Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi dalam hirarki kebutuhan
menurut Abraham Maslow dan merupakan hal yang sangat penting apabila
seseorang ingin mencapai kesuksesan dalam kehidupannya, selain kebutuhan yang
ada dibawahnya seperti : kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan rasa
aman, kebutuhan rasa cinta, kebutuhan dimiliki dan memiliki dan kebutuhan harga
diri. Menurut teori pada saat manusia sudah memenuhi seluruh kebutuhan pada
tingkat yang lebih rendah, hal tersebut melalui aktualisasi diri dan mereka dapat
mecapai potensi yang paling maksimal menurut Maslow dalam Perry & Potter
(2005).
Manusia yang dapat memenuhi kebutuhan aktualisasi diri merupakan
manusia yang matang. Mereka mampu memahami dan menjalankan tugas dengan
maksimal. Mereka mencapai kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia
dan selalu dapat memecahkan masalah dengan baik.
Manusia yang dapat beraktualisasi diri dengan baik bukan berarti tidak
pernah ada permasalahan, mereka mendapatkan masalah namun dapat
menghadapinya secara realita, tidak berlebihan dalam menghadapinya. Manusia
yang belum bisa beraktualisasi biasanya akan lebih mudah goyah jika menghadapi
masalah. Mereka akan mudah mendapatkan gangguan konsep dalam konsep diri
mereka. Karena mereka merasa belum berhasil atau gagal dalam mencapai
kebutuhan aktualisasi. Masalah yang timbul jika manusia belum bisa mencapai
aktualisasi diri misalnya harga diri rendah, gangguan peran dan gangguan citra
tubuh.
Jika masalah itu muncul maka harus segera dicari solusinya atau intervensi
untuk mengurangi atau menghilangkan gangguan tersebut. Apabila masalah dalam
pemenuhan kebutuhan tidak terselesaikan maka akan mempengaruhi pemenuhan

1
2

kebutuhan yang lain. diibartkan sebuah rumah mulai kehilangan keseimbangannya.


Mereka yang tidak bisa menyelesaikan masalah aktualisasi diri akan tercipta
manusia yang lemah dan kurang percaya diri, sehingga dapat menimbulkan mental
ilness. Intervensi yang tepat akan menumbuhkan rasa percaya diri dan memperbaiki
konsep diri.

B. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembahasan intervensi masalah aktualisasi diri adalah :
1. Mahasiswa dapat memahami konsep intervensi masalah aktualisasi diri
2. Mahasiswa dapat memilih intervensi yang tepat dengan masalah aktualisasi diri
3. Mahasiswa dapat melakukan intervensi masalah aktualisasi diri dengan tepat.
4. Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan dengan masalah aktualisasi
diri dengan baik.
3

BAB II

KONSEP TEORI

A. DEFENISI
Abraham Maslow dalam bukunya Hierarchy of Needs menggunakan istilah
aktualisasi diri ( self actualization ) sebagai kebutuhan dan pencapaian tertinggi
seorang manusia. Maslow menemukan bahwa tanpa memandang suku, asal usul
seseorang, setiap manusia mengalami tahap tahap peningkatan kebutuhan atau
pencapaian dalam kehidupannya.
Aktualisasi diri merupakan kebutuhan naluriah pada manusia untuk
melakukan yang terbaik dari yang dia bisa lakukan, tingkatan tertinggi dari
perkembangan psikologis yang bisa dicapai bila semua kebutuhan dasar sudah
dipenuhi dan pengaktualisasian seluruh potensi dirinya mulai dilakukan. Manusia
teraktualisasi diri dikatakan sebagai pribadi yang mempunyai ciri ciri sebagai
berikut :
1. Mempunyai kepribadian multidimensi yang matang
2. Sering mampu mengasumsi dan menyelesaikan tugas yang banyak
3. Mencapai pemenuhan kepuasan dari pekerjaan yang dikerjakan dengan baik.
4. Tidak bergantung secara penuh pada opini orang lain.

B. KARAKTERISTIK AKTUALISASI DIRI


Karakteristik dari aktualisasi diri seseorang dikatakan mencapai optimal akan
berbeda dengan orang yang belum mempunyai aktualisasi diri yang belum optimal.
Menurut Maslow pada tahun 1970 ( Kozier dan Erb, 1998), ada beberapa
karakteristik yang menunjukkan seseorang mencapai aktualisasi diri. Karakteristik
tersebut tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Mampu melihat realita secara lebih efisien
4

Kapasitas ini akan membuat seseorang untuk mampu mengenali


kebohongan, kecurangan dan kepalsuan yang dilakukan orang lain serta mampu
menganalisis secara kritis, logis dan mendalam terhadap segala fenomena alam
dan kehidupan.
Karakter tersebut tidak menimbulkan sikap yang emosional, melainkan
lebih objektif. Dia akan mendengarkan apa yang seharusnya didengarkan, bukan
mendengar apa yang diinginkan dan ditakuti oleh orang lain. ketajaman
pengamatan terhadap realitas kehidupan akan menghasilkan pola pikir yang
cemerlang menerawang jauh ke depan tanpa dipengaruhi oleh kepentingan atau
keuntungan sesaat.
2. Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa adanya.
Bisa diartikan bahwa seseorang tersebut akan melihat orang lain seperti
melihat dirinya sendiri yang penuh dengan kekurangan dan kelebihan. Sifat ini
akan menghasilkan sikap toleransi yang tinggi terhadap orang lain serta
kesebaran yang tinggi dalam menerima diri sendiri dan orang lain. dia akan
membuka diri terhadap kritikan, saran ataupun nasehat dari orang lain terhadap
dirinya.
3. Spontanitas, kesederhanaan dan kewajaran.
Orang yang mengaktualisasikan diri dengan benar ditandai dengan segala
tindakan, perilaku dan gagasannya dilakukan secara spontan, wajar, dan tidak
dibuat buat. Dengan demikian, apa yang dilakukan tidak pura pura. Sikap ini
akan melahirkan sikap lapang dada terhadap apa yang menjadi kebiasaan
masyarakatnya asal tidak bertentangan dengan prinsip yang paling utama,
meskipun dalam hati ia menertawakannya. Namun apabila kebiasaan di
masyarakat sudah bertentangan dengan prinsip yang ia yakini, maka ia tidak
segan segan untuk mengemukakannya dengan asertif. Kebisaan dimasyarakat
tersebut antara lain seperti adat istiadat yang amoral, kebohongan dan kehidupan
sosial yang tidak manusiawi.
5

4. Terpusat pada persoalan


Orang yang mengaktualisasikan diri, seluruh pikiran, perilaku dan
gagasannya bukan didasarkan untuk kebaikan dirinya saja, tetapi didasarkan atas
apa kebaikan dan kepentingan yang dibutuhkan oleh umat manusia. Dengan
demikian, segala pikiran, perilaku dan gagasannya terpusat pada persoalan yang
dihadapi oleh umat manusia, bukan persoalan yang bersifat egois.
5. Membutuhkan kesendirian.
Pada umumnya orang yang sudah mencapai aktualisasi diri cenderung
memisahkan diri. Sikap ini didasarkan atas persepsi mengenai sesuatu yang ia
anggap benar, tetapi tidak bersifat egois. Ia tidak bergantung pada pikiran orang
lain. sifat yang demikian membuatnya tenang dan logis dalam menghadapi
masalah. Ia senantiasa menjaga martabat dan harga dirinya, meskipun ia berada
dilingkungan yang kurang terhormat. Sifat memisahkan diri ini terwujud dalam
otonomi pengambilan keputusan. Keputusan yang diambilnya tidak dipengaruhi
oleh orang lain. dia akan bertanggung jawab terhadap segala keputusan/kebijakan
yang diambil.
6. Otonomi ( kemandirian terhadap kebudayaan dan lingkungan).
Seseorang tidak menggantungkan diri pada lingkungannya. Ia dapat
melakukan apa saja dan dimana saja tanpa dipengaruhi oleh lingkungan ( situasi
dan kondisi) yang mengelilinginya. Kemandirian ini menunjukkan ketahanannya
terhadap segala persoalan yang mengguncang, tanpa putus asa, apalagi sampai
bunuh diri. Kebutuhan terhadap orang lain tidak bersifat ketergantungan
sehingga pertumbuhan dan perkembangan dirinya lebih optimal.
7. Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan.
Manifestasi dari rasa syukur atas segala potensi yang dimiliki pada orang
yang mampu mengaktualisasikan dirinya. Ia akan diselimuti perasaan senang,
kagum, dan tidak bosan terhadap segala apa yang dimiliki. Walaupun ia miliki
hal tersebut merupakan hal yang biasa saja. Implikasinya adalah ia mampu
mengapresiasikan segala apa yang dimilikinya. Kegagalan seseorang dalam
6

mengapresiasikan segala yang dimilikinya dapat menyebabkan ia menjadi


manusia yang serakah dan berperilaku melanggar hak asasi orang lain.
8. Kesadaran sosial.
Karakteristik orang yang bisa mengaktualisasikan diri, jiwanya diliputi
oleh perasaan empati, iba, kasih sayang dan ingin membantu orang lain. perasaan
tersebut ada walaupun orang lain berperilaku jahat terhadap dirinya.
9. Hubungan interpersonal.
Dapat menjalin hubungan yang akrab dengan penuh rasa cinta dan kasih
sayang. Hubungan interpersonal ini tidak didasari oleh tendensi pribadi yang
sesaat, namun dilandasi oleh perasaan cinta, kasih sayang dan kesabaran.
10. Demokratis.
Sifat ini dimanifestasikan dengan perilaku yang tidak membedakan orang
lain berdasarkan penggolongan, etis, agama, suku, ras, status sosial, ekonomi,
partai dan lain lain. sifat demokratis ini lahir karena pada orang yang
mengaktualisasikan diri tidak mempunyai perasaan risih dalam bergaul dengan
orang lain.
11. Rasa humor yang bermakna dan etis.
Orang yang aktualisasi dirinya baik tidak akan tertawa terhadap humor
yang menghina, merendahkan bahkan menjelekkan orang lain. humor orang yang
mengaktualisasikan diri bukan saja menimbulkan tertawa, tetapi syarat dengan
makna dan nilai pendidikan. Humornya benar benar menggambarkan hakikat
manusiawi yang menghormati dan menjunjung tinggi nilai nilai kemanusiaan.
12. Kreatifitas.
Sikat kreatif merupakan karakteristik lain yang dimiliki oleh orang yang
mengaktualisasikan diri. Kreatifitas ini diwujudkan dalam kemampuannya
melakukan inovasi inovasi yang spontan, asli, tidak dibatasi oleh lingkungan
maupun orang lain.
13. Indepedensi.
7

Sesorang tersebut mampu mempertahankan pendirian dan keputusan


keputusan yang diambilnya.
14. Pengalaman puncak.
Ia merasa tidak ada batas atau sekat antara dirinya dengan alam semesta. Artinya
orang yang mampu mengaktualisassikan diri terbebas dari sekat sekat berupa
bahasa, suku, agama, ketakutan dan sekat sekat lainnya. Oleh karena itu, ia
akan memiliki sifat yang jujur, iklas, bersahaja, tulus hati dan terbuka.

C. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTUALISASI DIRI


1. Faktor internal.
Faktor internal ini merupakan bentuk hambatan yang berasal dari dalam diri
seseorang, yaitu ketidaktahuan akan potensi diri dan perasaan ragu dan takut
mengungkapkan potensi diri, sehingga potensinya tidak dapat terus
berkembang. Potensi diri merupakan modal yang perlu diketahui, digali dan
dimaksimalkan. Sesungguhnya perubahan hanya bisa terjadi jika kita
mengetahui potensi yang ada dalam diri kita kemudian mengarahkannya kepada
tindakan yang tepat dan teruji (Fadlynmun,2009).
2. Faktor eksternal.
Faktor eksternal merupakan hambatan yang berasal dari luar diri seseorang,
seperti :
a. Budaya masyarakat yang tidak mendukung upaya aktualisasi potensi diri
seseorang karena perbedaan karakter. Pada kenyataannya lingkungan
masyarakat tidak sepenuhnya menunjang upaya aktualisasi diri warganya.
b. Faktor lingkungan. Lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap upaya
mewujudkan aktualisasi diri. Aktualisasi diri dapat dilakukan jika
lingkungan mengizinkan ( Asmadi, 2008).
c. Pola Asuh. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan
penting dalam pengaktualisasian diri adalah praktik pengasuhan anak
( Brown, 1961).
8

D. MASALAH AKTUALISASI DIRI.


Masalah aktualisasi diri yang berhubungan dengan konsep diri. Konsep diri
adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain
( Stuart dan Sudeen, 1998). Hal ini termasuk persepsi individu akan sifat dan
kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai nilai yang
berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Adapun
komponen dalam konsep diri adalah :
1. Gambaran diri
Gangguan gambaran diri yang mempengaruhi aktualisasi diri adalah :
Operasi
Mastektomi, amputasi, luka operasi yang semuanya mengubah gambaran diri.
Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi plastik, protesa dan lain lain.
Kegagalan fungsi tubuh
Hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonalisasi yaitu tidak
mengakui atau asing dengan bagian tubuh. Waham yang berkaitan dengan
bentuk dan fungsi tubuh seperti terjadi pada klien gangguan jiwa.
Tergantung pada mesin.
Yaitu pada pasien pasien yang berada di ruang ICU, yang memerlukan
pemberian mesin mesin untuk keberlangsungan kehidupannya dan semua
ini mempengaruhi aktualisasi.
2. Ideal diri.
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku
berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu ( Stuart and
Sundeen, 1991).

Beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri, yaitu :


9

o Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya.


o Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.
o Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang
realistis, keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasaan cemas
dan rendah diri.
o Kebutuhan yang realistis.
o Keinginan untuk menghindari kegagalan
o Perasaan cemas dan rendah diri.
3. Peran.
Sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan
posisinya di masyarakat ( Keliat,1992).
Jika terjadi gangguan gangguan peran maka akan terdapat tanda dan gejala,
seperti :
o Mengungkapkan ketidakpuasan perannya atau kemampuan menampilkan
peran .
o Mengingkari atau menghindari peran.
o Kegagalan transisi peran.
o Ketegangan peran.
o Kemunduran pola tanggungjawab yang biasa dalam peran.
o Proses berkabung yang tidak berfungsi.
o Kejenuhan pekerjaan.
4. Identitas.
Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi
dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri
sebagai satu kesatuan yang utuh ( Stuart and Sudeen, 1991). Gangguan pada
identitas diri akan mempengaruhi aktualisasi diri.
10

5. Harga diri
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi
secara :
a) Situasional
Terjadi trauma yang tiba tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu
yang terjadi ( korban perkosaan, dituduh korupsi, dipenjara tiba tiba ).
b) Privacy yang kurang diperhatikan.
Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan.
c) Harapan akan struktur.
Bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit.
d) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai.
Berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan dan tanpa persetujuan.
e) Kronik.
Perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama seperti sebelum
sakit/dirawat klien mempunyai cara berpikir yang negatif. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Tanda dan gejala
harga diri kronik.
E. INTERVENSI
Pada penjelasan diatas terdapat masalah masalah jika aktualisasi diri tidak
terpenuhi. Masalah tersebut tidak akan teratasi jika tidak segera diselesaikan. Klien
akan terganggu dan gagal dalam hidupnya jika masalah aktualisasi diri tidak segera
diatasi.

Adapun masalah aktualisasi diri diantaranya :

1. Gangguan identitas Diri.


2. Harga diri rendah situasional.
11

3. Harga diri rendah kronik.


4. Ketidakefektifan performa peran.
5. Gangguan body image.
Masalah masalah aktualisasi diri diatas dapat diatasi dengan melakukan
intervensi sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh seseorang dengan cara :
1). Gangguan Identitas Diri ( Nanda domain 6, 00121 hal.286)
a. Batasan karakteristik.
Sifat personal yang kontradiktif.
Deskripsi waham tentang diri sendiri.
Gangguan citra tubuh.
Kebingungan gender.
Kebingungan tentang nilai budaya.
Kebingungan tentang nilai ideologis.
Perilaku tidak konsisten.
Ketidakmampuan membedakan stimulus internal dan eksternal.
Perasaan kosong.
Perasaan aneh
Gangguan hubungan.
b. Faktor yang berhubungan.
Harga diri rendah.
Disfungsi proses keluarga
Diskriminasi.
Gangguan psikiatrik.
Krisis situasi.
Prasangka
Tahap perkembangan
Transisi perkembangan.
Indoktrinasi pemujaaan.
Ketidaksesuaian budaya.
12

c. NOC ( Nursing Outcomes) hal. 104 ( identitas)


Menyatakan penguatan atas identitas pribadi
Menunjukkan perilaku verbal dan non verbal yang selaras mengenai diri.
Menyatakan perasaan yang jelas tentang identitas pribadi.
Membedakan diri dan lingkungan.
Membedakan diri dari manusia lain.
Memandang lingkungannya secara akurat.
Menunjukkan peran sosial.
Menyatakan sistim nilai sendiri.
Menantang diri mengenai keyakinan diri yang salah tentang dirinya.
Menantang diri mengenai citra diri yang negatif.
Mengenali konflik interpersonal versus konflik intrapersonal.
Menetapkan batas batas pribadi.
Menyatakan kepercayaan terhadap diri sendiri.
d. NIC ( intervensi ). Bagian 6, hal. 520.
Peningkatan kesadaran diri ( NIC hal. 329).
Dukung pasien untuk mengenal dan mendiskusikan pikiran dan
perasaannnya.
Bantu pasien untuk menyadari bahwa setiap orang adalah unik.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi nilai yang berkontribusi pada
konsep diri.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi perasaan yang biasa dirasakan
mengenai dirinya.
Berbagi observasi atau pemikiran tentang perilaku atau respon pasien.
Fasilitasi pasien untuk mengidentifikasi pola respon yang biasa dilakukan
untuk situasi yang bervariasi.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi dampak dari penyakit pada konsep
diri.
Verbalisasikan penolakan pasien terhadap realita dengan tepat.
13

Konfrontasikan ambivalensi perasaan pasien ( marah atau depresi).


Observasi mengenai status emosi pasien saat ini.
Bantu pasien untuk menerima ketergantungan pada orang lain dengan
tepat.
Bantu pasien untuk merubah pandangan mengenai diri sebagai korban
dengan mendefenisikan haknya dengan cara yang tepat.
Bantu pasien waspada terhadap pernyataan negatif mengenai dirinya.
Bantu pasien unutk mengidentifikasi situasi yang mencetuskan cemas.
Eksplorasi dengan pasien mengenai kebutuhan kontrol.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi hal yang positif mengenai dirinya.
Bantu pasien untuk mengidfentifikasi alasan peningkatan/ perbaikan.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi sumber motivasi.fasilitasi pasien
mengekspresikan diri dengan kelompoknya.bantu pasien untuk mengenal
pernyataan yang kontradiktif.
2). Harga diri Rendah Situasional. 00120 ( Nanda domain 6, kelas 2, hal. 291).
a. Batasan karakteristik.
Meremehkan kemampuan menghadapi situasi.
Perilaku tidak asertif
Perilaku tidak selaras dengan nilai.
Tanpa tujuan.
Tantangan situasi terhadap harga diri.
Tidak berdaya.
Ungkapan negatif tentang diri.
b. Faktor yang berhubungan.
Gangguan citra tubuh.
Gangguan fungsi.
Gangguan peran sosial.
Ketidakadekuatan pemahaman.
Perilaku tidak konsisten dengan nilai
14

Pola kegagalan.
Riwayat kehilangan.
Riwayat penolakan.
Transisi perkembangan.
c. NOC
identitas ( hal. 104) :
Menyatakan penguatan atas identitas pribadi
Menunjukkan perilaku verbal dan non verbal yang selaras mengenai diri.
Menyatakan perasaan yang jelas tentang identitas pribadi.
Membedakan diri dan lingkungan.
Membedakan diri dari manusia lain.
Memandang lingkungannya secara akurat.
Menunjukkan peran sosial.
Menyatakan sistim nilai sendiri.
Menantang diri mengenai keyakinan diri yang salah tentang dirinya.
Menantang diri mengenai citra diri yang negatif.
Mengenali konflik interpersonal versus konflik intrapersonal.
Menetapkan batas batas pribadi.
Menyatakan kepercayaan terhadap diri sendiri.
d. NIC
Peningkatan kesadaran diri ( NIC hal. 329).
Dukung pasien untuk mengenal dan mendiskusikan pikiran dan
perasaannnya.
Bantu pasien untuk menyadari bahwa setiap orang adalah unik.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi nilai yang berkontribusi pada
konsep diri.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi perasaan yang biasa dirasakan
mengenai dirinya.
Berbagi observasi atau pemikiran tentang perilaku atau respon pasien.
15

Fasilitasi pasien untuk mengidentifikasi pola respon yang biasa dilakukan


untuk situasi yang bervariasi.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi dampak dari penyakit pada konsep
diri.
Verbalisasikan penolakan pasien terhadap realita dengan tepat.
Konfrontasikan ambivalensi perasaan pasien ( marah atau depresi).
Observasi mengenai status emosi pasien saat ini.
Bantu pasien untuk menerima ketergantungan pada orang lain dengan
tepat.
Bantu pasien untuk merubah pandangan mengenai diri sebagai korban
dengan mendefenisikan haknya dengan cara yang tepat.
Bantu pasien waspada terhadap pernyataan negatif mengenai dirinya.
Bantu pasien unutk mengidentifikasi situasi yang mencetuskan cemas.
Eksplorasi dengan pasien mengenai kebutuhan kontrol.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi hal yang positif mengenai dirinya.
Bantu pasien untuk mengidfentifikasi alasan peningkatan/ perbaikan.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi sumber motivasi.
fasilitasi pasien mengekspresikan diri dengan kelompoknya.bantu pasien
untuk mengenal pernyataan yang kontradiktif.
3). Harga diri rendah kronik ( Nanda Domain 6: 00119, hal. 289)
a. Batasan Karakteristik :
Bergantung pada pendapat orang lain.
Ekspresi rasa bersalah.
Ekspresi rasa malu.
Enggan mencoba hal baru.
Kegagalan hidup berulang.
Kontak mata kurang.
Melebih lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri.
Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri.
16

Meremehkan kemampuan mengatasi situasi.


Pasif
Perilaku bimbang
Perilaku tidak asertif.
Secara berlebihan mencari penguatan.
Seringkali mencoba penegasan.
b. Faktor yang berhubungan
Gangguan psikiatrik.
Kegagalan berulang.
Ketidaksesuaian budaya.
Ketidaksesuaian spiritual.
Koping terhadap kehilangan tidak efektif.
Kurang kasih sayang.
Kurang keanggotaan dalam kelompok.
Kurang respek dari orang lain.
Merasa afek tidak sesuai.
Merasa persetujan orang lain tidak cukup.
Penguatan negatif berulang.
Terpapar peristiwa traumatik.
c. NOC ( Bag. 4, hal. 610).
Harga diri ( hal. 101)
Verbalisasi penerimaaan.
Penerimaaan terhadap keterbatasan diri sendiri.
Mempertahankan posisi tegak.
Mempertahankan kontak mata.
Gambaran diri.
Menghargai orang lain.
Komunikasi terbuka.
Pemenuhan peran yang signifikan secara pribadi.
17

Mempertahankan penampilan dan kebersihan diri.


Keseimbangan dalam berpartisipasi dan mendengarkan dalam kelompok.
Tingkat kepercayaan diri.
Penerimaaan terhadap pujian dari orang lain.
Respon yang diharapkan dari orang lain.
Penerimaan terhadap kritik yang membangun.
Keinginan untuk berhadapan muka dengan orang lain.
Gambaran tentang sukses dalam pekerjaan.
Gambaran tentang sukses di sekolah.
Gambaran tentang sukses dilingkungan sosial.
Gambaran tentang bangga terhadap diri sendiri.
Perasaan tentang nilai diri.
d. NIC ( Bag. 6, hal. 516).
Peningkatan harga diri ( hal. 326) :
Monitor pernyataan pasien mengenai harga diri.
Tentukan fokus kontrol pasien.
Tentukan kepercayaan diri pasien dalam hal penilaian diri
Dukung pasien untuk bisa mengidentifikasi kekuatan.
Bantu pasien untuk menemukan penerimaan diri.
Dukung melakukan kontak mata pada saat berkomonikasi dengan orang
lain.
Kuatkan kekuatan pribadi yang didentifikasi pasien.
Dukung pasien untuk terlibat dalam memberikan afirmasi positif melalui
pembicaraan pada diri sendiri dan secara verbal terhadap diri setiap hari.
Berikan pengaman yang akan meningkatkan otonomi pasien dengan
tepat.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi respon positif dari orang lain.
Jangan mengkritisi pasien secara negatif.
Bantu pasien untuk mengatasi ejekan.
18

Ungkapkan kepercayaan diri pasien dalam mengatasi situasi.


Bantu untuk mengukur tujuan yang realistik dalam rangka mencapai
harga diri yang lebih tinggi.
Bantu pasien untuk menerima ketergantungan terhadap orang lain dengan
tepat.
Dukung tanggung jawab terhadap diri dengan tepat.
Bantu pasien untuk memeriksa persepsi negatif terhadap diri.
Dukung pasien untuk mengevaluasi perilaku diri sendiri.
Dukung pasien untuk menerima tantangan baru.
Berikan hadiah atau pujian terkait dengan kemajuan pasien dalam
mencapai tujuan.
Fasilitasi lingkungan dan aktifitas aktifitas yang akan meningkatkan
harga diri.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi dampak budaya, agama, ras, jenis
kelamin, dan usia terhadap harga diri.
Instruksikan orang tentang pentingnya minat dan dukungan mereka
dalam mengembangkan konsep diri positif anak anak.
Monitor frekuensi verbalisasi negatif terhadap diri.
Monitor kurangnya tindak lanjut terkait dengan tercapainya tujuan.
Monitor tingkat harga diri dari waktu ke waktu dengan tepat.
Buat pernyataan positif mengenai diri.
4). Ketidakefektifan performa peran ( Nanda Domain 6 : 00055, hal. 319 ).
a. Batasan karakteristik
Ambivalensi peran
Ansietas.
Bingung peran.
Depresi.
Diskriminasi.
Kekerasan dalam rumah tangga.
19

Ketegangan peran.
Ketidakadekuatan adaptasi terhadap perubahan.
Ketidakpastian.
Ketidakpuasan peran.
Ketidaksesuaian harapan perkembangan
Konflik peran.
Konflik sistem.
Kurang dukungan eksternal untuk melaksanakan peran
Kurang kesempatan untuk meningkatkan peran.
Kurang ketrampilan.
Kurang manajemen diri.
Kurang motivasi
Menyangkal peran.
Pencabulan.
Perubahan pada persepsi diri tentang peran.
Pesimis.
Strategi koping tidak efektif
Tidak berdaya.
b. faktor yang berhubungan dengan.
Pengetahuan : harapan peran tidak realistis, ketidakadekuatan model
peran, Ketidakadekuatan persiapan peran dan kurang edukassi.
Fisiologis : defek neorologis, depresi, harga diri rendah, keletihan,
masalah kesehatan jiwa, nyeri, penyakit fisik, penyalahgunaan zat,
Perubahan citra tubuh.
Sosial : kekerasan dalam rumah tangga,kerugian ekonomi, ketidaktepatan
hubungan dengan sistem layanan kesehatan, konflik, kurang
penghargaan, kurang sistem pendukung, kurang sosialisasi peran, kurang
sumber daya, stressor, usia muda, tuntutan tinggi jadwal pekerjaan.
20

d. NOC ( bag. 4, hal. 652).


Perawatan langsung ( caregiver ) hal. 103 :
Komonikasi efektif.
Kesabaran
Ketenangan
Pengasuhan dan penguatan
Persahabatan
Caring
Komitmen jangka panjang
Saling menerima
Saling menghormati
Pemecahan masalah secara bersama
Rasa tanggung jawab
Rasa saling keterkaitan.
d. NIC ( hal. 568)
Peningkatan Peran : hal. 343
Bantu pasien untuk mengidentifikasi bermacam peran dalam siklus
kehidupannya.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi peran yang biasanya dalam
keluarga.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi periode transisi peran pada
keseluruhan rentang kehidupan.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi ketidakcukupan peran.
Dukung pasien untuk mengidentifikasi gambaran realistik dari adanya
perubahan peran.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi strategi positif untuk
memanajemen perubahan perubahan peran.
Fasilitasi diskusi mengenai bagaimana adaptasi peran keluarga untuk
dapat mengkompensasi peran anggota keluarga yang sakit.
21

Peningkatan kesadaran diri : ( hal. 329) :


Dukung pasien untuk mengenal dan mendiskusikan pikiran dan
perasaannya.
Bantua pasien untuk menyadari bahwa setiap orang adalh unik
Bantu pasien untuk mengidentifikasi nilai yang berkontribusi pada
konsep diri.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi perasaan yang biasa dirasakan.
Fasilitasi pasien untuk mengidentifikasi pola respon yang biasa dilakukan
untuk situasi yang bervariasi.
Tolak tentang perasaan yang tidak benar.
Verbalkan penolakan realita jika memungkinkan.
Bantu pasien dalam membuat prioritas dalam hidup.

5). Gangguan body image 00118/Gangguan Citra Tubuh). ( Nanda, domain 6,


hal. 293)
a. Batasan Karakteristik
Berfokus pada fungsi masa lalu
Berfokus pada kekuatan sebelumnya
Berfokus pada penampilan masa lalu
Depersonaliasi bagian tubuh melalui penggunaan kata ganti impersonal.
Gangguan fungsi tubuh
Gangguan struktur tubuh
Gangguan pandangan tentang tubuh seseorang
Menekankan pencapaian.
Menghindari melihat tubuh
Menghindari menyentuh tubuh.
Menolak menerima perubahan
Menyembunyikan bagian tubuh
Perubahan gaya hidup
22

Perubahan lingkungan sosial.


b. Faktor yang berhubungan dengan
Cedera.
Gangguan fungsi psikososial
Penyakit
Ketidaksesuaian budaya
Perubahan fungsi kognitif.
Perubahan fungsi tubuh
Perubahan persepsi diri
Program pengobatan
Prosedur bedah
Transisi perkembangan.
c. NOC ( hal. 600)
Citra Tubuh ( hal. 79 ) :
Gambaran internal diri menjadi konsisten positif.
Kesesuaian antara realita tubuh dan ideal tubuh dengan penampilan tubuh
menjadi positif.
Deskripsi bagian tubuh yang terkena menjadi positif.
Sikap terhadap penggunaan strategi untuk meningkatkan penampilan
positif
Kepuasan dengan penampilan tubuh positif.
Sikap terhadap penggunaan strategi untuk meningkatkan fungsi tubuh
positif.
Kepuasan dengan fungsi tubuh positif.
Penyesuaian terhadap perubahan fungsi tubuh
Penyesuaian terhadap perubahan tubuh akibat proses penuaan.
e. NIC ( hal. 503 )
Peningkatan Citra Tubuh ( hal.324) :
Tentukan harapan citra diri pasien didasarkan pada tahap perkembangan.
23

Gunakan bimbingan antisipasif menyiapkan pasien terkait dengan


perubahan perubahan citra tubuh yang telah dipresdiksikan.
Tentukan jika terdapat perasaan tidak suka terhadap karakteristik fisik
khusus yang menciptakan disfungsi paralisis sosial untuk remaja dan
kelompok dengan resiko tinggi lain.
Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan perubahan bagian tubuh
Bantu pasien menentukan keberlanjutan dari perubahan aktual dari tubuh
Bantu pasien memisahkan penampilan fisik dari perasaan berharga secara
pribadi dengan cara yang tepat.
Identifikasi dampak dari budaya pasien, agama, ras, jenis kelamin, dan
usia terkait dengan citra tubuh.
Monitor frekuensi dari pernyataan mengkritis diri.
Gunakan latihan membuka diri dengan kelompok
Fasilitasi kontak dengan individu yang mengalami perubahan.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi tindakan yang akan meningkatkan
penampilan.
Peningkatan harga diri ( hal. 326) :
Monitor pernyataan pasien mengenai harga diri.
Tentukan fokus kontrol pasien.
Tentukan kepercayaan diri pasien dalam hal penilaian diri
Dukung pasien untuk bisa mengidentifikasi kekuatan.
Bantu pasien untuk menemukan penerimaan diri.
Dukung melakukan kontak mata pada saat berkomonikasi dengan orang
lain.
Kuatkan kekuatan pribadi yang didentifikasi pasien.
Dukung pasien untuk terlibat dalam memberikan afirmasi positif melalui
pembicaraan pada diri sendiri dan secara verbal terhadap diri setiap hari.
Berikan pengaman yang akan meningkatkan otonomi pasien dengan
tepat.
24

Bantu pasien untuk mengidentifikasi respon positif dari orang lain.


Jangan mengkritisi pasien secara negatif.
Bantu pasien untuk mengatasi ejekan.
Ungkapkan kepercayaan diri pasien dalam mengatasi situasi.
Bantu untuk mengukur tujuan yang realistik dalam rangka mencapai
harga diri yang lebih tinggi.
Bantu pasien untuk menerima ketergantungan terhadap orang lain dengan
tepat.
Dukung tanggung jawab terhadap diri dengan tepat.
Bantu pasien untuk memeriksa persepsi negatif terhadap diri.
Dukung pasien untuk mengevaluasi perilaku diri sendiri.
Dukung pasien untuk menerima tantangan baru.
Berikan hadiah atau pujian terkait dengan kemajuan pasien dalam
mencapai tujuan.
Fasilitasi lingkungan dan aktifitas aktifitas yang akan meningkatkan
harga diri.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi dampak budaya, agama, ras, jenis
kelamin, dan usia terhadap harga diri.
Instruksikan orang tentang pentingnya minat dan dukungan mereka
dalam mengembangkan konsep diri positif anak anak.
Monitor frekuensi verbalisasi negatif terhadap diri.
Monitor kurangnya tindak lanjut terkait dengan tercapainya tujuan.
Monitor tingkat harga diri dari waktu ke waktu dengan tepat.
Buat pernyataan positif mengenai diri.
25

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN.
Masalah yang berhubungan dengan aktualisasi diri sangat
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan manusia. Masalah tersebut
juga mempengaruhi proses tumbuh kembang selanjutnya. Intervensi
dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan tujuan
membantu pemenuhan kebetuhan aktualisasi diri.
Gangguan body image, harga diri rendah, gangguan identitas diri dan
gangguan peran akan membuat orang tersebut terpisah dengan lingkungan
sosial dan bahkan lingkungan keluarga. Mereka menganggap dirinya tidak
berguna atau tidak pantas hadir dalam lingkungan tersebut. Faktor keluarga
dan lingkungan dapat membantu memecahkan masalah bahkan dapat
menjadi faktor pemberat masalah tersebut. Jika lingkungan dan keluarga
tidak mendukung dalam intervensi maka akan sia sia intervensi yang
diberikan perawat.
Masalah aktualisasi diri dapat diselesaikan dengan kerjasama yang
baik antara pasien, perawat, keluarga dan lingkungan. Keluarga dan
lingkungan yang paling sering kontak dengan pasien. keluarga merupakan
pihak terdekat dan paling berpengaruh terhadap pasien.
B. SARAN
1. Intervensi yang diberikan akan efektif jika ada kerjasama antara pasien,
keluarga dan lingkungannya.
2. Memanfaatkan kelompok dan lingkungan dalam memberikan
intervensi.
3. Melakukan intervensi sesuai dengan masalah yang dihadapi.
4. Dalam melakukan intervensi, perawat diharapkan mengggunakan
komunikasi yang terapeutik.
26

DAFTAR PUSTAKA

Pery and Potter.2005. Fundamental of Nursing. Jakarta : EGC


Herdman, T. Heather. et all. 2015. Panduan Diagnosis Keperawatan NANDA 2015-
20017. Jakarta: EGC.
Johnson, M., et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). New Jersey: Upper
Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). New Jersey:
Upper Saddle River
27

TUGAS KELOMPOK
INTERVENSI AKTUALISASI DIRI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar


Aktualiasasi Diri
Dosen pengampu : Bambang Edy Warsito, S.Kp., M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 5/ Kelas B16
Feri Cahyanto 22020116183001
Joko Setiyono 22020116183002
Maria Ngongo 22020116183003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


DEPARTEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
28

Anda mungkin juga menyukai