Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK JUVENILE DIABETES

Dosen pengampu : Setianingsih, S.Kep., Ns., MPH

Disusun Oleh :

1. Oktiaji Muamar Mahardika 2001027


2. Radisma Fitdan Pradista 2001028
3. Rizka Hasanah 2001029
4. Salamah Fiddaroini A 2001030

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa  pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam
semoga tercurahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi kita yaitu Nabi Muhammad
SAW mad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Anak Juvenile Diabetes” sebagai
pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Anak.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.

Klaten, 12 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................1
BAB II.................................................................................................................................2
PEMBAHASAN....................................................................................................................2
A. Konsep Medis......................................................................................................................2
B. Asuhan Keperawatan Anak Juvenile Diabetes......................................................................7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik dengan insiden yang semakin
meningkat di seluruh dunia. Penyakit ini tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi
juga pada anak. Diabetes mellitus ditandai dengan peningkatan kadar gula darah
akibat gangguan produksi insulin, gangguan kerja insulin, atau keduanya.
Berdasarkan penyebabnya, DM dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu DM tipe-1,
DM tipe-2, DM tipe lain dan diabetes pada kehamilan atau gestasional. Pada anak,
jenis DM tersering adalah tipe-1, terjadi defisiensi insulin absolut akibat kerusakan sel
kelenjar pankreas oleh proses autoimun.1 Masalah utama DM tipe-1 di Indonesia
adalah kesadaran masyarakat dan tenaga kesehatan yang kurang sehingga banyak
pasien tidak terdiagnosis dan tidak mendapatkan tata laksana adekuat.
Diabetes mellitus pada anak bukanlah sebuah kelainan yang sering di temui
dalam praktek klinis sehari - hari prevalensinya hanya 3% di Inggris, dan menurut
beberapa literatur lain hanyalah 2- 5 % dari seluruh populasi, diabetes pada anak
melibatkan beberapa faktor namun kelainan genetis dan kerusakan sel beta pankreas
akibat reaksi autoimmun pada islet sel B pankreas yang mengakibatkan defisiensi
yang cukup besar pada produksi insulin ( insulin endogen ) merupakan faktor utama
dalam penyebab diabetes pada anak, kerusakan sel B pulau langerhans pankreas ini
menyebabkan ketergantungan individu secara absolut terhadap insulin dari
luar( insulin eksogen ) “insulin dependent diabetes mellitus” ( IDDM ) dan kebutuhan
akan pemantauan kadar glukosa darah rutin, serta perubahan pola konsumsi sehari -
hari yang cukup ekstrem.
Sampai saat ini, Unit Kelompok Kerja (UKK) Endokrinologi Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI) berusaha mengumpulkan data pasien anak DM di Indonesia.
Data ini diperoleh melalui kerjasama berbagai pihak, termasuk dokter anak
endokrinologi, spesialis penyakit dalam, perawat, edukator DM, data Ikatan Keluarga
Penyandang DM Anak dan Remaja (IKADAR), penelusuran rekam medis pasien, dan
kerjasama dengan perawat edukator National University Hospital Singapura untuk
memperoleh data penyandang DM anak Indonesia yang berobat di Singapura.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis pada Diabetes Melitus Juvenile?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak dengan Diabetes Melitus
Juvenile?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Medis
1. Pengertian juvenile diabetes
Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang ditandai
dengan adanya peningkatan kadar gula darah atau hiperglikemia. Hiperglikemia
ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di antaranya adalah gangguan sekresi
hormon insulin, gangguan aksi/kerja dari hormon insulin atau gangguan kedua-
duanya (Weinzimer SA, Magge S. 2005).
Menurut American Diabetes Association atau ADA (2010), diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan insulin, kerja insulin atau kedua –
duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan
jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata,
ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah.
Diabetes mellitus (DM) tipe-1 adalah DM akibat insulin tidak cukup
diproduksi oleh sel beta pankreas, sehingga terjadi hiperglikemia (WHO, 2017).
Tipe -1 ini ditandai dengan berkurangnya sel beta pankreas yang diperantarai oleh
imun atau antibodi, sehinga sepanjang hidup penderita ini tergantung pada insulin
eksogen (Chiang JL, 2014).
Penyakit DM dapat disebabkan oleh tidak adekuatnya produksi insulin karena
penurunan fungsi pada sel - sel beta pankreas yang dikenal dengan DM tipe 1 atau
tidak efektifnya kerja insulin di jaringan yang dikenal dengan DM 2. DM tipe 1
sering disebut Juvenile Diabetes atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM) dengan jumlah penderita 5 – 10% dari seluruh penderita DM dan
biasanya terjadi pada anak-anak dan usia muda. DM tipe 2 disebut juga Adult
Diabetes atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Jumlah
penderita ini mencapai 90 – 95 % dari seluruh penderita DM.
Diabetes Mellitus tipe 1 yang menyerang anak-anak sering tidak terdiagnosis
oleh dokter karena gejala awalnya yang tidak begitu jelas dan 4 pada akhirnya
sampai pada gejala lanjut dan traumatis seperti mual, muntah, nyeri perut, sesak
nafas, bahkan koma. Dengan deteksi dini, pengobatan dapat dilakukan sesegera
mungkin terhadap penyandang Diabetes Mellitus sehingga dapat menurunkan
risiko kecacatan dan kematian (Pulungan, 2010).
2. Klasifikasi DM
 DM Tipe-1 (destruksi sel-β)
a. Immune mediated
b. Idiopatik
 DM tipe-2
 DM Tipe lain
a. Defek genetik fungsi pankreas sel
b. Defek genetik pada kerja insulin

2
c. Kelainan eksokrin pankreas : Pankreatitis; Trauma/pankreatomi;
Neoplasia; Kistik fibrosis; Haemokhromatosis; Fibrokalkulus
pankreatopati; dll.
d. Gangguan endokrin Akromegali; Sindrom Cushing; Glukagonoma;
Feokromositoma; Hipertiroidisme; Somatostatinoma; Aldosteronoma; dll.
e. Terinduksi obat dan kimia Vakor; Pentamidin; Asam Nikotinik;
Glukokortikoid; Hormon tiroid; Diazoxid; Agonis -adrenergik; Tiazid;
Dilantin; -interferon; dll.
 Diabetes mellitus kehamilan
3. Etiologi
Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes tipe- 1.
Namun yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah faktor 7
genetik/keturunan. Resiko perkembangan diabetes tipe 1 akan diwariskan melalui
faktor genetik.
a. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya
DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA (human leucosite antigen). HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan
proses imun lainnya.
b. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin
endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
4. Patofisiologi
a. Periode pra diabetes
Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum nampak karena
baru ada proses destruksi sel β-pankreas. Predisposisi genetik tertentu
memungkinkan terjadinya proses destruksi ini. Sekresi insulin mulai
berkurang ditandai dengan mulai berkurangnya sel β-pankreas yang
berfungsi.Kadar C-peptide mulai menurun.Pada periode ini autoantibodi mulai
ditemukan apabila dilakukan pemeriksaanlaboratorium.
b. Periode manifestasi klinis
Pada periode ini, gejala klinis DM mulai muncul.Pada periode ini
sudah terjadi sekitar 90% kerusakan sel β-pankreas. Karena sekresi insulin
sangat kurang, maka kadar gula darah akan tinggi/meningkat. Kadar gula
darah yang melebihi 180 mg/dl akan menyebabkan diuresis osmotik. Keadaan
ini menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan dan elektrolit melalui urin
(poliuria, dehidrasi, polidipsi). Karena gula darah tidak dapat di-uptake
kedalam sel, penderita akan merasa lapar (polifagi), tetapi berat badan akan

3
semakin kurus. Pada periode ini penderita memerlukan insulin dari luar agar
gula darah di-uptakekedalam sel.
c. Periode honey-moon
Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada
periode ini sisa-sisa sel β-pankreas akan bekerja optimal sehingga akan
diproduksi insulin dari dalam tubuh sendiri. Pada saat ini kebutuhan insulin
dari luar tubuh akan berkurang hingga kurang dari 0,5 U/kg berat 9 badan/hari.
Namun periode ini hanya berlangsung sementara, bisa dalam hitungan hari
ataupun bulan, sehingga perlu adanya edukasi ada orang tua bahwa periode ini
bukanlah fase remisi yang menetap.
d. Periode ketergantungan insulin yang menetap.
Periode ini merupakan periode terakhir dari penderita DM. Pada
periode ini penderita akan membutuhkan insulin kembali dari luar tubuh
seumur hidupnya
5. Manifestasi klinis
Diagnosis diabetes seringkali salah, disebabkan gejala-gejala awalnya tidak
terlalu khas dan mirip dengan gejala penyakit lain. Di samping kemiripan gejala
dengan penyakit lain, terkadang tenaga medis juga tidak menyadari kemungkinan
penyakit ini karena jarangnya kejadian DM tipe 1 yang ditemui ataupun belum
pernah menemui kasus DM tipe 1 pada anak. Beberapa gejala yang sering menjadi
pitfalldalam diagnosis DM tipe 1 pada anak di antaranya adalah:
 Sering kencing: kemungkinan diagnosisnya adalah infeksi saluran kemih
atau terlalu banyak minum (selain DM). Variasi dari keluhan ini adalah
adanya enuresis (mengompol) setelah sebelumnya anak tidak pernah
enuresis lagi.
 Berat badan turun atau tidak mau naik:kemungkinan diagnosis adalah
asupan nutrisi yang kurang atau adanya penyebab organik lain. Hal ini
disebabkan karena masih tingginya kejadian malnutrisi di negara kita.
Sering pula dianggap sebagai salah satu gejala tuberkulosis pada anak.
 Sesak nafas:kemungkinan diagnosisya adalah bronkopnemonia. Apabila
disertai gejala lemas, kadang juga didiagnosis sebagai malaria. Padahal
gejala sesak nafasnya apabila diamati pola nafasnya adalah tipe Kusmaull
(nafas cepat dan dalam) yang sangat berbeda dengan tipe nafas pada
bronkopnemonia. Nafas Kusmaull adalah tanda dari ketoasidosis.
 Nyeri perut:seringkali dikira sebagai peritonitis atau apendisitis. Pada
penderita DM tipe 1, nyeri perut ditemui pada keadaan ketoasidosis
 Tidak sadar:keadaan ketoasidosis dapat dipikirkan pada kemungkinan
diagnosis seperti malaria serebral, meningitis, ensefalitis, ataupun cedera
kepala
6. Komplikasi
Komplikasi DM Tipe-1 mencakup komplikasi akut dan kronik. Pada anak,
komplikasi kronik jarang menimbulkan manifestasi klinis signifikan saat masih
dalam pengawasan dokter anak. Sebaliknya, anak berisiko mengalami komplikasi
akut setiap hari. Komplikasi akut terdiri atas KAD dan hipoglikemia, Studi
SEARCH menemukan bahwa sekitar 30% anak 12 dengan DM tipe-1 terdiagnosis
saat KAD. Kriteria KAD mencakup hiperglikemia, asidosis, dan ketonemia.

4
Gejala KAD antara lain adalah dehidrasi, takikardi, takipnea dan sesak, napas
berbau aseton, mual, muntah, nyeri perut, pandangan kabur, dan penurunan
kesadaran.31 Seringkali gejala-gejala ini disalahartikan oleh orangtua maupun
tenaga kesehatan sebagai usus buntu, infeksi, atau penyakit lainnya. Kelalaian ini
dapat menyebabkan kematian. Anak yang berkunjung secara rutin dan menetap
pada dokter keluarga atau dokter anak memiliki risiko yang lebih rendah
terdiagnosis DM tipe-1 saat KAD. Sebaliknya, KAD saat diagnosis berhubungan
signifikan dengan penghasilan keluarga yang rendah, ketiadaan asuransi
kesehatan, dan pendidikan orang tua yang rendah. Pemantauan dan edukasi
mengenai hipoglikemia merupakan salah satu komponen utama tata laksana
diabetes.
Terapi hipoglikemia diinisiasi saat kadar glukosa darah ≤70 mg/dL. Anak usia
muda memiliki risiko tinggi hipoglikemia karena tidak mampu
mengomunikasikan keluhan. Gejala hipoglikemia diakibatkan oleh aktivasi
adrenergik (berdebar, gemetar, keringat dingin) dan neuroglikopenia (nyeri
kepala, mengantuk, sulit konsentrasi). Pada anak usia muda, gejala dapat berupa
perubahan perilaku seperti iritabilitas, agitasi, tantrum, atau kurang aktif.
Selain pemantauan komplikasi akut, perlu juga dilakukan skrining komplikasi
kronik yang dapat dibedakan menjadi komplikasi mikrovaskular dan
makrovaskular. Komplikasi mikrovaskular mencakup nefropati, retinopati, dan
neuropati. Komplikasi yang mengenai pembuluh darah besar adalah penyakit
jantung koroner, penyakit serebrovaskular, dan penyakit pembuluh darah perifer
(klaudikasio, infeksi/ gangrene, amputasi).
7. Penatalaksanaan
Terdapat 5 pilar manajemen DM tipe 1, yaitu:
 Insulin
Insulin merupakan terapi yang mutlak harus diberikan pada penderita
DM Tipe 1. Dalam pemberian insulin perlu diperhatikan jenis insulin,
dosis insulin, regimen yang digunakan, cara menyuntik serta penyesuaian
dosis yang diperlukan.
 Diet
Secara umum diet pada anak DM tipe 1 tetap mengacu pada upaya
untuk mengoptimalkan proses pertumbuhan. Nutrisi yang baik dibutuhkan
agar tumbuh kembang anak dengan DM tipe-1 optimal, serta mencegah
komplikasi akut dan kronik. Prinsip dari terapi nutrisi adalah makan sehat.
Pasien disarankan untuk mengonsumsi buah, sayur, produk susu,
gandumutuh, dan daging rendah lemak dengan jumlah sesuai usia dan
kebutuhan energi. Untuk itu pemberian diet terdiri dari 50-55%
karbohidrat, 15-20% protein dan 30% lemak.
 Aktivitas fisik/exercise
Aktivitas fisik penting untuk meningkatkan sensitivitas insulin dan
menurunkan kebutuhan insulin. Selain itu, aktivitas fisik dapat
meningkatkan kepercayaan diri anak, mempertahankan berat badan ideal,
meningkatkan kapasitas kerja jantung, meminimalisasi komplikasi jangka
panjang, dan meningkatkan metabolisme tubuh. Rekomendasi aktivitas
fisik pada anak dengan DM tipe-1 sama dengan populasi umum, yaitu

5
aktivitas ≥60 menit setiap hari yang mencakup aktivitas aerobik,
menguatkan otot, dan menguatkan tulang.
 Edukasi
Edukasi memiliki peran penting dalam penangan DM tipe-1 karena
didapatkan bukti kuat berpengaruh baik pada kontrol glikemik dan
keluaran psikososial. Edukasi dilakukan oleh tim multidisiplin yang terdiri
atas paling tidak dokter anak endokrinologi atau dokter umum terlatih,
perawat atau edukator DM, dan ahli nutrisi. Edukasi tahap pertama
dilakukan saat pasien pertama terdiagnosis atau selama perawatan di
rumah sakit yang meliputi pengetahuan dasar mengenai DM tipe-1,
pengaturan makan, insulin (jenis, dosis, cara penyuntikan, penyimpanan,
dan efek samping), serta pertolongan pertama kedaruratan DM tipe-1
(hipoglikemia, pemberian insulin saat sakit), sementara tahap kedua
dilakukan saat berkonsultasi di poliklinik.
 Monitoring kontrol glikemik
Monitoring ini menjadi evaluasi apakah tatalaksana yang diberikan
sudah baik atau belum. Kontrol glikemik yang baik akan memperbaiki
kualitas hidup pasien, termasuk mencegah komplikasi baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Pasien harus melakukan pemeriksaan gula darah
berkala dalam sehari.Setiap 3 bulan memeriksa HbA1c. Di samping itu,
efek samping pemberian insulin, komplikasi yang terjadi, serta
pertumbuhan dan perkembangan perlu dipantau.
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya tidak
jauh berbeda.
 Glukosadarah : meningkat 200-100mg/dL
 Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
 Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
 Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
 Elektrolit :
 Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
 Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun.
 Fosfor : lebih sering menurun
 Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
( lama hidup SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan
DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan
insiden ( mis, ISK baru)
 Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
 Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
 Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal)

6
 Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
 Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe
1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan
insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen).
Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan
antibody .( autoantibody)
 Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
 Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
 Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.

B. Asuhan Keperawatan Anak Juvenile Diabetes

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan
diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan
yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan lingkungan kotor dapat
mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.
b. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama

Polifagi, Poliuria, Polidipsi, penurunan berat badan, frekuensi minum dan


berkemih. Peningkatan nafsu makan, penururan tingkat kesadaran,
perubahan perilaku.

2. Riwayat penyakit sekarang

Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat


terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur
atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi
penyakitnya.

3. Riwayat penyakit dahulu.


Diduga diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan
seperti oleh virus penyakit gondok (mumps) dan virus coxsackie B4, oleh
agen kimia yang bersifat toksik, atau oleh sitotoksin perusak dan antibodi.
4. Riwayat kesehatan keluarga.
Terutama yang berkaitan dengan anggota keluarga lain yang menderita
diabetes melitus. Riwayat kehamilan karena stress saat kehamilan dapat
mencetuskan timbulnya diabetes melitus.

7
5. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
Meliputi usia, tingkat perkembangan, toleransi / kemampuan memahami
tindakan, koping, pengalaman berpisah dari keluarga / orang tua,
pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya.

c. Pemeriksaan Fisik

1. Aktivitas / istrahat.

Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram otot, tonus otot
menurun. Tachicardi, tachipnea pada keadaan istrahat/daya aktivitas.
Letargi / disorientasi, koma.

2. Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan pada
ekstremitas dan tachicardia. Perubahan tekanan darah postural : hipertensi,
nadi yang menurun / tidak ada. Disritmia, krekel : DVJ ulkus pada kaki
yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
3. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
4. Neurosensori

Pusing / pening, gangguan penglihatan, disorientasi : mengantuk, lifargi,


stuport / koma (tahap lanjut). Sakit kepala, kesemutan, kelemahan pada
otot, parestesia, gangguan penglihatan, gangguan memori (baru, masa lalu)
: kacau mental, refleks fendo dalam (RTD) menurun (koma), aktifitas
kejang.

5. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajah meringis
dengan palpitasi : tampak sangat berhati – hati.
6. Keamanan
Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.
7. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare, Urine encer,
pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria / anuria jika
terjadi hipololemia barat). Abdomen keras, bising usus lemah dan
menurun : hiperaktif (diare).
8. Integritas Ego Stress, ansietas

Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan,
haus, penggunaan diuretik.

d. Pemeriksaan Penunjang

1) Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL


2) Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4) Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l

8
5) Elektrolit :
 Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
 Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun
 Fosfor : lebih sering menurun
6) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
( lama hidup SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan
DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan
insiden ( mis, ISK baru)
7) Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 (asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
8) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
9) Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal)
10) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
11) Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe
1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan
insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen).
Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan
antibody .( autoantibody)
12) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
13) Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
14) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan disfungsi


pankreas dalam darah yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah
GDS > 200 mg/dL.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan energi, perubahan kimia
darah, insufisiensi insulin, hipermetabolik ditandai dengan keletihan, RR
meningkat, sianosis.
c. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampu dalam mengabsorbsi makanan karena faktor biologi (defisiensi
insulin)
e. hiipovolemia berhubungan dengan ditandai dengan diuresis meningkat,
hiperglikemia, diare, muntah, poliuria, evaporasi.

9
3. Intervensi

NO DX. Tujuan dan Intervensi


. keriteria hasil
1. Resiko L.05022 I.03115
ketidakstabilan
kadar glukosa Setelah Observasi
darah dilakukan
berhubungan tindakan  Identifikasi penyebab kebutuhan
dengan disfungsi keperawatan insulin meningkat
pankreas dalam diharapkan  Monitor gula darah
darah yang kadar glukosa  Monitor intake dan output cairan
ditandai dengan darah pada  Monitor tanda dan gejala
peningkatan kadar rentang hiperglikemia
glukosa darah normal,
GDS > 200 kriteria hasil : Terapeutik
mg/dL.
 Mengantu  Berikan asupan cairan oral
k menurun
Edukasi
 Pusing
menurun  Anjurkan monitor kadar gula darah
secara mendiri dan keluarga
 Lelah/lesu  Anjurkan kepatuhan olahraga dan
menurun diet
 Ajarkan pengelolaan diabetes
 Kadar
glukosa Kolaborasi
dalam
darah  Kolaborasi pemberian insulin
meningkat

2. Intoleransi L.05047 I.05178


aktivitas
berhubungan Setelah Observasi
dengan penurunan dilakukan
energi, perubahan tindakan  Monitor pola dan jam tidur
kimia darah, keperawatan  Monitor lokasi dan
insufisiensi diharapkan ketidaknyamanan selama
insulin, toleransi melakukan aktivitas
hipermetabolik aktivitas
ditandai dengan meningkat, Terapeutik
keletihan, RR kriteria hasil :
meningkat,  Sediakan lingkungan nyaman dan
sianosis.  Frekuensi rendah stimulus
nadi  Lakukan Latihan rentang gerak

10
pasif dan/atau aktif
 Kemudaha
n dalam Edukasi
melakuka
n aktivitas  Anjurkan melakukan aktivitas
sehari-hari secara bertahap
 Ajarkan strategi koping untuk
 Keluhan mengurangi kelelahan
Lelah

3. Resiko cedera L.14136 I.14537


berhubungan
dengan disfungsi Setelah Observasi
sensori dilakukan
tindakan  Identifikasi area lingkungan yang
keperawatan berpotensi menyebabkan cedera
diharapkan  Identifikasi kesesuaian alas kaki
tingkat cedera pada ekstremitas bawah
menurun,
kriteria hasil : Terapeutik

 Kejadian  Sediakan pencahayaan yang


cedera memadahi
 Gunakan lampu tidur
 Keteganga  Gunakan alas lantai
n otot
Edukasi
 Luka/lecet
 Jelaskan alasan intervensi kepada
pasien dan keluarga

4 Ketidakseimbang L.03030 MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)


an nutrisi kurang Observasi
dari kebutuhan Setelah  Identifikasi status nutrisi
tubuh dilakukan  Identifikasi alergi dan intoleransi
berhubungan intervensi makanan
dengan keperawatan  Identifikasi makanan yang disukai
ketidakmampu selama 3 x 24  Identifikasi kebutuhan kalori dan
dalam jam, maka jenis nutrient
mengabsorbsi status nutrisi  Identifikasi perlunya penggunaan
makanan karena membaik, selang nasogastrik
faktor biologi dengan
 Monitor asupan makanan
(defisiensi kriteria hasil:
 Monitor berat badan
insulin) ditandai  Berat

11
dengan lemas, badan  Monitor hasil pemeriksaan
berat badan membaik laboratorium
pasien menurun  Nafsu
walaupun intake makan Terapeutik
makanan adekuat, membaik  Lakukan oral hygiene sebelum
mual dan muntah.  Frekuensi makan, jika perlu
D.0019 makan  Fasilitasi menentukan pedoman diet
membaik (mis. Piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
 Berikan makan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika
perlu
 Hentikan pemberian makan melalui
selang nasigastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi

Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
5 hiipovolemia L.03028 MANAJEMEN HIPOVOLEMIA (I.031
berhubungan 16)
dengan ditandai Setelah Observasi
dengan diuresis dilakukan  Periksa tanda dan gejala
meningkat, intervensi hipovolemia (mis. frekuensi nadi
hiperglikemia, keperawatan meningkat, nadi teraba lemah,
diare, muntah, selama 3 x 24 tekanan darah menurun, tekanan
poliuria, jam, maka
nadi menyempit,turgor kulit
evaporasi. D.0023 status cairan
menurun, membrane mukosa
membaik,
kering, volume urine menurun,
dengan
kriteria hasil: hematokrit meningkat, haus dan
 berat lemah)
badan  Monitor intake dan output cairan
membaik
 intake Terapeutik
cairan  Hitung kebutuhan cairan
membaik  Berikan posisi modified

12
 oliguria trendelenburg
membaik  Berikan asupan cairan oral

Edukasi
 Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
 Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan IV
issotonis (mis. cairan NaCl, RL)
 Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
 Kolaborasi pemberian cairan koloid
(mis. albumin, plasmanate)
 Kolaborasi pemberian produk darah

4. Implementasi

Implementasi adalah Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan


yang telah disusun pada tahap perencanaan.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan berapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya yang sudah dicapai.

13
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Hermayanti, Diah., Nursiloningrum Erlin. (2017). Hiperglikemia Pada Anak.
Hiperglikemia Pada Anak. Volume 13 Nomor 1 Juni 2017.
Maelyo, Annang Giri. (2011). Mengenal Diabetes Melitus Tipe 1 Pada Anak.
Mengenal Kasus – kasus Endokrin Anak.
Pulungan, Aman B., Annisa, Diadra., Imada, Sirma. (2019). Diabetes Melitus Tipe-
1 pada Anak : Situasi di Indonesia dan Tata Laksana. Sari Pediatri, Vol. 20, No. 6, April 2019

14

Anda mungkin juga menyukai