Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Mata Ajaran : Keperawatan Jiwa

Topik : Defisit Perawatan Diri

Sub Topik : Peran Serta Keluarga dalam Merawat Pasien dengan Defisit

Perawatan diri

Sasaran : Pasien dan keluarga pasien yang ada di ruang rawat inap

Tempat : Ruang Bima RSUD Banyumas

Hari/Tanggal : Selasa, 9 April 2019

Waktu : 16.00 – 16.30 WIB

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan dataWHO (2016) menunjukkan bahwa terdapat sekitar 35 juta

orang terkena depresi, 21 juta orang terkena skizofrenia, 60 juta orang terkena

bipolar, dan 47,5 juta orang terkena dimensia. Angka tersebut menunjukkan bahwa

tingkat kejadian gangguan jiwa masih terbilang tinggi dan mengkhawatirkan secara

global. (Kemenkes RI, 2016). Masalah kesehatan jiwa akan semakin meningkat di era

globalisasi, terjadinya konflik dan krisis ekonomi berkepanjangan menjadi salah satu

pemicu dari berbagai gangguan kesehatan jiwa (Yosep, 2011). Oleh karena itu,

masalah ini masih menjadi permasalahan yang signifikan termasuk di Indonesia.

Gangguan jiwa atau disebut dengan skizofrenia adalah respons maladaptif

terhadap stresor dari lingkungan internal dan eksternal, dibuktikan melalui pikiran,
perasaan dan perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma lokal atau budaya

setempat, dan mengganggu fungsi sosial, pekerjaan dan atau fisik serta gangguan

pada proses piker (waham) (Townsend, 2005).

Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama

di negara-negara berkembang. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap

sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun gangguan

tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta

ketidaktepatan individu dalam berperilaku yang dapat menghambat pembangunan

karena mereka tidak produktif tentang realita pada diri sendiri atau orang lain (Purba,

2008).

Pada orang gangguan jiwa biasanya akan terjadi masalah-masalah dalam

pemenuhan kebutuhan diri, diantaranya yaitu kurangnya kebutuhan merawat diri atau

defisit perawatan diri. Menurut Wartonah (2006) personal hygiene berasal dari

Bahasa Yunani yang berarti Personal yang artinya perorangan dan Hygien berarti

sehat kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan

kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis sesuai kondisi kesehatannya.

Keadaan individu mengalami kerusakan fungsi motorik atau fungsi kognitif,

yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan masing-masing dari

kelima aktivitas perawatan diri (makan, mandi atau higiene, berpakaian atau berhias,

toileting, instrumental) (Lynda Juall, 2007). Defisit Perawatan Diri gangguan

kemampuan melakukan aktivitas yang terdiri dari mandi, berpakaian, berhias, makan,

toileting atau kebersihan dir secara mandiri (Nanda, 2006).


B. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM

Pada akhir proses penyuluhan, keluarga dapat mengetahui tentang perawatan

pasien dengan defisit perawatan diri.

C. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah diberikan penyuluhan keluarga dapat :

1. Menjelaskan pengertian defisit perawatan diri

2. Menjelaskan penyebab defisit perawatan diri

3. Menjelaskan tanda gejala mengenai defisit perawatan diri

4. Menjelaskan dampak dari defisit perawatan diri.

5. Menjelaskan penatalaksanaan defisit perawatan diri

D. SASARAN

Keluarga dan Pasien RSUD Banyumas

E. MATERI ( TERLAMPIR)

1. Pengertian defisit perawatan diri

2. Penyebab defisit perawatan diri

3. Tanda gejala mengenai defisit perawatan diri

4. Dampak dari defisit perawatan diri.

5. Penatalaksanaan defisit perawatan diri

F. METODE

1. Ceramah

2. Tanya Jawab

3. Diskusi
G. MEDIA

1. Leaflet

2. Audio dan microphone

3. LCD TV

H. PENGORGANISASIAN

1. Penyuluh : Lia Fitri

2. Moderator : Asna Maya Sari

3. Fasilitator dan observer : a. Eko Sayoko

b. Aris Nugroho

c. Grace Marantha T
I. SETTING TEMPAT

: penyaji

: audiance

: moderator

: fasilitator

: observer

: LCD TV
J. PROGRAM ANTISIPASI KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN

1. Audience yang tidak memperhatikan saat pendidikan kesehatan

a. Maksimalkan peran fasilitator

b. Fasilitator mengingatkan audience untuk memperhatikan pendidikan

kesehatan

2. Bila ada yang meninggalkan kegiatan

a. Fasilitator menanyakan alasan mengapa audiens meninggalkan

kegiatan penyuluhan.

b. Beri penjelasan, audiens dapat menyelesaikan keperluannya, setelah

itu diharapkan untuk kembali mengikuti kegiatan penyuluhan.

3. Bila ada yang mau ikut pendidikan kesehatan

a. Mempersilahkan keluarga atau pasien untuk mengikuti jalannya acara,

dan menjelaskan bahwa acara telah dimulai

b. Memberikan reinsforcement positif

4. Jika ada pasien yang mengamuk

a. Laporkan kepada perawat bahwa ada pasien yang gawat agar segera

dibawa ke IGD, SATPAM.

b. Menenangkan pasien dengan cara meminta pasien berganti tempat

agar supaya tidak mengganggu jalannya acara.


K. EVALUASI

Evaluasi dengan cara memberikan pertanyaan :

1. Apa yang dimaksud dengan defisit perawatan diri ?

2. Apa tanda gejala defisit perawatan diri ?

3. Bagaimana dampaknya terhadap kesehatan pasien ?

L. KEGIATAN PENYULUHAN

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audience


1. Pembukaan 1. Memberi salam pembukaan 1. Menjawab salam
3 menit 2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan 3. Memperhatikan
4. Apersepsi mengenai DPD 4. Memperhatikan
5. Menyebutkan materi yang akan 5. Menerima dan membaca
diberikan
2. Pelaksanaan Pelaksanaan :
15 Menit 1. Menjelaskan pengertian DPD 1. Memperhatikan
2. Menyebutkan tentang proses 2. Memperhatikan
terjadinya DPD
3. Menyebutkan tanda dan gejala 3. Memperhatikan
DPD
4. Menyebutkan peran serta keluarga 4. Memperhatikan
dalam merawat DPD

3. Evaluasi Menanyakan kepada audience


5 menit tentang materi yang telah diberikan Menjawab Pertanyaan
1. Mengucapkan terimakasih atas 1. Mendengarkan
4. Terminasi perhatian yang diberikan
2 menit 2. Membagikan Leaflet 2. Membalas salam
3. Mengucapkan salam penutup
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri

Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktifitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi ( hygiene ) , berpakaian / berhias, makan dan BAB atau
BAK ( toileting ) (Fitria, 2009 ).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2009).
Deficit perawatan diri pada pasien dengan gagguan jiwa merupakan deficit
peraatan diri yang terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan
untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun (Keliat dan akemat 2007).

B. PENYEBAB DEFISIT PERAWATAN DIRI


1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes
mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain- lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya (Nurjannah, 2009).
C. MANIFESTASI KLINIS DEFISIT PERAWATAN DIRI
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut yang bau
e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
3. Social
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berprilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur, BAB dan BAK disembarang tempat , gosok gigi
dan mandi tidak mampu mandiri (Nurjannah, 2009).

D. DAMPAK DEFISIT PERAWATAN DIRI


Dampak yang ditimbulkan dengan keadaan defisit perawatan diri
seperti pasien dikucilkan di dalam keluarga atau masyarkat sehingga terjadi isolasi
sosial dan bahkan kehilangan kemampuan dan motivasi dalam melakukan perawatan
terhadap tubuhnya (Nurjannah, 2009).

E. PENATALAKSANAAN DEFISIT PERAWATAN DIRI


1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
a. Bina hubungan saling percaya
b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan
c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri
a. Bantu klien merawat diri
b. Ajarkan keterampilan secara bertahap
c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan perawatan diri
b. Dekatkan peralatan agar mudah dijangkau oleh klien
c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman (Fitria, 2009 ).

F. POHON MASALAH DEFISIT PERAWATAN DIRI

Konflik, Stress psikologi, Hubungan antar manusia, Faktor genetik, Faktor


perkembangan
Defusi dll
Gejala positif Gejala negatif
Pikiran dan pembicaraan
Persepsi pikiran untuk kacau
perilaku yang tidak biasa Perilaku katatonik Afek
secara menonjol Datar
Kurangnya dorongan Tidak mampu
Bicara, senyum untuk beraktivitas Alogia mengekspresikan
sendiri emosi pada
Perasaan malu wajah & perilaku
Tidak dapat membedakan terhadap diri
nyata dan tidak nyata Mengkritik
sendiri diri

Halusinasi
Harga Diri Rendah penyebab

Resiko Perilaku
Kurangnya keterampilan Pre okupasi dengan pikiran
Kekerasan berhubungan sosial sendiri
Apatis
Akibat
Kurang peduli akan perawatan diri

Core problem
DEFISIT PERAWATAN
DIRI
G. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal
MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, no RS dan alamat.
2. Keluhan utama
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang
ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan
perkembangan yang dicapai.
3. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa
pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan
pengkajiannya meliputi psikologis, biologis, dan social budaya.
4. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien.
5. Aspek psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri
c. Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
d. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
6. Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, afek
klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.
7. Kebutuhan persiapan pulang
a. Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan
kembali.
b. Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian.
c. Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
d. Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.
8. Mekanisme koping
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus
internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung
jawab kepada orang lain.
9. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan (Budi, 2009)

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI


1. Diagnosa keperawatan : Kurang Perawatan Diri : Kebersihan diri, Berdandan,
Makan, BAB/BAK
2. Tindakan keperawatan
a. Tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan:
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
b. Tindakan keperawatan
1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
2) Melatih pasien berdandan/berhias
3) Melatih pasien makan secara mandiri
Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandir
DAFTAR PUSTAKA

Fitria. 2009. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan.
Jakarta : CV Sagung Seto
Keliat. B.A. 2007. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjannah. 2009. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Perry, Potter. 2008 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2009. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta :
Prima Medika.

Anda mungkin juga menyukai