ASUHAN KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
Kami dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini,
oleh karena itu kami sangat menghargai akan saran dan kritik unutk membangun makalah ini
lebih baik lagi, demikian yang dapat kami sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui domain diagnosa berdasarkan nanda
2. Untuk mengetahui aplikasi nic noc dalam keperawatan
3. Untuk mengetahui definisi AIDS
4. Untuk mengetahui etiologi AIDS
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada klien AIDS
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien HIV AIDS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.10 Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human
immunodeficiencyvirus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai
retrovirus dandisebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus
baru yangdiberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen
dibandingkaandengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV
2.11 Klasifikasi
Klasifikasi Klinis Infeksi HIV Pada Orang Dewasa Menurut WHO
2.13 Patofsikologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel
yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi
dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus
( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4,
dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel
T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency
Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan
banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer
penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi. Virus
HIV dengan suat u enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan
pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat
double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4
sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim
inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai
antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan
oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4
helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing,
mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit
T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap
infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang
biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk
menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius. Dengan menurunya
jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah secara progresif.
Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel
T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama
bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar
1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml
darah, 2-3 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-
gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4
kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus
berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis
mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah,
atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
2.14 Penatalaksanaan
Penyakit AIDS belum di temukan cara penyembuhanya, yang perlu di
lakukan adalah pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk
mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa
dilakukan dengan :
1. Melakukan hubungan kelamin/sex dengan pasangan yang tidak
terinfeksi.
2. Melakukan pemeriksaan 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang
tidak terlindungi.
3. Menggunakan alat kontrasepsi atau pelindung jika berhubungan
dengan orang yang tidak jelas status HIV nya.
4. Tidak melakukan pertukaran jarum suntik,jaru tato,dan sebagainya.
5. Melakukan pencegahan infeksi ke bayi baru lahir atau janin.. Jika
terinfeksi HIV, maka pengendaliannya yaitu:
a) Terapi Infeksi Opurtunistik terapi ini bertujuan
menghilangkan, pemulihan pengendalian infeksi ,
nasokomial, sepsis atau opurtunistik. Melakukan
pengendalian inveksi yang aman untuk pencegahan
kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus
dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
b) Terapi AZT (Azidotimidin) Disetujui FDA (1987) untuk
penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS,
obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim
pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang
jumlah sel T4 nya < >3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien
dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif
asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
c) Terapi Antiviral Baru Beberapa antiviral baru yang
meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat
replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada
prosesnya. Obat-obat ini adalah :
1) Didanosine
2) Ribavirin
3) Diedoxycytidine
4) Recombinant CD 4 dapat larut
5) Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen
tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus
perawatan kritis dapat menggunakan keahlian
dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk
menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
6) Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat
terlarang, makan-makanan sehat,hindari stress,gizi
yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang
mengganggu fungsi imun.
7) Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat
mengaktifkan sel T dan mempercepat reflikasi Human
Immunodeficiency Virus (HIV).
BAB III
PENUTUP
3.1KESIMPULAN
Definisi Kondisi pasien, perilaku dan persepsi yng diukur untuk melihat
respon terhadap intervensi keperawatan. Setiap Outcome mempunyai definisi,
skala pengukuran, indicator sesuai konsep dan referensi terkait.
3.2 SARAN
Dengan menggunakan panduan nanda, nic dan noc akan mempermudah
untuk melakukan asuhan keperawatan kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Butcher, Howard K.; Bulechek, Gloria M.; Dochterman, Joanne M. McCloskey; Wagner,
Cheryl. Nursing Interventions Classification (NIC) - E-Book (Kindle Locations 3583-3589).
Elsevier Health Sciences. Kindle Edition.
Moorhead, Sue; Johnson, Marion; Maas, Meridean L.; Swanson, Elizabeth. Nursing Outcomes
Classification (NOC) - E-Book: Measurement of Health Outcomes (Kindle Locations 2205-
2206). Elsevier Health Sciences. Kindle Edition.