Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KEPERAWATAN PALIATIF

SIMULASI/ROLEPLAY PADA KLIEN MENJELANG KEMATIAN

Di Susun Oleh :
1. Sekar Ayuningtyas (P1337420618112)
2. Winda Oktafiani (P1337420618113)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG
TAHUN AJARAN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehilangan dan kematian adalah peristiwa dari pengalaman manusia
yang bersifat universal dan unik secara individual. Hidup adalah
serangkaian kehilangan dan pencapaian. Seorang anak yang mulai berjalan
mencapai kemandiriannya dengan mobilitas. Seorang lansia dengan
perubahan visual dan pendengaran mungkin kehilangan keterandalan
dirinya.
Kematian suatu bagian kehidupan yang takdapat dihindari dan
bagian yang paling sulit untuk diterima. Setiap orang meninggal dengan unit
dan oleh karenanya harus dirawat secara unit; karena itu perawat harus
mengembangkan dan mempertahankan hubungan kebutuhan-perseptif
positif dengan pasien dan keluarga yang akan memungkinkan pasien
meninggal dalam keadaan nyaman dan dengan terhormat.
Manusia dapat mengantisipasi kematian. Hal ini dapat menyebabkan
banyak reaksi termasuk ansietas, perencanaan, menyangkal, mencintai,
kesepian, pencapaian, dan kurang pencapaian. Kematian dapat merupakan
suatu pengalaman yang luar biasa sehingga dapat mempengaruhi seseorang
menjelang ajal dan keluarga, teman, dan pemberi asuhan mereka. Cara
seseorang meninggal mencerminkan gaya kehidupan orang tersebut, latar
budaya keluarga, keyakinan, dan sikap tentang kehidupan dan kematian.

B. Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien terminal

2. Tujuan Umun
a. Mempelajari tentang tahapan menjelang ajal/ kematian.
b. Mempelajari tanda-tanda kematian
c. Mempelajari bagaimana cara merawat jenazah
d. Mempelajari asuhan keperawatan menjelang ajal dan kematian.
e. Memahami etika dalam bersikap kepada pasien sekarat dan
keluarganya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perawatan Terminal
1. Definisi
Keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit di mana menurut
akal sehat tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan
sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan.

2. Tujuan
Ketika tidak mungkin untuk mencegah pasien meninggal, dan
perawatan medis tidak mungkin lagi atau tidak lagi bermanfaat, perawat
memberikan perawatan penunjang pada pasien dan keluarga. Tujuan
utama perawatan ini adalah untuk :
a. Mempertahankan pasien nyaman dan bebas nyeri
b. Membuat hari-hari akhir pasien sebaik mungkin untuk pasien
maupun keluarga, dengan sedikit mungkin penderitaan
c. Membantu pasien meninggal dengan damai
d. Memberikan kenyamanan bagi keluarga
Penting bagi perawat yang merawat pasien menjelang ajal
menyadari perasaan merekan sendiri tentang kematian dan tentang
pasien mereka. Sulit untuk melihat orang yang telah anda rawat
meninggal. Khususnya sulit bila anak atau orang muda yang meninggal.
Maka dari itu kita sebgai perawat perlu saling memberi kenyamanan
dan mendukung dalam perawatan terhadap orang menjelang ajal.

3. Indikasi
Perawatan terminal ditujukan bagi pasien-pasien sekarat, yang
semakin mendekati ajal atau kematian, yang secara logis tidak akan
sembuh.
B. Sekarat (Dying) dan Kematian (Death)
Sekarat (dying) merupakan suatu kondisi pasien saat sedang
menghadapi kematian, yang memiliki berbagi hal dan harapan tertentu
untuk meninggal. Kematian secara klinis merupakan kondisi terhentinya
pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta hilangnya respon terhadap
stimulus eksternal, ditandai dengan aktivitas listrik otak terhenti. Dengan
perkataan lain, kematian merupakan kondisi terhentinya fungsi jantung,
paru-paru, dan kerja otak secara menetap. Sekarat dan kematian memiliki
proses atau tahapan yang sama seperti pada kehilangan dan berduka.
Tahapan tersebut sesuai dengan tahapan Kubler-Ross, yaitu diawali dengan
penolakan, kemarahan, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.

1. Tahapan Menjelang Ajal


Elisabeth Kubler-Ross, seorang ahli kejiwaan dari Amerika,
menjelaskan secara mendalam respon individu dalam menghadapi
kematian. Secara umum ia membedakan respon tersebut menjadi lima fase,
yaitu penyangkalan dan isolasi, marah, tawar-menawar, depresi dan
penerimaan. Berdasarkan pandangannya, Kubler-Ross menyatakan bahwa
respon tersebut.
a. Tidak selamanya berurutan secara tetap
b. Dapat tumang tindih
c. Lama tiap tahap bervariasi
d. Perlu perhatian perawat secara penuh dan cermat.

2. Fase Menjelang Kematian


Fase menjelah kematian ada lima, yaitu:
a. Penyangkalan dan isolasi. Karakteristiknya antara lain:
1) Menunjukkan reaksi penyangkalan secara verbal, “ tidak, bukan
saya. Itu tidak mungkin”.
2) Secara tidak langsung pasien ingin mengatakan bahwa maut
menimpa semua orang kecuali dia.
3) Merepresi kenyataan
4) Mengisolasi diri dari kenyataan
5) Tidak memperhatikan fakta-fakta yang dijelaskan padanya.
6) Mensupresi kenyataan
7) Meminta penguatan dari orang lain untuk penolakannya
8) Gelisah dan cemas
Tugas perawat pada tahap ini adalah:
1) Membina hubungan saling percaya
2) Memberikan kesempatan pada klien untuk mengekspresikan
dirinya
3) Melakukan dialog di saat klien siap, dan menghentikannya ketika
klien tidak mampu menghadapi kenyataan
4) Mendengarkan klien dengan penuh perhatian

b. Marah, karakteristiknya antara lain:


1) Mengekspresikan kemarahan dan permusuhan.
2) Menunjukkan kemarahan, kebencian, perasaan gusar, dan
cemburu.
3) Emosi tidak terkendali.
4) Apapun yang dilihat atau dirasa akan menimbulkan keluhan pada
diri individu.
5) Menyalahkan takdir
6) Kemungkinan akan mencela setiap orang dan segala hal yang
berlaku.
Tugas perawat pada saat ini adalah:
1) Menerima kondisi klien.
2) Berhati-hati dalam memberikan penilaian, mengenali kemarahan
dan emosi yang tidak terkendali.
3) Membiarkan klien mengungkapkan kemarahannya.
4) Menjaga agar tidak terjadi kemarahan dekstruktif dan melibatkan
keluarga.

c. Tawar-menawar. Karakteristiknya antara lain:


1) Kemarahan mulai mereda
2) Melakukan tawar-menawar/barter, misalnya untuk menunda
kematian.
3) Mempunyai harapan dan keinginan
4) Terkesan sudah menerima kenyataan
5) Berjanji pada tuhan untuk menjadi manusia yang lebih baik
6) Cenderung membereskan segala urusan
7) Tugas perawat adalah: sedapat mungkin berupaya agar keinginan
klien terpenuhi

d. Depresi. Karakteristiknya antara lain:


1) Mengalami proses berkabung karena dulu ditinggalkan dan
sekarang akan kehilangan nyawa sendiri.
2) Cenderung tidak banyak bicara, sering menangis.
3) Klien berada pada proses kehilangan segala hal yang ia cintai.
Tugas perawat pada saat ini adalah:
1) Duduk tenang disamping klien.
2) Member klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaanya.
3) Tidak terus-menerus memaksa klien melihat sisi terang suatu
keadaan.
4) Memberi dukungan dan perhatian pada klien (misalnya, sentuhan
tangan dan usapan pada rambut).

e. Penerimaan. Karakteristiknya antara lain:


1) Mampu menerima kenyataan
2) Merasakan kedamaian dan ketenangan.
3) Respon verbal “ biarlah maut cepat mengambilku, karena aku
sudah siap”.
4) Merenungkan saat-saat akhir dengan pengharapan tertentu.
5) Sering merasa lelah dan memerlukan tidur lebih banyak.
6) Tahap ini bukan tahap yang bahagia, namun lebih mirip
perasaan yang hampa
Tugas perawat pada saat ini adalah:
1) Mendampingi klien
2) Menenangkan klien dan meyakinkannya bahwa Anda akan
mendampinginya sampai akhir.
3) Membiarkan klien mengetahui perihal yang terjadi pada
dirinya.

Upaya yang dapat perawat lakukan ketika klien melalui kelima tahap
tersebut adalah menjadi katalisator agar klien dapat mencapai tahap akhir.
Upaya tersebut antara lain dilakukan dengan mengenali dan memenuhi
kebutuhan klien, mendorong dan memberikan klien kesempatan untuk
berbicara dan mengungkapkan emosinya secara bebas, selalu siap
membantu klien, dan menghormati perilaku klien.

3. Dampak sakit
Penyakit yang diderita klien dapat berdampak khusus pada klien maupun
keluarga.
a. Klien
1) Menderita sampai saat kematian tiba; memerlukan bantuan dan
dukungan dalam melewati masa-masa tersebut.
2) Memutuskan perawatan yang akan dijalani
3) Mendapatkan dukungan untuk setiap keputusan yang diambilnya.
Dengan kata lain ada kecenderungan keluarga untuk memenuhi
semua keinginannya.
b. Keluarga
1) Berpartisipasi aktif dalam perawatan untuk penyembuhan klien.
2) Memperoleh dukungan dan perhatian selama proses berduka.
3) Pandangan tentang kematian. Seiring waktu, pandangan masyarakat
tentang kematian telah mengalami perubahan. Dahulu kematian
cenderung dianggap sebagai hal yang menakutkan dan tabu. Kini,
kematian telah dipandang sebagai hal yang wajar dan merupakan
proses normal kehidupan.

c. Dahulu
1) Tragis dan memilukan
2) Tabu untuk dibicarakan
3) Menimbulkan sindrom kesedihan dan ketakutan
4) Selamanya tidak disukai.
5) Anak-anak tidak perlu mengetahui
6) Timbul karena perilaku buruk, pertengkaran, pembalasan, dan
hukuman.

d. Sekarang
1) Menjadi hal yang patut dibicarakan.
2) Harus disertai dengan “niyahah”.
3) Merupakan prose salami kehidupan
4) Tidak menakutkan
5) Lebih rasional dan bijak dalam menghadapinya.
6) Merupakan proses yang progresif.
7) Sesuatu yang harus dihadapi
4. Tanda-tanda kematian
Tanda-tanda kematian terbagi dalam tiga tahap, yakni menjelang
kematian,saat kematian, dan setelah kematian.
a. Mendekati kematian
Tanda-tanda fisik menjelang kematian meliputi:
1) Penurunan tonus otot
2) Gerakan ekstremitas berangsur-angsur menghilang, khususnya
pada kaki dan ujung kaki
3) Sulit berbicara
4) Tubuh semakin melemah
5) Aktivitas saluran pencernaan menurun sehingga perut membuncit
6) Otot rahang dan muka mengendur
7) Rahang bawah cenderung turun
8) Sulit menelan, refleks gerakan menurun
9) Mata sedikit terbuka
10) Sirkulasi melemah
a) Suhu tubuh pasien tinggi, tetapi kaki, tangan, dan ujung hidung
pasien terasa dingin dan lembap
b) Kulit ekstremitas dan ujung hidung tampak kebiruan, kelabu,
atau pucat
c) Nadi mulai tidak teratur, lemah dan cepat
d) Tekanan darah menurun
e) Peredaran darah perifer terhenti
11) Kegagalan fungsi sensorik
a) Sensasi nyeri menurun atau hilang
b) Pandangan mata kabur/berkabut
c) Kemampuan indera berangsur-angsur menurun
d) Sensasi panas, lapar, dingin dan tajam menurun
12) Penurunan /kegagalan fungsi pernapasan
a) Mengorok (death rattle)/ bunyi napas terdengar kasar
b) Pernapasan tidak teratur dan berlangsung melalui mulut
c) Pernapasan Cheyne Stokes

b. Saat kematian
1) Terhentinya pernapasan, nadi, tekanan darah, dan fungsi otak
(tidak berfungsinya paru, jantung dan otak)
2) Hilangnya respon terhadap stimulus eksternal
3) Hilangnya kontrol atas sfingter kandung kemih dan rectum
(inkontinensia) akibat peredaran darah yang terhambat; kaki
dan ujung hidung menjadi dingin.
4) Hilangnya kemampuan pancaindera; hanya indera pendengaran
yang paling lama dapat berfungsi
5) Adanya garis datar pada mesin elektroensefalografi
menunjukkan terhentinya aktivitas listrik otak untuk penilaian
pasti suatu kematian.

c. Setelah kematian
Fase ini ditandai dengan:
1) Livor mortis (lebam mayat)
Merupakan bercak merah-ungu (livide) pada bagian
terbawah tubuh karena penumpukan eritrosit pada lokasi
terenda akibat pengaruh gravitasi, kecuali bagian tubuh ynang
tertekan alas keras. Mulai tampak 20-30 menit pascamati, makin
lama makin luas dan lengkap, akhirnya menetap setelah 8-12
jam.
2) Rigor mortis (kaku mayat)
Terjadi bila cadangan glikogen dalam otot habis maka
energy tidak terbentuk dan aktin-miosin menggumpal sehingga
otot menjadi kaku. Pemeriksaan kaku mayat dilakukan pada
persendian, mulai tampak 2 jam setelah mati klinis, arahnya
sentripetal(dari luar ke dalam), menjadi lengkap dalam 12 jam,
dipertahankan selama 12 jam, kemudian menghilang sesuai
urutan terbentuknya. Faktor yang mempercepat terjadinya kaku
mayat diantaranya aktivitas fisik prakematian, suhu tubuh yang
tinggi, tubuh kurus, suhu lingkungan tinggi. Kaku mayat
merupakan tanda pasti kematian dan dapat digunakan untuk
menentukan saat kematian.
3) Algor mortis (penurunan suhu tubuh)
Terjadi karena proses pemindahan panas dari tubuh yang
panas ke lingkungan yang lebih dingin dengan cara radiasi,
konduksi, evaporasi, dan konveksi. Penurunan suhu tubuh
lebih cepat terjadi pada suhu sekeliling yang rendah,
lingkungan berangin dengan kelembaban rendah, tubuh kurus,
posisi telentang, tidak berpakaian/tipis, umumnya orang tua
dan anak kecil. Berguna untuk penghitungan saat kematian.
4) Dekomposisi (pembusukan)
Merupakan proses degradasi jaringan akibat autolysis
dan kerja bakteri. Pembusukan mulai tampak kira-kira 24 jam
pascamati berupa perubahan warna kehijauan pada perut
kanan bawah yang secara bertahap menyebar ke seluruh perut
dan dada, menyertai terciumnya bau busuk. Pembuluh darah
bawah kulit akan melebar, hijau kehitaman, kemudian kulit ari
terkelupas/menggelembung, lama-lama gas menyebabkan
pembengkakan tubuh menyeluruh, terutama pada jaringan
longgar. Rambut dan kuku mudah dicabut, seluruh wajah
membengkak warna ungu kehijauan. Kira-kira 36-48 jam
pascamati akan dijumpai larva lalat.
5) Adiposera (lilin mayat)
Adalah perubahan postmortem berupa terbentuknya
bahan yang berwarna keputihah, lunak, atau berminyak, berbau
tengik dalam jaringan lunak tubuh pascamati. Terbebtuk di
sembarang lemak tubuh, tetapi lemak superficial yang pertama
kali terkena. Adiposera akan membuat tubuh utuh hingga
bertahun-tahun sehingga identifikasi mayat dan luka masih
dapat dilakukan lama setelah kematian.
6) Mumifikasi
Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup
cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya
dapat menghentikan pembusukan. Jaringan berubah menjadi
keras dan kering, keriput, gelap, dan tidak membusuk. Terjadi
pada suhu hangat, kelembaban rendah, aliran udara yang baik,
tubuh yang dehidrasi dan waktu yang lama (12-14) minggu.

5. Perawatan Jenazah
a. Tempatkan dan atur jenazah pada posisi anatomis.
b. Singkirkan pakaian.
c. Lepaskan semua alat kesehatan.
d. Bersihkan tubuh dari noda dan kotoran.
e. Tempatkan kedua tangan jenazah di atas abdomen dan ikat
pergelangannya (bergantung dari kepercayaan atau agama)
f. Tempatkan satu bantal di bawah kepala.
g. Tutup kelopak mata, jika tidak ada tutup, bisa menggunakan kapas
basah.
h. Katupkan rahang atau mulut, kemudian ikat dan letakkan gulungan
handuk di bawah dagu.
i. Letakkan alas di bawah glutea.
j. Tutup sampai sebatas bahu, kepala ditutup demgan kain tipis.
k. Catat semua milik pasien dan berikan pada keluarga.
l. Beri kartu atau tanda pengenal.
m. Bungkus jenazah dengan kain panjang.

Perawatan jenazah yang akan diotopsi:


a. Ikuti prosedur rumah sakit dan jangan lepas alat kesehatan.
b. Beri label pada pembungkus jenazah.
c. Beri label pada alat protesis yang digunakan.
d. Tempatkan jenazah pada lemari pendingin.
e. Perawatan terhadap keluarga
f. Dengarkan ekspresi keluarga
g. Beri kesempatan keluarga untuk bersama dengan jenazah beberapa
saat.
h. Siapkan ruangan khusus untun berduka.
i. Bantu keluarga untuk membuat keputusan dan perencanaan pada
jenazah.
j. Beri dukungan jika terjadi disfungsi berduka.

C. ASUHAN KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN KEMATIAN


1. Pengkajian
Pada kasus ini perawat mengkaji seluruh data baik subjektif
maupun objektif yang berhubungan dengan proses menjelang ajal dan
kematian. Ini bisa dipelajari dari tanda-tanda yang muncul dari proses
tersebut sesuai dengan tahapannya. Pengkajian dilakukan secara cermat
dengan mengamati tanda-tanda klinis kilen antara lain:
a. Fisik
Pengkajian fisik meliputi pengkajian menjelang, mendekati, dan
saat kematian.
1) Menjelang kematian
a) Adanya tanda klinis saat menghadapi kematian (sekarat) :
Hilangnya tonus otot
b) Relaksasi otot wajah
c) Kesulitan untuk berbicara
d) Kesulitan menelan
e) Penurunan aktifitas gastrointestinal
f) Melemahnya tanda sirkulasi
g) Terjadi sianosis pada ekstremitas
h) Kulit teraba dingin
i) Nadi lambat & lemah
j) Penurunan TD
k) Pernafasan tidak teratur melalui mulut
l) Pandangan kabur
m) Menurunnya tingkat kesadaran

2) Mendekati kematian
Pada tahap ini, manifestasi klinis yang bisa diamati pada klien
meliputi:
a) Pupil berdilatasi
b) Refleks menghilang
c) Frekuensi nadi meningkat, kemudian menurun
d) Pernapasan Cheyne Stokes
e) Tidak bisa bergerak
f) Klien mengorok atau bunyi napas terdengar kasar
g) Tekanan darah menurun

7) Kematian
Pada tahap ini, manifestasi klinis yang dapat diamati pada
klien meliputi:
a) Pernapasan, nadi dan tekanan darah terhenti
b) Hilangnya respon terhadap stimulus eksternal
c) Pergerakan otot sudah tidak ada
d) Pada ensefalogram datar (garis otak) berarti aktivitas
listrik otak terhenti
2. Diagnosis
Serangkaian diagnosis untuk memenuhi kebutuhan psikologis
maupun psikososial dapat diterapkan pada klien yang mendekati
kematian, bergantung pada hasil pengkajiannya. Beberapa diagnosis
yang mungkin sesuai untuk klien tersebut adalah Ketakutan,
keputusasan, dan Ketidakberdayaan.
3. Perencanaan dan implementasi
a. Ketakutan
1) Intervensi umum
a) Kaji faktor penyebab
b) Kurangi atau hilangkan faktor penyebab
c) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya
d) Beri masukan tentang perasaan yang diungkapkan klien
e) Dorong klien untuk menggumakan mekanisme koping
yang efektif
f) Dorong klien untuk menceritakan masalahnya kepada
orang lain
g) Dorong klien untuk menghadapi ketakutannya
h) Hadirkan suasana yang tidak mengancam secara
emosional
i) Identifikasi aktivitas yang dapat menyalurkan energy
emosionalnya guna mengurangi ketakutan klien

2) Rasional
a) Perasaan aman akan meningkat ketika individu bercermin
dari individu lain yang telah berhasil mengatasi situasi
menakutkan yang serupa
b) Individu pendukung dan mekanisme koping merupakan
sarana yang penting untuk mengurangi kecemasan
c) Meminimalkan stimulus lingkungan dapat membantu
mengurangi ketakutan
d) Dialog yang jujur dan terbuka dapat membantu upaya
pemecahan masalah yang konstruktif dan dapat
memberikan harapan
e) Aktivitas fisik membantu mengarahkan dan meredakan
ketegangan.
b. Keputusasaan
1) Intervensi umum:
a) Bantu klien mengidentifikasi dan mengungkapkan
perasaanya
b) Dengarkan klien dengan saksama dan perlakukan ia
sebagai seorang individu
c) Tunjukkan sikap empati agar klien bersedia mengutarakan
keraguan, ketakutan dan kekhawatirannya
d) Dorong klien untuk menceritakan bagaimana harapan
menjadi ketidakpastian dalam hidupnya dan saar-saat
ketika harapan telah mengecewakannya
e) Bantu klien mengidentifikasi hal-hal yang menyenangkan
dan hal-hal yang mereka anggap sebagai humor
f) Bantu klien mengidentifikasi sumber-sumber harapan
g) Bantu klien dalam memecahkan masalah dan mengambil
keputusan
h) Hargai klien sebagai pengambil keputusan yang
kompeten; hargai keinginan dan keputusan yang di ambil
klien
i) Dorong klien menggunakan teknik relaksasi sebelum
menghadapi peristiwa stress yang telah diperkirakan
sebelumnya
j) Ajarkan klien untuk menjadi manusia yang terbaik hari ini
dan menghargai setiap waktu yang ada
k) Libatkan keluaga dan orang-orang terdekat kilen dalam
rencana perawatan
l) Hargai dan dukung harapan klien terhadap tuhan dan
bantu ia mengekspresikan keyakinan spiritualnya.
2) Rasional
a) Harapan terkait dengan bantuan yang diberikan orang lain.
b) Harapan terbukti berkaitan langsung dengan kualitas
c) Hubungan seseorang dengan orang lain.
d) Harapan dianggap mampu mempengaruhi kesehatan fisik,
psikologis, dan spiritual individu.
e) Mempertahankan peran dan tanggung jawab keluarga
penting untuk menumbuhkan harapan dan koping.
f) Hiburan, humor, dan mengingat kembali kenangan-
kenangan lama dapat meningkatkan harapan pada individu
yang menderita penyakit terminal
g) Harapan yang diberikan oleh anggota keluarga dapat
menularkan pada klien.
h) Individu yang pernah mengalami keputusasaan tidak dapat
membayangkan sesuatu apapun yang dapat dilakukan atau
berharga untuk dilakukan, tidak pula membayangkan hal di
luar peristiwa yang tengah terjadi.
i) Individu dapat berkoping dengan bagian hidupnya yang ia
pandang sebagai keputusasaan jika ia mampu menyadari
bahwa ada banyak faktor dalam hidupnya yang penuh
dengan harapan hidup.

4. Evaluasi
Meskipun penyelesaian proses duka cita membutuhkan waktu
beberapa bulan atau tahun, sebagian besar klien berada di bawah
perawatan perawat hanya dalam waktu singkat.perawat mungkin
menjadi frustasi ketika klien atau keluarganya mulai mengespresikan
dukacita, klien meninggalkan institusi perawatan kesehatan atau
meninggal. Berduka adalah proses individual, resolusi kehilangan tidak
mengikuti urutan proses. Penring artinya bagi klien untuk
mendiskusikan atau berbagi pengalaman dengan orang terdekat. Tujuan
yang ditetapkan bersama klien dan keluarganya menjadi dasar untuk
evaluasi; misalnya, jika salah satu tujuan adalah agar klien
mengomunikasikan rasa cinta dan kasihnya kepada keluarga, maka
perawat mengepaluasi apakah hal ini telah terjadi dalam bentuk verbal
atau tertulis. Perawat juga mengamati kualitas interaksi.
Tujuan Tindakan evaluasi Hasil yang diharapkan
1) Klien mengalami peredaan dari maladaftif berduka atau
menunjukkan tidak terdapatnya reaksi emosional dalam 2 bulan
2) Observasi klien yang mendiskusikan kehilangan dengan orang
terdekat
3) Observasi perilaku klien, minta klien menceritakan perasaan
kehilangan
4) Klien menghargai kesadaran tentang kehilangan dalam satu
minggu
5) Klien mengekspresikan pikiran dan perasaan yang berhubungan
dengan kehilangan dalam 2 minggu.
6) Klien mencapai kembali rasa harga diri dalam 2 bulan
7) Klien mempertahankan penampilan yang rapi dan berdandang
dengan baik.
8) Klien memulai diskusi dengan perawat dan keluarga tentang
masa depan
9) Klien kembali menjalani rutinitas kehidupan sehari-hari dalam 2
minggu
10) Minta klien untuk mendiskusikan rencana
11) Evaluasi tingkat partisipasi klien dalam aktivitas
12) Evaluasi tingkat partisivasi klien dalam aktivitas social dengan
keluarga
13) Klien menjalankan kembali aktivitas perawatan diri
14) Klien mengungkapkan keputusan tentang perawatan
15) Klien berpartisipasi lebih banyak dalam aktivitas sosial
Perawatan klien menjelang ajal mengharuskan perawat mengevaluasi
tingkat kenyamanan klien dengan penyakit dan kualitas
hidupnya.keberhasilan evaluasi bergantung sebagian pada ikatan yang
terbentuk dengan klien. Kecuali klien mempercayai perawat,
mengepresikan dari perasaan dan kekhawatiran yang sebenarnya tidak
mungkin terjadi. Tingkat kenyamanan klien dievaluasi dengan dasar hasil
seperti penurunan nyeri, control gejala, pemeliharaan fungsi system tubuh,
penyelesaian tugas yang belum terselesaikan, dan ketenangan emosional.
ROLE PLAY

A. Judul
Sikap Perawat Pada Klien Dalam Kondisi Sakaratul Maut dan Penyampaian
Terhadap Keluarganya.

B. Pemeran
1. Arina sebagai Pasien Ny.A
2. Sekar sebagai Perawat A
3. Winda sebagai Perawat B
4. Nadia sebagai Dokter Jaga
5. Intania sebagai Ibu Pasien
6. Virga sebagai Pembaca Naskah

C. Skenario
Di sebuah Bangsal X Rumah Sakit Maju Mundur ada pasien Ny.A
dengan penyakit terminal (Ca Mammae dengan stadium Lanjut) dengan
kondisi yang sudah memburuk, pasien tersebut mengalami penurunan
kesadaran, dan nafas mulai tersenggal-senggal. Terlihat dari kejauhan
nampak keluarga pasien berlari tergesa-gesa dan berteriak histeris
mendatangi ruang perawat, pada saat itu ada perawat A yang sedang duduk
di ruang perawat dan mencoba mengajak berbicara keluarga pasien.

Keluarga Pasien : “Suster..............suster......!!!!”


Perawat A : “Ada apa Bu ?”
Keluarga Pasien : “Suuuusss..... aa..anaakkk sayaa sus anaakk sayaaa
(menangis histeris)
Perawat A : “Iya Bu..ada apa dengan anaknya, coba ibu bisa
sedikit tenang”
Keluarga Pasien : “Anak saya diajak bicara sudah mulai nglantur sus
dan nafasnya nampak tersenggal-senggal, saya
takut Sus”

Seketika itu perawat A mengajak perawat B untuk langsung


menghampiri pasien diruangan dan memeriksa kondisi kesadaran pasien.

Perawat A : “Sus coba cek kesadaran pasien, cek nadi dan

nafasnya ya sus.” (Memerintah perawat B)

Perawat B : “Baik sus, (sedang memeriksa nafas dan nadi),

kesadarannya menurun, nadinya melemah dan

nafasnya tinggal satu-satu sus.”

Perawat A : “Coba sus panggilkan dokter jaga ya sus”.

Perawat B memanggil dokter jaga yang sedang piket saat itu


diruangan dokter

Perawat B : “Dokter..Dokter.. ada pasien kondisinya

memburuk nafas tinggal satu-satu kesadaran

menurun dan nadinya melemah.”

Dokter Jaga : “Iya Sus..(datang keruangan sambil berlari-lari

dan langsung memeriksa pasien) “Bimbing pasien


secara muslim” (memerintahkan perawat B)

Perawat B : “Baik dok.” (membisikkan kalimat tauhid ke

telinga pasien) “ikuti saya ya mbak ‘lailahailallah’

Pasien : (Mengikuti dengan napas berat dan kesulitan

dengan terbatah-batah) “laaa iii laah”

Perawat B : “Coba lagi ya mbak ikuti saya, Lailahailallah”

Pasien : “Laaa i la ha (Kesulitan) la i lahailallah (pasien

menghembuskan nafas terakhirnya).

Perawat B : “inailahiwainalilahirojiun” (menutup rapat mata

pasien)

Pasien dinyatakan meninggal dunia, dokter jaga menghampiri


keluarga pasien dan mencoba menjelaskan kondisi anaknya.

Dokter Jaga : “permisi.. ibu ini apakah yang menunggu pasien

Ny. D ?.”

Keluarga Pasien : “Iya Dok,, saya ibu kandungnya, bagaimana


dengan kondisi anak saya sekarang dok ?”

Dokter Jaga : “Maaf Bu..kami sudah berusaha sebisa mungkin,

tapi Tuhan berkehendak lain, anak Ibu tidak

bisa diselamatkan karena kondisinya yang sudah

memburuk.”
Keluarga Pasien : “Tidak mungkin, kenapa bisa secepat itu dok

meninggalkan saya (menangis histeris).

Perawat A : “Maaf Bu, yang sabar ya..semua ini cobaan dari

Tuhan, Ibu harus tabah menghadapi cobaan ini.”

Ibu pasien menghampiri anaknya memeluk dan menangis histeris


mencoba untuk membangunkan anaknya kembali, perawat B menghampiri
ibu pasien dan mencoba untuk menenangkannya.

Perawat B : “ Ibu, ibu yang sabar ya, saya tahu bu ini pasti berat

buat ibu, tapi anak ibu sudah tidak ada lagi dan ibu
harus menerima dengan ikhlas, ini yang terbaik
buat anak ibu”.

Keluarga Pasien :” Taa..tapi mbak (menangis tersenggal-senggal)

Perawat B : “ Sekarang coba ibu tarik nafas dulu dan keluarkan


perlahan-lahan.

Keluarga Pasien : (Diam dan kemudian menarik nafas)

Perawat B : “ Baik seperti itu bu, bagaimana apakah ibu sudah

mulai tenang ?”.

Keluarga Pasien : “ Iya sus (Sudah mulai tenang)

Akhirnya keluarga pasien sudah bisa menerima dengan ikhlas


kepergian anaknya untuk selama-lamanya, sekian terimakasih.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit di mana menurut akal
sehat tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu
dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan.
Tujuan utama perawatan ini adalah untuk :
1. Mempertahankan pasien nyaman dan bebas nyeri
2. Membuat hari-hari akhir pasien sebaik mungkin untuk pasien maupun
keluarga, dengan sedikit mungkin penderitaan
3. Membantu pasien meninggal dengan damai
4. Memberikan kenyamanan bagi keluarga
5. Perawatan terminal ditujukan bagi pasien-pasien sekarat, yang
semakin mendekati ajal atau kematian, yang secara logis tidak akan
sembuh.

B. Saran
Dalam pengerjaan makalah ini, kami sangat bersyukur karena telah
dibimbing dengan sangat baik, namun agar lebih efektif, kiranya diberikan
waktu yang lebih efisien sehingga diperoleh hasil yang lebih memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3, cet.1 Jilid 2.


Jakarta: Media Aesculapius

Mubarak, Wahid., Iqbal., Chayatin, Nurul. 2009. Buku Ajar KDM


Teori dan Aplikasi. Jakarta: EGC

Porter & Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Vol 1. Jakarta: EGC

Tucker, Susan Martin dkk. 2009. Standar Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Wahyuningsih dan Subekti. 2009. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai