Disusun oleh :
1. Viola Andriana (NIM:152111047)
2. Conny Arvilla Deaz (NIM: 152111011)
3. Muchlis (NIM :152111030)
DOSEN PEMBIMBING :
Zakiah Rahman,S.Kep.Ns,M.Kep
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya keepada kita semua. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarganya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbats. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi
untuk masa mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................................ 1
1.1................................................................................................................... Latar Belakang
............................................................................................................................................... 1
1.2..........................................................................................................................Rumusan Masalah
............................................................................................................................................................ 2
1.3........................................................................................................................................... Tujuan
............................................................................................................................................................ 2
BAB I
PENDAHULUAN
Hematologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang darah dan bagian penyusun darah.
Pemeriksaan hematologi merupakan salah satu pemeriksaan yang sering dilakukan di
laboratorium-laboratorium. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan eritrosit(sel darah merah),
trombosit (platelet/keping darah), leukosit (sel darah putih), LED (laju endap darah), Hb
(hemoglobin), hematokrit dan masih banyak lagi. Pemeriksaan hitung sel darah merah
(eritrosit) merupakan pemeriksaan yang paling sering diminta klinisi. Hal ini dikarenakan
peranan sel darah merah dalam upaya penegakkan diagnosis, memberikan terapi, gambaran
prognosis, dan follow up seorang pasien (Wijaya K. 2006). Laboratorium sebagai penunjang
diagnosis, dituntut untuk dapat memberikan hasil yang akurat atau memberikan hasil yang
dapat mendeteksi kondisi pasien yang sebenarnya, karena dengan hasil yang didapat akan
dapat ditegakkan diagnosis dan diberikan tindakan serta terapi terhadap pasien tersebut.
Pemeriksaan laboratorium selalu melalui beberapa tahapan dalam penentuan hasil agar dapat
dipercaya, yakni tahapan pra-analitik, analitik dan pasca-analitik. Tahap pra-analitik
pemeriksaan laboratorium meliputi persiapan pasien, pengambilan sampel dan
penanganannya termasuk pemberian antikoagulan dalam hal ini ialah EDTA
(ethylenediaminetetraacetic acid) merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan untuk
mendapatkan hasil yang terpercaya (Wijaya, K. 2006). Pemberian volume EDTA dengan
volume darah yang tidak tepat akan memberikan hasil yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Terutama dalam hal pempipetan EDTA 10%. Pemakaian antikoagulan tidak boleh kurang
dari yang ditentukan karena darah dapat membeku dan bila lebih dari yang ditentukan akan
menyebabkan eritrosit mengkerut karena antikoagulan EDTA bersifat hiperosmolar sehingga
hitung jumlah eritrosit dapat menurun karena tidak terhitung oleh alat, terutama pada alat
hematologi yang menggunakan prinsip impedansi elektrik yakni pengukuran berdasarkan
ukuran sel (Wijaya, K. 2006). Kesalahan dalam cara pempipetan selalu terjadi dalam
kegiatan penambahan EDTA ke dalam tabung. Pemipetan seharusnya tegak lurus dan pipet
dalam keadaan kosong sering diabaikan sehingga volume tetesan larutan EDTA 10%
terkadang lebih dan juga kurang dari volume yang sudah ditetapkan menjadi tidak tepat. Pada
kenyataannya pipet yang sering digunakan adalah pipet pasteur, dimana 1 tetes pipet pasteur
ialah 50 ul. Untuk itu peneliti ingin melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
apakah ada pengaruh pada hasil jumlah eritrosit dengan pemberian antikoagulan EDTA 10%
dengan variasi volume yang berbeda-beda yakni 40 µ, 50 µ dan 60 µ karna sesuai dengan
teori dan ketentuan dari National Committe for Clinical Laboratory Standars (NCLLS)
bahwa Pemeriksaan hematologi perbandingan darah dengan EDTA adalah 1:1 artinya 1-1,5
mg EDTA/ml darah. Sampel darah 3 ml dibutuhkan 4,5 mg serbuk EDTA, bila diberikan
dalam bentuk larutan 10% dibutuhkan 45 µ.
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada dapat dirumuskan masalah yang akan dikaji
pada penelitian ini adalah apakah ada pengaruh volume antikoagulan EDTA 10%
terhadap jumlah eritrosit dengan menggunakan metode automatik?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Darah Sistem
Hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk sumsum tulang dan
nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ yang lain karena berbentuk
cairan. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat
menjalankan fungsinya sebagai pembawa oksigen (oxygen carrier), mekanisme pertahanan tubuh
terhadap infeksi dan mekanisme hemostasis (Handayani, 2019). Darah merupakan jaringan yang
terdiri dari dua komponen, plasma dan sel darah (korpuskili). Plasma merupakan komponen
intraseluler yang berbentuk cair dan berjumlah sekitar 55% dari volume darah, sedangkan sel
darah merupakan komponen padat yang terdapat di dalam plasma darah yang terdiri dari sel
eritrosit (sel darah merah), leokosit (sel darah putih), dan trombosit (bekuan darah) dengan
jumlah 45% dari volume darah (Evelyn C, 2019). Darah arteri berwarna merah terang, itu
menandakan bahwa darah teroksigenasi dengan baik. Sementara darah vena berwana gelap
karena kuranng teroksigenasi. Darah mengalir 4-5 kali lebih lamban dibanding air karena darah
4- 5 kali lebih kental dari pada air. Berat jenis darah bervariasi berkisar anatara 1,054-1,065,
suhu darah adalah 38o celcius dan pHnya adalah 7,38. Volume darah dalam tubuh berkisar 8%
dari berat badan, rata-rata mendekati 5-6 liter (Syaifuddin, 2018).
Termasuk dalam kesatuan cairan ekstra seluler, dengan volumenya kira-kira 5% dari berat badan.
Susunan plasma terdiri dari 91,0% air, 8,0% protein (albumin, globulin, protombin dan
fibrinogen), mineral 0,9% (kalsium, fosfor, magnesium, besi dan lainnya) dan 0,1% diisi oleh
sejumlah bahan organik seperti glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kolestrol dan asam
amino. Plasma darah juga berisi hormon-hormon, enzim dan antibodi (Pearce, 2020).
Protein dalam plasma darah terditi atas :
B. Eritrosit
Eritrosit atau Sel darah merah adalah sel yang memiliki fungsi khusus
mengangkut oksigen ke jaringan-jaringan tubuh dan membantu pembuangan karbon
dioksida dan proton yang dihasilkan oleh metabolisme jaringan tubuh. Masa hidup
eritrosit ialah 120 hari sejak dibentuk di jaringan hematopoietik (Kiswari R, 2014).
Pembentukannya diatur oleh eritropoietin, suatu hormon yang di sintesis di ginjal,
kemudian keluar ke aliran darah menuju sumsum tulang sebagai respons terhadap
adanya hypoxia jaringan. Dalam sumsum tulang selanjutnya terjadi mobilisasi sel
stem multipoten. Dalam perkembangannya sel stem multipoten ini akan membentuk
progenitor myeloid yang kemudian akan menghasilkan calon sel darah merah dan
trombosit serta granulosit dan monosit. Semua proses ini berlangsung di sumsum
tulang sebelum akhirnya lepas ke sirkulasi darah perifer dalam bentuk sel dewasa
yang telah masak (Sofro M, 2018).
Double oxalat adalah antikoagulan campuran antara ammonium oxalat dan kalium oxalat.
Ammonium oxalat dapat menyebabkan eritrosit menjadi bengkak, sedangkan kalium oxalat
dapat menyebabkan eritrosit menjadi mengerut, oleh sebabi itu dibuatlah double oxalat sehingga
tidak berpengaruh pada eritrosit dengan perbandingan. 3:2 untuk ammonium oxalat dan kalium
oxalat.
3,8% Natrium sitrat bersifat mudah larut dalam air terutama air mendidih namun tidak dapat
larut dalam etanol 95%. Natrium sitrat dalam darah akan mengikat ion kalsium menjadi
kompleks kalsium sitrat. Natrium sitrat yang digunakan dalam bentuk larutan dengan konsentrasi
3,8% yang digunakan untuk pemeriksaan proses pembekuan darah (koagulasi) dan agregasi
trombosit meggunakan perbandingan volume 1:9 antikoagulan dan darah.
2.3.5. Dextrosa
5% Dextrosa dengan nama kimia D- glukosa monohidrat. Biasanya didapat dari hidrolisis pati
dan bentuk kristal tak berwarna atau bubuk kristal atau granular putih. Nama generiknya adalah
Dextrose, dengan komposisi glukosa anhidrous dalam air untuk injeksi. Larutan dijaga pada pH
antara 3,5 sampai 6,5 dengan Natrium bikarbonat. Larutan dextrose 5% bersifat iso-osmosis
dengan darah. larutan dextrosa 5% merupakan larutan isotonik. Larutan isotonik merupakan
suatu cairan/ larutan yang mimiliki osmolalitas sama atau mendekati osmolalitas plasma.
2.3.6. Heparin
Heparin adalah antikoagulan yang berdaya seperti antitrombin dan tidak berpengaruh terhadap
sel darah. Heparin dapat digunakan dalam bentuk larutan maupun dalam bentuk kering.
Kelebihan dari heparin adalah tiap 1 mg dapat mencegah pembekuan sebanyak 10 mL darah.
Kekurangan heparin adalah antikoagulan ini jarang digunakan dalam praktek keseharian karena
harganya yang mahal (Gandasoebrata. 2017).
Perkembangan teknologi di bidang hematologi telah menciptakan alat hitung sel darah otomatis
yang sangat membantu pemeriksaan rutin. Hematology analyzer adalah unit tunggal yang
meliputi suatu penganalisis specimen yang berisi perangkat keras untuk aspirrasidilusi dan
menganalisa setiap specimen darah secara keseluruhan serta bagian modul data yang meliputi
computer, monitor, keyboard, printer dan disk drives. Hematology analyzer mampu menghemat
waktu pemeriksaan, ketepatan hasil dan keteitian yang baik, reproduksibilitas yang tinggi
seingga beban kerja menjadi lebih efisien, diagnosis lebih cepat dan pengobatan juga akan tepat.
Namun cara manual tetap tidak dapat ditinggalkan sepenuhnya karena pada keadaan tertentu ara
manual masih merupakan metode rujukan.
Darah Vena
Pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang membawa darah rendah oksigen
(teroksigenasi atau miskin oksigen) kecuali pada vena paru, yang membawa darah beroksigen
dari paru-paru kembali ke jantung. Pembuluh darah vena merupakan kebalikan dari pembuluh
darah arteri yaitu berfungsi membawa darah kembali ke jantung
2.1 Anemia
2.1.1 Definisi Anemia
Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah atau yang biasa disebut dengan eritrosit
dalam sirkulasi darah atau hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai
pembawa oksigen ke seluruh jaringan (Astuti & Ertiana, 2018). Anemia didefinisikan suatu
keadaan kadar hemoglobin di dalam darah lebih rendah dari rentang normal sesuai dengan umur
dan jenis kelamin. (Adriani & Wijatmadi, 2017). Anemia merupakan istilah yang menunjukkan
rendahnya sel darah merah dan kadar hematocrit di bawah nilai normal. Anemia bukan
merupakan penyakit tetapi merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan
fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin
sebagai mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Wijaya & Putri, 2020).
Klasifikasi Anemia
Berdasarkan faktor morfologik SDM dan indeksnya, antara lain (Wijaya & Putri, 2020). 1.
Anemia Makroskopik atau Normositik Makrositik Memiliki SDM lebih besar dari normal
(MCV>100) tetapi normokromik konsentrasi hemoglobin normal (MCHC normal). Keadaan ini
disebabkan terganggunya atau terhentinya sitesis asam deoksibonukleat (DNA) yang ditemukan
pada defisiensi B12, asam folat, dan pada pasien yang mengalami kemoterapi kanker disebabkan
agen-agen menggangu sintesis DNA.
Tanda dan gejala
Menurut (Handayani & Haribowo, 2018) tanda dan gejala anemia yaitu:
1. Gejala umum pada anemia Gejala umum anemia disebut sindrom anemia. Gejala umum
anemia merupakan gejala yang timbul pada semua anemia pada kadar hemoglobin yang
sudah menurun di bawah nilai normal. Gejala-gejala tersebut diklasifikasikan menurut organ
yang terkena:
a. Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak nafas, saat beraktivitas,
gagal jantung
b. Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang, kelemahan otot,
iritabilitasi, lesu, serta perasaan dingin pada akstermitas
c. Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun
d. Epitel: warna kulit pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, rambut tipis dan
halus
2. Gejala khas masing-masing anemia Gejala khas menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia
adalah:
1. Kelelahan
Kelelahan adalah gejala paling umum akibat kurang darah. Namun, kelelahan yang jadi ciri-ciri
anemia sedikit berbeda dengan kelelahan biasa.Kelelahan atau kecapekan terjadi karena tubuh
Anda kekurangan hemoglobin.Hemoglobin merupakan protein khusus yang berfungsi untuk
mengikat oksigen dan mengangkutnya ke seluruh tubuh lewat bantuan sel darah merah.
2. Kulit pucat
Kulit pucat adalah salah satu ciri-ciri umum dari anemia. Hemoglobin adalah pemberi warna
merah pada darah. Jaringan kulit itu sendiri memiliki banyak pembuluh darah kecil. Rona kulit
kita sedikit banyak dipengaruhi oleh sirkulasi darah yang lancar. Itu sebabnya ketika kadar
hemoglobin rendah, kulit dapat berwarna pucat.Warna kulit pucat sebagai gejala kurang darah
dapat terlihat pada seluruh bagian tubuh, atau bagian tertentu saja.
Sensasi pusing atau kliyengan seperti terasa berputar yang muncul tiba-tiba bisa menjadi gejala
anemia. Penyebabnya pun sama, yaitu karena tubuh kekurangan persediaan hemoglobin yang
cukup. Selain bertugas untuk memberi warna merah pada darah, hemoglobin berfungsi untuk
membawa oksigen dan nutrisi ke sekujur tubuh. Ketika kadar hemoglobin rendah, pasokan
oksigen mungkin tidak dapat sampai ke otak. Itu sebabnya, Anda merasakan pusing, terutama
saat berdiri dari duduk atau berbaring.
4. Sesak napas
Kurangnya kadar hemoglobin di dalam darah berimbas pada kurangnya pasokan oksigen ke
seluruh tubuh. Kondisi ini membuat otot tak mendapat cukup oksigen untuk bisa melakukan
aktivitas normal sehari-hari, seperti berjalan, naik turun tangga, hingga saat berolahraga ringan.
Ketika kadar oksigen tak mencukupi, laju pernapasan menjadi meningkat. Ini merupakan salah
satu cara tubuh untuk bisa mendapatkan oksigen yang mencukupi. Namun, semakin paru-paru
bekerja keras untuk menampung oksigen, dada akan terasa sesak meski hanya melakukan
aktivitas ringan.
5. Jantung berdebar
Ciri-ciri anemia akibat kekurangan zat besi umumnya menimbulkan sensasi jantung berdebar
kencang, yang disebut palpitasi.
Minimnya kadar hemoglobin dalam darah membuat jantung harus bekerja ekstra keras untuk
mengalirkan darah beroksigen. Itu sebabnya, jantung berdetak lebih cepat dan kencang karena
berusaha memompa oksigen.
Anemia Mikrositik
Anemia Hipokromik mikroskotik, Mikroskotik adalah sel kecil, hipokronik adalah pewarna
yang berkurang. Sel-sel ini mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari jumlah
normal, keadaan ini menyebabkan kekurangan zat besi seperti anemia pada defisiensi besi,
kehilangan darah kronis dan gangguan sintesis globin.
1. Anemia pasca pendarahan Terjadi akibat pendarahan massif seperti kecelakaan, operasi dan
persalinan dengan pendarahan
2. Anemia defisiensi Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah Hasil Penelitian di bagian
Ilmu Kesehatan Anak penyebab anemia defisiensi besi menurut umur adalah:
Persediaan besi kurang karena berat badan lahir rendah atau lahir kembar
Malabsorbsi
Kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan karena infeksi parasite dan diverticulum meckeli 3)
Anak berumur 2-5 tahun
Kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan karena infeksi parasite dan diverticulum meckeli
Kehilangan berlebihan karena pendarahan antara lain akibat infestasi parasit dan poliposis
5) Usia remaja-dewasa
Anemia Aplastik
Terjadi karena terhentinya pembuatan sel darah sumsum tulang atau kerusakan sumsung
tulang. Hasil Penelitian di bagian Ilmu Kesehatan Anak penyebab anemia menurut umur
adalah :
a. Bayi di bawah umur 1 tahun
Persediaan besi kurang karena berat badan lahir rendah atau lahir kembar
b. Anak berumur 1-2 tahun
Masukan besi yang kurang karena tidak mendapat makanan tambahan
Kebutuhan meningkat akibat infeksi berulang
Malabsorbsi
Kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan karena infeksi parasite dan diverticulum
meckeli c. Anak berumur 2-5 tahun
Masukan besi kurang karena jenis makanan
Anatomi darah
(dedepatologicklinik.jpg)
(cancer.umn.edu)
Fisiologi Darah
manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang
diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi,
mengangkut zat-zat sisa metabolisme dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun
yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon- hormon dari sistem
endokrin juga diedarkan melalui darah. Darah manusia berwarna merah, antara merah terang
apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah
disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan 38 (respiratory protein) yang mengandung besi
dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Manusia
memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan
disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paruparu untuk melepaskan
sisa metabolisme berupa karbondioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh darah aorta.
Darah mengedarkan oksigen melalui pembuluh darah pulmonalis, lalu dibawa lagi ke jantung
melalui vena pulmonalis. Darah juga mengangkut bahanbahan sisa metabolisme obat-obatan dan
bahan kimia asing ke hati untuk dibuang sebagai urine.
Komponen darah manusia terdiri dari dua komponen: Korpuskular adalah unsur padat darah
yaitu sel-sel darah eritrosit, leukosit, dan trombosit.
1) Eritrosit (sel darah merah)
Sel ini berbentuk cakram bikonkav, tanpa inti sel, berdiameter 7-8 mikrometer. Eritrosit
mengandung hemoglobin, yang memberinya warna merah.Hemoglobin (Hb) adalah protein
kompleks terdiri atas protein, globin, dan pigmen hem (besi). Jadi besi penting untuk Hb. Besi
ditimbun di jaringan sebagai ferritin dan hemosiderin. Eritrosit dibentuk di sumsum tulang
merah, dari proeritroblas, kemudian normoblas.Keduanya masih memiliki inti. Normoblas
kehilangan intinya dan masuk peredaran darah sebagai 39 eritrosit dewasa .Fungsi utama sel
darah merah adalah untuk mentransfer hemoglobin, yang selanjutnya membawa oksigen dari
paru-paru ke jaringan.
Sel darah merah merupakan cakram biconkav yang mempunyai garis tengah rata-rata sekitar 8
mikron, tebalnya 2 mikron dan di tengahnya mempunyai tebal 1 mikron atau kurang, bentuk sel
normal adalah suatu ”kantong” yang dapat berubah menjadi hampir semua bentuk karena sel
normal mempunyai membran, dan akibatnya tidak merobek sel seperti yang akan terjadi pada
sel-sel lainnya. Pada laki-laki normal, jumlah rata-rata sel darah merah permili liter kubik adalah
5.200.000 dan pada wanita normal 4.700.000. Jumlah hemoglobin dalam sel dan transfor
oksigen, bila hematokrit (prosentase darah yang berupa sel darah merah norma) darah
mengandung rata-rata 15 gram hemoglobin. Tiap gram hemoglobin mampu mengikat kira-kira
1.39 ml oksigen. Oleh karena itu, pada orang normal lebih dari 20 ml oksigen dapat diangkut
dalam ikatan dengan hemoglobin dalam tiap-tiap 100 ml darah.
Faktor utama yang dapat merangsang produksi sel-sel darah merah adalah hormon di dalam
sirkulasi yang disebut sebagai eritropoetin, yang merupakan suatu glikoprotein. Pada orang
normal 90 sampai 95 persen dari seluruh eritropoietin di bentuk di dalam ginjal. Namun sampai
sekarang belum pasti di bagian ginjal yang mana. Jumlah yang dapat 40 diekstraksikan dari
bagian korteks ginjal ternyata jauh lebih banyak dari pada yang bagian medulla.
4) Plasma darah
Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin, dan fibrinogen, cairan yang tidak
mengandung unsur fibrinogen 42 disebut serum darah. Protein dalam serum inilah yang
berfungsi sebagai antibodi terhadap adanya benda asing (antigen). Zat antibodi adalah senyawa
gama yang disebut globulin. Tiap antibodi bersifat spesifik terhadap antigen dan reaksinya
bermacam - macam. a) Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen disebut presipitin. b)
Antibodi yang dapat menguraikan antigen adalah lisin. c) Antibodi yang dapat menawarkan
racun adalah antitoksin
Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel darah
merah secara berlebihan. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat
hilang melalui pendarahan destruksi, dapat mengakibatkan defek sel merah yang tidak sesuai
dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Pecah atau
rusaknya sel darah merah terjadi terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah
bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel merah atau hemolisis
segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal kurang lebih 1
mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera). Apabila sel darah merah
mengalami penghancuran dalam sirkulasi (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan
muncul dalam plasma hemoglobinemia. Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (Protein pengikat hemoglobin yang terlepas dari sel darah merah yang telah
rusak) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan
kedalam urin (hemoglobinuria).
Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang paling sering menyerang anak-anak, bayi cukup
bulan yang lahir dari ibu nonanemik dan bergizi baik, memiliki cukup persediaa zat besi sampai
berat badan lahirnya menjadi dua kali lipat pada umumnya saat berusia 46 bulan. Sesudah itu zat
besi harus tersedia dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan anak. Jika asupan zat besi dari
makanan tidak mencukupi maka terjadi anemia defisiensi zat besi. Hal ini paling sering terjadi
karena pengenalan makanan padat yang terlalu dini (sebelum usia 4-6 bulan) dihentikannya susu
formula bayi yang mengandung zat besi atau ASI sebelum usia 1 tahun dan minum susu sapi
berlebihan tanpa tambahan makanan pada kaya besi. Bayi yang tidak cukup bulan, bayi dengan
perdarahan perinatal berlebihan atau bayi dari ibu yang kurang gizi dan kurang zat besi juga
tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat. Bayi ini berisiko lebih tinggi menderita anemia
defisiensi besi sebelum berusia 6 bulan. Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena
kehilangan darah yang kronik. Pada Bayi terjadi karena perdarahan usus kronik yang disebabkan
oleh protein dalam susu sapi yang tidak tahan panas. Pada anak sembarang umur kehilangan
darah sebanyak 1-7 ml dari saluran cerna setiap hari menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
Pada remaja putri anemia defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena menstruasi yang
berlebihan. Anemia aplastik diakibatkan karena rusaknya sumsum tulang. Gangguannya berupa
berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik
(sel-sel sumsum tulang yang memproduksi sel darah merah, sel darah putih, dan kepingan darah)
dalam sumsum tulang. Aplasia dapat terjadi hanya pada satu, dua atau ketiga sistem hemopoetik
(eritropoetik, granulopoetik dan trombopoetik). Aplasia hanya mengenai sistem eritropoetik
disebut eritroblastopenia (anemia hipoplastik). Aplasia mengenai sistem granulopoetik disebut
agranulosistosis (Penyakit Schultz), dan aplasia mengenai system rombopoetik disebut
amegakariositik trombositopenik (ATP). Bila mengenai ketiga-tiga sistem disebut panmieloptisis
atau lazimnya disebut anemia aplastik. Kekurangan asam folat akan mengakibatkan anemia
megaloblastik. Asam folat merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA (Desoxyri bonucleic
acid) dan RNA (Ribonucleid acid), yang penting sekali untuk metabolisme inti sel dan
pematangan sel.
Manifestasi Klinis
Sistem organ yang dapat terkena anemia dapat menimbulkan manifestasi klinis yang luas
tergantung pada usia, mekanisme kompensasi, kecepatan timbulnya anemia, tingkat aktivitasnya,
keadaan penyakit yang mendasari dan beratnya anemia (Wijaya & Putri, 2020). Manifestasi
klinis berdasarkan jenis anemia yaitu: 1. Anemia karena pendarahan Pendarahan akut merupakan
akibat kehilangan darah lebih cepat terjadi karena reflek kardiovaskuler fisiologis berupa
kontraksi arteriola, pengurangan aliran darah. Gejala yang timbul tergantung cepat dan
banyaknya darah yang hilang dan tubuh masih dapat melakukan kompensasi. Kehilangan darah
sebanyak 12-15% akan tampak gejala pucat, takikardi, tekanan darah rendah atau normal.
Kehilangan darah sebanyak 15-20% dapat mengakibatkan tekanan darah menurun dan dapat
terjadi syock yang masih reversible. Kehilangan darah lebih dari 20% dapat menimbulkan syock
yang irreversible dengan angka kematian tinggi. Pendarahan kronik, leukosit
(15.000-20.000/mm³) nilai hemoglobin, eritrosit dan hematocrit rendah akibat hemodelusi
Hematologi Anemia
a. Anemia defisiensi besi (DB) Pucat merupakan tanda yang paling sering, bila hemoglobin
menurun sampai 5g/dl iritabilitas dan anorexia, takikardi dan bising usus menurun. Pada kasus
berat akan mengakibatkan perubahan pada kulit dan mukosa yang progresif seperti lidah yang
halus, terdapat tanda-tanda malnutrisi. Hasil laboratorium hemoglobin 6-10g/dl, trombositosis
(600.000-1.000.000)
b. Anemia defisiensi asam folat Tanda dan gejala pada anemia defisiensi asam folat sama dengan
anemia defisiensi besi. Anemia megaloblastic mungkin dapat ditemukan gejala neurologis
seperti gangguan kepribadian dan hilangnya daya ingat. Gambaran darah seperti anemia
pernisiosa tetapi kadar vitamin B 12 serum normal dan asam folat serum rendah, biasanya
kurang dari 3ng/ml. Menentukan diagnose adalah kadar folat sel darah merah kurang dari
150ng/ml.
c. Anemia hemotolik
a. Anemia hemotolik autoimun Anemia ini bervariasi dari yang anemia ringan sampai dengan
anemia yang berat dan bisa mengancam jiwa. Keluhan pada anemia ini adalah fatigue dapat
terlihat bersama gagal jantung kongestif dan angina. Biasanya ditemukan icterus dan spleno
megali. Jika pasien mempunyai penyakit dasar seperti LES atau Leukimia Limfositik Kronik,
gambaran klinis pasien tersebut dapat terlihat.
Data Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
adalah penunjang diagnostic dalam menentukan diagnosa anemia. Pemeriksaan ini terdiri dari
beberapa pemeriksaan yaitu:
1) Pemeriksaan penyaring (sceening test)
2) Pemeriksaan darah seri anemia
3) Pemeriksaan sumsum tulang
4) Pemeriksaan khusus
a. Pemeriksaan Penyaring Pemeriksaan penyaring pada anemia terdiri dari pengukuran kadar
hemoglobin, hapusan darah tepi, indeks eritrosit. Dari pemeriksaan ini dapat dipastikan adanya
anemia serta jenis morfologik anemia, dan sangat berguna untuk menentukan diagnosis lebih
lanjut.
b. Pemeriksaan darah seri anemia Pemeriksaan darah seri anemia terdiri dari hitungan trombosit,
leukosit, laju endap darah dan hitungan retikulosit. Automatic hematology analyzer yang dapat
memberikan presisi hasil lebih baik.
c. Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan sumsung tulang memberikan informasi mengenai keadaan sistem hematopoiesis.
Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk menentukan diagnosis definitif pada beberapa jenis anemia.
Pemeriksaan sumsung tulang diperlukan untuk diagnosis anemia aplastic, anemia megaloblastic
serta kelainan hematologic.
d. Pemeriksaan khusus Pemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi khusus, seperti pada:
a) Anemia defisiensi besi: serum, TIBC (total iron binding capacity), reseptor transferrin,
protoporfirin eritrosit, saturasi transferrin dan pengecatan besi pada sumsum tulang
b) Anemia megalobastik: Folat serum, tes supresi deoksiuridin, vitamin B12 serum dan test
schilling
c) Anemia hemolitik: test comb, elektroforesis hemoglobin, bilirubin serum
d) Anemia Aplastik: biopsy sumsum tulang Jika diperlukan pemeriksaan non-hematologik
tertentu seperti pemeriksaan faal hati, faal ginjal, atau faal tiroid (Bakta , 2020)
2.1.8 Cara Mengobati dan Pencegahan Anemia
1. Asupan Makanan
Makanan yang kaya zat besi Besi adalah mineral mikro yang paling banyak ada di dalam tubuh
manusia dan hewan, di dalam tubuh manusia dewasa terdapat sekitar 3,5 gram. Zat besi terdapat
banyak juga di dalam makanan (Almatsier, 2018). Sumber zat besi adalah makanan hewani
seperti daging, ayam, dan ikan. Sumber lainnya adalah telur, kacang-kacangan, sayur hijau dan
beberapa jenis buah (Marmi, 2019).
Pada umumnya makanan zat besi di dalam daging, ayam, dan ikan mempunyai ketersediaan
yang tinggi dalam zat besi. Zat besi yang terdapat pada serealia dan kacang-kacangan
mempunyai ketersediaan yang sedang. Sedangkan, zat besi yang terdapat pada sebagian sayur-
sayuran terutama yang mengandung asam oksalat tinggi seperti bayam yang mempunyai
ketersediaan yang rendah.
Makan yang mengandung vitamin C Fungsi vitamin C adalah meningkatkan daya tahan tubuh
dari serangan penyakit dan membantu proses penyembuhan luka, meningkatkan sel-sel darah
putih yang dapat melawan infeksi sehingga flu dapat sembuh dengan cepat, membantu
mengaktifkan asam folat dan meningkatkan penyerapan zat besi mencegah anemia (Dwi, 2019)
Fasilitator absorbsi besi sangat dikenal dengan sebutan asam askorbat atau vitamin C. Vitamin C
sangat berpengaruh dalam meningkatkan penyerapan zat besi. Vitamin C juga membantu
mengurangi efek penghambatan absorbsi zat besi pada tubuh, sangat dianjurkan mengkonsumsi
sumber vitamin C, seperti jambu biji, jeruk, kiwi, apel dan sumber vitamin C yang lain
(Almatsier, 2017).
2. Pemberian Suplement zat besi Seseorang yang menderita anemia dapat diobati dengan
memberikan supplement zat besi, jika anemia sudah terjadi tubuh tidak bisa menyerap zat besi
dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang relative singkat. Oleh karena itu dapat diobati
dengan cara memberikan supplement zat besi. Supplement biasanya diberikan kepada golongan
yang rawan kurangan zat besi yaitu seperti balita, anak sekolah, Wanita usia subur, dan ibu
hamil. Pemberian supplement tablet zat besi pada golongan tersebut dilakukan karena kebutuhan
zat besi yang sangat besar sedangkan jika untuk asupan makanan saja tidak mencukupi
kebutuhan.
A. Pengertian Diet
Diet memiliki arti sebagai pengaturan pola dan konsumsi makanan serta minuman yang dilarang,
dibatasi jumlahnya, dimodifikasi atau diperolehkan dengan jumlah tertentu untuk tujuan terapi
penyakit yang diderita, kesehatan atau penurunan berat badan. Pengidap anemia, kamu
membutuhkan diet khusus. Soalnya, kekurangan folat dan vitamin B12 dapat memengaruhi
kemampuan tubuh untuk membuat sel darah merah. Diet kaya zat besi, vitamin B, dan vitamin C
direkomendasikan untuk mereka yang mengidap anemia. Diet anemia penting untuk produksi
hemoglobin, sel darah merah serta membantu tubuh menyerap zat besi lebih baik. Bisa dibilang
diet anemia mencakup makanan kaya zat besi yang seimbang, seperti sayuran berdaun, daging
tanpa lemak, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
B. Fungsi diet
Tubuh itu seperti mesin, tidak pernah berhenti bekerja. Setiap langkah produktivitas di tunjang
oleh sistem kerja berbagai organ yang ada didalam tubuh. Tubuh kita juga membutuhkan bahan
bakar seperti layaknya mesin, yaitu makanan yang kita konsumsi setiap hari sehingga makanan
itu haruslah sesuai dengan jumlah aktifitas kita setiap hari.
Sedangkan lemak memang dibutuhkan oleh tubuh untuk sumber tenaga tetapi dalam jumlah yang
tepat seperti halnya protein, karbohidrat, dan mineral. Pasalnya, aktifitas dan elemen nutrisi yang
cukup akan menghasilkan produktivitas yang tinggi dan menunjang kesehatan.
Namun yang terjadi sekarang ini, alih-alih mau mengasup makanan bervariasi, yang ada malah
sembarang makan tanpa melihat nilai gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Hal tersebut bisa
menjadi pemicu untuk timbulnya berbagai penyakit. Sebut saja seperti obesitas, tekanan darah
tinggi, hiperkolesterolemania, diabetes, dan penyakit jantung koroner (PJK). Itulah sebab kenapa
kita harus mengatur pola makan agar tubuh mendapatkan apa yang baik dan dapat bekerja secara
optimal. Oleh karena itu, lakukan diet yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh Anda dan juga
tujuan semula.
2. Daging
Semua jenis daging mengandung zat besi heme. Daging merah, domba, dan daging rusa adalah
sumber terbaik sedangkan unggas dan ayam memiliki jumlah yang lebih rendah.
3. Hati
Banyak orang menghindari jeroan, tetapi faktanya jeroan adalah sumber zat besi yang tinggi.
Hati kaya akan zat besi dan folat. Beberapa jeroan kaya zat besi lainnya adalah jantung, ginjal,
dan lidah sapi.
4. Seafood
Beberapa makanan laut menyediakan zat besi heme. Kerang, tiram, kerang, scallop, kepiting,
dan udang adalah beberapa di antaranya. Sebagian besar ikan juga mengandung zat besi. Ikan
dengan kadar zat besi terbaik antara lain:
Tuna kalengan atau tuna segar.
Ikan kembung.
Ikan mahi-mahi.
Ikan cuwe.
Salmon segar atau kalengan.
Sarden.
Makanan tinggi kalsium sebaiknya tidak dimakan bersamaan dengan makanan dengan kandun-
gan zat besi. Kalsium dapat mengikat zat besi dan mengurangi penyerapannya. Contoh makanan
yang kaya kalsium adalah susu, susu nabati, yoghurt, kefir, keju, dan tahu.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2007 [dokumen di internet. Diakses pada tanggal 29 Juni 2018]; Diunduh dari
http://www.docstoc.com/docs/19707850/Laporan-Hasil-Riset-KesehatanDasar-(RISKESDAS)-
Nasional-2007 Betz Cecily & Linda Sowden.2002.
Keperawatan Pediatri Edisi 3.Jakarta:EGC Betz Cecily & Sowden Linda.2009.Buku Saku
Keperawatan Pediatri Edisi 5.Jakarta:EGC Brunner & Suddarth.2000. Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8 Volume 1. Jakarta:EGC Bulechek,dkk.2013.
Nursing Intervention Classification Edisi 6.Singapore:Elsevier Capernito.1999.Rencana Asuhan
Keperawatan dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 2.Jakarta:EGC
http://scribd.com/document/248448707/Pathway-Anemia (diakses pada tanggal 31 Juni 2018)
Kusumawati.2005.Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC Moorhead Sue, dkk.2013.Nursing
Outcome Classification Edisi 5.Singapore:Elsevier Muscari Mary.2005.Keperawatan Pediatrik
Edisi 3.
Jakarta:EGC NANDA Internasional.2015.Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-
2017 Edisi 10. Jakarta:EGC Ngastiyah.2012.Perawatan Anak Sakit Edisi 2.Jakarta:EGC
Wijaya.2013. Keperawatan Medikal Bedah II.Yogyakarta:Nuha Medika Wong Donna L,
dkk.2009.Buku Ajar Keperawtan Pediatrik Edisi 6 Volume 2.Jakarta:EGC Wong Donna
L.2012.Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4.
Jakarta:EGC