Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PSORIASIS

MATA KULIAH

ADULT NURSING III

KELOMPOK 1

Yakhya masduki 012121002

Santa maria 012121005

Puti andini 012121010

Ade Irma novikasari 012121016

Siti Yuliyanti 012121023

Alfiyansih pratama 012121025

Nurfitri nilam sari 012121032

Silvi emilia sari 012121035

Irfan hidayatullah 012121037

Tri winarsih 012121038

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Psoriasis merupakan sejenis penyakit kulit yang penderitanya mengalami
proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Kemunculan penyakit ini terkadang untuk
jangka waktu lama atau timbul/hilang. Berbeda dengan pergantian kulit pada manusia
normal yang biasanya berlangsung selama tiga sampai empat minggu, proses
pergantian kulit pada penderita psoriasis berlangsung secara cepat yaitu sekitar 2–4
hari, (bahkan bisa terjadi lebih cepat) pergantian sel kulit yang banyak dan menebal.
Penyakit ini tidak mengenal usia, semua umur dapat terkena. Tapi puncak
insidensinya di usia dua puluhan dan lima puluhan. Tidak ada fakta yang
menunjukkan bahwa penyakit ini lebih dominan menyerang salah satu jenis kelamin.
Pria maupun wanita memiliki peluang yang sama untuk terserang penyakit ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut :

1. Bagaimana konsep teori psoriasis?


2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien dengan psoriasis?

C. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui gangguan pada sistem
integumen pada umumnya dan penyakit psoriasis pada khususnya

D. Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep teori penyakit psoriasis
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada klien dengan psoriasis
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Psoriasis adalah penyakit kulit kronik dan meradang (Corwin, 2009 :
111).
Psoriasis penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa
bercak-bercak eritema berbatas tegas ditutupi oleh skuama tebal berlapis-lapis
berwarna putih mengkilat (Siregar, 2005).
Psoriasis adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana
penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Penyakit
ini secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi
karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat
menurunkan kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan baik (Effendy,
2005).

B. ETIOLOGI
Penyebab psoriasis sampai saat ini belum diketahui. Diduga penyakit ini
diwariskan secara poligenik. Walaupun sebagian besar penderita psoriasis
timbul secara spontan, namun pada beberapa penderita dijumpai adanya faktor
pencetus antara lain:
1. Trauma
Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena trauma,
garukan, luka bekas operasi, bekas vaksinasi, dan sebagainya.
Kemungkinan hal ini merupakan mekanisme fenomena Koebner. Khas
pada psoriasis timbul setelah 7-14 hari terjadinya trauma.
2. Infeksi
Pada anak-anak terutama infeksi Streptokokus hemolitikus sering
menyebabkan psoriasis gutata. Psoriasis juga timbul setelah infeksi kuman
lain dan infeksi virus tertentu, namun menghilang setelah infeksinya
sembuh 
3. Iklim
Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas, sedangkan
pada musim penghujan akan kambuh.
4. Faktor endokrin
Insiden tertinggi pada masa pubertas dan menopause. Psoriasis cenderung
membaik selama kehamilan dan kambuh serta resisten terhadap
pengobatan setelah melahirkan. Kadang-kadang psoriasis pustulosa
generalisata timbul pada waktu hamil dan setelah pengobatan progesteron
dosis tinggi.
5. Sinar matahari
Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi penderita psoriasis
namun pada beberapa penderita sinar matahari yang kuat dapat
merangsang timbulnya psoriasis. Pengobatan fotokimia mempunyai efek
yang serupa pada beberapa penderita.
6. Obat-obatan
- Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-kadang dapat
memperberat psoriasis, bahkan dapat menyebabkan eritrodermia.
- Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik dosis tinggi
dapat menimbulkan efek “withdrawal”.
- Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita mania dan depresi
telah diakui sebagai pencetus psoriasis.
- Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk psoriasis.
- Hipersensitivitas terhadap nistatin, yodium, salisilat dan progesteron
dapat menimbulkan psoriasis pustulosa generalisata.

C. PATOFISIOLOGI
Walaupun digambarkan sebagai penyakit proliferasi epitel jinak, pada
kenyataannya psoriasis disebabkan oleh gangguan autoimun. Limfosit T
diaktifkan dalam berespons terhadap rangsangan tak-dikenal terkait dengan sel
Langerhans kulit. Pengaktifan sel T menyebabkan pembentukan sitokinin pro
inflamatori termasuk factor nekrosis tumor alfa, dan factor pertumbuhan yang
merangsang proliferasi sel abnormal dan perantiannya. Waktu pertukaran
normal sel epidermis adalah sekitar 28-30 hari. Pada psoriasis, epidermis di
bagian yang terkena diganti setiap 3-4 hari. Pertukaran sel yang cepat ini
menyebabkan peningkatan derajat metabolism dan peningkatan aliran darah ke
sel untuk menunjang metabolism tersebut. Peningkatan aliran darah
menimbulkan eritema. Pertukaran dan proliferasi yang cepat tersebut
menyebabkan terbentuknya sel-sel yang kurang matang. Trauma ringan pada
kulit dapat menimbulkan peradangan berlebihan sehingga epidemis menebal
dan terbentuklah plak. ( Corwin, 2009 : 112 )
Terdapat kecenderungan genetic untuk pembentukan psoriasis disertai
peningkatan insidensi pada anggota keluarga. Lebih dari ribuan gen, terutama
gen respons imun dan proliferasi diketahui berperan dalam pathogenesis dan
terbentuknya psoriasis. Factor lingkungan termasuk trauma pada kulit, infeksi
virus atau bakteri, rokok, dan stress dapat memperparah penyakit. Obat
tertentu seperti penghambat ACE (angiotensin-converting enzym) dan litium
dapat menjadi factor presipitasi atau memperburuk perjangkitan.

Pathway
Pertumbuhan kulit yang cepat (3-4 hari )

Stratum granulosum tidak terbentuk

Interval keratinisasi sel-sel stratum basale
memendek

Preoses pematangan dan keratinisasi stratum
korneum gagal

Terjadi parakeratosis

D. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan bentuk lesi, dikenal bermacam-macam psoriasis
antara lain:

a. Psoriasis puncata : Lesi sebesar jarum pentul atau milier


b. Psoriasis : Lesi dengan skuama tipis terletak pada muara folikel rambut.
folikularis
c. Psoriasis guttata : Lesi sebesar tetesan air
d. Psoriasis numularis : Lesi sebesar uang logam
e. Psoriasis girata : Lesi sebesar daun
f. Psoriasis anularis : Lesi melingkar berbentuk seperti cincin karena adanya involusi

dibagian tengahnya
g. Psoriasis : Lesi merupakan bercak solid yang menetap
diskoidea
h. Psoriasis ostracea : Lesi berupa penebalan kulit yang kasar dan tertutup lembaran-
lembaran skuama mirip kulit tiram

i. Psoriasis rupioides : Lesi berkrusta mirip rupia sifilitika

2. Tipe-tipe psoriasis terbagi atas:


a. Psoriasis vulgaris: bentuk ini ialah jenis yang paling umum karena itu
disebut vulgaris, dinamakan pula tipe plak karena lesi-lesinya
berbentuk plak. Tempat predileksinya seperti yang telah diterangkan di
atas.
b. Psoriasis gutata: diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm.
Timbulnya mendadak dan mengenai seluruh badan, umumnya setelah
infeksi di saluran napas bagian atas sehabis influenza atau morbili
(campak), terutama pada anak dan dewasa muda.
c. Psoriasis putulosa: gejala awalnya ialah kulit yang nyeri disertai gejala
umum berupa demam, mudah capek, mual, dan nafsu makan menurun.
Kelainan kulit psoriasis yang telah ada makin merah. Setelah beberapa
jam timbul agak bengkak dan bintil-bintil bernanah pada bercak merah
tersebut. Kelainan-kelainan semacam itu akan terus muncul dan dapat
menjadi eritroderma.
d. Psoriasis eritrodermis: dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang
terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya
kelainan kulit yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena
terdapat kemerahan dan bersisik tebal yang menyeluruh. Ada kalanya
kelainan kulit psoriasis masih tampak samar-samar, yakni lebih merah
dan kulitnya lebih meninggi.
e. Psoriasis kuku: menyerang dan merusak kuku. Permukaan kuku
tampak lekukan-lekukan kecil. Jenis ini termasuk yang bandel,
sehingga penderita sulit sembuh.
f. Psoriasis artritis: penyakit ini dapat pula disertai peradangan pada
sendi, sehingga sendi terasa nyeri, membengkak dan kaku, persis
seperti gejala rematik. Pada tahap ini, penderita harus segera ditolong
agar sendi-sendinya tidak sampai keropos.

3. Berdasarkan lokalisasi lesi maka dikenal bentuk psoriasis atipik seperti:


a. Psoriasis digitalis atau interdigitalis.
b. Lesi verukosa terutama di tungkai bawah.
c. Lesi dengan distribusi seperti sarung tangan atau kaos kaki.
d. Psoriasis fleksural atau inversus bila lesi didapatkan di daerah fleksor
atau lipatan-lipatan tubuh misalnya lipat paha, aksila, lipatan di bawah
payudara dan lainnya.
e. Psoriasis seboreik bila lesi didapatkan di daerah seboreik seperti kulit
kepala, alis mata, belakang telinga dan sebagainya.

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Plak eritematosa berbatas tegas ditutupi oleh skuama putih keperakan,
terutama di lutut, siku, kulit kepala, dan lipatan kulit.
2. Lesi dapat timbul secara perlahan tanpa diketahui, awalnya satu atau dua lesi,
lalu bergabung menjadi banyak lesi.
3. Sering dijumpai pemisahan kuku atau nail pit
4. Gejala meningkat pada musim panas dan memburuk pada musim dingin
5. Kulit bersisik
6. Kulit terasa gatal

F. KOMPLIKASI
Menurut Corwin (2009) komplikasi dari psoriasis diantaranya adalah:

1. Infeksi kulit yang parah dapat terjadi


2. Artritis deformans yang mirip dengan artritis rematoid, disebut psoriatika,
timbul pada sekitar 30-40% pasien psoriasis. Bila psioriasis dapat menjadi
penyakit yang melemahkan.

3. Berdampak pada penurunan harga diri pasien yang menimbulkan


psikologis,ansietas,depresi,dan marah.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Biopsi kulit, apabila diperlukan menunjukkan hyperplasia epidermis yang
irregular, penipisan lapisan suprapapiler, penebalan rete ridges, infiltrasi leukosit, dan
pustulosa epidermis.

H. TERAPI MEDIS
1. Keparahan penyakit menentukan pengobatan.
2. Penyakit yang ringan biasanya dapat diobati dengan emolien topical untuk
menghaluskan plak, analog vitamin D untuk mengurangi inflamasi, atau
retinoid topical untuk mengelupaskan kulit (sering kali dikombinasikan
dengan steroid topical untuk mengurangi inflamasi). Tar adalah satu metode
pengobatan efektif yang telah lama digunakan yang diterapkan pada kulit
selama beberapa minggu. Mekanisme kerja tidak diketahui pasti.
3. Fototerapi dengan sinar UV (ultraviolet) dapat digunakan
4. Fotokemoterapi digunakan untuk kondisi yang lebih serius. Jenis terapi ini
menggunakan obat teraktivasi cahaya, metoksalen (Prosalen), yang diberikan
per oral pada pasien 1 sampai 2 jam sebelum terpajan sinar UV. Metoksalen
yang aktif memblok sintesis DNA dan memperlambat replikasi dan pertukaran
sel. Terapi ini diidentifikasi dengan PUVA (kombinasi antara Psoralen (P) dan
radiasi UV gelombang panjang [UVA]). Beberapa persoalan muncul terkait
dengan efek jangkan panjangnta, dan pasien dengan PUVA harus diskrining
secara regular terhadap kanker kulit.
5. Penyakit yang sedang dan mengarah ke berat sering diobati secara sistematis,
dengan menggunakan obat kemoterapeutik untuk memengaruhi pertukaran sel,
antimetabolite untuk mencegah terjadinya siklus sel, atau agens imunosupresif
seperti kortikosteroid untuk menekan peradangan.
6. Strategi terapi baru untuk penyakit yang sedang atau berat adalah obat
pemodulasi imun (immune modulating drugs). Obat ini bekerja dengan
menurunkan jumlah atau fungsi sel T patogenik atau dengan menghambat efek
sitokinin pro-inflamatori. Contoh obat pemodulasi imun yang disetujui FDA
untuk pengobatan psoriasis sedang atau berat meliputi alefasep, efalizumab,
dan etanersep. Obat lain masih dalam penelitian.
7. Penyakit yang parah perlu rawat inap dan steroid sistemik

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PSORIASIS

A.    Pengkajian
1.    Pola Persepsi Kesehatan
a.       Adanya riwayat infeksi sebelumya.
b.      Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
c.       Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.
d.      Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
e.       Hygiene personal yang kurang.
f.       Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
2.    Pola Nutrisi Metabolik
a.         Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari makan.
b.         Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
c.         Jenis makanan yang disukai.
d.        Napsu makan menurun.
e.         Muntah-muntah.
f.          Penurunan berat badan.
g.         Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
h.         Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau perih
3.    Pola Eliminasi
a.       Sering berkeringat.
b.      Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4.    Pola Aktivitas dan Latihan
a.       Pemenuhan sehari-hari terganggu.
b.      Kelemahan umum, malaise.
c.       Toleransi terhadap aktivitas rendah.
d.      Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan.
e.       Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5.    Pola Tidur dan Istirahat
a.       Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
b.      Mimpi buruk.
6.    Pola Persepsi dan Konsep Diri
a.       Perasaan tidak percaya diri atau minder.
b.      Perasaan terisolasi.
7.    Pola Reproduksi Seksualitas
a.       Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
b.      Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
8.    Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
a.       Emosi tidak stabil
b.      Ansietas, takut akan penyakitnya
c.       Disorientasi, gelisah
9.    Pola Sistem Kepercayaan
a.       Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
b.      Agama yang dianut
10.    Pola Persepsi Kognitif
a.    Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
b.    Pengetahuan akan penyakitnya.
11.    Pola Hubungan dengan Sesama
a.     Hidup sendiri atau berkeluarga
b.    Frekuensi interaksi berkurang
c.     Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran

B.     Analisa Data
Data-data Etiologi Masalah
Ds:- Iritasi zat kimia, faktor Gangguan
Do: Turgor kulit buruk, kering, mekanik, faktor nutrisi. integritas kulit
bersisik, pecah-pecah, perubahan
warna kulit, terdapat bercak-
bercak, gatal-gatal, rasa terbakar,
kurangya personal hygiene,
lingkungan tidak sehat,
mengkonsumsi makanan
berminyak dan pedas.

Ds:- Biofisik, penyakit, dan Gangguan body


Do: kulit kering, bersisik, pecah- perseptual. image
pecah,terdapat bercak-bercak,
minder, tidak percaya diri, perasaan
terisolasi, interaksi berkurang.

Ds:- Perubahan status Ansietas


Do: klien tampak gelisah, takut kesehatan
akan penyakitnya, ragu,  gangguan
pola tidur, sering berkeringat,
anoreksia, mual, perubahan pola
berkemih.
Ds:- Gejala terkait penyakit Gangguan rasa
Do: ansietas, klien tampak gelisah, nyaman
gangguan pola tidur, klien takut
akan penyakitnya, gatal-gatal, kulit
terasa terbakar atau perih.

C.    Diagnosa Keperawatan
1)        Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit ditandai dengan adanya
gatal, rasa terbakar pada kulit, ansietas, klien tampak gelisah, dan gangguan pola tidur.
2)        Gangguan  integritas kulit berhubungan dengan iritasi zat kimia, faktor mekanik, faktor
nutrisiditandai dengan kerusakan jaringan kulit (kulit bersisik, turgor kulit buruk, pecah-
pecah, bercak-bercak, gatal).
3)        Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik, penyakit, dan perseptual ditandai
dengan tidak percaya diri, minder, perasaan terisolasi, interaksi berkurang.
4)        Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan klien gelisah,
ketakutan, gangguan tidur, sering berkeringat.
D.    Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan rasa nyaman Setelah 1.   Kaji penyebab1.      Sebagai dasar
berhubungan dengan gejala dilakukan gangguan rasa dalam menyusun
terkait penyakit ditandai tindakan selama nyaman rencana
dengan adanya gatal, rasa 1x24 jam klien intervensi
terbakar pada kulit, dapat keperawatan
ansietas, klien tampak mempertahanka 2.   Kendalikan 2.      Rasa gatal dapat
gelisah, dan gangguan pola n tingkat faktor- faktor diperburuk oleh

tidur kenyamanan iritan. panas, kimia dan


selama fisik.
perawatan
3.   Pertahankan 3.      Kesejukan
dengan kriteria
lingkungan yang mengurangi
hasil:
dingin atau sejuk. gatal.
- klien tampak
4.   Gunakan sabun
tenang
ringan atau sabun4.      Upaya ini
- gangguan tidur
khusus untuk mencakup tidak
hilang
kulit sensitif. adanya larutan
- klien menerima
akan detergen, zat

penyakitnya pewarna atau


5.   Kolaborasi dalam
- gatal dan perih bahan pengeras.
pemberian terapi
hilang 5.      Tindakan ini
topical seperti
membantu
yang diresepkan
meredakan gejala
dokter.

2. Gangguan  integritas kulit Setelah 1.     Kaji atau catat1.    Memberikan


berhubungan dengan iritasi dilakukan ukuran, warna, informasi dasar
zat kimia, faktor mekanik, intervensi keadaan luka / tentang
faktor nutrisiditandai selama 3x24 kondisi sekitar penanganan kulit
dengan kerusakan jaringan jam, diharapkan luka.
kulit (kulit bersisik, turgor Kerusakan 2.     Lakukan 2.    Merupakan
kulit buruk, pecah-pecah, integritas kulit kompres basah tindakan
bercak-bercak, gatal). dapat teratasi, dan sejuk atau protektif yang
dengan kriteria terapi rendaman. dapat
hasil: 3.     Lakukan mengurangi
- turgor kulit perawatan luka nyeri.
baik dan hygiene3.    Memungkinkan
- gatal hilang sesudah itu pasien lebih
- kulit tidak keringkan kulit bebas bergerak
bersisik dengan hati-hati dan
- bercak-bercak dan taburi bedak meningkatkan
hilang yang tidak iritatif. kenyamanan.
4.     Berikan prioritas
untuk
meningkatkan
kenyamanan dan4.    Mempercepat
kehangatan proses

pasien rehabilitasi

5.     Kolaborasi pasien

dengan dokter
dalam pemberian
5.    Untuk
obat-obatan
mempercepat
penyembuhan.

3. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan 1.    Berikan 1.    Klien


berhubungan dengan tindakan asuhan kesempatan pada membutuhkan
biofisik, penyakit, dan keperawatan klien untuk pengalaman
selama 1X24 jam,
perseptual ditandai dengan mengungkapkan didengarkan dan
diharapkan tidak
tidak percaya diri, minder, perasaan tentang dipahami dalam
terjadi gangguan
perasaan terisolasi, perubahan citra proses
body image.
interaksi berkurang tubuh. peningkatan
Dengan kriteria
hasil:
kepercayaan diri.

- Menyatakan
2.    Nilai rasa2.    Memberikan

penerimaan situasi keprihatinan dan kesempatan


diri. ketakutan klien. kepada perawat
- Bicara dengan untuk
keluarga/orang menetralkan
terdekat tentang kecemasan dan
situasi, perubahan memulihkan
yang terjadi. 3.    Bantu klien realitas situasi.
dalam 3.    Kesan seseorang
mengembangkan terhadap dirinya
kemampuan sangat
untuk menilai diri berpengaruh
dan mengenali dalam
serta mengatasi pengembalian
masalah. kepercayaan diri.

4.    Mendukung 4.    Pendekatan dan


upaya klien untuk saran yang positif
memperbaiki citra dapat membantu
diri, mendorong menguatkan
sosialisasi dengan usaha dan
orang lain dan kepercayaan
membantu klien yang dilaku
ke arah
penerimaan diri.
4. Ansietas yang Setelah 1.    Kaji tingkat1.    Identifikasi
berhubungan dengan dilakukan ansietas dan masalah spesifik
perubahan status kesehatan intervensi diskusikan akan
ditandai dengan klien selama 3x24 penyebab bila meningkatkan
gelisah, ketakutan, jam, diharapkan mungkin kemampuan
gangguan tidur, sering Ansietas dapat individu untuk
berkeringat. diminimalkan menghadapinya
sampai dengan dengan lebih
diatasi, dengan realistis.
2.    Ka kajiulang
kriteria hasil : 2.    Sebagai
keadaan umum
- klien tampak indikator awal
pasien dan TTV
tenang dalam
-klien menerima menentukan
tentang 3.    Berikan waktu intervensi
penyakitnya pasien untuk berikutnya
- gangguan tidur mengungkapkan 3.    Agar pasien
hilang masalahnya dan merasa diterima
- pola berkemih dorongan ekspresi
normal yang bebas,
misalnya rasa
marah, takut, ragu
4.    Jelaskan semua
prosedur dan
4.    Ke tidaktahuan
pengobatan
dan kurangnya
pemahaman
dapat
5.    Diskusikan
menyebabkan
perilaku koping
timbulnya
alternatif dan
ansietas
tehnik pemecahan
5.    Mengurangi
masalah
kecemasan
pasien
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Psoriasi adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana penderitanya
mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Penyakit ini secara klinis sifatnya tidak
mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh
mana saja sehingga dapat menurunkan kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan
baik. (Effendy, 2005)
Penyebab psoriasis sampai saat ini belum diketahui.Diduga penyakit ini diwariskan secara
poligenik.
Penderita biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-tempat predileksi, yakni
pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor
terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral.
Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama
diatasnya. Eritema berbatas tegas dan merata. Skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna
putih seperti mika, serta transparan.
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner. Fenomena tetesan
lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan, seperti lilin digores.
Pada fenomena Auspitz serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan karena
papilomatosis. Trauma pada kulit , misalnya garukan , dapat menyebabkan kelainan yang
sama dengan kelainan psoriasis dan disebut kobner. Psoriasis juga dapat menyebabkan
kelainan kuku yang agak khas yang disebut pitting nail atau nail pit berupa lekukan-lekukan
miliar.

3.2. Saran
Kepada mahasiswa (khususnya mahasiswa perawat) atau pembaca disarankan agar dapat
mengambil pelajaran dari makalah ini sehingga apabila terdapat tanda dan gejala penyakit
psoriasis dalam masyarakat maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar penyakit
tersebut tidak berlanjut ke arah yang lebih buruk. Makalah ini juga dapat dijadikan referensi
awal untuk bahan belajar dan tugas.

DAFTAR PUSTAKA

Ajunadi, Purnawan dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
Djuanda, Adhi. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran UI: Jakarta.
Djuanda, A. 2007. Dermatosis Eritroskuamosa dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin ed.5.
Penerbit FK UI. Jakarta
Doengoes, E, Marilynn. (2000). “Rencana Asuhan Keperawatan”, Edisi 3, EGC: Jakarta
Herdman, T. heather, 2012, Diagnosis Keperawtan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014/
editor
T.Heather Herdman; alih bahasa, Made Sumarwati, dan Nike Budi Subekti. EGC. Jakarta
Price, Wilson. (1995). “Patofisiologi”, Edisi 4, EGC: Jakarta.
Smeltzer, Suzanne. (2002). “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”, Edisi 8, Volume 3,
EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai