PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil penjelasan diatas terlihat bahwa dari seluruh klien yang
mengalami Gangguan Sistem Persarafan yang dirawat di Ruang Bedah
Rumah Sakit Umum Karel Sadsuitubun Langgur dalam 4 bulan terakhir
yaitu dari bulan Januari – April 2014 menunjukkan angka kejadian trauma
kepala diantranya adalah Mild Head Injuri 285 (32,8%) sementara
Moderathe Head Injuri mencapai 178 (22,61%) dari 787 kasus yang
dirawat di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Karel Sadsuitubun Langgur
dimana Moderathe Head Injuri menempati urutan ke – 2 dari sepuluh
besar penyakit di Ruang Bedah . Kejadian ini menunjukkan begitu tinggi
bila dibandingkan dengan angka kejadian penyakit bedah saraf lainnya.
Melihat keadaan tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk menyusun
karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. K
dengan Gangguan Sistem Persarafan : Moderathe Head Injuri di Ruang
Bedah Rumah Sakit Umum Karel Sadsuitubun Langgur
.Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan
Asuhan Keperawatan pada klien dengan Moderathe Head Injuri,
secara langsung pada situasi nyata dan komprehensif meliputi
aspek bio, psiko, sosial, kultural, dan spiritual yang didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melaksanakan pengkajian secara
komprehensif pada
klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Moderathe Head
Injuri.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien
dengan
Gangguan Sistem Persarafan : Moderathe Head Injuri.
c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan
pada klien
dengan Gangguan Sistem Persarafan : Moderathe head
injuri.
d. Penulis mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai
dengan rencana Asuhan Keperawatan pada klien dengan
Gangguan Persarafan : Moderathe Head Injuri.
e. Penulis mampu mengevaluasi hasil tindakan yang telah
dilakukan pada
klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Moderathe
Head Injuri.
f Penulis mampu mendokumentasikan hasil Asuhan
Keperawatan pada
klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Moderathe
Head Injuri.
D. Manfaat
H. Sistematika
Telaahan Karya Tulis Ilmiah disusun secara sistematis yang dijabarkan dalam 4
BAB yaitu sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,
ruang lingkup pembahasan, tujuan, manfaat, metode telaahan, waktu pelaksanaan,
tempat pelaksanaan dan sistematika telaahan. BAB II : Tujuan Teoritis Asuhan
Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan : Moderathe Head Injuri, yang
membahas konsep dasar terdiri dari defenisi, anatomi fisiologi,
A. Konsep Dasar
penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga
oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan, (Syaifuddin,
2006). Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala,
tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung
maupun tidak langsung pada kepala, (Muttaqin, 2008). Dari pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa trauma kepala merupakan trauma pada jaringan otak
yang terjadi secara langsung yang disebabkan oleh kekuatan mekanis atau
kekuatan fisik eksternal yang dapat mengakibatkan deformitas jaringan di
kepala atau kerusakan neurologis yang dapat merubah tingkat kesadaran serta
gangguan kegiatan sehari-hari. 2. Anatomi Fisiologi Sisitem Persarafan a.
Anatomi sistem persarafan Dibawah ini adalah gambar dari penampang lateral
lobus – lobus otak dan gambar neuron motorik dan sensorik memperlihatkan
struktur dari suatu saraf perifer bermielin.
bertambah volumenya, terutama pada orang dewasa, (Asih & Effendi, 2003).
Jaringan otak dilindungi oleh beberapa pelindung, mulai dari permukaan luar
adalah kulit kepala yang mengandung rambut, lemak dan jaringan lainnya, tulang
tengkorak, meningens (selaput otak dan liquor serebrospinalis), (Syaifuddin,
2006). Otak dibagi dalam beberapa bagian diantaranya yaitu sebagai berikut : 1)
Serebrum (Otak Besar) Pada otak besar ditemukan beberapa lobus, yaitu : a)
Lobus frontalis Lobus frontalis adalah bagian dari cerebrum yang terletak depan
sulkus sentralis, yang berfungsi dalam kemampuan bergerak konseptual,
kemampuan berbicara, pengambilan keputusan, kemampuan melukiskan kata,
(Sloane, 2004). Lobus frontalis berfungsi aktifitas motoriknya diekspresikan
melalui : korteks somato-motorik primer (area Brodmann 4), korteks premotor
dan suplemen (area Brodmann 6), frontal eye field (area Brodmann 8) dan pusat
bicara Broca (area Brodmann 44), sedangkan kontrol ekspresif dari emosi dan
moral dilaksanakan oleh korteks pre frontal, (Yasmin, 2004). b) Lobus parietalis
Batang Otak (Trunkus Serebri) Gambar 3 : Muara Saraf – Saraf Cranial dan
Olfactory Bulbi, (Van De Graff, Kent. M, 2007.) Batang otak adalah pangkal
otak yang merilei pesan-pesan antara medula spinalis dan otak. Batang otak
terdiri dari: a) Diensefalon, bagian batang otak paling atas terdapat diantara
serebrum dengan mesensefalon.
Kumpulan dari sel syaraf yang terdapat di bagian depan lobus temporalis
terdapat kapsula interna dengan sudut menghadap ke samping. Fungsi dari
diensefalon:
terdapat premotoksid yang mengatur gerakan pernafasan dan reflek. Fungsi dari
pons varoli terdiri dari :
(1) Penghubung antara kedua bagian serebelum dan juga antara medula
oblongatan dengan serebelum
(2) Pusat syaraf nervus trigeminus d) Medula oblongata, merupakan bagian
dari batang
otak yang paling bawah yang menghubungkan pons varoli dengan medula
spinalis.
(1) Nervus I (nervus olvaktorius) Serabut saraf olfaktorius berasal dari neuron
yang terdapat dalam mukosa hidung yang terletak dibagian atas dari
mukosa hidung sebelah atas dari conca nasalis superior.
(2) Nervus II (Nervus optikus) Saraf ini penting untuk fungsi penglihatan dan
merupakan saraf aferen sensorik khusus. Pada dasarnya saraf ini
merupakan penonjolan dari otak ke perifer.
(3) Nervus III Nervus oculamotorius) Saraf ini mempunyai nucleus yang
terdapat pada
mensenphalon. Saraf ini berfungsi sebagai saraf untuk mengangkat bola
mata.
(4) Nervus IV (Nervus trochlearis) Pusat saraf ini terdapat pada mensephalon.
Saraf ini
mensarafi Musculus obligue yang berfungsi memutar bola mata.
(5) Nervus V (Nervus trigeminus) Saraf ini terdiri dari 3 buah saraf yaitu
nervus optalmicus, nervus maxilaris dan nervus mandibularis yang
merupakan saraf gabungan sensorik dan motorik. Ketiga saraf ini
mengurus sensasi umum pada wajah dan sebagian kepala, sebagian dalam
hidung, mulut, gigi dan meningen.
(6) Nervus VI (Nervus abducens) Berpusat di pons bagian bawah. Saraf ini
menyarafi
mulsculus rectus lateralis. Kerusakan saraf ini dapat menyebabkan bola
mata tidak
dapat digerakkan ke lateral dan sikap bola mata tertarik ke medial
(strabismus konvergen).
(7) Nervus VII (Nervus vasialis) Saraf ini merupakan gabungan saraf.
Saraf ini
berfungsi untuk sensasi umum dan pengecapan, sedangkan saraf eferen
untuk otot wajah atau mimik.
(8) Nervus VIII (Nervus acusticus) Terdiri dari 2 komponen yaitu saraf
pendengaran dan saraf keseimbangan.
(9) Nervus IX (Nervus glosofsringeus) Saraf ini mengurus lidah dan faring.
Komponen motorik saraf ini mengandung serabut sensorik khusus.
Komponen motorik saraf ini mengurus otot-otot faring. Serabut sensorik
khusus mengurus pengucapan di lidah, disamping itu juga mengandung
serabut sensori umum dibagian belakang lidah, tuba eustacius dan telinga
tengah.
(10) Nervus X (Nervus vagus) Saraf ini terdiri dari 3 komponen yaitu :
(a) Komponen motorik yang mensarafi otot-otot faring dan otot- otot yang
menggerakkan pita suara.
(b) Komponen sensori yang mengurus perasaan dibawah faring.
(c) Komponen saraf parasimpatis yang mensarafi sebagian alat- alat dalam
tubuh.
(12) Nervus XII (Nervus hypoglosus) Saraf ini merupakan saraf eferen yang
mengurus otot-otot lidah. Nukleusnya terletak ada medula dasar
ventrikularis IV dan menonjol
sebagian trigonum, (Sloane, 2004). 3) Serebelum (Otak Kecil) Serebelum
(otak kecil)
terletak pada bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan dengan
serebrum oleh fisura transversalis di belakangi oleh pons varoli dan di
atas medula oblongata.
Bentuknya oval, bagian yang mengecil pada sentral disebut vernis dan
bagian yang melebar pada lateral disebut hemisfer. Serebelum
berhubungan batang
dengan batang
otak melalui pendukulus serebri inferior. Permukaannya berlipat – lipat
menyerupai serebelum tetapi lipatannya lebih kecil dan teratur. Permukaan
serebelum ini
mengandung zat kelabu. Fungsi serebelum :
a) Arkhioserebelum (Vestibuloserebelum), Serabut averen berasal dari
telinga dalam yang diteruskan oleh nervus VIII untuk keseimbangan
dan rangsangan pendengaran ke otak.
hematoma, karena terjadi pengisian cairan pada ruang subdural akibat dari vena
yang pecah. Selanjutnya pergeseran otak juga menimbulkan daerah- daerah
yang bertekanan rendah (cedera regangan) dan bila hebat sekali dapat
menimbulkan kontusi. Akibat dari adanya edema, maka pembuluh darah otak
akan mengalami penekanan yang berakibat aliran darah ke otak berkurang,
sehingga akan hipoksia dan menimbulkan iskemia yang akhirnya gangguan
pernapasan asidosis respiratorik (Penurunan PH dan peningkatan PCO2 ).
Akibat lain dari adanya perdarahan otak dan edema serebri yang paling
berbahaya adalah terjadinya peningkatan tekanan intrakranial yang timbul
karena adanya proses desak ruang sebagai akibat dari banyaknya cairan yang
bertumpuk di dalam otak. Peningkatan intra kranial yang terus berlanjut hingga
terjadi kematian sel dan edema yang bertambah secara progresif, akan
menyebabkan koma dengan tingginya tekanan intra kranial yang terjadi karena
kedua hemisfer otak atau batang otak sudah tidak berfungsi, (Sloane, 2004). 5.
Tanda dan Gejala Penderita pingsan berjam – jam bahkan berhari – hari sampai
berminggu dan disertai amnesia retrograde yang lebih jelas. Bila kontusio
mengenai pusat vital terutama dasar ventrikel III maka kematian akan datang
tanpa pernah sadar kembali.
Ditemukan gejala – gejala neulogis seperti refleks babinski yang positif serta
kelumpuhan yang nyata. Pada keadaan berat didapatkan denyut nadi yang cepat
sekali, suhu badan meninggi, pernafasan dangkal dan kesadaran menurun
sampai koma. Bila kontusio terjadi karena tekanan oleh insisura fentorial,
terjadi gejala – gejala deserebrasi yaitu koma yang dalam, pernafasan ngorok,
pupil lebar, hiperestensi ekstremitas kalau sudah sampai tingkat ini
prognosisnya jelek. Klasifikasi cedera kepala berdasarkan tingkat keparahan
yaitu sebagai berikut: a. Cedera kepala ringan (mild HI) Suatu keadaan dimana
kepala mendapat trauma ringan dengan hasil penilaian tingkat kesadaran (GCS)
yaitu 13-15, klien sadar penuh, atentif dan orientatif. Klien tidak mengalami
kehilangan kesadaran, bila hilang kesadaran misalnya konkusio, tidak ada
intoksikasi alkohol atau obat terlarang. Klien biasanya mengeluh nyeri kepala
dan pusing. Pasien dapat menderita abrasi, laserasi atau hematoma kulit kepala.
b. Cedera kepala sedang (moderat HI) Suatu keadaan cedera kepala dengan
nilai tingkat kesadaran (GCS) yaitu 9-12, tingkat kesadaran lethargi, obturded
atau stupor . Gejala lain berupa muntah, amnesia pasca trauma, rabun,
hemotimpanum, otorea atau rinorea cairan cerebrospinal dan biasanya terdapat
kejang.
Cedera kepala berat (severe HI) Cedera kepala dengan nilai tingkat kesadaran
(GCS) yaitu 3-8, tingkat kesadaran koma. Terjadi penurunan derajat kesadaran
secara progresif. Tanda neurologis fokal, cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur
depresi kranium. Mengalami amnesia > 24 jam, juga meliputi kontusio cerebral,
laserasi atau hematoma intra kranial, (Sloane, 2004). 6. Komplikasi Komplikasi
yang dapat terjadi akibat dari Moderathe Head Injuri/ Trauma Kepala Sedang
(MHI) yaitu :
hipotalamus dan stimulus gagal. Hal ini merangsang anterior hipofisis menjadi
hiperasiditas. Hipotalamus merangsang anterior hipofisis untuk mengeluarkan
steroid adrenal. Hal ini adalah kompensasi tubuh untuk menangani edema
serebral. Namun, pengaruhnya terhadap lambung adalah peningkatan ekskresi
asam lambung yang menyebabkan hiperasiditas. Selain itu hiperasiditas terjadi
karena adanya peningkatan pengeluaran katekolamin dalam menangani stres
yang mempengaruhi produksi lambung. Hiperasiditas yang tidak ditangani akan
menyebabkan perdarahan lambung, sedangkan peningkatan asam lambung akan
mengakibatkan klien mual dan muntah. Klien dengan peningkatan tekanan intra
kranial akibat trauma kepala ditandai dengan muntah yang seringkali proyektil.
d. Sistem endokrin dan perkemihan Pada trauma kepala terjadi perubahan
metabolisme yaitu kecenderungannya retensi natrium dan air serta hilangnya
sejumlah nitrogen. Retensi natrium disebutkan karena adanya stimulus terhadap
hipotalamus yang menyebabkan pelepasan ACTH dan sekresi aldosteron. Pada
pasien dengan trauma kepala khususnya fraktur tengkorak. Kerusakan pada
kelenjar hipofisis atau hipotalamus atau TTIK. Gambaran klinis dapat
dikomplikasi oleh diabetes insipidus. Pada keadaan ini terdapat disfungsi ADH.
Dengan penurunan jumlah ADH yang ada pada darah, ginjal mengekskresikan
terlalu banyak air, menimbulkan dehidrasi. Pada klien dengan penurunan
kesadaran dapat menyebabkan inkontinensia urine karena lemahnya kontrol
otot spinkter uretra eksterna. e. Sistem muskuloskeletal Pada disfungsi hemisfer
bilateral atau disfungsi pada tingkat batang otak, terdapat kehilangan
penghambatan serebral dari gerakan involunter. Terdapat gangguan tonus otot
dan penampilan postur abnormal, yang dapat membuat komplikasi seperti
peningkatan spastisitas dan kontraktur. Klien dengan penurunan kesadaran akan
gelisah serta gerakan kaki dan tangannya yang tidak terkontrol. f. Sistem
integumen Pada klien yang dilakukan craniotomy tampak luka operasi pada
kepala bila penyembuhan luka tidak baik akan didapatkan tanda-tanda rubor,
tumor, dolor, kalor dan fungsiolaesa dan bila infeksi akan didapatkan gangguan
integritas kulit selain itu juga dapat terjadi peningkatan suhu tubuh sehingga
pada anggota badan akan tampak banyak keringat, (Effendy, 2006).
1. . Pemeriksaan Penunjang
a. Spinal X ray Membantu menentukan lokasi terjadinya trauma dan efek
yang terjadi
(perdarahan atau ruptur atau fraktur).
b. CT Scan Memeperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia serta posisinya secara pasti.
c. Myelogram Dilakukan untuk menunjukan vertebrae dan adanya
bendungan dari
spinal aracknoid jika dicurigai.
d. MRI (magnetic imaging resonance) Dengan menggunakan gelombang
magnetik
untuk menentukan posisi serta besar/ luas terjadinya perdarahan otak.
e. Thorax X ray Untuk mengidentifikasi keadaan pulmo.
f. Pemeriksaan fungsi pernafasan Mengukur volume maksimal dari inspirasi
dan
ekspirasi yang penting diketahui bagi penderita dengan cidera kepala dan
pusat
pernafasan (medulla oblongata).
g. Analisa Gas Darah Menunjukan efektifitas dari pertukaran gas dan usaha
pernafasan,
(Effendy, 2006).
Penatalaksanaan
Pengertian Kraniotomi adalah jenis operasi atau pembedahan otak yang
dilakukan dengan anastesi umum yang bertujuan untuk menghilangkan
bekuan darah ( hematoma ) di otak, untuk mengontrol perdarahan,
kebocoran pembuluh darah, untuk memperbaiki kelainan arteriovenosa,
untuk mengeringkan abses otak, meringankan tekanan didalam
tengkorak, untuk melakukan biopsi atau untuk memeriksa otak,
(Doengoes, 2002).
Indikasi
1) Trauma kepala ringan
2) Trauma kepala sedang
3) Trauma kepala berat
7) Lesi diterapi
Pengobatan
1) Anti kejang : kejang konvulsif dapat terjadi setelah cedera
kepala dan harus diobati. Mula-mula berikan diazepam 10 mg
intravena perlahan-lahan dan dapat diulangi sampai 3 kali bila
masih kejang. Bila tidak berhasil dapat diberikan fenitoin 15 mg/
kgBB diberikan intravena perlahan-lahan dengan kecepatan tidak
melebihi 50 mg/ menit. Pada cedera kepala berat, Antikejang
fenitoin diberikan 15-20 mg/kgBB bolus intravena, kemudian 300
mg/hari intravena mengurangi frekuensi kejang pascatrauma dini
(minggu pertama) dari 14% menjadi 4% pada pasien dengan
perdarahan intrakranial traumatik. Pemberian fenitoin tidak
mencegah timbulnya epilepsi pascatrauma di kemudian hari. Jika
pasien tidak menderita kejang, fenitoin harus dihentikan setelah 7-
10 hari. Kadar fenitoin harus dipantau ketat karena kadar subterapi
sering disebabkan hipermetabolisme fenitoin. 2) Temperatur badan
: demam (temperatur > 101o F) mengeksaserbasi cedera otak dan
harus diobati secara agresif dengan asetaminofen atau kompres
dingin. Pengobatan penyebab (antibiotik) diberikan bila perlu. 3)
Steroid : steroid tidak terbukti mengubah hasil pengobatan pasien
dengan cedera kepala dan dapat meningkatkan resiko infeksi,
hiperglikemia dan komplikasi lain. Untuk itu, steroid hanya dipakai
sebagai pengobatan terakhir pada herniasi serebri akut
(deksametason 10 mg intravena setiap 4-6 jam selama 48-72 jam)
4) Profilaksis ulkus peptic : pasien dengan ventilasi mekanis atau
koagulopati memiliki resiko ulserasi stres gastrik yang meningkat
dan harus mendapat ranitidin 50 mg intravena setiap 8 jam atau
sukralfat 1 g per oral setiap 6 jam atau H2 antagonis lain atau
inhibitor proton. 5) Antibiotik : penggunaan antibiotik rutin untuk
profilaksis pada pasien dengan cedera kepala terbuka masih
kontroversial. Golongan penisilin dapat mengurangi resiko
meningitis penumokok pada pasien dengan otorea, rinorea cairan
serebrospinal atau udara intrakranial tetapi dapat
a. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar
tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien.
Pengumpulan Data Pengumpulan data menggunakan berbagai metode seperti
observasi (data yang dikumpulkan berasal dari pengamatan), wawancara
(bertujuan untuk mendapatkan respon dari klien .
b) Pelaksanaan
(1) Bersihkan area luka dengan menggunakan kassa non steril dengan larutan Nacl
0,9% menggunakan pinset anatomis.
(2) Satelah luka dibersihkan kemudian oleskan betadhine
(3) Kassa steril diberi betadhine kemudian ditutupkan pada area luka yang telah
dibersihkan tadi
(4) Lapisi kassa kering lalu plester sekeliling kassa, (Effendi, 2004).
(1) Klien mengalami penurunan kesadaran maka dalam orientasi, daya ingat,
perhatian dan perhitungan serta fungsi bicara klien sehingga hasil
pemeriksaan status mentalnya kurang dari normal atau kurang dari 20
ditandai dengan amnesia, gangguan kognitif, dll.
(2) Tingkat kesadaran Biasanya tingkat kesadaran berkisar antara lethargi
dengan kuantitas : nilai GCS : 9-12. b) Pengkajian bicara
(a) Proses reseptif Biasanya didapatkan kesulitan mengucapkan kata-
kata yang lebih
dari satu kata misalnya “sakit kepala” atau “rumah sakit”.
(b) Proses ekspresif
Biasanya didapatkan bicara kurang lancar, tidak spontan dan tidak jelas c) Test
nervus kranial (1) Nervus I (olfaktorius) Memperlihatkan gejala penurunan daya
penciuman dan anosmia bilateral yang disebabkan karena terputusnya serabut
olfaktorius selain karena trauma kepala juga bisa disebabkan oleh infeksi. (2)
Nervus II (optikus) Pada trauma oksipitalis, memperlihatkan gejala berupa
penurunan daya penglihatan, penurunan lapang pandang. (3) Nervus III, IV, VI
(okulomotorius, troklearis, abdusen) Pada trauma kepala yang disertai dengan
perdarahan intrakranial akan menyebabkan gangguan reaksi pupil yang lambat/
midriasis karena tekanan pada bagian pinggir nervus III yang mengandung serabut
parasimpatis. Gangguan kelumpuhan N IV, namun jarang terjadi. Kelumpuhan N
IV menyebabkan terjadinya diplopia, gejala lainnya berupa refek cahaya menurun,
anisokor. (4) Nervus V (trigeminus)
Gangguan ditandai adanya pembengkakan pada area kepala yang terbentur. (5)
Nervus VII (fasialis) Pada trauma kepala yang mengenai neuron motorik atas
unilateral dapat menurunkan fungsinya, melemahnya penutupan kelopak mata dan
hilangnya rasa pada 2/3 bagian lidah anterior. (6) Nervus VIII (akustikus) Pada
pasien sadar gejalanya berupa menurunnya daya pendengaran dan keseimbangan
tubuh. (7) Nervus IX, X, XI (glosofaringeus, vagus, assesoris) Gejala jarang
ditemukan karena klien akan meninggal apabila trauma mengenai syaraf tersebut.
Adanya hiccuping (cegukan) karena kompresi pada nervus vagus yang
menyebabkan spasmodik dan diafragma. Hal ini terjadi karena kompresi batang
otak. Cegukan yang terjadi biasanya beresiko peningkatan tekanan intrakranial. (8)
Nervus XII (hipoglosus) Hal ini menyebabkan adanya kesulitan menelan, (Pearce
E. C, 2006). 4) Pola Aktifitas Sehari-hari a) Nutrisi dan cairan
g. Pada pasien Moderathe Head Injuri kemampuan usus untuk mencerna makanan
mengalami gangguan, biasanya jenis makanan yang diberikan cairan atau lunak, b)
Pola eliminasi Pada pasien Moderathe Head Injuri proses eliminasi urine lancar. c)
Istrahat dan tidur Tidur terganggu akibat penyakit yang dirasakan. d) Personal
hygiene Klien dengan Moderathe Head Injuri biasanya belum dapat melakukan
aktivitas personal hygiene seperti biasa, sehingga memerlukan bantuan dari orang
lain. e) Aktivitas Kemampuan klien dengan Moderathe Head Injuri belum dapat
beraktifiat dan aktifitas terbetas dalam mempercepat proses penyembuhan. f)
Riwayat Psikososial Suatu interaksi antara sesama manusia atau individu yang
terjadi dilingkungan masyarakat. Untuk mempererat suatu hubungan sosial dan
hubungan antara keluarga. g) Data Sosial Data yang diperlukan adalah bagaimana
pasien berhubungan dengan orang-orang terdekat dan yang lainnya. Kemampuan
h. berkomunikasi dan peranannya dalam keluarga. Pada klien yang mengalami
penurunan kesadaran data sosial tidak dapat dikaji. Sedangkan pada klien yang
tingkat kesadarannya normal, pada klien trauma kepala akan didapatkan kesulitan
berkomunikasi. h) Riwayat Spiritual Biasanya akan lebih berserah diri dan berdoa
akan kesembuhan penyakitnya. i) Riwayat Hosspitalisasi Meliputi pemahaman
klien tentang riwayat inap dan pola personal higyene. j) Pemeriksaan Penunjang
Meliputi hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain pemeriksaan
radiologi dan pemeriksaan foto rontgen dan Ct- Scan. k) Pengobatan Pemberian
obat yang diberikan pada klien pada saat dilakukan pengkajian sesuai dengn
program pengobatan. b. Pengelompokan Data Pengelompokkan data adalah data-
dat klien atau keadaan tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan
atau keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya. Setelah data
i. dikelompokkan maka perawat dapat mengidentifikasi masalah keperawatan klien
dengan merumuskannya, (Nursalam, 2005). c. Analisa Data Analisa data adalah
proses intelektual yaitu kegiatan mentabulasi, menyelidiki, mengklasifikasi dan
mengelompokkan data serta mangaitkannya untuk menentukan kesimpulan dalam
bentuk diagnosa keperawatan, biasanya ditemukan data subjektif dan data objektif,
(Carpenito, 2002). Analisa data terdiri dari : 1) Problem yaitu suatu masalah yang
muncul dalam keperawatan. 2) Etiologi yaitu penyebab dari timbulnya suatu
masalah keperawatan. 3) Symptom yaitu gejala yang menyebabkan timbulnya
suatu masalah. Serta masalah dianalisa diprioritaskan sesuai dengan kriteri
prioritas masalah untuk menentukan masalah yang harus segera diatasi yaitu : 1)
Masalah yang dapat mengancam jiwa klien. 2) Masalah aktual. 3) Masalah
potensial atau resiko.
j. Prioritas Masalah Prioritas masalah dalam dituliskan dalam urutan tertentu untuk
memudahkan pengurutan diagnosa keperawatan berkaitan yang dipilih, yang tersaji
dalam pedoman perawatan, (Doengoes, 2002). s 2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi
kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi.
Adapun diagnosa yang timbul pada penyakit Moderathe Head Injuri (Doengoes,
2002) antara lain : a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
akibat benturan yang dialami b. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan
adanya perlukaan jaringan. c. Aktual atau resiko terjadi gangguan pemenuhan
nutrisi, kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan berkurangnya
kemampuan menerima nutrisi d. Kecemasan (uraian tingkatannya) berhubungan
dengan faktor psikologis (ancaman perubahan status kesehatan, status sosio-
ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi).
k. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi
kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi.
Adapun diagnosa yang timbul pada penyakit Moderathe Head Injuri (Doengoes,
2002) antara lain : Tujuan adalah hasil yang diharapkan dari setiap asuhan
keperawatan yang dapat dicapai dalam menanggulangi masalah klien yang telah
diidentifikasi dalam pengkajian keperawatan. Dalam merumuskan tujuan harus
jelas dengan kriteria yang dapat diukur. Setelah informasi dan data mengenai klien
tersebut melalui perencanaan. Diagnosa keperawatan diatas dapat dibuat suatu
perencanaan keperawatan dengan susunan sebagai berikut (Doengoes, 2002) : a.
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat benturan yang
dialami Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama beberapa hari
diharapkan nyeri teratasi
Ijinkan klien ditemani keluarga selama fase kecemasan dan pertahankan situasi
klien saat ini 4) Pantau dan catat respon verbal dan non verbal klien yang
menunjukkan kecemasan Rasional : 1) Mengidentifikasi faktor pencetus masalah
kecemasan dan menawarkan solusi yang dapat dilakukan klien 2) Menunjukkan
bahwa kecemasan adalah wajar dan tidak hanya dialami oleh klien dengan harapan
klien dapat memahami dan menerima keadaannya 3) Memobilisasi sistem
pendukung, mencegah perasaan terisolasi dan menurunkan kecemasan 4) Menilai
perkembangan masalah klien e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis
dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan pemaparan dan atau kesalahan
interpretasi informasi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan dapat memahami tentang penyakitnya Kriteria hasil : Klien paham
dengan penyankitnya Intervensi : 1) Kaji tingakat pengetahuan klien atau orang
terdekat dan kemampuan atau kesiapan belajar klien
Jelaskan tentang proses penyakit, penyebab, faktor resiko dan dampak penyakit
terhadap perubahan status kesehatan – sosio - ekonomi, fungsi - peran dan pola
interaksi sosial klien 3) Tekankan pentingnya mempertahankan asupan nutrisi dan
cairan yang adekuat Rasional : 1) Proses pembeljaran sangat dipengaruhi oleh
kesiapan fisik dan mental klien 2) Meningkatkan pengetahuan klien tentang
masalah yang dialaminya 3) Penderita Moderathe Head injuri yang mengikuti
program terapi yang tepat dengan status gizi yang adekuat akan meningkatkan
kualitas hidupnya 3. Implementasi Implementasi adalah pengolahan dan
perwujudan dari rencana keperawatan meliputi tindakan-tindakan yang telah
direncanakan, melaksanakan anjuran – anjuran dokter dan menjalankan ketentuan -
ketentuan Rumah Sakit. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana yang
telah ditetapkan dengan harapan mengatasi masalah yang dihadapi klien. Catatan
yang dibuat dalam implementasi merupakan sumber yang ditujukan untuk evaluasi
keberhasilan tindakan perawatan yang telah direncanakan sebelumnya, (Effendi,
2006).
Evaluasi Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperwatan. Eveluasi
menyediakan nilai informasi mngenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan
dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang
telah dibuat pada tahap perencanaan. Dalam evaluasi, proses perkembangan klien
dinilai selama 24 jam terus-menerus yang ditulis dalam bentuk catatan atau laporan
keperawatan yang ditulis oleh perawat jaga sebelum mengakhiri jam dinasnya,
(Hidayat, 2004). Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
SOAP sebagai pola pikir yaitu sebagai berikut : S : Respon subjektif klien terhadap
intervensi yang dilaksanakan. O : Respon objektif klien terhadap intervensi yang
dilaksanakan. A : analisa ulang atas data subjektif dan data objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau ada masalah baru. P :
Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa data pada respon,
(Hidayat, 2004)
BAB III
A. Laporan Kasus
1. Pengkajian a. Pengumpulan data 1. Biodata a) Identitas Klien
Nama : Tn. K
Umur : 20 Tahun
Jenis Kelamin : laki - laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Kabupatan Maluku Tenggara /Desa Sathean
Riwayat Kesehatan a)
Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Keluhan utama : Nyeri
(2) Riwayat keluhan utama : Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 01 Juli
2017, Klien
mengatakan sebelum masuk rumah sakit, klien mengalami kecelakaan lalu
lintas
mengendarai motor di daerah Purwakarta dan klien tidak menggunakan helm.
Sebelumnya
klien sempat pingsan akibat kepala klien membentur aspal. Klien kemudian
dirujuk di
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung. Klien juga
mengatakan nyeri pada
bagian kepala karena terbentur aspal. Nyeri seperti ditusuk-tusuk oleh benda
tajam yang
dirasakan hilang timbul dengan skala nyeri 4 (0 – 10), nyeri bertambah berat
apabila klien
bergerak atau beraktifitas dan berhenti jika klien tidak beraktifitas. Keluhan
yang menyertai
adalah klien mengatakan terdapat luka pada muka bagian kanan, tangan
bagian kiri dan
kaki bagiaan kanan.
Riwayat Kesehatan Dahulu Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah
mengalami kecelakaan seperti yang di alaminya saat ini. Klien tidak alergi
terhadap makanan maupun obat – obatan. c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami riwayat
yang sama dengan klien. Keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit
DM, hipertensi, TBC dan penyakit menular. 2. Pemeriksaan Fisik a) Keadaan
umum : Lemah b) Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4,V5,M6) c) Tanda-
tanda vital : TD : 120/70 mmHg ND : 80 x/ menit P : 22 x/ menit S : 36,8º C d)
Sistem Pengindraan Ekspresi wajah meringis saat nyeri, pada palpebra bagian
kanan nampak lebam, nampak bola mata menonjol, sklera tidak ikterus,
konjungtiva anemis, pupil isokor. Pergerakan bola mata ke kanan dan kiri baik.
Telinga simetris kiri dan kanan. Klien tidak menggunakan alat bantu
pendengaran, tidak dan ada nyeri tekan. e) Sistem Pernapasan Bentuk hidung
simetris kiri dan kanan, mukosa hidung lembab dan berwarna merah muda,
tidak terdapat nyeri tekan pada hidung, bentuk dada simetris kiri dan kanan,
tidak ada retraksi interkostal, irama pernapasan ireguler, sianosis (-). f) Sistem
Kardiovasculer Konjungtiva tampak pucat, tidak terdapat peningkatan JVP
(junggularis vena pressure), palpasi denyut nasi teraba kuat dengan irama
regular dengan frekuensi 80 kali/ menit, tekanan darah 120/70 mmHg, CRT
(cafillary refilling time) kembali dalam waktu ± 3 detik, ictus cordi teraba pada
ICS V garis mid klavikula kiri, bunyi S¹ dan S² murni dengan irama reguler. g)
Sistem Pencernaan Bentuk bibir simetris kiri dan kanan, bibir pucat, gigi klien
tidak ada yang tanggal, lidah bergerak dengan bebas, bentuk abdomen datar
dan tidak ada pembesaran tonsil, tidak teraba pembesaran hepar dan limpa. h)
Sistem Perkemihan Tidak ada pembesaran ginjal, tidak ada udema pada daerah
preorbital, tidak ada nyeri tekan, tidak ada distensi pada kandung kemih, klien
tidak terpasang kateter.
Data Psikologi
a) Identitas klien Klien mengatakan bahwa ia seorang laki - laki, kini berusia 16
tahun
b) Gambaran diri Klien mengatakan malu dengan adanya luka pada wajah dan
kakinya.
c) Ideal diri Klien berharap cepat sembuh sehingga klien bisa berkumpul kembali
dengan
keluarganya dan kembali bersekolah lagi.
d) Harga diri Klien tidak mengalami harga diri rendah (HDR).
e) Aktualisasi diri Klien mengatakan ia anak pertama dari 3 orang bersaudara.
f) Penampilan diri Klien mengatakan lemah. Klien juga mengatakan badannya
semakin kurus. g) Status emosi Klien mengatakan takut dengan kondisinya saat ini
dan sering bertanya tentang
penyakitnya. 4) Data Sosial Orang yang terdekat klien adalah orang tuanya.
Klien membina
hubungan baik dengan teman – temannya yang datang menjenguknya. 5) Data
Spiritual
Klien beragama islam. Klien mengatakan selalu berdoa agar cepat sembuh.
q. Pemeriksaan Penunjang Tabel. 2 : hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 31-03-
2014 Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan TCO2 Base Excess Saturasi
O2 36 - 8 -3,2 96 – 9 22 - 29 (-2-(+3)) 95-98 Mmol/ L mEq/ L % 7) Pengobatan a)
Terapi obat (1) IVFD NaCl 0.9% 20 tetes/ menit IV (2) Ceftriaxon 1x1000 mg 2 x
1 IV (3) Ranitidin 2x50 mg 2 x 1 IV (4) Tramadol 3x100 mg 2 x 1 IV (5) Kalnex
3x500 mg 2 x 1 IV (6) Vit K 3x10 mg 3 x 1 IV b) Perawatam luka operasi
illeustomi (1) Alat dan Bahan (a) Pinset anatomis (b) Kassa (c) Bengkok (d) Com
kecil (e) Betadhine (f) Cairan Nacl 0,9%
r. Tindakan
w. 83. 83 DO : a. Nampak luka lecet pada bagian muka b. Nampak adanya luka pada
bagian muka, tangan dan kaki sembuh b. Luka di tangan dan kaki kering tentang
perawatan luka e. Beri antibiotik sesuai instruksi dokter melakukan tindakan
mandiri perawatan luka e. Pemberian antibioti dapat menghambat sintesis dinding
bakteri 4. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan adanya luka pda
bagian tangan dan kaki, ditandai dengan : DS : Klien mengatakan belum pernah
mandi selama dirawat DO : a. Klien tidak bisa terlalu banyak bergerak b. Aktivitas
klien dibantu oleh keluarga dan perawat Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selam 5 hari diharapkan kebutuhan ADL dan personal hygiene terpenuhi. Kriteria
hasil : a. Badan klien bersih a. Observasi sejauh mana kemampuan klien untuk
melakukan aktivitas b. Bantu pasien dalam pemenuhan ADL c. Beri bantuan klien
dalam memenuhi personal hygienenya d. Libatkan keluarga klien untuk memenuhi
kebutuhan ADL klien a. Untuk menilai kemampuan atau sejauh mana aktivitas
yang bisa dilakukan oleh klien b. Memenuhi kebutuhan dasar klien c. Untuk
memenuhi personal hygiene klien d. Agar keluarga mengetahui pentingnya
bantuan dalam aktifitas bagi proses penyembuhan 5. Ansietas berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang penyakitnya, ditandai dengan : DS : a. Klien
mengatakan cemas dengan kondisinya saat ini DO : a. Klien sering bertanya
tentang penyakitnya Setelah dilakukan tindaakan keperawatan selama 1 hari
diharapkan cemas teratasi Kriteria hasil : a. Klien tidak lagi mengatakan cemas
dengaan kondisinya Kaji tingkat kecemasan klien b. Ciptakan lingkungan yang
nyaman dan tenang c. Beri support mental dan motifasi klien untuk
mengungkapkan perasaanya d. Beri pendidikan kesehatan perawatan luka e. Beri
informasi a. Dapat mengetahui sejauh mana cemas yang dialami klien b.
Lingkungan yang nyaman dan tenang dapat menguragi cemas klien c. Dengan
support dan motifasi klien dapat menerima dan mengerti penyakitnya d. Memberi
pemahaman pada klien tentang proses penyakitnya sehingga dapat diajak
kerjasama e. Dapat meningkatkan
kepada klien dan keluarga tentang Moderathe Head Injuri (MHI) pemahaman klien
dan keluarga 2. Implementasi Dan Evaluasi Tabel 5 :Implementasi dan Evaluasi
No. DX Hari/ Tgl Jam Implementasi Hari/ Tgl Jam Evaluasi 1. Kamis, 03-04-2014
07.30 07.35 a. Mengkaji tingkat nyeri Hasil : - Skala nyeri 4 (0-10) b. Memantau
tanda-tanda vital Hasil : - TD : 120/70 mmHg - ND : 80x/ menit Kamis, 03-04-
2014 14.00 S : Klien mengatakan masih nyeri pada bagian kepalanya O : a.
Ekspresi wajah meringis b. Skala nyeri 4 (0-10) A : 85 07.50 08.00 - P : 22x/ menit
- S : 36, 8 ºC c. Melakukan penyuluhan tentang manajemen nyeri yaitu teknik
distrkasi, dengan mengajak klien mengobrol, teknik relaksasi dengan menarik
nafas dalam dan masasse pijatan atau elusan pada daerah yang nyeri secara
perlahan Hasil : - Klien merasa nyaman dengan mengikuti ajaran perawat d.
Memberikan posisi yang nyaman bagi klian Hasil : - Klien merasa nyaman dengan
posisi berbaring e. Melanjutkan pemberian obat analgetik Hasil : - Tramadol 3x500
mg 2x1 IV - Vit K 3x10 mg IV - Kalnex 3x500 mg IV Tujuan belum tercapai P :
Lanjutkan intervesi a, b, c dan d
Kamis, 02-04-2014 08.10 08.45 09.07 09.15 a. Memantau kebutuhan nutrisi Hasil :
- Klien lebih suka makan bubur lunak bersama lauknya b. Memberikan asupan
nutrisi sesuai kebutuhan Hasil : - Bubur lunak dan lauk pauk c. Memantau intake
dan output Hasil : - Klien makan tetapi porsi makannya sangat sedikit d.
Menganjurkan klien untuk makan dalam porsi sedikit tetapi sering Hasil : - Klien
dan keluarga kooperatif e. Melanjutkan pemberian obat Hasil : - Ranitidin 2x50 mg
2 x 1 IV Kamis, 03-04-2014 14.00 S : Klien mengatakan kurang nafsu makan O :
½ porsi makanan saja yang dihabiskan A : Tujuan belum tercapai P : Lanjutkan
intervensi a, b, c dan d 3. Kamis, 02-04-2014 09.30 09.45 10.00 11.00 a. Memantau
adanya tanda-tanda infeksi Hasil : - Tidak ada tanda-tanda infeksi b. Menkaji
kondisi luka Hasil : - Luka nampak bersih c. Membersikan area luka Hasil : -
Menggunakan antiseptik d. Memberikan informasi tentang perawatan luka - Klien
dan keluarga kooperatif e. Memberi antibiotik Kamis, 03-04-2014 14.00 S : Klien
mengatakan lukanya mulai mengering O: a. Luka nampak masih lembab b. Kulit
sekitar pemasangan illeustomi dan kolostomi kemerahan A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi a, b, c dan
- Bubur lunak dan lauk pauk - Klien makan tetapi porsi makannya sangat sedikit -
Klien dan keluarga kooperatif - Ranitidin 2x50 mg IV 3. III Kamis, 03-04-2014
14.00 09.30 09.45 10.00 11.00 S : O : - Luka nampak bersih - Kulit yang ada pada
muka, tangan dan kaki mulai mengering A : - Tujuan belum tercapai P : -
Lanjutkan intervensi a, b, c dan d I : - Mengobservasi tanda-tanda vital -
membersihkan area luka - Penyuluhan perawatan illeustomi - Memberikan
antibiotik E : - S : 36,8 ºC - Luka klien dibersihkan dengan menggunakan NaCL
0,9 % - Klien dan keluarga kooperatif - Ceftriaxon 1x100 mg IV 4. IV Kamis, 03-
04-2014 14.00 11.15 11.30 12.00 S : - Klien mengatakan belum bisa banyak
bergerak O : - Aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat A : - Tujuan belum
tercapai P : - Lanjutkan intervensi a, b, c dan d I : - Mengobservasi sejauh mana
kemampuan klien untuk melakukan aktivitas - Memberi bantuan kepada klien
dalam memenuhi personal hygienenya - Melibatkan keluarga klien untuk
memenuhi kebutuhan ADL klien E : - Aktivitas klien masih dibantu oleh keluarga
daan perawat - Badan klien bersih, kuku bersih dan rambut bersih - Keluarga selalu
membantu aktivitas klien
Jumat, 04-04-2014 14.00 08.10 08.15 08.45 09.00 09.07 09.15 S : - Klien
mengatakan kurang nafsu makan O : - ½ porsi makanan saja yang dihabiskan A : -
Tujuan belum tercapai P : - Lanjutkan intervensi a, b, c dan d I : - Memantau
kebutuhan nutrisi - Memberikan asupan nutrisi sesuai kebutuhan - Memantau
inteke dan output - Menganjurkan klien untuk menghindari makanan yang pedas
dan keras - Pemberian obat sesuai indikasi E : - Klien lebih suka makan bubur
lunak bersama lauknya - Bubur lunak dan lauk pauk - Klien makan tetapi porsi
makannya sangat sedikit - Klien dan keluarga kooperatif - Ranitidin 2x50 mg IV 8.
III Jumat, 04-04-2014 14.00 09.30 09.45 10.00 11.00 S : O : - Luka nampak bersih
- Kulit yang ada pada muka, tangan dan kaki mulai mengering A : - Tujuan belum
tercapai P : - Lanjutkan intervensi a, b, c dan d I : - Mengobservasi tanda-tanda
vital - membersihkan area luka - Penyuluhan perawatan illeustomi - Memberikan
antibiotik E : - S : 36,8 ºC - Luka klien dibersihkan dengan menggunakan NaCL
0,9 % - Klien dan keluarga kooperatif - Ceftriaxon 1x100 mg IV 9. IV Jumat, 04-
04-2014 14.00 S : - Klien mengatakan belum bisa banyak bergerak O : - Aktivitas
dibantu oleh keluarga dan perawat
07.35 07.50 08.00 09.15 - Pantau tanda-tanda vital - Ajarkan teknik distraksi,
relaksasi dan masasse - Beri posisi yang nyaman - Pemberian obat analgetik E : -
Skala nyeri 3 (0-5) - TD : 120/70 mmHg ND : 80 x/ menit P : 22 x/ menit S : 36, 8
ºC - Klien merasa nyaman dengan teknik masasse - Klien merasa nyaman dengan
posisi berbaring - Tramatol 13x500 mg 1 x 2 IV - Vit K 3x10 mg IV - Kalnex
3x500 mg IV 12. II Saptu, 05-04-2014 14.00 08.10 08.15 08.45 09.00 09.07 09.15
S : - Klien mengatakan kurang nafsu makan O : - ½ porsi makanan saja yang
dihabiskan A : - Tujuan belum tercapai P : - Lanjutkan intervensi a, b, c dan d I : -
Memantau kebutuhan nutrisi - Memberikan asupan nutrisi sesuai kebutuhan -
Memantau inteke dan output - Menganjurkan klien untuk menghindari makanan
yang pedas dan keras - Pemberian obat sesuai indikasi E : - Klien lebih suka makan
bubur lunak bersama lauknya - Bubur lunak dan lauk pauk - Klien makan tetapi
porsi makannya sangat sedikit - Klien dan keluarga kooperatif - Ranitidin 2x50 mg
IV
Saptu, 05-04-2014 14.00 09.30 09.45 10.00 11.00 S : O : - Luka nampak bersih -
Kulit yang ada pada muka, tangan dan kaki mulai mengering A : - Tujuan belum
tercapai P : - Lanjutkan intervensi a, b, c dan d I : - Mengobservasi tanda-tanda
vital - membersihkan area luka - Penyuluhan perawatan illeustomi - Memberikan
antibiotik E : - S : 36,8 ºC - Luka klien dibersihkan dengan menggunakan NaCL
0,9 % - Klien dan keluarga kooperatif - Ceftriaxon 1x100 mg IV 14. IV Saptu, 05-
04-2014 14.00 11.15 11.30 12.00 S : - Klien mengatakan belum bisa banyak
bergerak O : - Aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat A : - Tujuan belum
tercapai P : - Lanjutkan intervensi a, b c dan d I : - Mengobservasi sejauh mana
kemampuan klien untuk melakukan aktivitas - Memberi bantuan kepada klien
dalam memenuhi personal hygienenya - Melibatkan keluarga klien untuk
memenuhi kebutuhan ADL klien E : - Aktivitas klien masih dibantu oleh keluarga
daan perawat - Badan klien bersih, kuku bersih dan rambut bersih - Keluarga selalu
membantu aktivitas klien 15. V Saptu, 04-04-2014 14.00 S : - Klien mengatakan
mengerti dengan kondisinya saat ini O : .09 12.15 12.30 - Klien nampak lebih
tenang A : - Tujuan tercapai P : - Pertahankan intervensi I : - Mengkaji tingkat
kecemasan klien Menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang - Memberi
informasi kepada klien dan keluarga tentang illeustomi E : - Klien masih takut dan
khawatir dengan kondisinya saat ini - Klien merasa tenang dengan lingkungan
yang tenang dan nyaman - Klien dan keluarga kooperatif B. Pembahasan Pada
pembahasan ini, penulis menguraikan kesenjangan antara tinjauan teori dan
tinjauan khasus yang ditemukan pada klien Tn.B dengan Gangguan Sistem
Persarafan : Moderathe Head Injuri (MHI) dengan tijauan teori dari berbagai
literatur yang berhubungan dengan penyakit tersebut. Dalam praktek klinik
keperawatan pada klien Tn. B dengan Gangguan Sistem Persarafan telah
diterapkan Pendekatan Proses Keperawatan sesuai teori yang ada, yakni
Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi untuk lebih
memudahkan dalam memahami kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan
khusus. Penulis menggunakan urutan proses keperawatan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengalaman maupun pengamatan penulis bahwa gangguan
pada syaraf terjadi karenan kecelakaan lalu lintas yang dapat menyebabkan
cedera yaitu yang paling banyak terjadi karena cedera kepala penyebab utama
adalah disabilitas dan mortalitas dengan jumlah kecelakaan dan kematian
terbanyak.
Kebanyakan kecelakaan terjadi kaum laki-laki dan usia produktif’.
Bagi penulis merupakan pengalaman berharga dalam meningkatkan wawasan
dan dapat memberi dorongan semangat bagi calon tenaga keperawatan di masa
yang akan datang.
B. Saran
Dalam penyusunan tugas ini ,Penulis menyadari bahwa yang ditulis masih
banyak kesalahan,baik dari isi materi dan cara penulisan dan oleh karena itu
penulis mengharapkan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
tugas ini.Tugas yang penulis susun dapat menjadi wawasan pengetahuan bagi
pembaca.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Meha Esa atas berkat dan
rahmat-nya penulis telah berhasil menyusun tugas tentang Klien Ganngguan
Persyarafan. Tugas ini di buat untuk menunjang proses pembelajaran keperawatan.
Sesuai dengan kurikulum terbaru program DIII keperawatan, yaitu pembelajaran
berbasis kompetensi. Maka Tugas ini sudah mengarahkan mahasiswa untuk belajar
dengann kurikulum terbaru sehingga lebih memudahkan mahasiswa untuk mempelajari
makalah ini.
Pada penulisan makalah ini kami menggunakan bahasa sederhana dan mudah
dimengerti sehingga dapat dengan mudah dicerna dan di ambil intisari dari materi
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
Tugas ini juga di harapkan dapat digunakan oleh mahasiswa DIII keperawatan
karena kami telah berusaha melengkapi materi makalah sesuai dengan kebutuhan materi
pembelajaran yang di sempurnakan.
Demikian kami sangat mengharapkan kritik yang sifatnya membangun demi
tercapai suatu kesempurnaan dalam penanganan klien dengan gangguan system syaraf.
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Disusun oleh :
Nama : Gustaf Adolf Rahakbauw
Mahasiswa : RPL Tahun Akademik 2017/ 2018
Halaman sampul
Kata pengantar......................................................................2
Daftar isi ................................................................................3
BAB I.PENDAHULUAN.......................................................4
a. Latar Belakang.................................................................5
b. Ruang Lingkup ................................................................6
c. Tujuan...............................................................................7
Tujuan Umum .............................................................. 8
Tujuan Khusus..............................................................8
Manfaat ........................................................................ 8
Metode............................................................................8
Sistematika.....................................................................9
BAB.II. TINJAUAN TEORITIS ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERSYARAFAN : MODERATHE
HEAD INJURI.............................................................. 10
Sistem saraf otonom.......................................................11
Nervus 1...........................................................................12
Nervus 2-12..................................................................... 13
Pengobata....................................................................... 20
Perawatan Luka............................................................. 21
Pengkajian ......................................................................22
Pelaksaan.........................................................................23
Tes Fungsi Serebral........................................................26
BAB IV.PENUTUP.......................................................................38
Kesimpulan......................................................................38
Saran.................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................39