Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

TREND DAN ISU KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN

Oleh :

Ni Kadek Dian Karmila Yanti (P07120219056)


Putu Arsienda Dahata Ulmafema (P07120219060)
Dewa Ayu Putri Widyani (P07120219071)
Ni Nyoman Triyana Sari (P07120219079)
Putu Mia Rusmala Dewi (P07120219083)
Ni Kadek Yuni Anggreni (P07120219088)
Ni Komang Indah Kusuma Dewi (P07120219091)
Kadek Sari Savitri (P07120219094)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PRODI S.TR KEPERAWATAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-
Nya kami dapat menyusun makalah dan menyelesaikan “Makalah Trend dan Isu keperawatan
Gawat Darurat”.

Dalam penyusunan makalah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua


pihak yang telah membantu dalam kelancaran pembuatan makalah ini, yakni yang terhormat:
1. I Dw .Pt.Gd.Putra Yasa,S.Kp.M.Kep.Sp.MB selaku Pembimbing dalam
Keperawatan Gawat Darurat
2. Diskusi kelompok dalam menyelesaikan makalah.
3. Materi yang diakses dari internet dan buku.
4. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.

Dalam makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki berbagai
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.

Demikianlah kiranya para pembaca dapat memahami dan apabila terdapat hal - hal
yang kurang berkenan di hati para pembaca, pada kesempatan ini perkenankanlah penulis
memohon maaf. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Denpasar, 06 Agustus 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1

1.3 Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3

2.1 Pengertian Trend dan Isu Keperawatan Gawat Darurat..............................................3

2.2 Trend dan Isu Covid-19...............................................................................................3

2.3 Varian Covid-19 Yang Terjadi Di Indonesia Sekarang...............................................4

2.4 Gejala Covid Delta......................................................................................................5

2.5 Vaksin Yang Ditemukan.............................................................................................6

2.6 Peran Perawat Gawat Darurat dalam Menghadapi Covid-19......................................8

BAB III PENUTUP................................................................................................................14

3.1 Kesimpulan................................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah Sakit Merupakan tempat terakhir dalam menanggulangi penderita
gawat darurat oleh karena itu fasilitas rumah sakit, khususnya instalasi gawat darurat
harus dilengkapi sedemikian rupa sehingga dapat menanggulangi gawat darurat.
Trend dan isu keperawatan gawat darurat saat ini adalah Coronavirus Disease
(COVID-19) yang dimana pada tahun 2019 telah ditetapkan menjadi pandemi global
semenjak diumumkan oleh WHO pada tanggal 11 Maret 2020 (World Health
Organization, 2020), dan juga telah dinyatakan oleh Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana melalui Keputusan nomor 9 A Tahun 2020 diperpanjang
melalui Keputusan nomor 13 A tahun 2020 sebagai Status Keadaan Tertentu Darurat
Bencana Wabah Penyakit akibat Virus Corona di Indonesia. Sehingga Isu ini sedang
banyak dibicarakan oleh banyak orang dan memerlukan penanganan dari pelayanan
keperawatan profesional.
Pada Bulan Agustus 2021 Terjadinya Lonjakan Kasus Covid-19 di
Indonesia.Yang Dimana diterbitkan dari Harian Kompas Kasus Lonjakan Covid-19
Hingga Senin (3/8/2020) pukul 12.00 WIB, kasus positif Covid-19 bertambah
sebanyak 1.679. Sehingga jumlahnya saat ini menjadi 113.134 orang. Dari Banyaknya
Kasus yang ada di Indonesia maka pembuatan makalah ini bertujuan untuk membahas
Trend Isu Covid-19 di Keperawatan Gawat Darurat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari trend dan isu keperawatan Gawat Darurat?
2. Apa Trend dan Isu dunia yang ada saat ini?
3. Apa trend dan isu yang ada di Indonesia saat ini?
4. Apa saja gejala dari Covid-19 varian Delta?
5. Apa Saja Vaksin yang sudah di temukan?
6. Apa saja peran perawat gawat darurat dalam penanganan covid-19 ini?

1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian trend dan isu keperawatan gawat darurat
2. Mengetahui trend dan isu dunia
3. Memahami trend dan isu covid-19 di Indonesia
4. Mengetahui apa saja gejala covid-19 varian delta
5. Mengatahui apa saja vaksin yang sudah di temukan
6. Memahami peran perawat kegawat darurat dalam penanganan covid-19 saat
ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Trend dan Isu Keperawatan Gawat Darurat


Trend merupakan suatu kejadian yang sedang sering dibicarakan atau sering
terjadi. Isu merupakan suatu peristiwa yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak
terjadi, dan sering dibicarakan oleh banyak orang namun belum jelas keberadaannya.
Trend dan isu keperawatan gawat darurat adalah suatu masalah kesehatan
yang sedang banyak dibicarakan oleh banyak orang dan memerlukan penanganan dari
pelayanan keperawatan profesional, kegawatdaruratan sering digunakan pada masalah
yang urgen dan perlu penanganan yang cepat, dan pelayanan kegawatdaruratan tidak
hanya memberikan asuhan keperawatan pada pasien namun juga memberikan
pelayanan untuk mengatasi kecemasan pasien dan keluarga pasien.

2.2 Trend dan Isu Covid-19


Trend dan isu covd-19 yang terjadi saat ini di dunia maupun yang sudah
masuk ke Indonesia, Dikutip dari CDC varian covid-19 saat yang sudah ditemukan
yaitu:
a. Alpha
● Kandungan Protein: 69 del, 70del, 144del, (E484K*), (S494P*), N501Y,
A570D, D614G, P681H, T716I, S982A, D1118H (K1191N*)
● Ditemukan pertama kali di Inggris
● Kemampuan: 50% peningkatan transmisi, Potensi peningkatan
keparahan berdasarkan rawat inap dan tingkat kematian kasus, Tidak
berdampak pada kerentanan terhadap perawatan antibodi monoklonal
EUA, Dampak minimal pada netralisasi dengan serum pemulihan dan
pasca-vaksinasi.
b. Delta
● Kandungan Protein: T19R, (V70F*), T95I, G142D, E156-, F157-,
R158G, (A222V*), (W258L*), (K417N*), L452R, T478K, D614G,
P681R, D950N.
● Pertama kali ditemukan di India

3
● Kemampuan: Peningkatan transmisibilitas, Potensi pengurangan
netralisasi oleh beberapa perawatan antibodi monoklonal EUA, Potensi
pengurangan netralisasi oleh serum pasca-vaksinasi.
c. Beta
● Kandungan Protein: D80A, D215G, 241del, 242del, 243del, K417N,
E484K, N501Y, D614G, A701V.
● Ditemukan pertama kali di Afrika Selatan.
● Kemampuan: 50% peningkatan transmisi, Secara signifikan mengurangi
kerentanan terhadap kombinasi pengobatan antibodi monoklonal
bamlanivimab dan etesevimab, tetapi pengobatan antibodi monoklonal
EUA lainnya tersedia, Mengurangi netralisasi dengan serum pemulihan
dan pasca-vaksinasi.
d. Gamma
● Kandungan Protein: L18F, T20N, P26S, D138Y, R190S, K417T,
E484K, N501Y, D614G, H655Y, T1027I
● Pertama kali ditemukan di Jepang/Brazil
● Kemampuan: Secara signifikan mengurangi kerentanan terhadap
kombinasi pengobatan antibodi monoklonal bamlanivimab dan
etesevimab, tetapi pengobatan antibodi monoklonal EUA lainnya
tersedia, Mengurangi netralisasi dengan serum pemulihan dan pasca-
vaksinasi.
e. Kappa
● Kandungan Protein: (T95I), G142D, E154K, L452R, E484Q, D614G,
P681R, Q1071H.
● Pertama kali ditemukan di India
● Kemampuan: Potensi pengurangan netralisasi oleh beberapa perawatan
antibodi monoklonal EUA, Potensi pengurangan netralisasi oleh serum
pasca-vaksinasi.

2.3 Varian Covid-19 Yang Terjadi Di Indonesia Sekarang


Varian covid-19 yang saat ini mulai menyerang indonesia yaitu: Varian covid
Delta, varian covid delta ini pada awalnya ditemukan india dan mulai memasuki
indonesia pada tanggal 3 mei 2021 yang pertama kali ditemukan di jakarta. Kasus
covid-19 di ibu kota ini terjadi karena disebabkan oleh aktivitas mudik yang sempat

4
melonjak pada awal bulan juni karena pasca-libur lebaran yang sempat terjadi.
Berdasarkan catatan satuan tugas penanganan covid-19 per 11 juni 2021, kasus covid-
19 DKI Jakarta naik 302 persen dalam 10 hari terakhir, pada akhir juni 2021
penularan covid-19 varian delta semakin mengganas di DKI jakarta dan sekitarnya
hingga mengakibatkan lonjakan kasus hingga perharinya menyentuh angka 10.000
kasus, dan per-rabu kemarin sudah mencapai 12.667 kasus covid-19 varian delta. Dan
pada rabu kemarin, tercatat 3.070 pasien yang dinyatakan sembuh, sehingga total
pasien sembuh sebanyak 592.556 orang. Kemudian, tercatat 99.751 pasien Covid-19
masih butuh perawatan atau isolasi. Pasien meninggal dunia akibat Covid-19 juga
bertambah 62 orang. Total 9.603 pasien Covid-19 meninggal di DKI Jakarta selama
pandemi. Lonjakan kasus Covid-19 berdampak pada keterisian rumah sakit. Pada 6
Juni 2021, Pemprov DKI Jakarta tercatat menyediakan 1.059 tempat tidur ICU dan
6.577 tempat tidur isolasi di 106 rumah sakit rujukan untuk pasien Covid-19 bergejala
sedang hingga kritis. Saat itu tingkat keterisian tempat tidur isolasi berada di 45
persen, sedangkan ICU hanya di angka 47 persen. Angka ini disebut aman, karena
tingkat ketersediaan tempat tidur masih di atas 50 persen.

2.4 Gejala Covid Delta

5
Dikutip dari Scitechdaily (2021) sementara demam dan batuk selalu menjadi
gejala COVID yang umum, sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, kehilangan
penciuman, demam tinggi, sesak napas, sakit kepala, dan nyeri otot.

2.5 Vaksin Yang Ditemukan


Pemerintah Indonesia sedang menggenjot program vaksinasi dalam upaya
mengurangi penyebaran Covid-19. Berbagai jenis vaksin didatangkan untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) bagi
seluruh masyarakat Indonesia. Sejumlah penelitian membuktikan, vaksin bisa
meredakan berbagai gejala, dan menurunkan risiko kematian.
Ada beberapa varian vaksin yang saat ini digunakan di Indonesia, yaitu:
a. Vaksin Covid-19 AstraZeneca
Vaksin AstraZeneca adalah salah satu vaksin Covid-19 yang
dikembangkan perusahaan vaksin asal Inggris bersama ilmuan di University of
Oxford, Sarah Gilbert. Vaksin ini berbasis vaksin vektor adenovirus simpanse.
Artinya pengembang vaksin mengambil virus yang biasanya menginfeksi
simpanse, dan dimodifikasi secara genetik untuk menghindari kemungkinan
infeksi parah terhadap manusia.
Saat vaksin dikirim ke sel manusia, vaksin akan memicu respons
kekebalan terhadap protein spike, menghasilkan antibodi dan sel memori yang
akan mampu mengenali virus penyebab Covid-19. Vaksin vektor adenovirus
telah dikembangkan sejak lama, khususnya untuk melawan malaria, HIV, dan
Ebola. Efikasi vaksin AstraZeneca menawarkan perlindungan 64,1 persen
setelah satu dosis suntikan, dan 70,4 persen setelah suntikan kedua. Dosis
yang diberikan, yaitu 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 4-12 minggu.
Efek samping dari vaksin ini bersifat ringan sampai sedang dan bisa
sembuh dalam beberapa hari. Gejala yang banyak dialami, yaitu 10%, antara
lain nyeri otot, kemerahan, gatal, bengkak atau benjol di tempat suntikan,
demam, lelah, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, radang tenggorokan, flu,
dan batuk. Sementara itu, gejala yang lebih jarang terjadi, yaitu hanya ≤1%,
adalah pusing, nafsu makan turun, sakit perut, pembesaran kelenjar getah
bening, keringat berlebihan, kulit gatal, dan muncul ruam.

6
b. Vaksin Covid-19 Sinovac
Vaksin CoronaVac yang dikembangkan Sinovac Biotech dari China,
adalah vaksin Covid-19 pertama yang digunakan di Indonesia. Sinovac ini
dikembangkan dengan teknologi vaksin, inactivated virus atau virus utuh dari
SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, yang sudah dimatikan. Metode inactivated
virus bukanlah teknologi baru dalam pengembangan vaksin. Sebab, ini metode
ini juga sering digunakan dalam pengembangan vaksin lain seperti polio dan
flu.
Sejak awal tahun kedua pandemi virus corona, vaksin Sinovac telah
diberikan kepada sejumlah tenaga kesehatan di seluruh Indonesia. Namun, di
pertengahan tahun 2021, lonjakan kasus Covid-19 yang diakibatkan
penyebaran varian Delta, telah menyebabkan kekhawatiran akan kemanjuran
vaksin Sinovac dalam melawan varian virus corona ini.
Sementara itu, efikasi atau kemanjuran vaksin Sinovac yang disebut
CoronaVac, berdasarkan uji klinis fase 3 di Indonesia menunjukkan efikasi
vaksin Covid-19 ini sebesar 65,3% dan 91,25% di Turki. Dosis yang diberikan
pada vaksin ini adalah 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 14 hari.

c. Vaksin Merah Putih - BioFarma


Setelah melalui serangkaian evaluasi dan pemantauan, Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan izin penggunaan darurat
(Emergency Use Authorization/EUA) vaksin COVID-19 Sinovac yang
diimpor dalam bentuk bulk dan diolah oleh Bio Farma. EUA ini diterbitkan
dengan melihat hasil uji klinis dalam hal keamanan dan khasiat/efikasi vaksin
yang sesuai standar World Health Organization (WHO).
Terhitung tanggal 30 Juni 2021 vaksin Covid-19 yang sudah
diproduksi di Biofarma sebanyak 69,1 juta dosis, dimana 57,9 juta diantaranya
sudah mendapatkan lot release dari Badan POM, dan sisanya sebanyak 11,1

7
juta dosis, masih menunggu lot release dari Badan POM. Vaksin ini memiliki
bentuk sediaan berisi 10 dosis 5ml per vial.

2.6 Peran Perawat Gawat Darurat dalam Menghadapi Covid-19


a. Penggunaan APD Level 3

Penggunaan APD level tiga ini diperuntukkan untuk khusus untuk


penanganan atau bagi tenaga kesehatan yang bekerja dan kontak langsung
dengan pasien yang mengidap penyakit covid-19 dan bertujuan untuk
melindungi tenaga kesehatan dari penularan penyakit yang saat ini sedang
tinggi kasusnya, APD level 3 ini dipergunakan terdiri atas baju kerja/scrub,
handscoon pendek dan panjang, masker N95 yang dilapisi masker bedah,
kacamata goggle atau face shield, coverall, sepatu boot.

b. Penanganan Covid-19 di UGD


Pasien masuk ke Rumah Sakit melalui pintu utama yakni dapat melalui
IGD atau melalui area rawat jalan. Proses masuknya pasien melalui pintu
utama tersebut dapat melalui tiga cara yaitu:

8
a) Langsung ke Rumah Sakit

Pasien yang masuk ke Rumah Sakit melalui mekanisme ini


harus melalui proses skrining. Bila dari hasil skrining dicurigai Covid-
19 maka pasien diarahkan menuju triase IGD atau rawat jalan khusus
Covid-19. Sebaliknya bila dari skrining tidak dicurigai Covid-19 maka
pasien diarahkan menuju triase IGD atau rawat jalan non Covid-19
sesuai kebutuhan pasien.

b) Skrining

Skrining merupakan proses penapisan pasien dimana seorang


individu dievaluasi dan disaring menggunakan kriteria gejala dan
riwayat epidemiologis, untuk menentukan pasien tersebut masuk ke
dalam kategori dicurigai Covid-19 atau bukan.

Tujuan skrining adalah memisahkan pasien yang dicurigai


Covid-19 dengan pasien non Covid-19, mengurangi pajanan untuk
pasien lain, pengunjung dan petugas Rumah Sakit, membantu
mencegah penyebaran penyakit di dalam fasilitas kesehatan,
memastikan bahwa setiap ruang dan pasien sesuai dengan penyakit
klinisnya. Skrining dilakukan pada semua orang yang mengunjungi
Rumah Sakit (pasien, petugas Rumah Sakit atau pengunjung Rumah
Sakit lainnya).

● Skrining pada Pasien dan Pengunjung

Langkah - langkah yang dilakukan pada saat skrining adalah


diwajibkan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
selama 40 sampai 60 detik atau dengan hand sanitizer selama
20 sampai 30 detik, semua pasien wajib menggunakan masker.
Penilaian cepat (quik assessment Covid - 19) yaitu pengecekan
suhu badan dengan menggunakan thermal gun.

9
Pernyataan sederhana ada gejala klinis yaitu demam (suhu
badan >380 C) atau riwayat demam dan gejala gangguan
pernafasan (sesak, batuk, nyeri tenggorokan). Riwayat
epidemiologis yaitu dalam 14 hari sebelum gejala klinis muncul
pasien melakukan perjalanan atau tinggal di daerah/negara
yang terjangkit Covid - 19, dalam 14 hari sebelum gejala
muncul ada riwayat kontak dengan orang yang terkonfirmasi
Covid - 19 dan dalam 14 hari sebelum timbulnya gejala klinis
pasien yang tinggal diwilayah / negara terjangkit Covid- 19
melakukan kontak langsung dengan orang yang demam atau
mengalami gangguan pernapasan.

c) Area Instalasi Gawat Darurat (IGD) khusus Covid

Area IGD khusus Covid-19 merupakan ruang observasi atau ruang


tindakan bagi pasien IGD dengan gejla Covid-19. Area ini dipisahkan
dengan area non Covid-19 melalui batas permanen atau sementara.
setelah memasuki IGD Covid-19 pasien tidak diperkenankan kembali
ke area non Covid-19 dan petugas hanya boleh masuk dan keluar area
ini mekakui ruang ganti. Saat memasuki area ini :

● Dokter dan perawat melakukan pemeriksaan, observasi,dan atau


tindakan yang dibutuhkan.
● Selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang seperti : swab test
atau rontgen dan lain - lain sesuai protokol layanan di Rumah Sakit
bagi pasien begejala Covid-19 atau memiliki riwayat kontak.
● Bila pasien tidak perlu dirawat inapa, pasien dapat dipulangkan
dengan surat pengantar ke Puskesmas untuk dilakukan pemantauan
isolasi mandiri.
● Bila pasien perlu perawatan lebih lanjut maka dilakukan rawat inap
di zona Covid-19
● Bila hasil pemeriksaan pasien tidak menunjukan Covid-19 maka
pasien dirawat di ruang inap biasa / ruang inap non Covid - 19.

c. Triage Penanganan Covid-19 Di UGD

10
Triage yang digunakan pada instalasi kegawatdaruratan di UGD adalah
Canadian Emergency Departemen Triage and Acuity Scale. Triage canadian
ini adalah suatu pemilihan atau prioritas yang akan dilaksanakan untuk
mengidentifikasi kebutuhan pasien, menetapkan prioritas dan melakukan
penanganan yang tepat. 
Canadian Triage and Acuity Scale merupakan upaya penanganan
kegawatdaruratan yang lebih akurat untuk menentukan kebutuhan pasien dan
ketepatan perawat menangani keluhan dari pasien. di dalam triage CTAS
pengelompokan dibagi menjadi lima prioritas yakni: 
1. Level I Resuscitation. yaitu dimana kondisi ini berpotensi mengancam
nyawa atau anggota tubuh (atau risiko kemunduran yang segera
terjadi) membutuhkan segeranya penanganan atau intervensi agresif.
Dengan keluhan yaitu : Tidak Responsif, tanda vital tidak ada / tidak
stabil, dehidrasi parah dan gangguan pernafasan parah 
2. Level II Emergensi. yaitu kondisi yang berpotensi mengancam anggota
tubuh atau fungsi, membutuhkan tindakan atau intervensi medis yang
cepat, dokter menilai kondisi pasien / wawancara ≤ 15 menit. 
3. Level III Urgent. yaitu kondisi yang berpotensi berkembang menjadi
masalah serius yang membutuhkan intervensi darurat. Dapat dikaitkan
dengan ketidaknyamanan yang signifikan atau mempengaruhi
kemampuan untuk bekerja dan kegiatan hidup sehari-hari dan dokter
mengevaluasi selama ≤  30 menit 
4. Level IV Less Urgent (Semi urgen). Kondisi yang berkaitan dengan
usia pasien, kesulitan, potensi kerusakan atau komplikasi akan
mendapat manfaat dari intervensi atau jaminan dalam 1-2 jam).
Waktunya ke dokter ≤ 1 jam.
5. Level V Tidak Mendesak No Urgent. Kondisi yang mungkin akut
tetapi tidak mendesak serta kondisi yang mungkin menjadi bagian dari
masalah kronis dengan atau tanpa bukti kerusakan. Investigasi atau
intervensi untuk beberapa penyakit atau cedera ini dapat ditunda atau
bahkan dirujuk ke rumah sakit atau sistem perawatan kesehatan lain.
Waktunya ke dokter ≤ 2 jam.

11
Triage pada masa pandemi covid-19, pemilahan dan klasifikasi pasien
untuk menentukan prioritas kebutuhan dan penentuan tempat perawatan yang
sesuai menggunakan indikator tingkat kegawatdaruratan berdasarkan penilaian
primary survey yang terdiri atas airway, breathing, circulation, disability
eksposur dan penilaian tingkat virulensi pasien berdasarkan indikator EWS
Screening Covid-19. Hal yang perlu diketahui dalam EWS Screening Covid
19, yakni :
 EWS screening COVID-19 memungkinkan tenaga kesehatan untuk
mendeteksi lebih cepat dan relatif lebih akurat pada pasien yang dicurigai
COVID-19
 EWS screening covid-19 berbeda dengan EWS monitoring Covid-19
 Parameter yang digunakan pada EWS Screening Covid-19, yakni:

Penilaian CTAS Berdasarkan (Beveridge et al., 1998) sebagai dasar awal


penentuan CTAS, maka penilaian dan juga tindakan berdasarkan triase adalah sebagai
berikut: 
1. Level I Resuscitation : Demam, batuk ( umumnya batuk kering
ringan), fatigue/kelelahan ringan, anoreksia, sakit kepala, kehilangan
indra penciuman/ anosmia, kehilangan indera pengecapan/ageusia.
mialgia dan nyeri perut, diare, konjungtiva, kemerahan pada kulit/
perubahan warna pada jari-jari kaki, frekuensi napas > 30 kali
permenit. saturasi <95%,sesak napas dengan distress pernapasan 
Kondisi kritis : Gagal Napas, sepsis,syok sepsis dan multiorgan failure

12
2. Level II Emergent: Demam, batuk ( umumnya batuk kering ringan),
fatigue/kelelahan ringan, anoreksia, sakit kepala,kehilangan indra
penciuman/ anosmia, kehilangan indera pengecapan/ageusia, mialgia
dan nyeri perut, diare, konjungtiva, kemerahan pada kulit/ perubahan
warna pada jari-jari kaki, frekuensi napas > 30 kali permenit, saturasi
<95%,sesak napas.
3. Level III Urgent: Demam, Batuk ( umumnya batuk kering ringan).
fatigue/kelelahan ringan ,anoreksia, sakit kepala, kehilangan indra
penciuman/anosmia, kehilangan indera pengecapan/ageusia, mialgia
dan nyeri tulang, nyeri tenggorokan, pilek dan bersin, mual, muntah,
nyeri perut, diare, konjugtivitas, kemerahan pada kulit/ perubahan
warna pada jari-jari kaki, frekuensi napas 20-30 kali permenit, saturasi
< 95 % sesak napas tanpa distress napas.
4. Level IV Less Urgent (Semi urgen): Demam, Batuk, umumnya batuk
kering, kelelahan, tidak nafsu makan, sakit kepala, hidung tidak bisa
mencium/ anosmia, lidah tidak bisa merasakan rasa atau ageusia, sakit
tenggorokan, pilek ( hidung tersumbat), mual, muntah, sakit perut,
Diare, mata merah, ruam di kulit, perubahan warna pada jari-jari kaki,
frekuensi napas 12-20 kali per menit, kadar oksigen < 95 % . 
5. Level V Tidak Mendesak No Urgent: Demam, Batuk, umumnya batuk
kering, kelelahan, tidak nafsu  makan, sakit kepala, hidung tidak bisa
mencium/ anosmia, lidah tidak bisa merasakan rasa atau ageusia, sakit
tenggorokan, pilek ( hidung tersumbat).

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Trend dan isu keperawatan gawat darurat adalah suatu masalah kesehatan
yang sedang banyak dibicarakan oleh masyarakat dan memerlukan tenaga medis yang
profesional serta tindakannya harus dilakukan secara cepat dan tanggap,
tren isu saat ini yang sedang banyak terjadi adalah covid-19, dimana varian
covid-19 ini berkembang lagi menjadi lima varian dan yang sedang menyerang
indonesia saat ini adalah varian covid delta, yang mana varian covid delta ini
menyumbangkan lonjakan kasus pada akhir juli ini mencapai 12.667 kasus dengan
daerah yang paling tinggi lonjakan kasusnya adalah di DKI Jakarta, sementara itu
varian vaksin telah ditemukan dengan tiga varian yang telah digunakan di Indonesia
yaitu, Vaksin Covid-19 AstraZeneca, Vaksin Covid-19 Sinovac, Vaksin Merah Putih
- BioFarma. dan peran perawat juga sangat berpengaruh pada penanganan covid-19 di
UGD, yang mana pada penggunaan APD sudah diperbaharui dengan APD yang sudah
cukup aman bagi tenaga kesehatan, pemahaman triase untuk penanganan pasien
covid-19 di ruang gawat darurat.

14
DAFTAR PUSTAKA
Atmojo, J. T., Widiyanto, A., & Yuniarti, T. (2019). Reliabilitas Sistem Triase Dalam
Pelayanan Gawat Darurat : a Review. Intan Husada Jurnal Ilmu Keperawatan, 7(2), 23–
31. https://doi.org/10.52236/ih.v7i2.148

Challen, R., Brooks-Pollock, E., Read, J. M., Dyson, L., Tsaneva-Atanasova, K., & Danon,
L. (2021). Risk of mortality in patients infected with SARS-CoV-2 variant of concern
202012/1: Matched cohort study. The BMJ, 372, 2–3. https://doi.org/10.1136/bmj.n579
Gunadha, Reza & Rima Suliastini. 2021. Sarah Gilbert, Penemu Vaksin AstraZeneca yang
Menolak Hak Paten Penuh. Diakses pada 04 Agustus 2021. Di https://amp-suara-
com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.suara.com/news/2021/07/21/185744/sarah-gilbert-
penemu-vaksin-astrazeneca-yang-menolak-hak-paten-penuh?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16280869175595&amp_ct=1628086956881&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fwww.suara.com%2Fnews%2F2021%2F07%2F21%2F185744%2Fsarah-gilbert-
penemu-vaksin-astrazeneca-yang-menolak-hak-paten-penuh
Herrero, Lara. 2021. The Symptoms of the Delta Variant Differ From Traditional COVID-19
– Here’s What To Look Out For. Diakses pada 4 Agustus 2021. Di
https://scitechdaily.com/the-symptoms-of-the-delta-variant-differ-from-traditional-
covid-19-heres-what-to-look-out-for/
https://sipp.menpan.go.id/pelayanan-publik/nusa-tenggara-barat/rumah-sakit-umum-daerah-
provinsi-nusa-tenggara-barat/pelayanan-pasien-covid-19-pada-instalasi-gawat-darurat
https://covid19.go.id/p/berita/vaksin-covid-19-sinovac-produksi-bio-farma-lulus-eua-siap-
distribusi
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/07/15/13220151/awal-mula-varian-delta-masuk-
ke-jakarta-hingga-mendominasi-90-persen?page=all
Kecelakaan, M., Boing, P., & Yogyakarta, D. I. (2011). Trend Isu Dan Arah Isu Pemberitaan
Pt Garuda Indonesia Maret-April 2007. 8(April 2007), 127–136.
Widiyanto, A., Handayani, R. T., Mahrifatulhijah, M., Atmojo, J. T., & Darmayanti, A. T.
(2019). The Canadian Emergency Department Triage & Acuity Scale (CTAS) dan
Perubahannya: A REVIEW. Avicenna : Journal of Health Research, 2(2), 88–95.
https://doi.org/10.36419/avicenna.v2i2.311

15

Anda mungkin juga menyukai