Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KEPERAWATAN DASAR 2

KELOMPOK 5

YUSTINA MARIANA NGGUNU 2120005


AYUDIAH NAHU 2120010
ELVIANTI PASONDEK 2120015
YONITA REGI 2120016

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan


rahmat serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini
dengan tepat waktu.
Dalam menyelesaikan makalah ini, kami banyak mendapatkan bimbingan,
bantuan dan saran dari berbagai pihak kami menyadari di dalam penyusunan dan
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan
juga memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka
ini. Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka
ini berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi
penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin banyak ditemukan. Kondisi
tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka dimana perawatan
yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari
pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi
tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil
yang sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan
dengan cost effectiveness. Manajemen perawatan luka modern sangat
mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi
terbaru dalam perkembangan produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka

B. Rumusan Masalah
1. Apa Prinsip Perawatan Luka?
2. Apa Klasifikasi Diagnosis keperawatan ?
3. Ketahui lama penyembuhan luka operasi dan faktor yang mempengaruhinya?
4. Memahami proses penyembuhan luka?
5. Berbagai kondisi yang menyebabkan luka sulit sembuh
6. Bagaimana cara penybuhan luka operasi?
7. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka operasi.
C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui Apa Prinsip Perawatan Luka?


2. Untuk mengetahui Apa Klasifikasi Diagnosis keperawatan ?
3. Untuk mengetahui Ketahui lama penyembuhan luka operasi dan faktor yang
mempengaruhinya?
4. Untuk mengetahui Memahami proses penyembuhan luka?
5. Untuk mengetahui Berbagai kondisi yang menyebabkan luka sulit sembuh
6. Untuk mengetahui Bagaimana cara penybuhan luka operasi?
7. Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka operasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip perawatan luka


Tujuan dari perawatan luka adalah untuk menghentikan perdarahan,mencegah
infeksi, menilai kerusakan yang terjadi pada struktur yang terkena dan untuk
menyembuhkan luka.Menghentikan perdarahanTekanan langsung pada luka akan
menghentikan perdarahan Perdarahan pada anggota badan dapat diatasi dalam
waktu yang singkat (< 10 menit) dengan menggunakan manset sfigmomanometer
yang dipasang pada bagian proksimal pembuluh arteri.Penggunaan torniket yang
terlalu lama bisa merusak ekstremitas.

 Mencegah infeksi
- Membersihkan luka merupakan faktor yang paling penting dalam pencegahan
infeksi luka. Sebagian besar luka terkontaminasi saat pertama datang. Luka
tersebut dapat mengandung darah beku, kotoran, jaringan mati atau rusak dan
mungkin benda asing.
- Bersihkan kulit sekitar luka secara menyeluruh dengan sabun dan air atau
larutan antiseptik. Air dan larutan antiseptik harus dituangkan ke dalam luka.
- Setelah memberikan anestesi lokal, periksa hati-hati apakah ada benda asing
dan bersihkan jaringan yang mati. Pastikan kerusakan apa yang terjadi. Luka
besar memerlukan anestesi umum.
- Antibiotik biasanya tidak diperlukan jika luka dibersihkan dengan hati-hati.
Namun demikian, beberapa luka tetap harus diobati dengan antibiotik, yaitu:
Luka yang lebih dari 12 jam (luka ini biasanya telah terinfeksi).Luka tembus ke
dalam jaringan (vulnus pungtum), harus disayat/dilebarkan untuk membunuh
bakteri anaerob. Profilaksis tetanus . Jika belum divaksinasi tetanus, beri ATS
dan TT. Pemberian ATS efektif bila diberikan sebelum 24 jam luka. Jika telah
mendapatkan vaksinasi tetanus, beri ulangan TT jika sudah waktunya.
 Menutup luka
Jika luka terjadi kurang dari sehari dan telah dibersihkan dengan seksama, luka
dapat benar-benar ditutup/dijahit (penutupan luka primer).Luka tidak boleh
ditutup bila: telah lebih dari 24 jam, luka sangat kotor atau terdapat benda asing,
atau luka akibat gigitan binatang.Luka bernanah tidak boleh dijahit, tutup ringan
luka tersebut dengan menggunakan kasa lembap.Luka yang tidak ditutup
dengan penutupan primer, harus tetap ditutup ringan dengan kasa lembap. Jika
luka bersih dalam waktu 48 jam berikutnya, luka dapat benar-benar ditutup
(penutupan luka primer yang tertunda).Jika luka terinfeksi, tutup ringan luka dan
biarkan sembuh dengan sendirinya.

 Infeksi luka
Tanda klinis: nyeri, bengkak, berwarna kemerahan, terasa panas
danmengeluarkan nanah.
Tatalaksana : Buka luka jika dicurigai terdapat nanah, Bersihkan luka dengan
cairan desinfektan, Tutup ringan luka dengan kasa lembap. Ganti balutan setiap
hari, lebih sering bila perlu, Berikan antibiotik sampai selulitis sekitar luka
sembuh (biasanya dalam waktu 5 hari). Berikan kloksasilin oral (25–50
mg/kgBB/dosis 4 kali sehari) karena sebagian besar luka biasanya mengandung
Staphylococus. Berikan ampisilin oral (25–50 mg/kgBB/dosis 4 kali sehari),
gentamisin (7.5 mg/kgBB IV/IM sekali sehari) dan metronidazol (7.5
mg/kgBB/dosis 3 kali sehari) jika dicurigai terjadi pertumbuhan bakteri saluran
cerna.

B. Prosedur Perawatan Luka


Luka dan lecet ringan biasanya tidak membutuhkan pertolongan dari dokter.
Cukup dengan beberapa langkah perawatan luka berikut ini, kulit akan sembuh
seperti sedia kala.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah cuci tangan terlebih dahulu
sebelum melakukan perawatan luka, untuk menghindari infeksi. Setelah itu, baru
lakukan beberapa hal berikut ini: Perdarahan pada goresan dan luka ringan
biasanya akan berhenti sendiri. Jika tidak, beri tekanan lembut pada luka dengan
kain yang bersih. Posisikan luka menghadap ke atas. Bilas luka dengan air bersih
dan mengalir. Sekitar luka boleh dibersihkan dengan sabun, tapi tidak pada
lukanya, untuk menghindari iritasi. Jika masih ada kotoran atau benda yang
tertancap pada luka setelah dibersihkan, gunakan pinset steril (yang telah
dibersihkan dengan alkohol) untuk mencabutnya. Jika masih ada yang tertancap,
pergilah ke dokter agar dapat dilakukan pembersihan luka secara menyeluruh,
guna mengurangi risiko infeksi dan tetanus. Tidak perlu menggunakan cairan
hidrogen peroksida, obat merah, atau larutan antiseptik yang mengandung iodine,
karena dapat menimbulkan iritasi pada luka. Oleskan krim atau salep antibiotik
untuk membantu menjaga permukaan kulit tetap lembap. Obat ini memang tidak
membuat luka cepat sembuh, tapi bisa mencegah infeksi sehingga proses
penyembuhan luka dapat berjalan dengan baik. Namun jika muncul ruam pada
kulit, segera hentikan penggunan salep. Perban luka untuk menjaganya tetap
bersih dan terhindar dari bakteri. Jika luka atau goresannya kecil, tidak perlu
diperban. Jika luka cukup dalam, menganga, dan terlihat lemak atau otot, segeralah
pergi ke rumah sakit atau klinik untuk dijahit. Pada luka yang dalam atau kotor,
suntikan tetanus mungkin dibutuhkan dalam perawatan luka. Begitu juga bila Anda
belum disuntik tetanus dalam jangka waktu lima tahun terakhir. Disarankan untuk
memeriksakan diri ke dokter apabila luka tidak kunjung sembuh, menjadi
kemerahan, bengkak, terasa semakin nyeri, atau ada nanah yang keluar.

C. Pengertian dan Jenis Luka


 Jenis-Jenis Luka
Meskipun memiliki prinsip dasar yang sama, langkah-langkah perawatan luka
dapat berbeda, tergantung pada jenis lukanya. Berikut ini adalah jenis-jenis luka
yang umum ditemui, berikut penjelasannya:
1. Luka koyak atau avulse
Avulsi adalah robeknya sebagian atau seluruh kulit dan jaringan di
bawahnya. Luka robek ini bisa terjadi karena tembakan, ledakan, kecelakaan
berat, atau perkelahian. Darah yang keluar akibat luka jenis ini biasanya cepat
dan banyak, sehingga perlu penanganan medis segera, misalnya penjahitan.

2. Luka tusuk
Luka tusuk disebabkan oleh benda tajam dan panjang, seperti pisau, jarum,
atau paku. Meski umumnya tidak menyebabkan darah banyak keluar, luka jenis
ini dapat menembus kulit hingga melukai organ dalam.Selain itu, luka tusuk juga
dapat menyebabkan tetanus. Jika Anda tertusuk benda yang kotor, misalnya
paku berkarat, disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Dokter
akan melakukan perawatan luka untuk mencegah infeksi, dan memberikan
vaksinasi tetanus bila diperlukan.

3. Luka robek atau laserasi


Luka robek bisa berupa luka gores ringan, bisa juga berupa luka yang dalam
dengan bentuk tidak teratur. Luka ini sering ditemukan pada kecelakaan saat
berkendara atau kerja, misalnya akibat mesin. Kedaruratan penanganan luka ini,
tergantung kepada berat-ringannya perdarahan dan bagian tubuh yang terkena.

4. Luka sayat atau insisi


Benda yang pipih dan tajam, seperti silet, pecahan kaca, pisau, atau bahkan
kertas. Selain itu, luka sayat juga bisa disebakan oleh prosedur pembedahan.
Sama seperti luka robek, kedaruratan penanganan luka ini tergantung kepada
kondisi perdarahan dan lokasi luka.
5. Luka baret atau abrasi
Abrasi terjadi ketika kulit bergesekan atau menggores permukaan kasar atau
keras, misalnya jalanan beraspal atau semen. Meski tidak menimbulkan banyak
perdarahan, luka jenis ini perlu dibersihkan dengan baik untuk menghindari
infeksi.
D. Etiologi atau Penyebab Luka
 Penyebab Luka
Luka sendiri bisa disebabkan oleh berbagai macam hal. Namun pada
umumnya penyebab luka yang paling sering terjadi adalah akibat trauma
mekanis. Pengertian luka akibat mekanis dapat disebabkan oleh benda tumpul
ataupun tajam. Selain itu, luka juga dapat dibagi menjadi dua, yaitu luka terbuka
dan luka tertutup berdasarkan keutuhan jaringannya. Luka sendiri dapat dapat
muncul dengan atau tanpa adanya infeksi.
Kulit dapat rusak dalam berbagai cara tergantung pada mekanisme cedera,
di antaranya:Peradangan adalah respons awal kulit cedera.Luka superfisial (di
permukaan) dan luka lecet tidak mencederai lapisan kulit yang lebih dalam. Jenis
luka biasanya disebabkan oleh gaya gesekan dengan permukaan kasarLuka
lecet dalam (lecet yang lebih dalam karena terpotong atau laserasi) melukai
lapisan kulit dan masuk ke jaringan di bawahnya seperti ototatau tulang.Luka
tusukan biasanya disebabkan oleh benda runcing tajam yang menusuk kulit.
Contoh luka tusukan termasuk jarum, menginjak paku, atau luka tusukan dengan
pisauGigitan manusia dan gigitan hewan dapat diklasifikasikan sebagai luka
tusuk, lecet, atau kombinasi keduanya.Luka karena penekanan yang lama,
misalnya luka karena berbaring dalam waktu yang lama di tempat tidur, karena
duduk di kursi roda dalam waktu yang lama, atau karena penggunaan gips dalam
waktu yang lama.Luka tekanan yang lama dapat berkembang karena kurangnya
suplai darah ke kulit yang disebabkan oleh tekanan kronis pada area kulit,
terlebih memiliki penyakit yang mendasari seperti kencing manis, masalah
sirkulasi (penyakit pembuluh darah perifer), atau pasien malnutrisi.
E. Klasifikasi
 Klasifikasi Diagnosis Keperawatan (ICNP)
Diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua jenis yaitu diagnosis negatif (klien
dalam kondisi sakit atau beresioko mengalami sakit) dan diagnosis positif (klien
dalam kondisi sehat dan dapat mencapai kondisi yang lebih sehat atau optimal.
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. International Nurses Council Clasification
for Nursing PracticeZ(ICNP) membagi diagnosis keperawatan menjadi lima
kategori yaitu fisiologis, psikologis, perilaku, relasional dan lingkungan.

 Klasifikasi Diagnosis Keperawatan (ICNP)


1. Fisiologis
2. Respirasi
3. Sirkulasi
4. Nutrisi dan cairan
5. Eliminasi
6. Aktivitas dan Istirahat
7. Neurosensori
8. Reproduksi dan seksualitas
9. Psikologis
10. Nyeri dan kenyamanan
11. Integritas ego
12. Pertumbuhan dan perkembangan
13. Perilaku
14. Kebersihan diri
15. Penyuluhan dan pembelajaran
16. Relasional
17. Interaksi social
18. Lingkungan
19. keamanan dan proteksi

 Jenis Diagnosis Keperawatan


Diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua jenis yaitu diagnosis negatif (klien
dalam kondisi sakit atau beresioko mengalami sakit) dan diagnosis positif (klien
dalam kondisi sehat dan dapat mencapai kondisi yang lebih sehat atau optimal.
Diagnosis negatif terdiri dari diagnosis aktual dan diagnosis risiko, sedangkan
diagnosis positif yang biasa disebut dengan diagnosis promosi kesehatan.

 Diagnosis aktual: menggambarkan respons klien terhadap kondisi


kesehatan atau proses kehidupannya yang menyebabkan kline
mengalami masalah kesehatan.
 Diagnosis risiko: menggambarkan respons klien terahdap kondisi
kesehatan atau proses kehidupannya yang dapat menyebabkan klien
berisiko mengalami masalah kesehatan.
 Diagnosis promosi kesehatan: menggambarkan adanya keinginan dan
motivasi klien untuk meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang
lebih baik atau optimal.

 Komponen Diagnosis Keperawatan


Masalah (problem): label diagnosis keperawatan yang menggambarkan inti
dari respons klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya, yang
terdiri dari deskriptor atau penjelasan (fokus diagnostik). Deskriptor merupakan
pernyataan yang menjelaskan bagaimana suatu fokus diagnosis terjadi.

F. Mekanisme Penyembuhan Luka dan Prinsip Dasar Penyembuhan Luka


Luka bisa Anda peroleh dari berbagai kejadian, seperti tergores, teriris, atau
bahkan tertusuk. Meski begitu, proses penyembuhan luka secara umum sama,
meski penyebabnya berbeda. Berikut ini penjelasannya.

1. Proses penghentian perdarahan (hemostasis)


Saat kulit mulai terluka dan berdarah, dalam waktu beberapa menit atau
bahkan detik, sel-sel darah secara otomatis akan berkumpul dan membentuk
gumpalan darah. Proses inilah yang disebut sebagai proses penghentian
perdarahan atau pembekuan darah. Dalam istilah medis, mekanisme ini disebut
sebagai fase hemostasis.
Gumpalan darah ini berfungsi untuk melindungi luka dan mencegah darah
keluar lebih banyak lagi. Selain sel darah yang dinamakan trombosit, gumpalan
ini juga mengandung protein yang disebut dengan fibrin, akan membentuk suatu
“jaring” agar gumpalan darah tetap pada tempatnya.
2. Proses peradangan (inflamasi)
Pada proses penyembuhan luka selanjutnya, gumpalan darah akan
mengeluarkan suatu zat kimia yang akan menyebabkan peradangan. Sehingga,
tidak heran saat darah mulai berhenti, di sekitar luka Anda akan terlihat
pembengkakan dan kemerahan. Inilah yang disebut sebagai fase inflamasi. Saat
hal ini terjadi, sel darah putih akan menuju ke area luka. Lalu, sel darah putih
akan melawan bakteri dan kuman dari area tersebut, agar kita tidak mengalami
infeksi.
Sel darah putih juga akan memproduksi suatu zat kimia yang dinamakan
growth factors. Zat ini berfungsi untuk membantu memperbaiki jaringan yang
rusak.
3. Proses pembangunan jaringan baru (proliferasi)
Setelah area luka bersih dari bakteri dan kuman berkat sel darah putih,
selanjutnya, sel darah merah yang kaya akan oksigen datang ke area tersebut
untuk membangun jaringan baru yang disebut jaringan parut. Tahap ini disebut
sebagai fase proliferasi. Oksigen yang dibawa oleh sel darah merah juga akan
membantu pembentukan jaringan yang baru. Tubuh juga akan mulai
memproduksi kolagen, yang berperan sebagai penyangga untuk jaringan yang
sedang diperbaiki. Proses ini akan membuat bekas luka yang awalnya terlihat
berwarna kemerahan, lalu lama-kelamaan memudar.
4. Proses penguatan jaringan
Proses penyembuhan luka yang terakhir atau fase maturasi adalah untuk
menguatkan jaringan yang baru terbentuk. Anda mungkin pernah melihat, bekas
luka terlihat seperti kulit yang ditarik melebar. Itu adalah salah satu usaha tubuh
agar jaringan kulit yang baru benar-benar kuat di tempatnya. Penyembuhan total
bisa memakan waktu beberapa hari, minggu, atau bahkan tahun. Saat sudah
sembuh total, maka jaringan tersebut akan kembali sekuat sebelumnya, saat
sebelum mengalami perlukaan. Tidak semua jenis luka akan benar-benar
melewati keempat proses penyembuhan ini. Sebab, tidak semua luka membuat
kulit Anda berdarah. Beberapa di antaranya adalah luka bakar, memar, serta
luka tekan atau ulkus dekubitus.

G. Masalah Dalam Proses Penyembuhan Luka


1. Infeksi
Kulit adalah dinding pertahanan pertama yang dimiliki tubuh untuk melindungi
diri dari serangan bakteri. Ketika kulit rusak karena luka maka bakteri dari luar
dapat masuk ke dalam tubuh menyebabkan infeksi sehingga menghambat
penyembuhan. Luka yang terinfeksi punya ciri khas kulit sekitarnya merah,
bengkak, nyeri, dan muncul nanah dengan bau busuk.
2. Kurang nutrisi
"Apakah kamu cukup makan buah dan sayur? Vitamin di dalamnya dapat
membantu tubuh untuk memperbaiki luka lebih cepat terutama vitamin A dan C,"
tulis dr Manny. Selain vitamin, tubuh juga memerlukan asupan protein yang
cukup sebagai bahan baku untuk memperbaiki luka. Hal ini bisa tercapai karena
protein asam amino bisa memiliki peran meregenerasi sel-sel yang rusak.

3. Diabetes
Karena kandungan gula dalam darah yang tinggi, orang dengan diabetes
lukanya dapat lebih lama sembuh. Ini karena gula tinggi punya dampak negatif
terhadap sirkulasi darah dan kerja sistem imun. Selain itu orang dengan diabetes
juga bisa mengalami kerusakan saraf membuat diri jadi sulit untuk merasakan
sakit. Karena tidak merasa sakit seseorang bisa jadi tidak tahu kalau ada
sesuatu yang menyakiti tubuhnya hingga berujung pada lebih banyak luka.
4. Pengaruh obat
Kadang kala efek samping dari obat-obatan bisa jadi penyebab mengapa
luka di tubuh jadi lebih lama sembuh. Sebagai contoh obat kemoterapi dan
radioterapi dapat mengganggu kerja sistem imun yang berdampak pada proses
penyembuhan luka. Obat antibiotik dapat membunuh bakteri baik sehingga risiko
infeksi pada luka dapat meningkat. Terakhir obat antiradang juga bisa
mengganggu peradangan yang diperlukan dalam proses penyembuhan luka.
5. Sirkulasi darah buruk
Bagaimana luka bisa sembuh pada dasarnya karena peran darah merah
membawa apa yang dibutuhkan untuk sel-sel baru tumbuh. Oleh sebab itu bila
seseorang memiliki sirkulasi darah yang buruk di area luka maka proses
penyembuhan juga jadi akan lebih lama. Kondisi seperti diabetes, penyumbatan
arteri, penggumpalan darah, hingga obesitas dapat jadi penyebab buruknya
sirkulasi darah.
6. Ulkus kulit
Ulkus kulit atau oleh orang awam disebut eksim basah merupakan luka yang
disebabkan oleh tekanan berlebih. Bila seseorang misalnya tidak bisa bangun
dari tempat tidur untuk waktu yang lama maka akan ada tekanan pada bagian
tubuh yang bersentuhan langsung dengan kasur. Tekanan tersebut dapat
menyebabkan munculnya luka dengan tingkat keparahan tertentu. Bila luka
masih ringan maka bisa sembuh dengan sendirinya, namun bila sudah berat
dibutuhkan pengobatan medis.

7. Minum alcohol
Satu studi tahun 2014 yang dipublikasi di jurnal Alcoholism: Clinical and
Experimental Research menyebut bahwa konsumsi alkohol juga bisa
memperlambat penyembuhan luka. Alasannya karena orang yang sering minum-
minum dapat pengurangan sel darah putih yang berperan melawan infeksi.
Karena minim sel darah putih maka risiko infeksi pun akan meningkat secara
signifikan.

H. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka.


Faktor-faktor ini secara garis besar dibagi menjadi 2 kelompok yaitu factor
lokal dan faktor sistemik (Grabbs dan Smith’s, 2006) :
Faktor-faktor ini secara garis besar dibagi menjadi 2 kelompok yaitu factor
lokal dan faktor sistemik (Grabbs dan Smith’s, 2006) :
1. Faktor lokal meliputi besarnya luka, jenis jaringan yang mengalami
luka, lokasi, bersih dan kotornya luka (kontaminasi) serta kecepatan
penatalaksanaannya.
2. Faktor sistemik meliputi keadaan umum penderita beserta kelainan
kronik sebelumnya yang telah di derita, keadaan gizi, penyakit sistem
imun, infeksi bakteri, usia, diabetes, kanker, penyakit genetik, terapi
kemoterapi, konsumsi rokok dan alkohol.

I. Perawatan Luka Operasi dengan Mengganti Balutan


Selain mencegah infeksi dan komplikasi lain akibat operasi, memahami cara
perawatan luka operasi yang benar juga diperlukan untuk memaksimalkan hasil
operasi. Hal ini karena hasil operasi tidak hanya ditentukan oleh keberhasilan
tindakan operasi saja, namun juga oleh perawatan luka setelah operasi

Perawatan Luka Operasi yang Perlu Diketahui Berikut ini adalah berbagi perawatan
luka operasi yang bisa dilakukan:
1. Luka operasi jangan sampai terkena air
Salah satu perawatan luka operasi yang perlu dilakukan adalah menjaga luka
operasi agar tidak terkena air. Luka operasi tidak boleh terkena air pada 24 jam
pertama setelah operasi. Oleh karena itu, Anda disarankan untuk tidak mandi
pada hari pertama. Untuk membersihkan tubuh, Anda dapat menyekanya
menggunakan kain atau spons.
Pada jenis operasi tertentu, Anda mungkin diperbolehkan untuk mandi pada
hari kedua. Namun, Anda akan disarankan mandi dengan shower agar lebih
mudah mengatur arah air menjauhi daerah luka operasi. Hal ini perlu dilakukan
karena luka operasi yang basah dapat terbuka kembali. Anda juga tidak
diperkenankan untuk berenang atau berendam hingga jahitan dilepas. Bila perban
basah dan luka operasi terkena air, Anda perlu mengganti perban dan
mengeringkan luka dengan handuk yang kering. Tanyakan pada dokter apakah
Anda perlu mengenakan perban yang tahan air.
2. Ganti Perban Penutup Luka Operasi secara Berkala
Perban digunakan untuk membantu melindungi luka operasi dari cedera luar
dan memberikan kesempatan pada luka untuk sembuh lebih cepat. Akan tetapi,
perban perlu diganti secara berkala. Dokter bedah akan memberitahu Anda kapan
dan bagaimana cara mengganti perban.
Berikut ini adalah langkah yang perlu dilakukan saat mengganti perban:
Pertama, jangan menggunakan perhiasan di jari dan tangan selama
mengganti perban dan jauhkan hewan peliharaan jika Anda memeliharanya.
Cuci tangan Anda dengan air mengalir dan sabun sebelum dan setelah mengganti
perban, serta gunakan sarung tangan untuk membuka perban. Anda dapat
membasahi perban dengan air bersih sebelum dibuka supaya memberikan rasa
nyaman saat perban ditarik. Namun, tanyakan hal ini terlebih dahulu kepada
dokter bedah Anda.
Setelah perban dibuka, Anda dapat membersihkan luka operasi dan kulit di
sekitar luka dengan kain kasa yang telah direndam dalam cairan infus garam.
Usap secara perlahan dan lembut.
Jangan menggunakan sabun antibakteri atau cairan antiseptik lainnya, seperti
alkohol atau povidone iodine. Cairan-cairan tersebut justru dapat menunda
penyembuhan atau bahkan merusak kulit. Jangan mengoleskan krim, larutan,
atau serbuk obat herbal apa pun pada saat melakukan perawatan luka operasi,
kecuali bila diizinkan oleh dokter.
Terakhir, keringkan luka dengan kain kasa atau kain lembut yang bersih dan
kering. Saat mengganti perban, jangan lupa untuk memperhatikan luka operasi.
Infeksi luka operasi biasanya dapat terjadi dalam satu bulan pertama setelah
operasi. Beberapa tandanya adalah luka operasi berwarna merah dan
mengeluarkan nanah, serta daerah di sekitar luka menjadi bengkak, hangat, dan
nyeri. Segera konsultasikan ke dokter bedah bila Anda mengalami keluhan
tersebut. Perlu diketahui, infeksi luka operasi juga bisa disertai dengan demam.
3. Jahitan agar Tidak Robek
Perawatan luka operasi di perut perlu mendapat perhatian khusus karena luka
tersebut paling rentan untuk robek dibandingkan luka operasi di bagian tubuh lain.
Hal ini karena tekanan di dalam perut sering kali meningkat, misalnya akibat
batuk, bersin, atau mengejan saat buang air besar (BAB). Untuk mencegah
robeknya jahitan luka operasi di perut, Anda dapat melakukan beberapa cara di
bawah ini:

Bila Anda ingin bersin, batuk, atau muntah, pegang bantal dengan lembut
tetapi kuat di atas luka operasi. Tindakan ini perlu dilakukan pada minggu-minggu
pertama setelah operasi..

Tingkatkan konsumsi serat dalam makanan Anda dan berkonsultasilah dengan


dokter bila Anda mengalami sembelit setelah operasi. Dokter dapat memberikan
obat pencahar kepada Anda.

Sedangkan secara umum, tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah


robeknya luka jahitan di bagian tubuh mana pun adalah: Jangan menggaruk luka
operasi meskipun terasa gatal, sebab tindakan tersebut berisiko menyebabkan
benang jahitan terlepas. Hindari olahraga yang dapat menyebabkan tekanan pada
area jahitan luka, misalnya bermain sepak bola, bulu tangkis, atau olahraga berat
lainnya.

4. Kapan Jahitan Perlu Dilepas?

Waktu pelepasan jahitan ditentukan berdasarkan lokasi luka operasi. Berikut


ini adalah waktu pelepasan jahitan berdasarkan lokasi luka operasi:

Wajah: 3-5 hari


Kulit kepala dan lengan: 7-10 hari

Dada, perut, tangan, dan tungkai: 10-14 hari

Telapak tangan dan kaki: 14-21 hari Sedangkan jahitan di daerah persendian

memerlukan waktu yang lebih lama untuk lepas jahitan.

Dengan menerapkan cara perawatan luka operasi yang tepat dan mengikuti
anjuran dokter, hasil operasi akan optimal dan kemungkinan untuk terjadinya
komplikasi setelah operasi akan lebih kecil. Jangan ragu untuk menghubungi
dokter, jika Anda menemui kendala selama melakukan perawatan luka
operasi.

J. Mengangkat dan Mengambil Jahitan Luka

Mengangkat jahitan :

Duduklah di tempat dengan pencahayaan memadai. Anda harus dapat melihat


setiap jahitan luka dengan jelas untuk bisa mengangkatnya dengan baik. Jangan
mencoba mengangkat jahitan itu di tempat yang terlalu gelap atau Anda akan
melukai diri sendiri.

- Angkat simpul pertama. Gunakan pinset untuk menarik lembut simpul jahitan
pertama di permukaan kulit Anda.

- Potong jahitan. Dengan menahan simpul tadi di atas kulit Anda, gunakan tangan
Anda yang lain untuk menggunting dan memotong jahitan di samping simpul.

- Tarik benang. Gunakan pinset untuk terus mengangkat simpul dan pelan-pelan
tarik benang ke luar melalui kulit Anda. Anda mungkin akan merasakan sedikit
tekanan pada kulit Anda, tetapi seharusnya tidak akan sakit. Jika kulit mulai
berdarah saat Anda mencoba mengangkat jahitan, maka jahitan Anda belum
siap untuk dilepas. Hentikan apa yang sedang Anda lakukan dan pergilah ke
dokter untuk mengangkat jahitan yang masih tersisa. Hati-hati, jangan menarik
simpul melalui kulit Anda. Simpul ini dapat tersangkut pada kulit dan
menyebabkan pendarahan.

- Teruslah mengangkat jahitan. Gunakan pinset untuk mengangkat simpul,


kemudian potong dengan gunting. Tarik benang ke luar dan buang. Teruskan
hingga seluruh jahitan terlepas.

- Bersihkan luka. Pastikan tidak ada residu yang tersisa pada area luka. Jika Anda
ingin, Anda dapat membalut luka tersebut dengan perban steril untuk
kesembuhan lebih lanjut.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat kami simpulkan bahwa : Luka adalah terputusnya
kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau pembedahan. Luka
merupakan rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat
substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ada faktor tertentu yang mempengaruhi
proses penyembuhan luka. Dan dibutuhkan keahlian khusus dalam melakukan
perawatan luka, agar luka dapat segera disembuhkan.
B. Saran
Sebaiknya dalam perawatan luka dilakukan dengan cara yang benar sesuai
dengan prosedur. Peralatan yang steril dan kemampuan yang bisa
dipertanggungjawabkan. Agar luka tidak bertambah parah dan cepat disembuhkan.
Untuk pemerintah daerah sebaiknya mengadakan sosialisasi kepada masyarakat
awam tentang pentingnya merawat luka agar meminimalisasi terjadinya penularan
penyakit yang disebabkan oleh luka yang tidak dirawat dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

adi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika

Bobak, K. Jensen. 2005. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S. 2000. Pedoman Tindakan Medik dan
Bedah. Jakarta: EGC.

Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi Operasi.
Yogyakarta: Sahabat Setia.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai