Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN INSUFISIENSI ANDRENAL

(PENYAKIT ADDISON)

A. LATAR BELAKANG

Korteks adrenal diperlukan bagi kehidupan. Sekresi adrenokortikal

memungkinkan tubuh untuk beradaptasi terhadap segala jenis stress. Tanpa

korteks adrenal, keadaan stress yang berat dapat mengakibatkan kegagalan

sirkulasi perifer, syok, dan kematian. Kehidupan hanya dapat dipertahankan

dengan terapi nutrisi, elektrolit, serta cairan dan preparat hormone

adrenokortikal.

Kelainan pada korteks adrenal terjadi akibat hiposekresi atau

hipersekresi hormone adrenokortikal. Penyakit addison yang termasuk dalam

insufisiensi adrenokortikal merupakan gangguan hormone. Penyakit ini

terbilang gila karena dapat menyebabkan kematian akibat tekanan emosi yang

muncul tiba-tiba. Penyakit ini belum bisa disembuhkan, tetapi bisa

dikembalikan dikendalikan dengan obat-obatan.

Penyakit Addison disebut juga dengan Polyglandular Addison.

Penyakit ini terjadi karena tubuh tidak mampu memproduksi adrenalin,

hormone yang bertanggung jawab terhadap stress. Tanpa adrenalin, organ

tubuh tidak bisa menanggapi stress yang membuat penderitanya jadi emosi

labil dan depresi.

Penyakit Addison dapat menyebabkan sifat lekas marah, emosi meledak-

ledak, dan depresi karena penderita kekurangan garam dan menderita kadar
gula yang rendah. Jika terjadi pada anak-anak, efeknya dapat lebih parah

dibandingkan pada orang dewasa.

B. ANATOMI FISIOLOGI KELENJAR ADRENAL

Kelenjar adrenal adalah sepasang organ yang terletak dekat kutub atas

ginjal, terbenam dalam jaringan lemak. Kelenjar ini ada 2 buah, berwarna

kekuningan serta berada di luar (ekstra) peritoneal. Bagian yang sebelah kanan

berbentuk pyramid dan membentuk topi (melekat) pada kutub atas ginjal

kanan. Sedangkan yang sebelah kiri berbentuk seperti bulan sabit, menempel

pada bagian tengah ginjal mulai dari kutub atas sampai daerah hilus ginjal kiri.

Kelenjar adrenal pada manusia panjangnya 4-6 cm, lebar 1-2 cm, dan tebal 4-6

mm. Bersama-sama kelenjar adrenal mempunyai berat lebih kurang 8 g, tetapi

berat dan ukurannya bervariasi bergantung umur dan keadaan fisiologi

perorangan. Kelenjar ini dikelilingi oleh jaringan ikat padat kolagen yang

mengandung jaringan lemak. Selain itu masing-masing kelenjar ini dibungkus

oleh kapsul jaringan ikat yang cukup tebal dan membentuk sekat/septa ke

dalam kelenjar.

Kelenjar adrenal disuplai oleh sejumlah arteri yang masuk pada

beberapa tempat di sekitar bagian tepinya. Ketiga kelompok utama arteri

adalah arteri suprarenalis superior, berasal dari arteri frenika inferior; arteri

suprarenalis media, berasal dari aorta ; dan arteri suprarenalis inferior, berasal

dari arteri renalis. Berbagai cabang arteri membentuk pleksus subkapsularis

yang mencabangkan tiga kelompok pembuluh: arteri dari simpai; arteri dari
kortex, yang banyak bercabang membentuk jalinan kapiler diantara sel-sel

parenkim (kapiler ini mengalir ke dalam kapiler medulla); dan arteri dari

medulla, yang melintasi kortex sebelum pecah membentuk bagian dari jalinan

kapiler luas dari medulla. Suplai vaskuler ganda ini memberikan medulla

dengan darah arteri (melalui arteri medularis) dan darah vena (melalui arteri

kortikalis). Endotel kapiler ini sangat tipis dan diselingi lubang-lubang kecil

yang ditutupi diafragma tipis. Di bawah endotel terdapat lamina basal utuh.

Kapiler dari medulla bersama dengan kapiler yang mensuplai kortex

membentuk vena medularis, yang bergabung membentuk vena adrenal atau

suprarenalis.

Fungsi kelenjar suprarenalis terdiri dari :

Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam-garam

Mengatur atau mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang dan protein

Mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid

Kelenjar suprarenalis ini terbagi atas 2 bagian, yaitu :

1. Medula Adrenal

Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf otonom.

Stimulasi serabut saraf simpatik pra ganglion yang berjalan langsung ke

dalam sel-sel pada medulla adrenal aka menyebabkan pelepasan hormon

katekolamin yaitu epinephrine dan norepinephrine. Katekolamin mengatur

lintasan metabolic untuk meningkatkan katabolisme bahan bakar yang

tersimpan sehingga kebutuhan kalori dari sumber-sumber endogen

terpenuhi.
Efek utama pelepasan epinephrine terlihat ketika seseorang dalam

persiapan untuk memenuhi suatu tantangan (respon Fight or Fligh).

Katekolamin juga menyebabkan pelepasan asam-asam lemak bebas,

meningkatkan kecepatan metabolic basal (BMR) dan menaikkan kadar

glukosa darah.

2. Korteks Adrenal

Korteks adrenal tersusun dari zona yaitu zona glomerulosa, zona fasikulata

dan zona retikularis. Korteks adrenal menghasilkan hormon steroid yang

terdiri dari 3 kelompok hormon:

a. Glukokortikoid

Hormon ini memiliki pengaruh yang penting terhadap

metabolisme glukosa; peningkatan hidrokortison akan meningkatan

kadar glukosa darah. Glukokortikoid disekresikan dari korteks adrenal

sebagai reaksi terhadap pelepasan ACTH dari lobus anterior hipofisis.

Penurunan sekresi ACTH akan mengurangi pelepasan glukokortikoid

dari korteks adrenal.

Glukokortikoid sering digunakan untuk menghambat respon

inflamasi pada cedera jaringan dan menekan manifestasi alergi. Efek

samping glukokortikoid mencakup kemungkinan timbulnya diabetes

militus, osteoporosis, ulkus peptikum, peningkatan pemecahan protein

yang mengakibatkan atrofi otot serta kesembuhan luka yang buruk dan

redistribusi lemak tubuh. Dalam keadaan berlebih glukokortikoid


merupakan katabolisme protein, memecah protei menjadi karbohidrat

dan menyebabkan keseimbangan nitrogen negatif.

b. Mineralokortikoid

Mineralokortikoid pada dasarnya bekerja pada tubulus renal

dan epitelgastro intestinal untuk meningkatkan absorpsi ion natrium

dalam proses pertukaran untuk mengeksresikan ion kalium atau

hydrogen. Sekresi aldesteron hanya sedikit dipengaruhi ACTH.

Hormon ini terutama disekresikan sebagai respon terhadap adanya

angiotensin II dalam aliran darah. Kenaikan kadar aldesteron

menyebabkan peningkatan reabsorpsi natrium oleh ginjal dan traktus

gastro intestinal yang cederung memulihkan tekanan darah untuk

kembali normal. Pelepasan aldesteron juga ditingkatkan oleh

hiperglikemia. Aldesteron merupakan hormon primer untuk mengatuk

keseimbangan natrium jangka panjang.

c. Hormon-hormon seks Adrenal (Androgen)

Androgen dihasilkan oleh korteks adrenal, serta sekresinya

didalam glandula adrenalis dirangsang ACTH, mungkin dengan

sinergisme gonadotropin. Kelompok hormon androgen ini memberikan

efek yang serupa dengan efek hormon seks pria. Kelenjar adrenal dapat

pula mensekresikan sejumlah kecil estrogen atau hormon seks wanita.

Sekresi androgen adrenal dikendalikan oleh ACTH. Apabila

disekresikan secara berlebihan, maskulinisasi dapat terjadi seperti


terlihat pada kelainan bawaan defisiensi enzim tertentu. Keadaan ini

disebut Sindrom Adreno Genital.

C. KLASIFIKASI INSUFISIENSI ADRENOKORTIKAL

Insufisiensi adrenokortikal akut primer

- Peningkatan mendadak glikortikoid

- Pemutusan mendadak pengunaan steroid dan destruksi adrenal massif.

- Sindrom ”waterhouse-friericson”:

- Banyak terjadi ada anak anak yang berhubungan dengan penyebaran

bakteri di pembuluh adrenal.

- Gejala: infeksi sistemik oleh meningokokok (jarang oleh pneumokok,

gonokok, sterptokok), hipotensi progersif

Insufisiensi adrenokortikal kronik promer ( penyakit addison)

- Pada dewasa jarang terjadi yang disertai destriksikorteks adrenal

- Etiologi: autoimun, infeksi (tbc, histoplasma) dan metastatik kanker dari

paru, gaster, mammae).

- Gejala khas adalah: hiperpigmentasi pigmen kilit dengan peningkatan

ACTH serum.
Insufisiensi adrenolortikal sekunder

- Biasanya terjadi oleh karena gangguan di hipotalamus

- Tidak ada hiperpigmentasi kulit dan hiponatermia.

D. PATOFISIOLOGI

Penyebab terjadinya Hipofungsi Adrenokortikal mencakup operasi

pengangkatan kedua kelenjar adrenal atau infeksi pada kedua kelenjar

tersebut. Tuberkulosis (TB) dan histoplasmosis merupakan infeksi yang paling

sering ditemukan dan menyebabkan kerusakan pada kedua kelenjar adrenal.

Meskipun kerusakan adrenal akibat proses autoimun telah menggantikan

tuberculosis sebagai penyebab penyakit Addison, namun peningkatan insidens

tuberculosis yang terjadi akhir-akhir ini harus mempertimbangkan

pencantuman pemyakit infeksi ini kedalam daftar diagnosis. Sekresi ACTH

yang tidak adekuat dari kelenjar hipofisis juga akan menimbulkan insufisiensi

adrenal akibat penurunan stimulasi korteks adrenal.

Gejala insufisiensi adrenokortikal dapat pula terjadi akibat penghentian

mendadak terapi hormon adrenokortikal yang akan menekan respon normal

tubuh terhadap keadaan stres dan mengganggu mekanisme umpan balik

normal. Terapi dengan pemberian kortikosteroid setiap hari selama 2-4

minggu dapat menekan fungsi korteks adrenal. Oleh sebab itu kemungkinan

Addison harus di anitsipasi pada pasien yang mendapat pengobatan

kortikosteroid.
E. MANIFESTASI KLINIK

1. Gejala awal: kelemahan otot, fatique, anoreksia, nausea, muntah, BB

menurun, emasiasi (tubuh kurus kering), mudah lelah.

2. Astenia (gejala cardinal): pasien kelemahan yang berlebih

3. Hiperpigmentasi (menghitam seperti: perunggu, coklat seperti terkena

sinar matahari) biasanya pada kulit buku jari, lutut, siku, serta membrane

mukosa

4. Hipotensi (TD: 80/50 mmHg / kurang), kadar glukosa darah dan natrium

serum yang rendah, kadar kalium serum tinggi.

5. Pada kasus yang berat, gangguan metabollisme natirum dan kalium dapat

ditandai oleh pengurangan natrium dan air, serta dehidrasi yang kronis dan

berat.

6. Dengan berlanjutnya penyakit yang disertai hipotensi akut sebagai akibat

dari hipokortikotisme, pasien akan mengalami krisis addisonian yang

ditandai oleh sianosis, panas dan tanda-tanda klasik syok: pucat, perasaan

cemas, denyut nadi cepat dan lemah, pernapasan cepat serta tekanan darah

rendah. Disamping itu, pasien dapat mengeluh sakit kepala, mual, nyeri

abdomen serta diare, dan memperlihatkan tanda-tanda kebingungan serta

kegelisahan. Bahkan aktifitas jasmani yang sedikit berlebihan, terpajan

udara dingin, infeksi yang akut atau penurunan asupan garam dapat

menimbulkan kolaps sirkulasi, syok dan kematian jika tidak segera diatasi.

Stress pembedahan atau dehidrasi yang terjadi akibat periapan untuk


berbagai pemerisaan diagnostic atau pembedahan dapat memicu krisis

addisonian atau krisis hipertensif.

F. PENATALAKSANAAN

1. Medik

- Prednison (7.5 mg/hari) dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi

pengganti kortisol

- Fludrokortison: 0,05-0,1 mg per oral dipagi hari

- Terapi darurat ditujukan untuk mengatasi syok, memulihkan sirkulasi

darah, memberikan cairan, melakukan terapi penggantian

kortikosteroid setiap hari selama 2 sampai 4 minggu dosis 12,5 sampai

50 mg/hari, memantau tanda-tanda vital dan menempatkan pasien

dalam posisi setengah duduk dengan kedua tungkai ditinggikan.

Hidrokortison (Solu-Cortef) disuntikkan secara intravena yang

kemudian diikuti dengan pemberian infuse dekstrosa 5% dalam larutan

normal saline. Preparat vasopresor amina mungkin diperlukan jika

keadaan hipotensi bertahan.

- Antibiotik dapat diberikan jika infeksi memicu krisis adrenal pada

penderita insufisiensi kronis adrenal. Disamping itu, pengkajian

kondisi pasien harus dilakukan dengan ketat untuk mengenali faktor-

faktor lain, yaitu stresor atau keadaan sakit yang menimbulkan

serangan akut.
- Asupan per oral dapat dimulai segera setelah pasien dapat

menerimanya. Secara perlahan-lahan pemberian infus dikurangi ketika

asupan cairan per oral sudah adekuat, untuk mencegah hipovolemia.

- Jika kelenjar adrenal tidak berfungsi kembali , pasien memerlukan

terapi penggantian perparat kortikosteroid dan mineralokortikoid

seumur hidup untuk mencegah timbulnya kembali insufisiensi adrenal

serta krisis addisonian pada keadaan stress atau sakit. Selain itu, pasien

mungkin akan memerlukan suplemen makanan dengan penambahan

garam, pada saat terjadi kehilangan cairan dari saluran cerna akibat

muntah dan diare.

2. Keperawatan

- Pengukuran TTV

- Memberikan rasa nyaman dengan mengatur atau menyediakan waktu

istirahat pasien

- Menempatkan pasien dalam posisi setengah duduk dengan kedua

tungkai ditinggikan

- Memberikan suplemen makanan dengan penambahan garam

- Follow up: mempertahankan berat badan, tekanan darah dan elektrolit

yang normal disertai regresi gambaran klinis

- Memantau kondisi pasien untuk mendeteksi tanda dan gejala yang

menunjukan adanya krisis Addison


VIII. KOMPLIKASI

- Syok (akibat dari infeksi akut atau penurunan asupan garam)

- Kolaps sirkulasi

- Dehidrasi

- Hiperkalemia

- Sepsis

- Krisis Addison disebabkan karena hipotensiakut (hiperkortisolisme)

ditandai dengan sianosis, panas, pucat, cemas, nadi cepat.


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN INSUFISIENSI ANDRENAL

(PENYAKIT ADDISON)

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Menurut Doengoes E.Marilyn,2000, pengkajian yang dilakukan, antara lain :

1. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab

a. Nama

b. Jenis kelamin

c. Usia

d. Status

e. Agama

f. Alamat

g. Pekerjaan

h. Pendidikan

i. Bahasa

j. Suku bangsa

k. Dx Medis

l. Sumber biaya

2. Riwayat keluarga

a. Genogram

b. Keterangan genogram
3. Status kesehatan

a. Status kesehatan saat ini

- Keluhan Utama (saat MRS dan saat ini)

- Alasan MRS dan perjalanan penyakit saat ini

- Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya

b. Status kesehatan masa lalu

- Penyakit yang pernah dialami

- Pernah dirawat

- Alergi

- Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol atau lain – lain yang merugikan

kesehatan)

c. Riwayat penyakit keluarga

d. Pola kebiasaan sehari – hari

- Aktivitas / istirahat

Gejala – gejalanya :

a. Lelah, nyeri/ kelemahan pada otot

b. Tidak mampu beraktivitas atau bekerja

c. Tanda peningkatan denyut jantung atau denyut nadi pada aktivitas

yang minimal

d. Penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi

e. Depresi, gangguan konsentrasi

f. Letargi
- Sirkulasi

Gejala – gejalanya :

a. Tanda: Hipotensi termasuk hipotensi postural

b. Takikardi, disritmia, suara jantung melemah

c. Nadi perifer melemah

d. Pengisian kapiler memanjang

e. Ekstremitas dingin, sianosis, dan pucat

- Integritas ego

Gejala – gejalanya :

a. Adanya riwayat riwayat factor stress yang baru dialami, termasuk

sakit fisik atau pembedahan

b. Perubahan gaya hidup

c. Ketidakmampuan mengatasi stress

d. Tanda: Ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil

- Eliminasi

Gejala – gejalanya :

a. Diare, sampai adanya konstipasi

b. Kram abdomen

c. Perubahan frekuensi dan karakteristik urin

d. Tanda: Diuresis yang diikuti oliguria


- Makanan atau cairan

Gejala – gejalanya :

a. Anoreksia berat, mual, muntah

b. Kekurangan zatgaram

c. BB menurun dngan cepat

d. Tanda: Turgor kulit jelek, membrane mukosa kering

- Neurosensori

Gejala – gejalanya :

a. Pusing, sinkope, gemetar kelemahan otot, kesemutan

b. Tanda: disorientasi terhadap waktu, tempat, ruang (karena kadar

natrium rendah), letargi, kelelahan mental, peka rangsangan,cemas,

koma (dalam keadaan krisis)

- Nyeri/ kenyamanan

Gejala – gejalanya :

a. Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala

b. Nyeri tulang belakang, abdomen, ekstrimitas (pada keadaan krisis)

- Pernapasan

Gejala – gejalanya :

a. Dipsnea

b. Tanda: Pernapasan meningkat, takipnea, suara nafas: krekels, ronkhi

pada keadaan infeksi


- Keamanan

Gejala – gejalanya :

a. Tidak toleran terhadap panas, cuaca udara panas

b. Tanda: Hiperpigmentasi kulit (coklat kehitaman karena terkena sinar

matahari) menyeluruh atau berbintik bintik

c. Peningkatan suhu, demam yang diikuti dengan hipotermi (keadaan

krisis)

- Seksualitas

Gejala – gejalanya :

a. Adanya riwayat menopause dini, amenore

b. Hilangnya tanda tanda seks sekunder (berkurangnya rambut rambut

pada tubuh terutama pada wanita)

c. Hilangnya libido

4. Pemeriksaan umum

- Keadaan umum

- TTV

- BB / TB

5. Pemeriksaan sistematis ( head to toe )

6. Pemeriksaan diagnostik

- Kortisol plasma menurun

- ACTH meningkat (pada primer) menurun (pada sekunder)

- ADH meningkat

- Aldosteron menurun
- Elektrolit: kadar dalam serum mungkin normal atau natrium sedikit

menurun sedangkan kalium sedikit meningkat

- Glukosa; hipoglikemi

- Ureum/ keratin: mungkin meningkat (karena terjadi penurunan

perfusi jaringan ginjal)

- Analisa gas drah: asidosis metabolic

- Sel darah merah (eritrosit): anemia numokronik, Ht meningkat

(karena hem konsentrasi)jumlah limfosit mungkin rendah, eosinofil

meningkat

- Urin 24 jam : 17 kerosteroid, 17 hidroksikortikoid, dan 17 kelogenik

steroid menurun

- Pemeriksaan EKG

B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut Robbins, Stanley L. 1999 dalam Buku Saku

Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC 1,

antara lain:

1. Kekurangan volume cairan b.d kekurangan natrium dan kehilangan

cairan melalui ginjal, kelenjar keringat, saluran gastrointestinal (karena

kekurangan aldosteron)

2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat

(mual, muntah, anoreksia),defisiensi glukokortikoid


3. Perubahan proses pikir b.d penurunan kadar natrium (hipotremia),

penurunan kadar glukosa (hipoglikemia), gangguan keseimbangan asam

basa

4. Gangguan citra tubuh perubahan dalam kemampuan fungsi, perubahan

karakteristik tubuh.

5. Keletihan berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan

glukosa

6. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

konduksi jantung, penurunan aliran balik vena

C. Rencana keperawatan

Rencana keperawatan menurut Doengoes E.Marilyn,2000, antara lain :

1. Kekurangan volume cairan b.d kekurangan natrium dan kehilangan

cairan melalui ginjal, kelenjar keringat, saluran gastrointestinal (karena

kekurangan aldosteron)

Tujuan : klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan

elektrolit setelah dilakukan tindakan

Kriteria Hasil :

- Pengeluaran urin adekuat (1cc/kgBB/jam0

- TTVdbn: N:80-100 x/mnt S: 36-37C TD : 120/80 mmHg

- Tekanan nadi perifer jelas: kurang dari 3 detik , Turgor kulit elastis

- Pengisian kapiler baik <3 det , Membrane mukosa lembab ,Warna

kulit tidak pucat


- Rasa haus tidak ada , BB ideal: (TB-100)-10%(TB-100)

Ht : W: 37-47% ,- Hasil lab dbn: L: 42-52%

- Ureum: 15-40 mg/dl , Natrium: 135-145 mEq/L

- Kalium: 3,3-5,0 mEq/ L

- Kreatinin: 0,6-1.2 mg/dl

Intervensi Rasional
1. Pantau TTV, catat perubahan 1. Hipotensi postural merupakan bagian
tekanan darah pada perubahan dari hipovolemia akibat kekurangan
posisi, kekuatan dari nadi perifer hormone aldosteron dan penurunan
curah jantung sebagai akibat dari
penurunan kortisol
2. Ukur dan timbang BB klien 2. Memberikan perkiraan kebutuhan
akan pengganti volume cairan dan
kefektifan pengobatan. Peningkatan
BB yang cepat disebabkan oleh
adanya retensi caairan dan natrium
yang berhubungnn dengan pengobatan
steroid
3. Kaji pasien mengenai ada rasa 3. Mengidentifikasi adanya hipovolemia
haus, kelelahan, nadi cepat, dan mempengaruhi kebutuhan volume
pengisian kapiler memanjang, pengganti.
turgor kulit jelek, membrane
mukosa kering. Catat warna kulit
dan temperaturnya
4. Periksa adanya perubahan status 4. Dehidrasi berat menurunkan curah
mental dan sensori. jantung berat dan perfusi jaringan
terutama jaringan otak.
5. Berikan cairan oral diatas 5. Adanya perbaikan pada saluran cerna
3000cc/hari sesegera mungkin dan kembalinya fungsi saluran cerna
sesuai dengan kemampuan klien tersebut memungkinkan untuk
memberikan cairan dan elektrolit
melalui oral
6. Kolaborasi dengan dokter untuk 6. Mungkin membutuhkan cairan
pemberian cairan NaCl 0,9% pengganti 4-6Ltr.dengan pemberian
cairan NaCl 0,9% melalui Iv 500-
1000ml/jam, dapat mengatasi
kekurangan natrium yang sudah
terjadi
7. Kolaborasi dengan dokter untuk 7. Dapat menghilangkan hipovolemia
pemberian cairan Larutan
glukosa
8. Berikan obat sesuai dosis 8. Dapat mengganti kekurangn kortison
Kortison ( ortone ) dan dalam tubuh dan meningkatkan
hidrokortison (cortef ) intravena reabsorbsi natrium sehingga dapat
setiap 6 jam selama 24 jam menurunkan kehilangan cairan dan
mempertahankan curah jantung
9. Pantau hasil laboratorium 9. Peningkatan kadar Ht darah
Hematokrit (Ht) merupakan indikasi terjadinya
hemokonsentrasi yang akan kembali
normal sesuai dengan terjadinya
dehidrasi pada tubuh
10. Pantau hasil laboratorium Ureum 10.peningkatan kadar ureum dan
atau kreatinin kreatinin darah merupakan indikasi
terjadinya kerusakan tingkat sel
karena dehidrasi atau tanda serangan
gagal ginjal
11. Pantau hasil laboratorium 11. hiponatremia merupakan indikasi
Natrium kehilangan melalui urin yang
berlebihan karena gangguan
reabsorpsi pada tubulus ginjal
12. Pantau hasil laboratorium 12.penurunan kadar aldosteron
Kalium mengakibatkan penurunan natrium
dan air sementara itu kalium tertahan
sehingga dapat menyebabkan
hiperkalemia

2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat

(mual, muntah, anoreksia) defisiensi glukortikoid

Tujuan: kebutuhan nutrisi klien kembali adekuat setelah dilakukan

tindakan intervensi

Kriteria Hasil :

- Tidak ada mual muntah, BB ideal (TB-100)-10%(TB-100),

Anoreksia (-)

- Hb: W: 12-14 gr/dl , L: 13-16 gr/dl , Ht: W: 37-47% , L:42-52%

- Albumin: 3,5-4,7g/dl , Globulin: 2,4-3,7g/dl

- Bising usus: 5-12x/mnt

- TTV dbn: N: 80-100x/mnt TD: 120/80mmHg

- Temperature kulit hangat

- Nyeri kepala (-)

- Kesadaran compos mentis

Intervensi Rasional
1. Aukultasi bising usus 1. Kekurangan kortisol dapat
dan kaji apakah ada menyebabkan gejala intestinal berat
nyeri perut, mual yang mempengaruhi pencernaan dan
atau muntah absorpsi dari makanan
2. Catat adanya kulit 2. Gejala hipoglikemia dengan timbulnya
yang dingin atau tanda tersebut mungkin perlu
basah, perubahan pemberian glukosa dan
tingkat kesadaran, mengindikasikan pemberian tambahan
nadi yang cepat, glukortikoid
nyeri kepal,
sempoyongan
3. Pantau pemasukan 3. Anoreksi, kelemahan, dan kehilangan
makanan dan pengaturan metabolismr oleh kortisol
timbang BB tiap hari terhadap makanan dapat
mengakibatkan penurunan berat badan
dan terjadi malnutrisi
4. Berikan atau Bantu 4. Mulut yang bersih dapat meningkatkan
perawatan mulut nafsu makan
5. Berikan lingkungan 5. Dapat meningkatkan nafsu makan dan
yang nyaman untuk memperbaiki pemasukan makan
makna contoh bebas
dari bau tidak sedap,
tidak terlalu ramai
6. Kolaborasi : 6. Mengistirahatkan gastrointestinal,
pertahankan status mengurangi rasa tidak enak dan
puasa sesuai indikasi kehilangan
7. Berikan glukosa 7. Memperbaiki hipoglikemi, memberi
intravena dan obat sumber energi pemberian
obatan sesuai glukokortikoid akan merangsang
indikasi seperti glukoneogenesis, menurunkan
glukokortikoid pengguanaan glukosa dan membantu
penyimpanan glukosa sebagai glikogen

3. Perubahan proses pikir b.d hiponatremia, hipoglikemia, gangguan

keseimbangan asam basa


Tujuan: Proses pikir klien kembali efektif setelah dilakukan tindakan

Kriteria Hasil :

- Mempertahankan tingkat kesadaran mental

- Tidak mengalami cedera

- Klien dapat mengenal tempat, orang, dan waktu

- TTV dbn : N: 80-100x/mnt

- TD: 120/80 mmHg

- RR: 16-20x/mnt

- Hasil lab : - Hb L: 13-16 gr/dl

- W: 12-14 gr/dl

- Ht L: 42-51%

- W: 37-47%

- Glukosa darah: 80-110 mg/dl

Intervensi Rasional
1. Pantau TTV dan status 1. Memberikan patokan untuk dasar
neurologist perbandingan atau pengenalan terhadap
temuan abnormal
2. Panggil pasien dengan 2. Menolong mempertahankan orientasi dan
namanya orientasikan pada menurunkan kebingungan
orang, tempat, dan waktu
sesuai kebutuhan
3. Tetapkan dan pertahankan 3. Meningkatkan orientasi dan mencegah
jadwal perawatan rutin untuk kelelahan yang berlebih
memberikan waktu istirahat
yang teratur
4. Sarankan pasien untuk 4. Menolong pasien dalam menjaga dan
melakukan perawatan diri memberikan sentuhan yang nyata dan
sendiri sesuai dengan mempertahankan orientasi pada
kemampuan dengan waktu lingkungan
yang cukup untuk
menjalankan seluruh
tugasnya
5. Pantau hasil pemeriksaan lab 5. Perubahan yang terus menerus pada
mis: glukosa darah, mental memerlukan evaluasi lanjut
osmolaritas serum, Hb, Ht

4. Gangguan citra tubuh perubahan dalam kemampuan fungsi, perubahan

karakteristik tubuh

Tujuan : Harga diri klien kembali positif setelah dilakukan tindakan

Kriteria Hasil :

- Menunjukkan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan yang

terjadi pada tubuhnya

- Dapat beradaptasi dengan orang lain

- Dapat mengungkapkan perasaan tentang dirinya

Intervensi Rasional
1. Dorong pasien untuk 1. Membantu mengevaluasi berapa
mengungkapkan perasaan banyak masalah yang dapat diubah
tentang keadaannya oleh pasien
misal: perubahan
penampilan dan peran
2. Sarankan pasien untuk 2. Meminimalkan perasaan stress,
melakukan manajemen frustasi, meningkatkan kemampuan
stress misal: tehnik koping
relaksasi, visualisasi,
imaginasi
3. Dorong pasien untuk 3. Dapat membantu meningkatkan
membuat pilihan dan kepercayaan diri, memperbaiki
berpartisipasi dalam harga diri
penampilan diri sendiri
4. Fokuskan pada perbaikan 4. Ungkapkan seperti ini dapat
yang sedang terjadi dan mengangkat semangat pasien dan
pengobatan missal; meningkatkan harga diri pasien
menurnnya pigmentasi
kulit
5. Sarankan pasien untuk
mengunjungi seseorang 5. Dapat menolong pasien untuk
yang penyakitnya telah melihat hasil dari pengobatan yang
terkontrol dan gejalanya telah dilakukan
telah berkurang
6. Rujuk ke pelayanan social
konseling, dan kelompok 6. Pendekatan secara komprehensif
pendukung sesuai dapat membantu memenuhi
pendukung kebutuhan pasien untuk memelihara
tingkah laku pasien

D. Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang ditetapkan dan sesuai

dengan masalah prioritas pasien.

E. Evaluasi

1. Keseimbangan volume cairan dan elektrolit dapat dipertahankan

2. Kebutuhan nutrisi klien kembali adekut

3. Aktivitas klien terpenuhi secara adekuat

4. Curah jantung kembali adekuat

5. Proses pikir klien kembali adekuat

6. Harga diri klien kembali adekut

7. Pengetahuan klien bertambah

DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : ECG

Http://wwww.total kesehatan nanca.com/Addison4.html

Price, Sylvia. 2005. patofisiologi. Edisi 6. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai