Mereka beranggapan bahwa kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan
anak. Bagi orangtua, tindakan anak yang melanggar perlu dikontrol dan dihukum.
Dan dari hukuman tersebut, banyak tindakan-tindakan orangtua yang bisa
dimasukkan dalam kategori kekerasan (Jallaludin, 2006). Abuse, Abuse fisik adalah
hal yang sangat diperhatikan daripada kasus maltreatment pada anak yang lain. Child
abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau perbuatan orangtua atau orang yang
merawat anak yang mengakibatkan anak menjadi terganggu mental maupun fisik,
perkembangan emosional, dan perkembangan anak secara umum.
Sementara menurut U.S Departement of Health, Education and Wolfare
memberikan definisi Child abuse sebagai kekerasan fisik atau mental, kekerasan
seksual dan penelantaran terhadap anak dibawah usia 18 tahun yang dilakukan oleh
orang yang seharusnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak, sehingga
keselamatan dan kesejahteraan anak terancam.

1.2 ETIOLOGI
Penyebab pasti dari Child Abuse tidak diketahui, tapi ada tiga kriteria besar yaitu,
karakteristik orang tua, karakteristik anak, dan karakteristik lingkungan.Tiga hal
tersebut terlihat memengaruhi anak-anak secara fisik yang dilakukan orang tua atau
pengasuh mereka.
Menurut Helfer dan Kempe dalam Pillitery ada 3 faktor yang menyebabkan child
abuse, yaitu:

5
1. Orang tua memiliki potensi untuk melukai anak-anak. Orang tua yang
memiliki kelainan mental, atau kurang kontrol diri daripada orang lain, atau
orang tua tidak memahami tumbuh kembang anak, sehingga mereka memiliki
harapan yang tidak sesuai dengan keadaan anak. Dapat juga orang tua terisolasi
dari keluarga yang lain, bisa isolasi sosial atau karena letak rumah yang saling
berjauhan dari rumah lain, sehingga tidak ada orang lain yang dapat memberikan
support kepadanya.
2. Menurut pandangan orang tua anak terlihat berbeda dari anak lain. Hal ini
dapat terjadi pada anak yang tidak diinginkan atau anak yang tidak
direncanakan, anak yang cacat, hiperaktif, cengeng, anak dari orang lain yang
tidak disukai, misalnya anak mantan suami/istri, anak tiri, serta anak dengan
berat lahir rendah (BBLR). Pada anak BBLR saat bayi dilahirkan, mereka harus
berpisah untuk beberapa lama, padahal pada beberapa hari inilah normal
bonding akan terjalin.
3. Adanya kejadian khusus : Stress. Stressor yang terjadi bisa jadi tidak terlalu
berpengaruh jika hal tersebut terjadi pada orang lain. Kejadian yag sering terjadi
misalnya adanya tagihan, kehilangan pekerjaan, adanya anak yang sakit, adanya
tagihan, dll. Kejadian tersebut akan membawa pengaruh yang lebih besar bila
tidak ada orang lain yang menguatkan dirinya di sekitarnya Karena stress dapat
terjadi pada siapa saja, baik yang mempunyai tingkat sosial ekonomi yag tinggi
maupun rendah, maka child abuse dapat terjadi pada semua tingkatan.

1.3 PATOFISIOLOGI
Faktor sosiokultural seperti norma atau nilai yang ada di masyarakat, hubungan
antar manusia, kemajuan zaman memengaruhi kepribadian dan sifat individu. Hal
tersebut bersamaan dengan beberapa factor, seperti mental anak yang berbeda dari
anak seumurannya, kemiskinan, dan depresiyang menyertai ditambah dengan adanya
suatu konflik keluarga atau pertengkaran dapat menyebabkan sikap atau perbuatan

6
yang keliru seperti penganiayaan, ketidakmampuan merawat, meracuni, dan terror
mental terhadap anak.
Hubungan antar keluarga yang buruk ditambah dengan faktor fisik seorang anak
yang berbeda, seperti cacat fisik. Orang tua dari anak yang cacat fisik tidak mau
menerima keadaan anaknya. Orang tua tersebut tidak menganggap anak yang cacat
fisik itu sebagai anaknya dan melakukan hal seperti pengabaian dan kekerasan
terhadap anak tersebut yang nantinya akan memberikan efek sakit secara psikis, fisik,
atau seksual bergantung pada tindakan apa yang dilakukan. Hal itulah yang
dinamakan Child neglect dan child abuse orang tua terhadap anak.

Faktor Sosiokultural
1.4 PATHWAY
 Norma atau nilai yang ada dimasyarakat
 Hubungan antar manusia
 Kemiskinan
Kemajuan zaman : pendidikan, hukum,
Pengangguran Rendah diri
hiburan, olahraga, kesehatan
Mobilitas Waktu kecil
Isolasi mendapatkan perlakuan
Perumahan tidak memadai salah
Fisik berbeda Sikap/ perbuatan
Situasi
Hubungan orangyang
pencetus: tua keliru
anak :
Mental berbeda  7
Penganiayaan Depresi
 prenatal
Stress Disiplin
Tempramen berbeda   yang
Ketidakmampuan merawat Harapan pada anak yang
Anak Konflik
tidakkeluarga atau
diharapkan
Tingkah laku berbeda  Peracunan tidak realistis
Prematurepertengkaran
Stress
Anak berasal dari anak
angkat   Terror Stress
mental dari keluarga Kelainan karakter
Stress dari orang tua
Masalah
Perceraian keluarga
1.5 KLASIFIKASI CHILD ABUSE
1. Emotional Abuse
Perlakuan yang dilakukan oleh orang tua seperti menolak anak,
meneror,mengabaikan anak, atau mengisolasi anak. Hal tersebut akan membuat anak
merasa dirinya tidak dicintai, atau merasa buruk atau tidak bernilai. Hal ini akan
menyebabkan kerusakan mental fisik, sosial, mental dan emosional anak. Indikator
fisik kelainan bicara, gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan. Indikator
perilaku kelainan kebiasaan ( menghisap, mengigit, atau memukul-mukul ).

2. Physical Abuse
Cedera yang dialami oleh seorang anak bukan karena kecelakaan atau tindakan
yang dapat menyebabkan cedera serius pada anak, atau dapat juga diartikan sebagai
tindakan yang dilakukan oleh pengasuh sehingga mencederai anak. Biasanya berupa
luka memar, luka bakar atau cedera di kepala atau lengan.Indikator fisik–luka
memar, gigitan manusia, patah tulang, rambut yang tercabut, cakaran. Indikator
perilaku–waspada saat bertemu degan orang dewasa, berperilaku ekstrem seerti
agresif atau menyendiri, takut pada orang tua, takut untuk pulang ke rumah, menipu,
berbohong, mencuri.

3. Neglect
Kegagalan orang tua untuk memberikan kebutuhan yang sesuai bagi anak,seperti
tidak memberikan rumah yang aman, makanan, pakaian, pengobatan, atau
meninggalkan anak sendirian atau dengan seseorang yang tidak dapat merawatnya.
Indikator fisik–kelaparan, kebersihan diri yang rendah, selalu mengantuk, kurangnya
perhatian, masalah kesehatan yang tidak ditangani. Indikator kebiasaan. Meminta
atau mencuri makanan, sering tidur, kurangnya perhatian pada masalah kesehatan,
masalah kesehatan yang tidak ditangani, pakaian yang kurang memadai ( pada
musim dingin ), ditinggalkan.

8
4. Sexual Abuse
Termasuk menggunakan anak untuk tindakan sexual, mengambil gambar
pornografi anak-anak, atau aktifitas sexual lainnya kepada anak. Indikator fisik
,kesulitan untuk berjalan atau duduk, adanya noda atau darah di baju dalam,
nyeriatau gatal di area genital, memar atau perdarahan di area genital / rektal,
berpenyakit kelamin. Indikator kebiasaan pengetahuan tentang seksual atau sentuhan
seksual yang tidak sesuai dengan usia, perubahan pada penampilan, kurang bergaul
dengan teman sebaya, tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan fisik, berperilaku
permisif / berperilaku yang menggairahkan, penurunan keinginan untuk
sekolah,gangguan tidur, perilaku regressif ( misal: ngompol ).

1.6 MANIFESTASI KLINIS


Akibat pada fisik anak, antara lain : Lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka
bakar,patah tulang, perdarahan retina akibat dari adanya subdural hematom dan
adanya kerusakan organ dalam lainnya. Sekuel/cacat sebagai akibat trauma, misalnya
jaringan parut, kerusakan saraf, gangguan pendengaran, kerusakan mata dan cacat
lainnya. Kematian.
Akibat pada tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang
mengalami perlakuan salah, pada umumnya lebih lambat dari anak yang normal,
yaitu:
1. Cidera Kulit
Cidera kulit adalah tanda-tanda penganiayaan anak yang paling umum dan paling
mudah dikenali. Bekas gigitan manusia tampak sebagai daerah lonjong dengan
bekas gigi, tanda hisapan atau tanda dorongan lidah. Memar multiple atau memar
pada tempat-tempat yang tidak terjangkau menunjukkan bahwa anak itu telah
mengalami penganiayaan. Memar yang ada dalam berbagai tahap penyembuhan
menunjukkan adanya trauma yang terjadi berulang kali. Memar berbentuk objek
yang dapat dikenali umumnya bukan suatu kebetulan.

9
2. Kerontokan Rambut Traumatik
Kerontokan rambut traumatik terjadi ketika rambut anak ditarik, atau dipakai
untuk menyeret atau menyentak anak. Akibatnya pada kulit kepala dapat
memecahkan pembuluh darah di bawah kulit. Adanya akumulasi darah dapat
membantu membedakan antara kerontokan rambut akibat penganiayaan atau non
penganiayaan.

3. Jatuh
Jika seorang anak dilaporkan mengalami kejatuhan biasa, namun yang tampak
adalah cidera yang tidak biasa, maka ketidaksesuaian riwayat dengan trauma yang
dialami tersebut menimbulkan kecurigaan adanya penganiayaan terhadap anak.
1. Cidera Eksternal pada Kepala, Muka dan Mulut
Luka, perdarahan, kemerahan atau pembengkakan pada kanal telinga
luar,bibir pecah-pecah, gigi yang goyang atau patah, laserasi pada lidah

10
dan keduamata biru tanpa trauma pada hidung, semuanya dapat
mengindikasikan adanyapenganiayaan.

2. Cidera Termal Disengaja atau Diketahui Sebabnya


Luka bakar terculap, dengan garis batas jelas, luka bakar sirkuler
kecilkecil dan banyak dalam berbagai tahap penyembuhan, luka bakar
setrikaan, lukabakar daerah popok dan luka bakar tali semuanya
memberikan kesan adanya tindakan jahat yang disengaja.

3. Sindroma Bayi Terguncang


Guncangan pada bayi menimbulkan cidera ekslersi deselersi pada
otak,menyebabkan regangan dan pecahnya pembuluh darah.Hal ini
dapatmenimbulkan cidera berat pada system saraf pusat, tanpa perlu bukti-
bukti cidera eksternal.

11
4. Fraktur dan Dislokasi yang Tidak Dapat Dijelaskan
Fraktur Iga Posterior dalam berbagai tahap penyembuhan, fraktur
spiralatau dislokasi karena terpelintirnya ekstremitas merupakan bukti
cidera pada anakyang tidak terjadi secara kebetulan.

12
5. Pertumbuhan fisik anak pada umumnya kurang dari anak2 sebayanya
yang tidak mendaapat perlakuan salah.
6. Perkembangan kejiwaan juga
mengalami gangguan, yaitu :
a) Kecerdasan
•Berbagai penelitian melaporkan terdapat
keterlambatan dalam perkembangan kognitif,
bahasa, membaca, dan motorik.
• Retardasi mental dapat diakibatkan
trauma langsung pada kepala,
jugakarena malnutrisi.
•Pada beberapa kasus keterlambatan ini
diperkuat oleh tidak adanyastimulasi yang
adekuat atau karena gangguan emosi.

b) Emosi

13
• Terdapat gangguan emosi pada: perkembangan kosnep diri yang positif, atau
bermusuh dalam mengatasi sifat agresif, perkembangan hubungansosial dengan
orang lain, termasuk kemampuan untuk percaya diri.
• Terjadi pseudomaturitas emosi. Beberapa anak menjadi agresif ataubermusuhan
dengan orang dewasa, sedang yang lainnya menjadi menarikdiri/menjauhi
pergaulan. Anak suka ngompol, hiperaktif, perilaku aneh,kesulitan belajar, gagal
sekolah, sulit tidur, tempretantrum, dsb.

c) Konsep diri
Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak dicintai, tidak
dikehendaki, muram, dan tidak bahagia, tidak mampu menyenangiaktifitas dan
bahkan ada yang mencoba bunuh diri.

d) Agresif
Anak yang mendapat perlakuan salah secara badani, lebih agresifterhadapteman
sebayanya. Sering tindakan agresif tersebut meniru tindakanorangtua mereka atau
mengalihkan perasaan agresif kepada temansebayanya sebagai hasil miskinnya
konsep diri.

e) Hubungan social
Pada anak sering kurang dapat bergaul dengan teman sebayanya ataudengan
orang dewasa. Mereka mempunyai sedikit teman dan suka mengganggu orang
dewasa, misalnya dengan melempari batu atau perbuatan-perbuatan kriminal
lainnya.

f) Akibat dari penganiayaan seksual


Tanda-tanda penganiayaan seksual antara lain:
• Tanda akibat trauma atau infeksi lokal, misalnya nyeri perianal, secret
vagina, dan perdarahan anus.
• Tanda gangguan emosi, misalnya konsentrasi berkurang,
enuresis,enkopresis, anoreksia, atau perubahan tingkah laku.

14
• Tingkah laku atau pengetahuan seksual anak yang tidak sesuai dengan
umurnya. Pemeriksaan alat kelamin dilakuak dengan memperhatikanvulva,
himen, dan anus anak.

1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1.Laboratorium
Jika dijumpai luka memar, perlu dilakukanskrining perdarahan. Pada penganiayaan
seksual, dilakukan pemeriksaan:
a) Swab untuk analisa asam fosfatase, spermatozoa dalam 72 jam setelah
penganiayaan seksual.
b) Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk genokokus
c) Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B
2.Radiologi
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan salah
padaanak, yaitu untuk :
a) Identifiaksi fokus dari jejas
b) DokumentasiPemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya
dilakukanuntuk meneliti tulang, sedangkan pada anak diatas 4-5 tahun hanya perlu
dilakukan jikaada rasa nyeri tulang, keterbatasan dalam pergerakan pada saat
pemeriksaan fisik. Adanyafraktur multiple dengan tingkat penyembuhan adanya
penyaniayaan fisik.
3.CT-scan
Lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik, hanya diindikasikan
pada pengniayaan anak atau seorang bayi yang mengalamitrauma kepala yang berat.
4.MRI (Magnetik Resonance Imaging)
Lebih sensitif pada lesi yang subakut dan kronik seperti perdarahan subdural dansub
arakhnoid.
5.Ultrasonografi
Digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi viseral
6.Pemeriksaan kolposkopi
Untuk mengevaluasi anak yang mengalami penganiayaan seksual

15

16
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Biodata
Biodata Pasien
Diisi nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pekerjaan, tanggal dan jam
masuk, dan diagnosa medis
Identitas Orang tua
Diisi nama ibu dan ayah, pekerjaan, tempat dan tanggal lahir, umur, da alamat.
Penanggung Jawab
Diisi nama, hubungan dengan pasien, alamat, umur, tempat tanggal lahir penanggung
jawab pasien.

II. Keluhan Utama


Diisi dengan keluhan yang paling mengganggu atau paling terasa.

III. Riwayat Keperawatan


a. Riwayat Keperawatan Sekarang
Merupakan riwayat kesehatan klien baik sekarang, dahulu dan riwayat kesehatan
keluarga. Riwayat kesehatan sekarang berisi keadaan sakit sekarang, keluhan
pertama yang dirasakan, cara mengatasi masalah tersebut, dan efek dari usaha yang
dilakukan.
Pada autism mengalami kesulitan untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang
lain, susah untuk tenang dan mengalami keterbatasan kognitif.
b. Riwayat Keperawatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu adalah status penyakit klien terdahulu, apakah pernah
mengalami penyakit yang sama seperti sekarang ini dan jika iya tindakan apa yang
dilakukannya. Pada anak dengan autisme dikaji riwayat kesehatan dalam kandungan
selama proses kehamilan.
c. Riwayat Keperawatan Keluarga
Ada kemungkinan besar keluarga pernah mengalami penyakit yang serupa atau
penyakit yang dapat memicu terjadinya autisme, terutama dari ibu tersebut.

17
Dan adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit kronis seperti TBC, DM,
dan penyakit jantung untuk panduan membuat genogram. Ataupun adakah keluarga
yang mengalami autis maupun gangguan jiwa lainnya

IV.Pola Kesehatan Fungsional


1. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Presepsi dan manajemen kesehatan diri dan orang tua. Apa saja yang dilakukan
orang tua atau pengasuh setiap harinya yang berhubungan dengan kesehatan.
Bagaimana tanggapannya saat sakit.

2. Pola Nutrisi dan Metabolisme


Mengkaji pola nutrisi sebelum dan sesudah sakit.

3. Pola Eliminasi
Mengkaji pola eliminasi sebelum dan sesudah sakit.

4. Pola Istirahat Dan Tidur


Sebelum sakit : pasien mengatakan bahwa dia tidur teratur
Selama sakit : pasien mengatakan bahwa ia sulit tidur karena tubuhnya yang sakit.

5. Pola Aktivitas Dan Latihan


Pola aktifitas pasien saat sebelum sakit dan sesudah sakit berhubungan dengan efek
dari child abuse yang dialami.

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan / minum
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi ditempat tidur
Berpindah
Ambulasi/ROM

18
Keterangan:
0 = mandiri
1 = dibantu dengan alat
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu dengan alat dan orang lain
4 = ketergantungan total

6. Pola Peran Dan Hubungan


Hubungan pasien dengan keluarga, orang tua, lingkungan atau pengasuhnya saat
sebelum sakit atau saat sakit.

7. Pola Persepsi Sensori


Keadaan pasien sebelum dan saat sakit : pasien tampak sadar/ composmetis, bicara
dengan normal, indra penciuman normal, dan pendengarannya berfungsi dengan baik
akan terbukti dari pasien dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan ketika
dilakukan pengkajian.

8. Pola Konsep Diri


Terdiri dari harga diri, konsep diri, peran, identitas diri, dan peran saat pasien berada
di rumah sakit.

9. Pola Mekanisme Koping


Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada
klien untuk melindungi diri antara lain :
1. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di
mata masyarakatuntuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya
secara normal.Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya
pada obyek lainseperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya,
tujuannya adalah untukmengurangi ketegangan akibat rasa marah.

19
2. Proyeksi :Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yangtidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal
bahwa ia mempunyaiperasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh
bahwa temannyatersebut mencoba merayu, mencumbunya.
3. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk ke alamsadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya
yang tidakdisukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya
sejak kecilbahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk
oleh Tuhan,sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat
melupakannya.
4. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan,
denganmelebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya
sebagairintangan.Misalnyaseorangyangtertarikpadatemansuaminya,akanmemperlaku
kan orang tersebut dengan kasar.
5.Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada
obyekyang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan
emosiitu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat
hukumandari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain
perangperangan dengan temannya.

10.Pola Nilai Kepercayaan

Apakah pasien tetap melaksanakan ibadahnya walaupun sakit.

V. Pemeriksaan Fisik
1. Antropometri : berat badan 20 Kg, kurang dari 80% berat tubuh normal. LLA
10cm, ukuran LLA normal 14cm
2. Kepala : bentuk kepala simetris, tidak terdapat benjolan dan lesi rambut
klien berwarrna hitam dan lembab. Rambut tidak mudah patah.
3. Otot : adanya atrofi otot, sehingga pasien tampak lemah

20
4. Mata : tidak adanya ikterik pada sclera, konjungtiva anemis, tidak ada
edema palpebra, pupil isokor.
5. Hidung : hidung simetris, tidak ada polip
6. Rongga mulut : mukosa bibir kering, tidak ada karies gigi
7. Telinga:simetris, terdapat serumen berwarna kuning kecoklatan.
8. Leher :tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid maupun pelebaran, tidak
terdapat lesi. Klien tidak memiliki masalah dengan tenggorokan.
9. Pulmo : bentuk dada normal, tidak ada retraksi otot dada, klien tidak
mengalami sesak napas, dan tidak ada pernapasan cuping hidung. Pengembangan
dada simetris. Suara dada sonor. Bentuk dada normal, iktus cordis tidak tampak, iktus
cordis teraba, perkusi redup, BJ1, BJ2, tidak ada bunyi jantung 3
10.Abdomen : inspeksi :: memar dan lebam yang meluas di daerah abdomen
Palpasi : tidak terdapat hepatomegali dan spengomegali
Auskultasi : bising usus 60x per menit.
Perkusi : timpani.
11.Genetalia : tidak mengalami hypospadia dan epispadia
12.Rectum : tidak terdapat tanda-tanda hemoroid.
13.Ekstremitas : atas : kekuatan otot kanan / kiri : 4, ROM ka/ki : pasif, capillary
refile 2 detik.
Bawah : kekuatan otor ka/ki : 4, ROM ka/ki : pasif, capillary refile : 2 detik.

VI. Pemeriksaan penunjang


1. Laboratorium
Jika dijumpai luka memar, perlu dilakukan skrining perdarahan. Padapenganiayaan
seksual, dilakukan pemeriksaan :
1. Swab untuk analisa asam fosfatase, spermatozoa dalam 72 jam
setelahpenganiayaan seksual.
2. Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk genokokus
3. Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B
4. Analisa rambut pubis
2. Radiologi

21
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan salah padaanak,
yaitu untuk :
1. Identifiaksi fokus dari jejas
2. Dokumentasi
Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya dilakukanuntuk
meneliti tulang, sedangkan pada anak diatas 4-5 tahun hanya perlu dilakukan jikaada
rasa nyeri tulang, keterbatasan dalam pergerakan pada saat pemeriksaan fisik.
Adanyafraktur multiple dengan tingkat penyembuhan adanya penyaniayaan fisik.
3. CT-scan
lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik, hanya
diindikasikanpada pengniayaan anak atau seorang bayi yang mengalami trauma
kepala yang berat.
4. MRI (Magnetik Resonance Imaging)
Lebih sensitif pada lesi yang subakut dan kronik seperti perdarahan subdural dansub
arakhnoid.
5. Ultrasonografi
Digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi visceral
6. Pemeriksaan kolposkopi
Untuk mengevaluasi anak yang mengalami penganiayaan seksual.

22
V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO Diagnosa Tujuan Intervensi
keperawatan
1. Potensial Melindungi dari 1. Laporkan hal-hal
trauma abuse lebih lanjut yang mencurigakan
berhubungan 2. Hindarkan anak
dengan dari lingkungan
karakteristik yang tidak aman
anak, pemberi dan lindungi anak
asuhan, di lingkungan yang
lingkungan aman.
3. Pantau secara rutin
tentang kondisi
fisik pasien, respon
tingkah laku anak
terhadap orang tua,
dan orang lain, juga
dengan lingkungan.
4. Wawancarai
anggota keluarga.
2. Perubahan Perkembangan 1. Diskusikan hasil
pertumbuhan kognitif anak, test kepada orang
dan psikomotor dan tua dan anak.
perkembangan psikosial dapat 2. Melakukan aktifitas
anak disesuaikan dengan antara orang tua
berhubungan tingkatan umurnya. dan anak seperti
dengan tidak membaca, bermain,
adekuatnya dll untuk
perawatan meningkatkan
perkembangan dari
penurunan
kemampuan

23
kognitif psikomotor
dan psikososial.
3. Tentunkan tahap
perkembangan
anak.
4. Libatkan
keterlambatan
perkembangan dan
pertumbuhan yang
normal.
3. Resiko perilaku Perilaku kekerasan 1. Identifikasi perilaku
kekerasan oleh pada keluarga dapat kekerasan, saat
anggota berkurang. menggunakan atau
keluarga yang mengkonsumsi
lain alcohol atau obat
berhubungan atau saat
dengan menganggur.
kelakuan yang 2. Selidiki faktor yang
maladaptive. dapat
mempengaruhi
perilaku kekerasan
seperti minum
alcohol atau obat-
obatan.
3. Laukakn konsuling
kerjasama
multidisiplin,
termasuk organisasi
komunitas dan
psikologis.
4. Menyarankan

24
keluarga kepada
seorang terapi
keluarga yang tepat.
5. Melaporkan seluruh
kejadian yang
actual yang
mungkin terjadi
kepada pejabat
berwenang.

4. Ketidak Perilaku orang tua 1. Diskusikan ikatan


mampuan yang kasar dapat yang wajar dan
menjadi orang menjadi lebih efektif perikatan dengan
tuaberhubungan orang ta yang keras
dengan ikatan 2. Berikan model
keluarga yang peranan untuk
terganggu. orang tua
3. Dukung pasien
untuk mendaftarkan
dalam kelas yang
mengajarkan
keahlian orang tua
tepat
4. Arahkan orang tua
ke pelayanan
kesehatan yang
tepat untuk
konsultasi dan
intervensi
seperlunya.

25
2.4 IMPLEMENTASI
Setelah rencana disusun, selanjutnya diterapkan dalam tindakan nyata untuk mencapai
hasil yang diharapkan. Tindakan harus bersifat khusus agar semua perawat dapat
menjalankan dengan baik, dalam waktu yang telah ditentukan. Dalam implementasi
keperawatan perawat langsung melaksanakan atau dapat mendelegasikan kepada perawat
lain yang dipercaya.

2.5 EVALUASI
Merupakan tahap akhir dimana perawat mencari kepastian keberhasilan yang dibuat dan
menilai perencanaan yang telah dilakukan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien
teratasi. Disamping itu perawat juga melakukan umpan balik atau pengkjian ulang jika
yang ditetapkan belum tercapai dalam proses keperawatan.

26
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kekerasan anak atau child abuse adalah perlakuan orang dewasa atau anak yang
lebih tua dengan menggunakan kekuasaan atau otoritasnya terhadap anak yang tak
berdaya yang seharusnya menjadi tangung jawab dari orang tua atau pengasuh yang
berakibat sebagai bentuk penganiayaan fisik dengan terdapatnya tanda atau luka pada
tubuh sang anak
3.2 SARAN
Saya berharap agar makalah ini dapat dijadikan salah satu panduan memberikan
asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan child abuse.

27
DAFTAR PUSTAKA

Whaley & Wong. Nursing Care of Infants and Children, 4th edition.1996
Patimahziansyar. Askep Anak Child
Abuse.https://www.scribd.com/document/253382881/Askep-Anak-Child-Abuse. 29
Juli 2018
Akatsuki, Zen. 2011. Askep Anak Dengan Child Abuse.http://akatsuki-
ners.blogspot.com/2011/02/askep-anak-dengan-child-asbue.html?m=1. 23 Juli 2018.
Qit. 2009. Askep Child Abuse. http:/nersqeets.blogspot.com/2009/06/askep-child-
abuse.html. 23 Juli 2018.

28

Anda mungkin juga menyukai