Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN NUTRISI

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA III

Oleh :

TINGKAT IIA

1. Hilaria Citra Lorenta (Ketua) (20136121072)


2. Resma Thea F. (Sekretaris) (20136121108)
3. Citra Wardani (Anggota) (20136121048)
4. Susi (Anggota) (20136121120)
5. Wiro S. (Anggota) (20136111132)
6. Memen Yolanda (Anggota) (20136111086)
7. M. Salman A. R. (Anggota) (20136111093)
8. Anita Andryani (Anggota) (20136121037)
9. Ewa Prayoga (Anggota) (20136111061)

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG

2014/2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan limpahan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia III di
Jurusan Keperawatan Singkawang. Adapun judul makalah ini adalah “Asuhan
Keperawatan Kebutuhan Nutrisi”
Selama penulisan makalah ini, kelompok banyak menemukan hambatan
dan kesulitan. Berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini
kelompok ingin menyampaikan terima kasih kepada Ibu Ns. Puspa Wardhani
M.Kep selaku Dosen mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia III, serta berbagai
pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki, oleh karena itu kelompok sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
atau bermanfaat dalam penulisan makalah-makalah lain yang terkait dengan
makalah ini.
Singkawang, 19 September 2014

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
BAB II .................................................................................................................. 3
TINJAUAN TEORI ............................................................................................... 3
A. Konsep Dasar Nutrisi ........................................................................................... 3
1. Saluran Pencernaan Makanan....................................................................... 3
2. Pengertian Nutrisi ............................................................................................. 6
3. Elemen Nutrisi................................................................................................... 8
4. Kebutuhan Nutrisi sesuai tingkat perkembangan usia ............................. 11
5. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi (WHO 2014) ................... 13
B. Asuhan Keperawatan Nutrisi dengan Gangguan Pemenuhan Nutrisi ....... 19
1. Pengkajian ....................................................................................................... 19
2. Diagnosis Keperawatan (Diagnosis Keperawatan Nanda) ...................... 24
3. Perencanaan Keperawatan (Kriteria Hasil NOC dan Intervensi NIC) .... 25
4. Implementasi ................................................................................................... 28
5. Evaluasi ........................................................................................................... 31
BAB III ............................................................................................................... 32
PENUTUP ......................................................................................................... 32
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 32
B. Saran .................................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nutrisi adalah proses pengambilan zat-zat makanan penting (Nancy
Nuwer Konstantinides). Nutrisi merupakan jumlah dari seluruh interaksi antara
organisme dan makanan yang dikonsumsinya (Cristin dan Gregar 1985).
Dengan kata lain nutrisi adalah apa yang manusia makan dan bagaimana tubuh
menggunakannya. Masyarakat memperoleh makanan atau nutrien esensial
untuk pertumbuhan dan pertahanan dari seluruh jaringan tubuh dan
menormalkan fungsi dari semua proses tubuh.
Semua manusia membutuhkan nutrisi dalam kehidupan sehari-hari.
Nutrisi dapat diperoleh dari makanan, minuman maupun buah. Sedangkan nutrisi
sendiri berarti substansi bergizi atau komponen makanan atau merupakan
proses penggabungan yang terlibat dalam material bergizi dan asimilasi serta
pemakaiannya. Nutrisi bisa juga diartikan sebagai proses total yang terlibat
dalam konsumsi dan penggunaan zat makanan. Pemenuhan nutrisi pada anak
akan sangat berguna dalam membantu proses tumbuh kembang. Zat gizi yang
penting bagi kesehatan adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
Sedangkan kebutuhan tiap individu itu berbeda-beda tergantung oleh umur, jenis
kelamin, macam pekerjaan, dan iklim. Ciri-ciri orang yang kekurangan nutrisi
antara lain berat badan turun, kondisi tubuh lemas, bb rendah, kelemahan otot,
konjungtiva pucat, lemas, lunglai, wajah pucat, kulit basah dingin, takikardi statis
dan peningkatan salivasi.
Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme
tubuh serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum faktor yang
mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan
metabolisme bassal, faktor patologis seperti adanya penyakit tertentu yang
menganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhn nutrisi, faktor sosio-
ekonomi seperti adanya kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi.
Latar belakang penulisan askep mengenai gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi ini adalah masih banyaknya factor kurang gizi di Indonesia.
Presentase gizi buruk dan kelaparan di indonesia sendiri masih ada sekitar 40%

1
warga Negara yang menderita kelaparan dan gizi buruk, dan 30% masyarakat
meninggal karna menderita kelaparan dan gizi buruk. Masalah tersebut di
karenakan factor ekonomi, rendahnya pengetahuan tentang gizi, prasangka yang
buruk tentang beberapa jenis makanan dan kesukaan makanan yang berlebihan.
Bahkan penderita gizi buruk dan kelaparan di Indonesia banyak diderita oleh bayi
dan anak-anak seperti di tempat-tempat perdesaan yang terpencil.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep nutrisi terhadap klien serta
prinsip keperawatan dalam mengatasinya.
2. Tujuan Khusus
a) Menjelaskan pengertian konsep nutrisi
b) Mengidentifikasi tentang masalah nutrisi terhadap klien
c) Menguraikan cara mengatasi permasalahan nutrisi
d) Menjelaskan asuhan keperawatan klien dengan gangguan kebutuhan
nutrisi.

C. Rumusan Masalah
Manfaat dari permasalahan ini diharapkan hasilnya dapat dimanfaatkan
sebagai berikut:
a) Memenuhi kebutuhan nutrisi terhadap klien
b) Sebagai tolak ukur keseimbangan nutrisi
c) Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan klien dengan
gangguan kebutuhan nutrisi.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Nutrisi


1. Saluran Pencernaan Makanan
Sistem pencernaan berurusan dengan penerimaan makanan dan
mempersiapkannya untuk diasimilasi tubuh. Saluran pencernaan terdiri atas
bagian-bagian berikut:
a. Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan dan
terdiri atas dua bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang di antara
gusi, bibir, pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut. Didalam mulut,
makanan mengalami proses mekanis melalui pengunyahan yang akan
membuat makanan dapat hancur sampai merata, dibantu oleh enzim
amilase yang akan memecah amilium yang terkandung dalam makanan
menjadi maltose.
Proses mengunyah ini merupakan kegiatan terkoordinasi antara
lidah, gigi, dan otot-otot mengunyah. Didalam mulut, juga terdapat
kelenjar saliva yang menghasilkan saliva untuk proses pencernaan
dengan cara mencerna hidrat arang, khususnya amilase, melicinkan
bolus sehingga mudah ditelan, menetralkan, serta mengecerkan bolus.
Kelenjar tersebut terdiri atas: kelenjar parotis, merupakan
kelenjar penghasil saliva terbesar yang terletak di sebelah kiri dan kanan
bagian depan agak ke bawah; kelenjar submandibularis, merupakan
penghasil saliva nomer dua setelah kelenjar parotis, terletak dibawah
sisi tulang rahang; dan kelenjar sublingualis, penghasil saliva terkecil,
letaknya di bawah lidah.
Dalam proses sekresi, saliva dipengaruhi oleh beberapa factor,
di antaranya factor mekanis (seperti adanya benda bolus dalam mulut),
factor psikis (seperti bila mencium atau mengingat makanan yang enak),
dan factor kimiawi (seperti bila makanan terasa asam atau asin).

3
4

b. Faring
Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di
belakang hidung, mulut, dan laring. Faring terbentuk kerucut dengan
bagian terlebar di bagian atas hingga vertebra servikal keenam. Faring
langsung berhubungan dengan esophagus, sebuah tabung yang
memiliki otot dengan panjang kurang lebih 20-25 cm dan terletak di
belakang trakea, di depan tulang punggung, kemudian masuk melalui
toraks menembus diafragma yang berhubungan langsung dengan
abdomen serta menyambung dengan lambung.
Esophagus merupakan bagian yang berfungsi menghantarkan
makanan dari faring menuju lambung. Esophagus berbentuk seperti
silinder yang berongga dengan panjang kurang lebih 2 cm dengan
kedua ujungnya dilindungi oleh sfingter. Dalam keadaan normal, sfingter
bagian atas selalu tertutup, kecuali bila ada makanan masuk ke dalam
lambung. Keadaan ini bertujuan untuk mencegah gerakan balik sisi ke
porgan bagian atas, yaitu esophagus. Proses penghantaran makanan
dilakukan dengan cara peristaltik, yaitu lingkaran serabut otot di depan
makanan mengendor dan yang di belakang makanan berkontraksi.

c. Lambung
Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri
atas bagian atas (disebut fundus), bagian utama dan bagian bawah
berbentuk horizontal (antrum pilorik). Lambung berhubungan dengan
esophagus melalui orifisium atau kardia dan dengan duodenum melalui
orifisium pilorik. Lambung terletak di bawah diafragma dan di depan
pankreas, sedangkan limpa menempel pada sebelah kiri fundus.
Lambung memiliki fungsi, yaitu fungsi motoris serta fungsi
sekresi dan pencernaan. Fungsi motoris lambung adalah sebagai
reservoir untuk menampung makanan sampai dengan sedikit demi
sedikit dan sebagai pencampur adalah memecah makanan menjadi
partikel-partikel kecil yang dapat bercampur dengan asam lambung.
Fungsi sekresi dan pencernaan adalah mensekresi pepsin dan HCI
yang akan memecah protein menjadi pepton, amilase memecah amilium
menjadi maltose. Lipase memecah lemak menjadi asam lemak, dan
5

gliserol membentuk B12 yaitu di ileum, dan mensekresi mucus yang


bersifat protektif. Makanan berada pada lambung selama 2-6 jam,
kemudian bercampur dengan getah lambung (cairan asam bening tak
berwarna) yang mengandung 0.4 % HCl untuk mengasamkan semua
makanan serta bekerja sebagai antiseptic dan desinfektan. Dalam getah
lambung terdapat beberapa enzim diantaranya pepsin, dihasilkan oleh
pepsinogen serta berfungsi mengubah makanan menjadi bahan yang
lebih mudah larut. Berfungsi membekukan susu atau membentuk kasein
kasinogen yang dapat larut.

d. Usus halus
Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang
kurang lebih 2,5m dalam keadaan hidup. Kemudian akan bertambah
panjang menjadi kurang lebih 6m pada orang yang telah meninggal,
akibatnya adanya relaksasi otot yang telah kehilangan tonusnya. Usus
halus terletak di daerah umbilicus dan dikelilingi oleh usus besar yang
memanjang dari lambung hingga katup ileo kolika.
Usus halus terdiri atas 3 bagian, duodenum dengan panjang
kurang lebih 25 cm, jejunum dengan panjang kurang lebih 2m dan illeum
dengan panjang kurang lebih 1m atau 3/5 akhir dari usus. Lapisan
dinding dalam usus halus mengandung berjuta-juta vili kira-kira
sebanyak 4,5 juta, yang membentuk mukosa menyerupai beludru. Pada
permukaan setiap villi terdapat tonjolan yang menyerupai jari-jari, yang
disebut mikrovili. Villi bersama-sama dengan mikrovilli dan valvula
kaniventes menambah luasnya permukaan sekresi dan absorpsi serta
menghalangi agar isinya tidak terlalu cepat berjalan sehingga absorpsi
lebih banyak terjadi.
Pada dinding usus halus, khususnya mukosa, terdapat beberapa
nodula jaringan limpe yang disebut kelenjar soliter, berfungsi sebagai
perlindungan terhadap infeksi. Di dalam ileum, nodula ini membentuk
tumpukan kelenjar yang terdiri atas 20-30 kelenjar soliter.
Fungsi usus halus pada umumnya adalah mencerna dan
mengabsorpsi di dalam usus halus, yaitu pada duodenum, dan di sini
6

terjadi absorpsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin B, vitamin A,D,E,


dan K dengan bantuan empedu dan asam folat.

e. Usus besar
Usus besar atau juga disebut sebagai kolon, merupakan
sambungan dari usus halus yang dimulai dari katup ileokolik atau
ileosaekal yang merupakan tempat lewatnya makanan. Usus besar
memiliki panjang kurang lebih 1,5 m. Kolon terbagi atas asenden,
transversum, desende, sigmoid, dan berakhir di rectum yang
panjangnya kira-kira 10 cm dari usus besar. Dimulai dari kolon
sigmoideus dan berakhir pada saluran anal. Tempat kolon asenden
membentuk belokan tajam di abdomen atas bagian kanan disebut
fleksura hepatis, sedang tempat kolon transversum membentuk belokan
tajam di abdomen atau bagian kiri disebut fleksura lienalis.
Fungsi utama usus besar adalah mengabsorpsi air (kurang lebih
90%), elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa. Kapasitas absorpsi air
kurang lebih 5000cc/hari. Flora yang terdapat dalam usus besar
berfungsi untuk menyintesis vitamin K dan B serta memungkinkan
pembusukan sisa-sisa makanan.

2. Pengertian Nutrisi
Istilah gizi berasal dari bahasa Arab GIZAWI yang berarti nutrisi. Oleh
para ahli diubah menjadi gizi. Gizi adalah subtansi organik dan non organik
yang ditemukan dalam makanan dan dibutuhkan oleh tubuh agar dapat
berfungsi dengan baik.
Manusia memerlukan asupan makanan guna memperoleh zat-zat
penting yang di kenal istilah nutrisi. Nutrisi berfungsi untuk memperbaiki
jaringan tubuh, mengatur proses dalam tubuh, sebagai sumber energi, serta
untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit. Dengan demikian, fungsi
utama nutrisi adalah untuk memberikan energi bagi aktivitas tubuh,
membentuk struktur kerangka, dan jaringan, serta mengatur berbagai proses
kimia di dalam tubuh.
7

Dalam konsep dasar nutrisi di kenal istilah nutrien. Nutrien adalah


substansi organik dan anorganik khusus yang terdapat dalam makanan yang
diperlukan tubuh agar dapat menjalankan fungsinya. Nutrien mempunyai 3
fungsi utama:
1) Menyediakan energi untuk proses dan pergerakan tubuh.
2) Menyediakan ‘struktur material” utuk jaringan tubuh seperti tulang dan
otak.
3) Mengatur proses tubuh.
(sumber: Wahid Iqbal Mubarak, SKM & Ns. Nurul Chaygtin, S.Kep, 2007.
“Kebutuhan Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktek” Gresik)
a. Status Nutrisi Optimal
Sering disebut energi balance yaitu jumlah energi yang di
konsumsi di kurangi energi yang dikeuarkan. Positif energy balance
(input>Output, Negative energy balance, Input<Output).
b. Energi Input
Yang dimaksud energi input mencangkup:
1. Sumber energi: karbohidrat, protein, lemak.
2. Alat ukur: kalori/joule.
3. Calori, panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 10 C dari 1
gram air.
4. Kilo calori, jumlah energi panas yang diperlukan untuk meningkatkan
suhu 10C dari 1 kilogram air.
c. Energi Output
Energi output meliputi:
1. Energi output merupakan energi yang dikeluarkan oleh tubuh agar
jaringan dan organ berfungsi
2. Sumber energi: ikatan molekul-molekul phosphat ATP dari hasil
proses metabolisme tubuh yang mengandung tinggi energi
d. Keperluan Energi
Keperluan energi ditentukan 2 hal, sebagai berikut:
1. BMR (Basal Metabolisme Rate)
Merupakan reaksi kimia yang terjadi saat tubuh dalam keadaan
istirahat. BMR adalah jumlah calori yang dihabiskan setiap jam oleh
tubh dalam keadaan istirahat.
8

BMR = calori/meter/jam
a) Pria = 1,0 Kcal/Kgbb/jam
b) Wanita = 0,9 Kcal/Kgbb/jam
(sumber= internet)
2. Jumlah energi lain yang dihabiskan dalam keadaan aktif.
Fungsi energi adalah:
a) Menyediakan energi untuk proses dalam tubuh dan latihan
aktifitas.
b) Menyediakan struktur materi untuk jaringan tubuh misalnya
tulang dan otot tubuh.
c) mengatur proses tubuh lainnya.

3. Elemen Nutrisi
Elemen nutrisi terdiri atas :
1. Air
Air merupakan komponen terbesar yang diperlukan oleh tubuh.
Air meliputi 60%-80% berat badan individu dewasa dan 80% berat
badan bayi (Potter dan Pery,1992). Individu dewasa dapat kehilangan
cairan ±2-3 liter/hari melalui keringat, urine, dan pernafasan. Individu
dewasa rata-rata memerlukan 6-8 gelas air/ hari. Fungsi air bagi tubuh
untuk membantu proses atau reaksi kimia dalam tubuh serta berperan
mengontrol temperature tubuh.
Tabel 1.1 keseimbangan cairan pada pria deawasa di daerah iklim
sedang.
Asupan(input) Ml/hari Haluran Ml/hari
(output)
Minuman 1300 Uine 1500
Makanan 900 Keringat 550
Oksidasi nutrisi 300 Penguapan 350
Tinja 100
Total 2500 Total 2500
9

(Sumber : Wahid Iqbal Mubarak, SKM & Ns. Nurul Chaygtin, S.Kep,
2010. Kebutuhan Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktek. Gresik :
Buku Kedokteran)

2. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan kelompok nutrien yang berfungsi sebagai
sumber energy bagi tubuh, sebagai penghasil lemak, sebagai pasangan
protein.
Jenis-jenis karbohidrat:
a) Monosakarida (C6H12O6)
b) Laktosa : terdapat pada buah-buahan.
c) Fruktosa : terdapat pada buah-buahan, madu, tebu
d) Galaktosa : tidak ditemukan dalam keadaan aslinya. Akan di
temukan jika laktosa dipecah.
e) Disakarida (C12H22O11)
f) Sukrosa : terdapat dalam tebu
g) Laktosa : terdapat pada susu
h) Maltosa : tidak terdapat dialam bebas, diperoleh dari hindolisis
amilum dengan bantuan enzim diatase.

3. Protein
Protein adalah kimia hasil hidrolis dari pencernaan yang
merupakan unsur pokok untuk membangun kembali asam amino. Asam
amino disimpan dalam jaringan dalam bentuk hormon. Protein berfungsi
mempertahankan dan menganti sel-sel yang rusak. Setiap 1 gram
proten menghasilkan 4 Kkal.
12 jenis asam amino yang umum ditemukan dalam protein 8
diantaranya merupakan asam amino esensial. Asam amino yang tidak
dapat disintensis oleh tubuh. oleh karena itu di dapat dari makanan.
Sumber protein antara lain daging, telur, ayam, ikan dll. Masalah
defisien protein yang hebat menyebabkan penyakit yang disebut
kwashiokor.
10

4. Lemak
Lemak adalah kelompok zat kimia organik yang berminyak dan
tidak bisa tercampur dengan air tetapi bisa tercampur dengan alkohol.
Zat kimia ini adalah lipid. Elemen yang terdapat pada lemak adalah
karbon, hidrogen, oksigen. Lemak tunggal disebut Tri gliserit. 1 gr lemak
akan menghasilkan 9 kkal/38kJ. Proses terbentuknya lemak disebut
lipogenesis.
Fungsi lemak antara lain sebagai sumber energi, sumber asam
lemak esensial, menyerap vitamin larut lemak.
Sumber lemak bisa didapat dalam mentega, keju, daging sapi,
kacang tanah, ikan cord, susu.

5. Vitamin
Vitamin ialah senyawa organik yang tidak dapat dibuat oleh tubuh
dan diperlukan dalam jumlah besar sebagai katalisator dalam proses
metabolisme.
Vitamin secara umum dikelompokan dalam:
1. Vitamin yang dapat larut dalam lemak : Vit A,D,E,dan K.
2. Vitamin Vitamin yang larut dalam air : Vit B dan C

6. Mineral
Mineral adalah unsur kimia selain karbon, hidrogen, oksigen dan
nitrogen yang dibutuhkan oleh tubuh.
Mineral dikategorikan menjadi dua :
a. Makromineral
Yaitu seseorang memerlukan setiap harinya sejumlah lebih 100 mg.
Contohnya : Kalsium, pospor, sodium, potassium.
b. Mikromineral
Yaitu seseorang memerlukan setiap harinya sejumlah kurang lebih
100mg. Contohnya: Besi, mangan, seng, sodium, iodium, cobalt,
dan lain-lain.
Mineral dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori:
1. Bagian struktur jaringan.
2. Membantu keseimbangan air dan asam basa.
11

3. Bentuk komponen yang penting molekul organik, beberapa enzim,


hormon, mengatur proses tubuh.
4. Saraf tranmisi impulse saraf dan kontraksi otot

4. Kebutuhan Nutrisi sesuai tingkat perkembangan usia


1. Bayi
Yang dimaksud bayi adalah usia 0-12 bulan. Kalori yang dibutuhkan
sekitar 110-120 kalori/kg/hari. Kebutuhan cairan sekitar 140-160
ml/kg/hari. Bayi sebelu usia 6 bulan pemberian nutrisi yang pokok adalah
air susu ibu. ASI sangat cocok diberikan sampai umur minimal 4 bulan.
Adapun keuntungan pemberian ASI adalah :
a. ASI merrupakan nutrisi yang komplit
b. Dalam ASI terdapat laktobasilus bilidus adalah mikroorganisme
dalam ASI yang bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang berbahaya dalam intesnial.
c. Protein dalam ASI banyak
d. ASI mengandung lipose untuk membantu bayi yang prematur dalam
pencernaan lemak.

2. Masa anak tolder (1-3 th) dan pra sekolah (3-5 th)
Masa anak penting untuk mendidik pola makan yang benar.
Kebiasaan yang sebaiknya diajarkan pada usia ini antara lain:
a. penyediaan makanan dalam berbagai variasi
b. membatasi makanan manis
c. konsumsi diet yang seimbang
Kebutuhan kalori pada anak usia 1 tahun = 100kcal/hari dan anak
usia 3 tahun 300-500 kcal/hari.

3. Anak sekolah (6-12 th)


Pola makanan pada usia ini perlu diperhatikan, karena pada usia ini
anak-anak senang makanan yang dijual di luar rumah.
Kebutuhan nutrisi anak berdasarkan golongan umur dalam tahun :
12

Usia Kalori Protein Cal Fe Vit A Vit B Vit C


10-12 1900 60 0,75 8 2500 0,7 25
7-9 1600 50 0,75 7 2500 0,6 25
5-6 1400 40 0,50 6 2500 0,6 25
Tahun Cal Dr Dr Mg U Mg Mg

4. Masa adolescents remaja (13-21 th)


Kebutuhan kalori, protein, mineral, dan vitamin sangat tinggi
berkaitan dengan proses pertumbuhan.
Lemak tubuh meningkatkan akan mengakibatkan obesitas sehingga
akan menimbulkan stress terhadap body image yang terdapat
mengakibatkan masalah kesehatan.
5. Masa dewasa muda (23-30 th)
Kebutuhan nutrisi pada usia ini untuk proses pertumbuhan, proses
pemeliharaan dan pebaikan tubuh, mempertahankan keadaan gizi.
6. Masa dewasa (31-45 th)
Masa dewasa masa produktif khususnya terkait dengan aktifitas
fisik, karena umur ini merupakan puncak untuk aktifitas hidup terutma
dalam aktifitas bekerja. Kebutuhan nutrisi dibedakan antara tingkat
pekerjaan ringan, berat, sedang.
7. Dewasa tua (46 th keatas)
Kebutuhan unsur-unsur gizi sudah jauh berkurang, pada usia
lanjut maka BMR akan berkurang 10-30%. Maka aktifitas mengalami
degenerative.
8. Wanita masa kehamilan menyusui
Wanita hamil dan ibu menyusui sangat memerlukan makanan
yang baik dan cukup. Sebagai bahan pertimbangan untuk dapat
menghasilkan 1 liter ASI harus menyediakan kalori sebanyak 150 kal
sedangkan ASI meagandung 75 kal,12 gr protein, 45 gr lemak laktosa
vitamin dll.
13

Tabel 1.2. Kebutuhan gizi untuk ibu hamil dan menyusui

Jenis kebutuhan Ibu hamil Ibu menyusui


Kalori 2500 gr 300 gr
Protein 85gr 100 gr
Calsium 1,5 gr 2gr
Ferum 15 gr 15 gr
Vit A 8000 U.I 8000 U.I
Vit B 1,8 mg 2,8 mg
Vit C 100 mg 150 mg
Riboflavin 2,5 mg 3 mg
Vit D 400-800 U.I 400-800 U.I
Air 6-8 gelas 6-8 Gelas

(Sumber : Tarwoto wartonah, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan


Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika)

5. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi (WHO 2014)


1) Pengetahuan
Rendahnya pengetahuan tentang manfaat makanan dapat
memengaruhi pola konsumsi makan, hal tersebut dapat disebabkan oleh
kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan pemenuhan
kebutuhan gizi.
2) Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan yang
bernilai gizi tinggi, dapat memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di
beberapa daerah, tempe yang merupakan sumber protein yang baik dan
murah, tidak digunakan dalam makanan sehari-hari, karena masyarakat
menganggap bahwa mengonsumsi tempe dapat merendahkan derajat
mereka.
3) Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang buruk atau pantangan terhadap makanan
tertentu dapat juga memengaruhi status gizi. Misalnya, di beberapa
daerah, terdapat larangan makan pisang, pepaya, bagi para gadis
remaja. Padahal, makanan itu merupakan sumber vitamin yang baik. Ada
14

pula larangan makan ikan bagi anak-anak, karena ikan dianggap


mengakibatkan cacingan. Padahal, ikan mcrupakan sumber protein yang
sangat baik bagi anak-anak.
4) Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak
memperoleh rat-zat gizi yang dibutuhkan secara cukup. Kesukaan dapat
mengakibatkan banyak terjadi kasus malnutrisi pada rcmaja karcna
asupan gizinya tidak sesuai dengan yang dibutuhkan tubuh.
5) Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi,
penyediaan makanan bergizi, membutuhkan dana yang tidak sedikit
karena perubahan status gizi dipengaruhi oleh status ekonomi. Dengan
kata lain, orang dengan status ekonomi kurang biasanya kesulitan dalam
mcnyediakan makanan bergizi. Sebaliknya orang dengan status ekonomi
cukup lebih mudah untuk menyediakaan makanan yang bergizi.
6) Faktor fisologis
Kondisi fisiologis yang mempngaruhi status nutrisi termasuk
tingkat aktifitas, keadaan penyakit, kemampuan daya beli dan
menyiapkan makanan, dan prosedur atau pengobatan yang dilakukan.
Bergantung pada tingat aktifitas, maka nutirisi dan kilokalori diperlukan
untuk meningkatkan, sehingga tingkat aktifitas akan meningkat, atau
menurun. Merokok dapat diklasifikasikan sebagai faktor fisiologis. Secara
fisiologis, merokok akan memerlukan lebih banyak nutrisi, terutama
vitamin C, dimana kebutuhan akan vitamin C akan berlipat ganda
(Schectman et al.,1991). Status penyakit dan prosedur atau pengobatan
yang dilakukan mempunyai dampak pada asupan makanan, pencernaan,
absorpsi, metabolisme, dan eksresi.
Beberapa kondisi fisiologis dapat menyebabkan menurunnya zat
makanan tertentu, dan satu saat akan meningkat. Penyakit ginjal dapat
menurunkan kebutuhan protein oleh karena protein dieksresi oleh ginjal.
Dengan demikian berbagai kondisi fisiologis akan meningkatkan
kebutuhan nutrisi. Penyakit-penyakit fisik biasanya meningkatkan
15

kebutuhan zat makanan dan satu waktu makannya sedikit. Biasanya


terjadi pada penyakit-penyakit salurang cerna.
Gangguan fisik dapat terjadi disepanjang saluran pencernaan
yang menyebabkan menurunnya asupan nutrisi. Gangguan absorpsi,
gangguan transfortasi, atau penggunaan yang tidak sepantasnya. Luka
pada mulut dan menyebabkan menurunnya asupan nutrisi akibat nyeri sat
makan. Diare dapat menurunkan absorpsi nutrisi karena didorong lebih
cepat. Terhadap penyakit pada kandung empedu, dimana kandung
empedu tidak berfungsi secara wajar, empedu yang diperlukan untuk
mencerna lemak menjadi berkurang atau tidak efektif. Sehingga saat klien
makan makanan yang mengandung lemak, nyeri dapat terjadi..
Tambahan pula vitamin yang larut dalam lemak memerlukan lemak dan
empedu untuk ditransfortasi melalui usus halus kedalam sistem lemfa;
dapat terjadi defisiensi vitamin yang larut dalam lemak. Beberapa orang
tidak memiliki enzim untuk memecah laktose dalam susu, kondisi ini
disebut intoleransi katose. Laktose difermentasi dalam usus,
menyebabkan gembung dan diare.
7) Alkohol
Mengkonsumsi alkohol yang berlebihan dapat mempengaruhi
setiap zat makanan dalam tubuh, sebab alkohol akan mempercepat
metabolisme dalam tubuh, meningkatnya penggunaan zat makanan.
Banyak pasien dengan ketergantungan alkohol dan tidak lagi
memperhatikan makan.
Alkohol dapat menyebabkan tidak terjadinya pencernaan karena
cepatnya absorpsi dalam lambung, oleh karena itu semua alkohol yang
diminum dimetabolisme dalam hati. Oleh karena itu, metabolisme,
transfortasi, dan penggunaan pada setiap zat makanan dapat dipengaruhi
lebih luas. Asam urat dan lemak akan meningkat dalam darah, lemak
akan terakumulasi dalam hati, akan menyebabkan rendahnya gula darah,
kehilangan nafsu makan, dan membutuhkan vitamin. Terutama
kebutuhan vitamin B kompleks, dan mineral akan meningkat. Semua
faktor ini berkumpul yang dapat meningkatkan terjadinya malnutrisi. Oleh
karena itu diperlukan keseimbangan diet yang baik, tingginya kebutuhan
vitamin B kompleks dan kompleks karbohidrat.
16

Dua sindroma yang terjadi pada alkoholisme yang kronik ialah


sindroma Wernicke-Korsakoff (gejala yang ditandai dengan kebingungan,
halusinasi, kehilangan memori) dan tidak mampu melihat pada waktu
malam, hal ini disebabkan oleh kekurangan zat makanan yang vital,
thiamin dan vitamin A. Hepatitis dan sirosis juga terjadi sebagai akibat
kebutuhan nutrisi yang tidak terpenuhi.
8) Immobilitas
Klien yang kurang mobilitas menyebabkan nafsu makan kurang,
dimana dapat meningkatkan asupan yang tidak adekuat dan malnutrisi.
Kurangnya nafsu makan difikirkan sebagai akibat menurunnya basal
metabolisme dan berkurangnya aktifitas fisik.
Penurunan aktifitas atau denurunnya berat badan dapat menyebabkan
kehilangan kalsium dari tulang. Kalsium disimpan pada tulang,
penurunan berat badan menyebabkan kalsium akan meningkat dalam
darah, dan merupakan predisposisi terjadinya batu ginjal. Untuk itu
intervensi yang terbaik adalah ambulasi dini.
Jika immobilisasi klien tidak bergerak selama ditempat tidur,
perlukaan akibat tekanan atau dekubitus akan terjadi. Malnutrisi dan
rendahnya kadar protein darah yang memiliki hubugan dengan
meningkatnya risiko perlukaan akibat tekanan. Kesimbangan diet yang
baik, tinggi kalori, dan tingginya kualitas protein, dapat disarankan untuk
mencegah terjadinya dekubitus. Bila jumlah kalori dan protein tidak
adekuat, diusahan untuk menemukan faktor-faktor yang dapat
meningkatkan asupan makanan dan dengan bantuan untuk makan. Jika
asupan oral berkurang, maka perlu dipertimbangkan pemberian makanan
melalui enteral. Vitamin C, zinc, dan zat besi perlu direkomendasikan –
vitamin C dan zinc diperlukan untuk penyembuhan luka dan zat besi
untuk sintesa hemoglobin, dan oksigen yang adekuat hal mendasar untuk
penyembuhan luka.

9) Human immunodeficiency Virus dan Acquared Immunodeficiency


Syndrome
17

HIV akan merusak sistem immun tubuh. Saat virus berada dalam
darah, kien akan diagnosa menderita HIV. HIV positif tidak berarti klien
menderita AIDS. AIDS didiagnosa ketika infeksi terjadi yang secara
normal tubuh dapat melindungi dirinya sendiri. Pemberian nutrisi harus
dimulai sesegera mungkin setelah klien telah didiagnosa positif HIV.
Peningkatan kesehatan yang adekuat, dan keseimbangan diet disarankan
untuk klien. Kebiasan makanan yang menyehatkan dapat
mempertahankan kekuatan tubuh dan tingkat fungsional.
Kehilangan berat badan dan malnutrisi sering terjadi sebagai
akibat adanya anoreksia, diare, malabsorpsi, meningkatnya metabolisma,
dan demensia. Demensia, dimanan beberapa klien tidak mengingat lagi
untuk makan, tidak ingat lagi untuk mempersiapkan makanan, tidak ingat
lagi bagaiamana makan sendiri, atau tidak jelas bahwa makanan harus
dimakan. Klien dengan AIDS akan mengalami depresi dan apatis,
sehingga akan sangat mempengaruhi asupan makanan.
Pada keadaan klien AIDS atau HIV positif, nutrisi sangat diperlukan.
Pemberian diet tinggi kalori dan tinggi kualitas protein dan menghindari
diet yang kurang dapat mendukung perlu direkomendasikan. Enteral dan
parenteral feeding atau keduanya dapt ditetapkan saat klien menderita
AIDS.
10) Kanker
Nutrisi untuk kanker sama dengan HIV dan AIDS. Sebab
pertumbuhan sel kanker yang cepat memerlukan nutrisi yang meningkat
pula. Oleh karena itu perlu direkomendasikan semua zat makanan yang
diperlukan. Bahkan pengobatan kanker (radiasi, pembedahan,
kemoterapi) menyebabkan penambahan kebutuhan nutrisi. Diet tinggi
kalori dan tinggi protein harus direkomendasikan.
Tantangan pada klien yang menderita kanker adalah kadang-
kadang tidak merasa butuh untuk makan, dengan demikian diperlukan
diet secara individual. Biasanya nafsu makan pada klien kanker kuat pada
pagi hari, oleh karena itu makan pagi perlu mendapat perhatian, dengan
sedikit porsi dan snack tambahan selama istirahat pada setiap hari.
11) Luka bakar
18

Kebutuhan nutrisi dapat menyebabkan lamanya luka sembuh dan


lamanya klien tinggal dirumah sakit. Luka bakar yang berat membutuhkan
energi yang banyak. Biasanya direkomendasikan diet tinggi kalori (3000),
tinggi protein (125 g). Cairan diperlukan sejumlah 2,5 sampai 4 L/day.
Jika luka bakar seluas 20 % dari total permukaan tubuh, harus dengan
pemasangan NGT. Dapat juga dengan parenteral.
12) Pembedahan
Jelas akan terjadi gangguan pada klien yang mengalami
pembedahan. Makan makanan cairan pada makan malam hingga larut
malam dbiasanya dilakukan pada klien sebelum pembedahan. Pada
tengah malam biasanya klien tidak diberi makan lagi (puasa:
NPO=nothing by mouth). Pada umumnya dari klien yang puasa dalam
waktu yang singkat tidak akan mengganggu mentalnya.
Setelah pembedahan, beberapa dari klien enggan makan dan
minum sebab dapat terjadi mual dan muntah atau terjadi nyeri. Setelah
klien pulang, biasanya pola makan kembali seperti biasanya.
Setelah pembedahan besar terutama pembedahan saluran pencernaan,
biasanya diajurkan untuk I.V.Feeding guna mengistirahatkan usus dan
penyembuhannya. Saat kembali peristaltik, bubur saring biasanya
diberikan, selanjutnya bertahap sampai keadaan normal kembali. Pada
umumnya diet tinggi kalori, tinggi protein biasanya dianjurkan.. Vitamin C,
zat besi, dan zinc diperlukan untuk penyembuhan luka.
13) Faktor Psikologis
Setiap orang pada suatu saat menggunakan makanan sebagai
bentuk rewatd atau punishment. Kadang orang tua memberikan hadiah
makanan pada anaknya karena berprestasi, oleh karena keinginan
makan yang kuat dipengaruhi oleh faktor emosional. Beberapa klien
merasa dihukum bila diberikan makanan pantang yang tidak sesuai
dengan seleranya. Atau merasa terisolasi atau depresi karena dia tidak
dapat makan lagi bersama dengan keluarganya. Beberapa merasa malu,
marah, atau bergantung bila diberikan makanan yang tidak sesuai
seleranya. Dilain pihak disaat makan diperlukan dukungan perasaan dan
penerimaan. Makanan yang familiar akan dirasakan nyaman selama sakit
dan mungkin hanya makanan yang diinginkan klien untuk dimakan atau
19

ditoleransi. Ingat bahwa respon emosional saat merencanakan nutrisi dan


lebih hati-hati.
Saat kien depresi, sendiri, apatis, sedih, atau perasaan tak
berdaya, biasanya asupan makan nenurun. Sedikit dari klien makannya
banyak bila sebagai bentuk penyesuaian perasaan klien. Stres dan
cemas akan meningakatkan asupan makanan atau mengurangi asupan
makanan.
14) Faktor Sosiologis
Saat makan bukan hanya berfungsi untuk pemenuhan kebutuhan
makan semata tetapi juga untuk kebutuhan sosial untuk berinteraksi dan
bercakap-cakap dengan yang lain.Makan adalah pengalaman
sosial.Seseorang tinggal sendirian biasanya tidak dapat makan sebanyak
dengan orang yang makan dengan keluarganya.
Jika makanan yang diberikan oleh keluarga kepada anaknya, akan
lebih mudah diterima oleh anak dibanding bila perawat yang melakukan
untuk itu.
15) Faktor perkembangan
Nutrisi diperlukan sepanjang rentang kehidupan. Perawat mungkin
kurang memberi perhatian bagiamana tahap perkembangan seseorang
yang berhubungan dengan asupan nutrisi.

B. Asuhan Keperawatan Nutrisi dengan Gangguan Pemenuhan Nutrisi

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama proses keperawatan, pengkajian
data terhadap pasien harus sistematis dan akurat. Dengan pengkajian dapat
menentukan aktifitas untuk memecahkan masalah klien dan digunakan
sebagai sumber data dasar yaitu data fisiologis, psikologis, sosiobudaya,
perkembangan, dan spiritual.
Untuk mengkaji status nutrisi pasien dipaparkan pendekatan ABCD, yaitu:
a. Anthropolometric measurement
Tujuan pengukuran ini adalah mengevaluasi pertumbuhan dan
mengkaji status nutrisi serta ketersediaan energi tubuh.
Pengukuran anthopometrik terdiri atas:
20

1. Tinggi badan
Pengukuran tinggi badan pada individu dewasa dan balita
dilakukan dalam posisi berdiri tanpa alas kaki, sedangkan pada bayi
pada posisi terbaring. Satuan tinggi badan adalah cm atau inchi.
2. Berat badan
Alat ukur berat badan yang lazim digunakan adalah
timbangan manual, meskipun ada alat ukur yang mengunakan
sistem digital elektrik. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
mengukur berat badan:
a) Alat ukur skala ukur yang digunakan tetap sama setiap kali
menimbang.
b) Menimbang tanpa alas kaki.
c) Pakaian diusahakan tidak tebal dan relatif sama beratnya
setiap kali menimbang.
d) Waktu (jam) penimbangan relatif sama, misalnya sebelum dan
sesudah makan.
(menurut Wanit Iqbal Mubarak, SKM dan Ns Nurul Chayati, S.Kep,
2007. “Buku ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi
dalam Praktik”)
3. Tebal lipatan kulit
Bertujuan untuk menentukan presentase lemak pada tubuh,
mengkaji kemungkinan malnutrisi, berat badan normal, atau
obesitas. Area yang sering digunakan untuk pengukuran ini adalah
lipatan kulit trisep (trisep skin fold [TSF]) skapula, dan suprailiaka.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran antara lain:
a) Anjuran klien unutk membuka baju guna mencegah kesalahan
pada hasil pengukuran
b) Perhatikan selalu privasi dan rasa nyaman klien
c) Dalam pengukuran TSF, utamakan lengan klien yang tidak
dominan
d) Pengukuran TSF dilakukan pada titik tengah lengan atas,
antara akronim dan olekranon
e) Klien dianjurkan untuk rileks saat pengukuran
f) Alat ukur yang digunakan adalah kapiler
21

g) Nilai normal wanita : 16,5-18 cm


Pria : 12,5-16,5cm
(Sumber : Internet)

4. Lingkar Tubuh
Umumnya area tubuh yang digunakan untuk pengukuran ini
kepala, dada, dan otot bagian lengan atas.

b. Biochemical data
Pengkajian status nutrisi klien ditunjang dengan pemeriksaan
laboratorium. Klien diperiksa darah dan urinnya yang meliputi
pemeriksaan hemoglobin, hemaktokrit, albumin. Albumin berfungsi
untuk memelihara kesembangan cairan dan elektrolit serta untuk
transportasi nutrisi dan hormone.
1. Hemoglobin normal
Pria : 13-16 g/dl
Wanita : 12-14 g/dl
2. Hematokrit normal
Pria : 40-48 vol %
Wanita : 37-43 vol%
3. Albumin normal
Pria dan wanita: 4-5,2 g/dl

(sumber: Internet)

c. Clinical sign of nutrional status


Klien dengan masalah nutrisi akan memperhatikan tanda-tanda
abnormal tersebut bukan saja pada organ-organ fisiknya tetapi juga
fisiologisnya. Tanda-tanda klinik untuk mengetahui status individu:
Organ / sistem
Tanda normal Tanda abnormal
tubuh
Licin, berkilau, baik Kusam, rontok,
Rambut kering atau tumbuh tidak
berminyak sempurna
Halus, sedikit Kering, pecah-
Kulit
basah, tugor baik pecah, bersisik
22

Bersih dan
bersinar, Tidak bercahaya,
Mata
konjuntiva tidak konjungtiva pucat
pucat
HR, tensi tidak
HR, tensi, nadi,
normal, irama
Cardiovaskuler irama jantung
jantung tidak
teratur
teratur
Lembek dan
Kuat dan
Otot-otot berkembang tidak
berkembang biak
baik
Nafsu makan
Nafsu makan baik,
kurang, diare, sulit
Gastrointestinal BAB/BAK teratur
menelan,
dan normal
konstipasi
Bersemangat, giat Energi kurang,
Aktifitas
dan tidur normal lemah, susah tidur
Refleks kurang,
Refleks normal,
iritable, perhatian
Neurologi emosi dan
kurang, dan emosi
perhatian baik
labil

Clinikal sign gangguan nutrisi di golongkan sebagai berikut:


1. Protein calorie malnutrision (PCM/PEM)
Suatu kondisi status nutrisi buruk akibat kekurangan kualitas dan
kuantitas konsumsi nutrisi, dengan kateggori sebagai berikut:
a) PCM/PEM ringan
BB kurang dari 80% dari BB normal sesuai umur
b) PCM/PEM sedang
60% dari BB normal sesuai umur sampai dengan 80% dari BB
normal
c) PCM/PEM berat
BB kurang dari 60% dari BB normal sesuai umur
2. Kwashior
Malnutrisi yang terjadi akibat diet protein yang tidak adekuat
pada bayi ketika sudah tidak mendapatkan ASI. Defisiensi protein
dapat berakibat: retardasi mental, kemunduran, apatis, edema, otot-
otot tidak tumbuh dan lain-lainl. Tanda klinis kwashiokor:
23

a) Odem
b) Gangguan pertumbuhan
c) Perubahan kejiwaan
d) Otot tumbuh terlihat lemah
3. Maramus
Sindrom akibat defisiensi calorie di protein. Defisiensi kalori
dan protein berakibat: kelaparan, hilangnya jaringan-jaringan tubuh,
BB < dari normal, diare
PCM juga berakibat kurang baiknya penanganan klien selama
menjalani proses perawatan diberbagai fasilitas kesehatan.
4. Obesitas
Status obesitas dapat ditegakkan apabila berat badan lebih
dari normal (20-30%>normal).
5. Over weight
Suatu keadaan berat badan 10% melebihi berat badan ideal.
6. Dietery history
Masyarakat pada umumnya pernah melakukan diet. Akan
tetapi cara ini hanya merangsang pengeluaran cairan, bukan
perubahan kebiasaan makanan (Moore Courney, Mary, 1997). Pola
makan dan kebiasaan makan dipengaruhi oleh budaya, latar
belakang, status sosial ekonomi, aspek psikologi. Faktor yang perlu
dikaji dalam riwayat konsumsi nutrisi/diet klien:
Vegetarian, tidak makan ikan laut, dan
Pola diet/makan
lain-lain
Pengetahuan tentang Penentuan tingkat pengetahuan klien
nutrisi mengenai kebutuhan nutrisi
MI melihat bersama-sama, makan sambil
Kebiasaan Makanan mendengarkan musik, makan sambil
melihat televisi
Suka makan lalap, suka sambel, suka
Makanan kesukaan
coklat, suka roti
Jumlah cairan tiap hari yang diminum,
Pemasukan cairan
jenis minuman, jarang minum
Problem diet Sukar menelan, kesulitan mengunyah
Jenis pekerjaan, waktu bekerja
Tingkat aktivitas siang/malam, perlu makanan tambahan
atau tidak
24

Riwayat kesehatan/
Adanya riwayat penyakit diabetus melitus,
pengkomsumsian
adanya alergi
obat

2. Diagnosis Keperawatan (Diagnosis Keperawatan Nanda)


Diagnosis keperawatan yang dapat terjadi pada masalah kebutuhan nutrisi
adalah:
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan
dengan : Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi
oleh karena faktor biologis, psikologis atau ekonomi.
Definisi: keadaan dimana intake nutrisi kurang dari keadaan
metabolisme tubuh.
Kemungkinan ditemukan data:
1. Meningkatkan kebutuhan kalori dan kesulitan mencerna secara
berkelanjutan akibat penyakit infeksi, luka bakar, ataupun kanker
2. Disfagia akibat kelumpuhan serebral
3. Penurunan absorpsi nutrisi akibat toleransi laktosa
4. Penurunan nafsu makan
5. Sekresi berlebihan, baik melalui latihan fisik, muntah, diare, ataupun
pengeluaran lainnya
6. Ketidak cukupan absorpsi akibat efek samping obat atau lainnya
7. Kesulitan mengunyah
· Masalah klinik yang berhubungan dengan:
a) Anoreksia nervosa
b) AIDS
c) Pembedahan
d) Kehamilan
e) Kanker
f) Anemia
g) Marasmus

b. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh Berhubungan


dengan : Intake yang berlebihan terhadap kebutuhan metabolisme
tubuh.
25

Definisi: klien dengan risiko atau actual mengkonsumsi makanan


melebihi dari kebutuhan metabolisme tubuh.
Kemungkinan data yang ditemukan:
a) Perubahan pola kenyang akibat efek obat atau radiasi
b) Penurunan fungsi pengecap atau penciuman
c) Kurangnya pengetahuan tentang nutrisi
d) Penurunan kebutuhan metabolisme
e) Kelebihan asupan
f) Perubahan gaya hidup
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
a) Obesitas
b) Hipotiroidesme
c) Klien dengan pemakaian kortikosteroid
d) Imobilisasi

3. Perencanaan Keperawatan (Kriteria Hasil NOC dan Intervensi NIC)


1) Diagnosis A
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Masalah
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Kolaborasi
Hasil
Ketidakseimbangan NOC: - Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang dari  Nutritional status: - Kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan tubuh Adequacy of untuk menentukan jumlah kalori
Berhubungan dengan : nutrient dan nutrisi yang dibutuhkan
Ketidakmampuan untuk  Nutritional Status : pasien
memasukkan atau food and Fluid - Yakinkan diet yang dimakan
mencerna nutrisi oleh Intake mengandung tinggi serat untuk
karena faktor biologis,  Weight Control mencegah konstipasi
psikologis atau Setelah dilakukan - Ajarkan pasien bagaimana
ekonomi. tindakan keperawatan membuat catatan makanan
DS: selama….nutrisi harian.
- Nyeri abdomen kurang teratasi dengan - Monitor adanya penurunan BB
- Muntah indikator: dan gula darah
- Kejang perut  Albumin serum - Monitor lingkungan selama
- Rasa penuh tiba-tiba  Pre albumin serum makan
setelah makan  Hematokrit - Jadwalkan pengobatan dan
DO:  Hemoglobin tindakan tidak selama jam
- Diare makan
 Total iron binding
- Rontok rambut yang - Monitor turgor kulit
capacity
berlebih - Monitor kekeringan, rambut
 Jumlah limfosit
- Kurang nafsu makan kusam, total protein, Hb dan
- Bising usus berlebih kadar Ht
26

- Konjungtiva pucat - Monitor mual dan muntah


- Denyut nadi lemah - Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
- Monitor intake nuntrisi
- Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat
nutrisi
- Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
- Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
- Kelola pemberan anti
emetik:.....
- Anjurkan banyak minum
- Pertahankan terapi IV line
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oval

2) Diagnosis B
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Masalah
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Kolaborasi
Hasil
Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi lebih dari  Nutritional Status : Weight Management
kebutuhan tubuh food and Fluid Intake  Diskusikan bersama pasien
Berhubungan dengan :  Nutritional Status : mengenai hubungan antara
Intake yang berlebihan nutrient Intake intake makanan, latihan,
terhadap kebutuhan  Weight control peningkatan BB dan
metabolisme tubuh Setelah dilakukan penurunan BB
tindakan keperawatan  Diskusikan bersama pasien
DS : selama …. Ketidak mengani kondisi medis yang
- Laporan adanya seimbangan nutrisi lebih dapat mempengaruhi BB
sedikit aktivitas atau teratasi dengan kriteria  Diskusikan bersama pasien
tidak ada aktivitas hasil: mengenai kebiasaan, gaya
DO:  Mengerti factor yang hidup dan factor herediter
- Lipatan kulit tricep > meningkatkan berat yang dapat mempengaruhi
25 mm untuk wanita badan BB
dan > 15 mm untuk pria  Mengidentfifikasi  Diskusikan bersama pasien
- BB 20 % di atas tingkah laku dibawah mengenai risiko yang
ideal untuk tinggi dan kontrol klien berhubungan dengan BB
kerangka tubuh ideal  Memodifikasi diet berlebih dan penurunan BB
- Makan dengan dalam waktu yang  Dorong pasien untuk
respon eksternal lama untuk mengontrol merubah kebiasaan makan
(misalnya : situasi berat badan  Perkirakan BB badan ideal
sosial, sepanjang hari)
27

- Dilaporkan atau  Penurunan berat pasien


diobservasi adanya badan 1-2 pounds/mgg
disfungsi pola makan  Menggunakan energy Nutrition Management
(misal : memasangkan untuk aktivitas sehari  Kaji adanya alergi makanan
makanan dengan hari  Kolaborasi dengan ahli gizi
aktivitas yang lain) untuk menentukan jumlah
- Konsentrasi intake kalori dan nutrisi yang
makanan pada dibutuhkan pasien.
menjelang malam  Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
 Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan
vitamin C
 Berikan substansi gula
 Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan yang
terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
 Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
 Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
 Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

Weight reduction Assistance


 Fasilitasi keinginan pasien
untuk menurunkan BB
 Perkirakan bersama pasien
mengenai penurunan BB
 Tentukan tujuan penurunan
BB
 Beri pujian/reward saat
pasien berhasil mencapai
tujuan
 Ajarkan pemilihan makanan
28

4. Implementasi
1. Pemberian Nutrisi Melalui Oral
Pemberian nutrisi melaui oral merupakan tindakan keperawatan
yang dilakukan pada klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi
secara sendiri dengan cara membantu memberikan makan. Nutrisi
melalui oral (mulut), bertujuan memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dan
membangkitkan selera makan pada klien.
Alat dan Bahan:
1) Piring
2) Sendok
3) Garpu
4) Gelas
5) Serbet
6) Mangkok cuci tangan
7) Pengalas
8) Jenis diet

Prosedur kerja:
1) Cuci tangan
2) Jelasksn prosedur yang akan dilakukan
3) Atur posisi klien
4) Pasang pengalas
5) Anjurkan klien untuk berdoa sebelum makan
6) Bantu untuk melakukan makan dengan cara menyuapkan makanan
sedikit demi sedikit dan berikan minum sesudah makan
7) Setelah selesai, bersihkan mulut klien dan anjurkan untuk duduk
sebentar
8) Cacat hasil atau respon pemenuhuan terhadap makan
9) Cuci tangan

2. Pemberian Nutrisi Melalui Pipa Penduga/Lambung


Pemberian nutrisi melalui pipa penduga/lambung merupakan
tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang tidak mampu
29

menelan dengan cara memberi makan melalui pipa lambung atau pipa
penduga. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
Alat dan Bahan:
1) Pipa penduga dalam tempatnya
2) Corong
3) Spuit 20 cc
4) Pengalas
5) Bengkok
6) Plester, gunting
7) Makan dalam bentuk cair
8) Air matang
9) Obat
10)Stetoskop
11)Klem
12)Baskom berisi air (kalau tidak ada stetoskop)
13)Vaselin

Prosedur kerja:
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3) Atur posisi klien dengan posisi semiflower
4) Bersihkan daerah hidung dan pasangkan pengalas di daerah dada
5) Letakkan bengkok di dekat klien
6) Tentukan letak pipa penduga dengan cara mengukur panjang pipa dari
epigastinum sampai hidung kemudian dibengkokkan ke telinga dan
beri tanda batasnya
7) Berikan vaselin pada ujung pipa dan klem pangkal pipa tersebut lalu
masukkan melalui hidung secara perlahan-lahan sambil klien
dianjurkan untuk menelannya
8) Tentukan apakah pipa tersebut benar-benar sudah masuk ke lambung
dengan cara:
a) Masukkan ujung selang yang diklem ke dalam baskom yang berisi
air (klem dibuka), perhatikan bila ada gelembung maka pipa masuk
30

ke paru, dan jika tidak ada gelembung maka pipa masuk ke


lambung. Setelah itu diklem atau dilipat kembali
b) Masukkan udara dengan spuit ke dalam lambung melalui pipa
tersebut dan dengarkan dengan stetoskop. Bila di lambung
terdengar bunyi, berarti pipa tersebut sudah masuk, setelah itu
keluarkan udara yang ada didalam sebanyak jumlah yang
dimasukkan
9) Setelah selesai, maka lakukan tindakan pemberian makanan dengan
cara pasang corong atau spuit pada pangkal pipa
10) Masukkan air matang ± 15 cc pada awal dengan cara dituangkan lewat
pinggirnya
11) Berikan makanan dalam bentuk cair yang tersedia, setelah itu bila ada
masukkan obat dan beri minum lalu pipa penduga diklem
12) Catat hasil tau respons klien selama pemberian makanan
13) Cuci tangan

3. Pemberian Nutrisi Melalui Parenteral


Pemberian nutrisi melalui parenteral merupakan pemberian
nutrisi berupa cairan infuse yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui
darah vena, baik secara sentral (untuk nutrisi parenteral total) ataupun
vena perifer (untuk nutrisi parental parsial). Pemberian nutrisi melalui
parental dilakukan pada klien yang tidak bias makan melalui oral atau
pipa nasograstik dengan tujuan untuk menunjang nutrisi sentral yang
hanya memenuhi sebagian kebutuhan harian.
1) Nutrisi Parenteral Parsial
Merupakan pemberian sebagian kebutuhan nutrisi melalui intravena.
Sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien masih dapat di penuhi
melalui enteral. Cairannya yang biasa digunakan dalam bentuk
dekstrosa atau cairan asam amino.
2) Nutrisi Parenteral Total
Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena dimana kebutuhan
nutrisi sepenuhannya melalui cairan infuse karena keadaan saluran
pencernaan klien tidak dapat digunakan. Cairan yang dapat digunakan
adalah cairan yang mengandung karbohidrat seperti Triofusin E 1000,
31

cairan ini yang mengandung asam amino seperti Pan Amin G, dan
cairan yang mengandung lemak seperti intralipid
3) Jalur pemberian nutrisi parenteral dapat melalui vena sentral untuk
jangka waktu lama dan melalui vena perifer. (Hidayat,AAA & Uliyah, M,
2005)

5. Evaluasi
1) Meningkatkan nafsu makan ditunjukkan dengan adanya kemampuan
dalam makan serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi
kurang dari kebutuhan.
2) Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditunjukkan dengan tidak adanya tanda
kekurangan atau kelebihan berat badan.
3) Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukkan dengan
adanya proses pencernaan makanan yang adekuat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nutrisi adalah proses pengambilan zat-zat makanan penting (Nancy
Nuwer Konstantinides). Nutrisi merupakan jumlah dari seluruh interaksi antara
organisme dan makanan yang dikonsumsinya (Cristin dan Gregar 1985). Dengan
kata lain nutrisi adalah apa yang manusia makan dan bagaimana tubuh
menggunakannya.

Dalam konsep dasar, nutrisi di kenal istilah nutrien. Nutrien adalah


substansi organik dan anorganik khusus yang terdapat dalam makanan yang
diperlukan tubuh agar dapat menjalankan fungsinya. Nutrien mempunyai 3 fungsi
utama:

4) Menyediakan energi untuk proses dan pergerakan tubuh.


5) Menyediakan “struktur material” untuk jaringan tubuh seperti tulang dan otak.
6) Mengatur proses tubuh.
Elemen nutrisi terdiri atas air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan
mineral. Kebutuhan nutrisi sesuai tingkat perkembangan usia yang terbagi atas
bayi (usia 0-12 bulan), masa anak tolder (1-3 tahun) dan pra sekolah (3-5 tahun),
anak sekolah (6-12 tahun), masa adolescents remaja (13-21 tahun), masa
dewasa muda (20-30 tahun), masa dewasa (31-45 tahun), dewasa tua (46 tahun
keatas), wanita masa kehamilan menyusui.
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi yaitu pengetahuan,
prasangka, kebiasaan, kesukaan, ekonomi, faktor fisiologis, alkohol, immobilitas,
HIV AIDS, kaner, luka bakar, pembedahan, faktor psikologis, faktor sosiologis,
dan faktor perkembangan.
Asuhan keperawatan nutrisi dengan gangguan kebutuhan nutrisi terdiri
atas:
1. Pengkajian
Pengkajian terdiri atas:
a. Anthropolometric measurement, yaitu mengevaluasi pertumbuhan dan
mengkaji status nutrisi serta ketersediaan energi tubuh.

32
b. Biochemical data, yaitu pengkajian status nutrisi klien ditunjang dengan
pemeriksaan laboratorium. Klien diperiksa darah dan urinnya yang
meliputi pemeriksaan hemoglobin, hemaktokrit, albumin.
c. Clinical sign of nutrional status, yaitu klien dengan maslah nutrisi akan
memperhatikan tanda-tanda abnormal tersebut bukan saja pada organ-
organ fisiknya tetapi juga fisiologisnya.
2. Diagnosa keperawatan (NANDA)
Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada masalah kebutuhan nutrisi
adalah:
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan
dengan : Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi
oleh karena faktor biologis, psikologis atau ekonomi. Definisi: keadaan
dimana intake nutrisi kurang dari keadaan metabolisme tubuh.
b. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh Berhubungan
dengan : Intake yang berlebihan terhadap kebutuhan metabolisme
tubuh. Definisi: klien dengan risiko atau actual mengkonsumsi makanan
melebihi dari kebutuhan metabolisme tubuh.
3. Perencanaan Keperawatan (Kriteria Hasil NOC dan Intervensi NIC)
a. Diagnosa A
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Masalah
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Kolaborasi
Hasil
Ketidakseimbangan NOC: - Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang dari  Nutritional status: - Kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan tubuh Adequacy of untuk menentukan jumlah kalori
Berhubungan dengan : nutrient dan nutrisi yang dibutuhkan
Ketidakmampuan untuk  Nutritional Status : pasien
memasukkan atau food and Fluid - Yakinkan diet yang dimakan
mencerna nutrisi oleh Intake mengandung tinggi serat untuk
karena faktor biologis,  Weight Control mencegah konstipasi
psikologis atau Setelah dilakukan - Ajarkan pasien bagaimana
ekonomi. tindakan keperawatan membuat catatan makanan
DS: selama….nutrisi harian.
- Nyeri abdomen kurang teratasi dengan - Monitor adanya penurunan BB
- Muntah indikator: dan gula darah
- Kejang perut  Albumin serum - Monitor lingkungan selama
- Rasa penuh tiba-tiba  Pre albumin serum makan
setelah makan  Hematokrit - Jadwalkan pengobatan dan
DO:  Hemoglobin tindakan tidak selama jam
- Diare makan
 Total iron binding

33
- Rontok rambut yang capacity - Monitor turgor kulit
berlebih  Jumlah limfosit - Monitor kekeringan, rambut
- Kurang nafsu makan kusam, total protein, Hb dan
- Bising usus berlebih kadar Ht
- Konjungtiva pucat - Monitor mual dan muntah
- Denyut nadi lemah - Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
- Monitor intake nuntrisi
- Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat
nutrisi
- Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
- Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
- Kelola pemberan anti
emetik:.....
- Anjurkan banyak minum
- Pertahankan terapi IV line
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oval

b. Diagnosa B
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Masalah
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Kolaborasi
Hasil
Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi lebih dari  Nutritional Status : Weight Management
kebutuhan tubuh food and Fluid Intake  Diskusikan bersama pasien
Berhubungan dengan :  Nutritional Status : mengenai hubungan antara
Intake yang berlebihan nutrient Intake intake makanan, latihan,
terhadap kebutuhan  Weight control peningkatan BB dan
metabolisme tubuh Setelah dilakukan penurunan BB
tindakan keperawatan  Diskusikan bersama pasien
DS : selama …. Ketidak mengani kondisi medis yang
- Laporan adanya seimbangan nutrisi lebih dapat mempengaruhi BB
sedikit aktivitas atau teratasi dengan kriteria  Diskusikan bersama pasien
tidak ada aktivitas hasil: mengenai kebiasaan, gaya
DO:  Mengerti factor yang hidup dan factor herediter
- Lipatan kulit tricep > meningkatkan berat yang dapat mempengaruhi
25 mm untuk wanita badan BB
dan > 15 mm untuk pria  Mengidentfifikasi  Diskusikan bersama pasien
- BB 20 % di atas tingkah laku dibawah mengenai risiko yang
ideal untuk tinggi dan kontrol klien berhubungan dengan BB
kerangka tubuh ideal

34
- Makan dengan  Memodifikasi diet berlebih dan penurunan BB
respon eksternal dalam waktu yang  Dorong pasien untuk
(misalnya : situasi lama untuk mengontrol merubah kebiasaan makan
sosial, sepanjang hari) berat badan  Perkirakan BB badan ideal
- Dilaporkan atau  Penurunan berat pasien
diobservasi adanya badan 1-2 pounds/mgg
disfungsi pola makan  Menggunakan energy Nutrition Management
(misal : memasangkan untuk aktivitas sehari  Kaji adanya alergi makanan
makanan dengan hari  Kolaborasi dengan ahli gizi
aktivitas yang lain) untuk menentukan jumlah
- Konsentrasi intake kalori dan nutrisi yang
makanan pada dibutuhkan pasien.
menjelang malam  Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
 Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan
vitamin C
 Berikan substansi gula
 Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan yang
terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
 Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
 Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
 Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

Weight reduction Assistance


 Fasilitasi keinginan pasien
untuk menurunkan BB
 Perkirakan bersama pasien
mengenai penurunan BB
 Tentukan tujuan penurunan
BB
 Beri pujian/reward saat
pasien berhasil mencapai
tujuan
 Ajarkan pemilihan makanan

35
4. Implementasi
Implementasi terdiri dari:
a. Pemberian nutrisi melalui oral
Pemberian nutrisi melaui oral merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan pada klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi
secara sendiri dengan cara membantu memberikan makan.
b. Pemberian Nutrisi Melalui Pipa Penduga/Lambung
Pemberian nutrisi melalui pipa penduga/lambung merupakan tindakan
keperawatan yang dilakukan pada klien yang tidak mampu menelan
dengan cara memberi makan melalui pipa lambung atau pipa penduga.
Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
c. Pemberian nutrisi melalui parenteral
Pemberian nutrisi melalui parenteral merupakan pemberian nutrisi
berupa cairan infuse yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui darah
vena, baik secara sentral (untuk nutrisi parenteral total) ataupun vena
perifer (untuk nutrisi parental parsial).
5. Evaluasi
a. Meningkatkan nafsu makan ditunjukkan dengan adanya kemampuan
dalam makan serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi
kurang dari kebutuhan.
b. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditunjukkan dengan tidak adanya tanda
kekurangan atau kelebihan berat badan.
c. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukkan dengan
adanya proses pencernaan makanan yang adekuat.

B. Saran
Kebutuhan nutrisi dalam tubuh setiap individu sangat enting untuk
diupayakan. Upaya untuk melakukan peningkatan kebutuhan nutrisi dapat
dilakukan dengan cara makan-makanan yang seimbang 4 sehat 5 sempurna
dengan di imbangi keadaan hidup bersih untuk setiap individu. Hal tersebut
harus dilakukan setiap hari, karena tanpa setiap hari maka tubuh manusia bisa
terserang penyakit akibat imune tubuh yang menurun.

36
DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz alimul H,2009. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan jilid 2. Jakarta: Salemba Medika

Brunner & Suddart, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Vol.1 Jakarta:
EGC

Tarwoto wartonah, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika

Wahid Iqbal Mubarak, SKM & Ns. Nurul Chaygtin, S.Kep, 2007. Kebutuhan
Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktek. Gresik : Buku Kedokteran

Wahid Iqbal Mubarak, SKM & Ns. Nurul Chaygtin, S.Kep, 2010. Kebutuhan
Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktek. Gresik : Buku Kedokteran

http://askephima.blogspot.com/2012/09/asuhan-keperawatan-kebutuhan-
nutrisi.html (di akses tanggal : 30 September 2014)

http://naynawhoshimeilie.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-gangguan-
kebutuhan.html (di akses tanggal : 30 September 2014)

http://kumpulanaskep-nurses.blogspot.com/2013/05/intervensi-nic-noc.html (di
akses tanggal : 1 Oktober 2014)

37

Anda mungkin juga menyukai