Anda di halaman 1dari 6

AKTUALISASI DIRI

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Psikologi Kepribadian

Dosen: Erba Rozalina Yulianti, M.Ag

Description:

Disusun oleh:

Yumi Nur’aeni : 1121040071

PROGRAM STUDI TASAWUF PSIKOTERAPI

FAKULTAS USHULUDIN

UIN SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2013

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Aktualisasi Diri

Pengertian aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang terbaik dari
yang dia bisa. Maslow dalam (Arinato, 2009), menyatakan aktualisasi diri adalah proses menjadi diri
sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu
atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa anak-anak. Aktualisasi diri akan
berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi)
seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis (Arianto, 2009).

Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dari semua bakat,
pemenuhan semua kualitas dan kapasitas. Aktualisasi juga memudahkan dan meningkatkan
pematangan serta pertumbuhan. Ketika individu makin bertambah besar, maka "diri" mulai
berkembang. Pada saat itu juga, tekanan aktualisasi beralih dari segi fisiologis ke segi psikologis. Bentuk
tubuh dan fungsinya telah mencapai tingkat perkembangan dewasa, sehingga perkembangan
selanjutnya berpusat pada kepribadian.

Kriteria Untuk Aktualisasi Diri

Kriteria orang-orang yang mengaktualisasi diri antara lain:


1. Meraka bebas dari spikopatologi atau penyakit psikologis

Mereka tidak mengalami neurosis ataupun psikosis ataupun mempunyai kecenderungan terhadap
gangguan-gangguan psikologis. Hal ini merupakan kriteria negatif yang penting karena beberapa
individu yang neurotik dan psikotik mempunyai beberapa kesamaan dengan orang-orang yang
mengaktualisasi diei yaitu karekteristik seperti kepekaan akan kenyataan yang tinggi, pengalaman-
pengalaman mistis, kreativitas, dan pemisahan diri dari orang lain.

2. Orang-orang yang mengaktualisasi diri ini telah menjalani hirarki kebutuhan

Hirarki kebutuhan diantaranya: kebutuhan fisiologis yang pertama karena ini merupakan kebutuhan
mendasar seperti makanan, air, oksigen, mempertahankan suhu tubuh, kebutuhan kedua yaitu
keamanan stetlah mereka memenuhi kebutuhan fisiolgis mereka membutuhkan keamanan bagi dirinya
seperti keamanan fisik, perlindungan, dan kebebasan dari kekuatan-kekuatan yang mengancam, seperti
perang, terorisme, penyakit, rasa takut, kecemasan, bahaya, kerusuhan dan bencana alam. Kebutuhan
yang ketiga yaitu kebutuhan rasa ingin memiliki atau cinta, setelah mereka terpenuhi kebutuhan
fisiologis dan keamanan mereka berkeinginan untuk berteman, mempunyai pasangan hidup dan anak
dan lain-lain. Selanjutnya yaitu kebutuhan untuk dihargai atau menginginkan sebuah penghargaan dari
orang setelah kita memenuhi kebutuhan yang lainnya, kebutuah ingin dihargai seperti kepercayaan diri,
kemampuan, dan pengetahuan yang orang lain hargai tinggi. Dan yang terakhir aktualisasi diri.

3. Kriteria metiga mengenai aktualisasi diri yang diungkapkan Maslow adalah bahwa orang-orang
tersebut menjunjung nilai-nilai B.

4. Kriteria terakhir untuk mencapai aktualisasi diri adlah menggunakan seluruh bakat, kemampuan,
potensi, dan lainnya. Dengan kata lain individu yang mengaktualisasi diri dalam daftarnya memenuhi
kebutuhan mereka untuk tumbuh, berkembang, dan semakin menjadi apa yang mereka bisa.

Nilai-nilai Dari Orang-orang Yang Mengaktualisasi Diri

Maslow (1971) menyatakan bahwa orang-orang yang mengaktualisasi diri termotivasi oleh “prinsip
hidup yang abadi”, yang ia sebutkan sebagai nilai-nilai B. Nilai-nilai “being” (“kehidupan”) ini merupakan
indikator dari kesehatan psikologis dan merupakan kebalikan dari kebutuhan akan kekuranga (deficiency
needs), yang memotivasi orang-orang yang nonaktualisasi diri. Nilai-nilai B bukanlah kebutuhan yang
sama seperti makanan, perlindungan, atau persahabatan. Maslow menanamkan nilai-nilai B sebagai
“metakebutuhan” untuk menunjukan bahwa nilai-nilai ini merupakan level tertinggi dari kebutuhan. Ia
membedakan antara motivasi berdasarkan kebutuhan biasa dan motivasi dari orang-orang yang
mengaktualisasi diri, yang disebutnya sebagai metamotivasi.

Maslow (1964, 1970) mengidentifikasi 14 nilai-niali B, tetapi jumlah pastinya tidaklah penting karena
semua nilai tersebut pasti menjadi satu, atau setidaknya semua nilai tersebut sangat berhubungan satu
sama lain. Nilai-nilai dari orang-orang yang mengaktualisasi diri di antaranya:

kebaikan, keindahan, keutuhan, atau dua hal yang bertolak belakang, perasaan hidup atau spontanitas,
keunikan, kesempurnaan, kelengkapan, keadilan dan keteraturan, kesederhanaan, kekayaan atau
totalitas, membutuhkan sedikit usaha, penuh kesenanagn atau kejenakaan, dan kemandirian atau
kebebasan.

Ketiadaan nilai-nilai B mengarah pada penyakit sama pastinya seperti kekurangan makanan akan
berakibat pada malnutrisi. Ketika kejujuran tidak ada, orang-orang mengalami paranoia; ketika mereka
tinggal di lingkungan yang tidak indah, mereka merasakan sakit fisik; tanpa adanya keadilan dan
keteraturan, mereka merasakan takut dan kecemasan; tanpa rasa senang dan kejenakaan, mereka
menjadi tidak menyenangkan, kaku, dan membosankan. Tidak terpenuhinya salah satu dari nilai-nilai B
akan berakibat pada metapatologi, atau kurangnya filosofi hidup yang bermakna.

Sifat-Sifat Orang Yang Mencapai Aktualisasi Diri

Untuk mencapai tingkat aktualisasi-diri, orang harus sudah memenuhi empat kebutuhan sebelumnya. Ia
jangan lagi direpotkan oleh masalah mencari makan, jangan lagi dihiraukan oleh ancaman keamanan
dan penyakit, memiliki teman yang akrab dan penuh rasa cinta, juga memiliki perasaan dihargai. Ia
bebas dari neurosis, psikosis, dan gangguan psikologis lain. Sifat lainnya adalah soal usia: orang yang
mengaktualisasikan dirinya tampaknya adalah orang yang telah setengah tua atau lebih tua. Maslow
bahkan menyebut usia 60 tahun atau lebih, sebab orang setua ini sudah mencapai taraf kematangan
(sudah hampir selesai), dalam arti tidak akan atau sulit untuk berubah lagi.

Sifat-sifat berikut ini merupakan manifestasi dari metakebutuhan-metakebutuhan yang disebutkan di


atas.

1. Berorientasi secara Realistik

Inilah sifat paling umum dari orang yang teraktualisasi. Ia mampu mengamati objek-objek dan orang-
orang di sekitarnya secara objektif. Maslow menyebut persepsi objektif ini Being-cognition (B-cognition),
suatu bentuk pengamatan pasif dan reseptif, semacam kesadaran tanpa hasrat. Ia melihat dunia secara
jernih sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi oleh keinginan, kebutuhan, atau sikap emosional.

2. Penerimaan umum atas kodrat, orang-orang lain dan diri sendiri

Orang yang teraktualisasi menerima dirinya, kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatannya tanpa


keluhan atau kesusahan. Ia menerima kodratnya sebagaimana adanya, tidak defensif atau bersembunyi
di balik topeng-topeng atau peranan sosial. Sikap penerimaan ini membuatnya mampu mendengarkan
orang lain dengan penuh kesabaran, rendah hati dan mau mengakui bahwa ia tidak tahu segala-galanya
dan bahwa orang lain akan mengajarinya sesuatu.

3. Spontanitas, kesederhanaan, kewajaran

Dalam semua segi kehidupan, orang yang teraktualisasi bertingkah laku secara terbuka dan langsung
tanpa berpura-pura. Ia tidak harus menyembunyikan emosi-emosinya, tetapi dapat memerlihatkan
emosi-emosi tersebut secara jujur dan wajar. Seperti anak kecil, orang yang teraktualisasi kadang
terlihat lugu, mendengarkan dengan penuh perhatian, takjub dan heran akan sesuatu yang baru, dan itu
semua dilakukannya secara apa adanya tanpa dibuat-buat.
4. Memusatkan diri pada masalah dan bukan pada diri sendiri

Orang yang teraktualisasi-diri tidak pernah menyalahkan diri sendiri ketika gagal melakukan sesuatu. Ia
menganggap kegagalan itu sebagai suatu hal yang lumrah dan biasa saja. Ia mungkin akan mengecam
setiap ketololan dan kecerobohan yang dilakukannya, tetapi hal-hal tersebut tidak menjadikannya
mundur dan menganggap dirinya tidak mampu. Dicobanya lagi memecahkan masalah dengan penuh
kegembiraan dan keyakinan bahwa ia mampu menyelesaikannya.

5. Memiliki kebutuhan akan privasi dan independensi

Orang yang mengaktualisasikan-diri memiliki kebutuhan yang kuat untuk memisahkan diri dan
mendapatkan suasana kesunyian atau suasana yang meditatif. Ia butuh saat-saat tertentu untuk tidak
terganggu oleh adanya orang lain. Ia memiliki kemampuan untuk membentuk pikiran, mencapai
keputusan, dan melaksanakan dorongan dan disiplin dirinya sendiri.

6. Berfungsi secara otonom terhadap lingkungan sosial dan fisik

Orang yang mengaktualisasikan-diri sudah dapat melepaskan diri dari ketergantungan yang berlebihan
terhadap lingkungan sosial dan fisik. Pemuasan akan motif-motif pertumbuhan datang dari dalam diri
sendiri, melalui pemanfaatan secara penuh bakat dan potensinya.

7. Apresiasi yang senantiasa segar

Orang yang teraktualisasi senantiasa menghargai pengalaman-pengalaman tertentu bagaimana pun


seringnya pengalaman itu terulang, dengan suatu perasaan kenikmatan yang segar, perasaan terpesona,
dan kagum. Bulan yang bersinar penuh, matahari terbenam, gelak tawa teman, dan hal-hal biasa lainnya
selalu dipandang seolah-olah merupakan pengalaman yang baru pertama kali baginya. Apresiasi yang
senantiasa segar ini membuat hidupnya selalu bergairah tanpa kebosanan.

8. Mengalami pengalaman-pengalaman puncak (peak experiences)

Ada kesempatan di mana orang yang mengaktualisasikan diri mengalami ekstase, kebahagiaan, perasan
terpesona yang hebat dan meluap-luap, seperti pengalaman keagamaan yang mendalam. Inilah yang
disebut Maslow “peak experience” atau pengalaman puncak. Pengalaman puncak ini ada yang kuat dan
ada yang ringan. Pada orang yang teraktualisasi, perasaan “berada di puncak” ini bisa diperolehnya
dengan mudah, setiap hari; ketika bekerja, mendengarkan musik, membaca cerita, bahkan saat
mengamati terbit matahari.

9. Minat sosial

Orang yang teraktualisasi memiliki perasaan empati dan afeksi yang kuat dan dalam terhadap semua
manusia, juga suatu keinginan membantu kemanusiaan. Ia menemukan kebahagiaan dalam membantu
orang lain. Baginya mementingkan orang lain berarti mementingkan diri sendiri.

10. Hubungan antarpribadi yang kuat


Orang yang teraktualisasi memiliki cinta yang lebih besar, persahabatan yang lebih dalam serta
identifikasi yang lebih sempurna dengan individu-individu lain. Sahabat-sahabatnya bisa jadi tidak
banyak, tetapi sangat akrab. Istrinya mungkin cuma satu, tetapi cinta yang diterima dan diberikannya
sangat besar dan penuh kesetiaan. Ia tidak memiliki ketergantungan yang berlebihan kepada orang yang
dicintai sehingga membuatnya terhindar dari cemburu buta, iri hati, dan kecemasan.

11. Struktur watak demokratis

Orang yang sangat sehat membiarkan dan menerima semua orang tanpa memerhatikan kelas sosial,
tingkat pendidikan, golongan politik, ras, warna kulit, bahkan agama. Tingkah laku mereka menunjukkan
tingkat toleransi yang tinggi, tidak angkuh, tidak picik atau menganggap diri paling benar. Sifat ini
menggabungkan beberapa meta-kebutuhan seperti kebenaran, kejujuran, dan keadilan.

12. Mampu mengintegrasikan sarana dan tujuan

Bagi orang yang teraktualisasi, sarana adalah sarana dan tujuan adalah tujuan. Tetapi berbeda dengan
orang-orang biasa, orang yang teraktualisasi melihat sarana bisa pula menjadi tujuan karena kesenangan
dan kepuasan yang ditimbulkannya. Pekerjaan bagi orang yang sehat bukanlah semata-mata untuk
mendapatkan keuntungan material, tetapi untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasan. “Menyenangi
apa yang dilakukan” sekaligus “melakukan apa yang disenangi”, membuat hidup bebas dari paksaan,
terasa santai dan penuh dengan rekreasi.

13. Selera humor yang tidak menimbulkan permusuhan

Humor yang disukai oleh orang yang mencapai aktualisasi lebih bersifat filosofis; humor yang
menertawakan manusia pada umumnya, bukan kepada individu tertentu. Ini adalah sejenis humor yang
bijaksana yang dapat membuat orang tersenyum dan mengangguk tanda mengerti daripada
membuatnya tertawa terbahak-bahak.

14. Sangat kreatif

Kreativitas juga merupakan ciri umum pada manusia superior ini. Ciri-ciri yang berkaitan dengan
kreativitas ini antara lain fleksibilitas, spontanitas, keberanian, keterbukaan, dan kerendahan hati.
Maslow percaya ini merupakan sifat yang sering hilang tatkala orang sudah dewasa.

Kreativitas bisa berarti menghasilkan karya baru, asli, inovatif, atau menggabungkan beberapa
penemuan sehingga didapatkan sesuatu yang berbeda. Kreativitas juga merupakan suatu sikap, suatu
ungkapan kesehatan psikologis dan lebih mengenai cara bagaimana kita mengamati dan beraksi
terhadap dunia – suatu proses – dan bukan mengenai hasil-hasil yang sudah selesai.

15. Menentang konformitas terhadap kebudayaan

Orang yang teraktualisasi bukanlah penentang kebudayaan, tetapi ia dapat berdiri sendiri dan otonom,
mampu melawan dengan baik pengaruh-pengaruh sosial untuk berpikir dan bertindak menurut cara-
cara tertentu yang diyakininya baik. Orang ini tidak terlalu memermasalahkan hal-hal kecil seperti cara
berpakaian, tata-krama, cara makan, dan sebagainya, tetapi ia dapat keras dan terus-terang jika
mendapati soal-soal yang sangat penting baginya mengenai aturan-aturan dan norma-norma
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Feist, Gregory j, dan Feis, Jess, Teori Kepribadian, Jakarta, Salemba Humanika, 2010

Frank G. Goble, Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow, Penerjemah Drs. A. Supratiknya
(Yogyakarta: Kanisius, 1994)

Hall, Calvin S. dan Gardner Lindzey, Teori-teori Holistik (Organismik-Fenomenologis), Penerjemah Drs.
Yustinus, M.Sc., OFM. (Yogyakarta: Kanisius, 1993).

Schultz, Suane, Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat, Penerjemah Drs. Yustinus,
M.Sc., OFM. (Yogyakarta: Kanisius, 1997).

http://www.psychologymania.com/2012/12/pengertian-aktualisasi-diri.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow

http://bermenschool.wordpress.com/2010/05/26/teori-aktualisasi-diri-abraham-maslow/

Anda mungkin juga menyukai