Anda di halaman 1dari 6

KLP 4 : Manajemen Simulasi Kasus Leukemia dan Peran Perawat

1. RASNAWATI
2. WIDIANTO
3. SIRDAYANTI
4. SUSANTI MARILALAN
5. NATALIA DELSI
6. SAPTA NOVEN TONAPA
7. NURHALISAH
8. NUR FAUJIAH
9. MUHSANIA ANWAR
10. SUCIWATI
11. REYLITA WIDI ARGANTA
A. Definisi Leukemia
Leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi
abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat
pembentuk darah (Erlinda, 2017).
B. Klasifikasi Leukemia
1. Leukemia limfositik akut (LLA)
Leukemia limfoblastik akut (ALL) adalah keganasan yang paling sering
dijumpai pada populasi anak-anak. Di Amerika Serikat, leukemia
limfoblastik akut lebih sering dijumpai pada pria daripada wanita dan
lebih sering pada ras kaukasia daripada Afrika-Amerika. Puncak usia
terjadinya leukemia limfoblastik akut adalah kira-kira 4 tahun, walaupun
walaupun penyakit ini dapat mengenai semua usia. Individu-individu
tertentu, seperti penderita Sindrom Down dan ataksia-telangieksis sangat
beresiko mengalami penyakit ini. Penyebabnya tidak di ketahui, walaupun
dapat berkaitan dengan factor genetic, lingkungan, infeksi, dan di
pengaruhi imun. Pada pemeriksaaan fisik dijumpai adanya memar,
petekie, limfadenopati dan hepatosplenomegali. Evaluasi laboratorium
dapat menunjukan leukositosis, anemia, dan trombositopenia. Pada kira-
kira 50% pasien pasien di temukan jumlah leukosit melebihi 10.000/mm3
pada saat didiagnosis, dan pada 20% pasien melebihi 50.000/mm3 .
Neutopenia (jumlah neutrofil absolute kurang dari 500/mm3 ) sering
dijumpai. Limfoblas dapat melaporkan di darah perifer, tetapi pemeriksa
yang berpengalaman dapat melaporkan limfoblas tersebut sebagai limfosit
atipik. Diagnosis pasti leukemia di tegakkan dengan melakukan aspirasi
sumsum tulang yang meperlihatkan limfoblas lebih dari 25%. Cairan
spinal juga perlu diperiksa karena sistem saraf pusat merupakan tempat
persembunyian penyakit ekstramedular.
2. Leukemia mielositik kronis (CML)
Leukemia mielositik kronis (CML) terhitung kira-kira 3% dari semua
kasus leukemia pada anak-anak. Penyakit ini dapat mengenai semua usia,
tetapi sebagian besar kasus terjadi pada akhir masa kanak-kanak. Penyakit
ini relative lebih lambat disbanding leukima akut. Penyebabnya tidak
diketahui. Pasien sering asimtomatik dan terdapat jumlah leukosit yang
tinggi atau splenomegali yang ditemukan pada pemeriksaan rutin anak
yang sehat. Akan tetapi, dapat trejadi gejala seperti demam, keringat
malam, nyeri abdomen atau nyeri tulang. Pemeriksaan fisik menunjukkan
adanya splenomegali nyata. Hepatomegali dapat juga terjadi. Evaluasi
laboratorium secara tipikal memperlihatkan leukositosis nyata,
trombositis, dan anemia ringan. Sumsum tulang hiperselular tetapi sisertai
maturasi myeloid yang normal.
3. Multiple Myeloma
Multiple myeloma merupakan suatu kanker sel plasma dimana sebuah
clone dari sel plasma yang abnormal berkembangbiak, membentuk tumor
di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah besar antibodi yang
abnormal, yang terkumpul di dalam darah atau air kemih. Multiple
myeloma (myelomatosis, plasma cell myeloma, Kahler's disease)
merupakan keganasan sel plasma yang ditandai dengan penggantian
sumsum tulang, kerusakan tulang , dan formasi paraprotein. Myeloma
menyebabkan gejala-gejala klinik dan tanda-tanda klinis melalui
mekanisme yang bervariasi. Tumor menghambat sumsum tulang
memproduksi cukup sel darah. Hal ini dapat menyebabkan masalah
kesehatan pada ginjal, saraf, jantung, otot dan traktus digestivus.
Meskipun myeloma masih belum bisa diobati, perkembangan terapi yang
terbaru, termasuk penggunaan thalidomide dan obat-obatan lain seperti
bortezomib dan CC-5013 cukup menjanjikan.
C. Contoh Kasus Leukemia
Seorang pasien laki-laki usia 34 tahun mengalami nyeri pinggang,
tungkai hingga kedua kaki. Pasien adalah penderita CML terdiagnosis tiga
bulan sebelumnya dan mendapatkan terapi Tasigna (nilotinib) 2 x 300 mg.
Pasien rutin berobat ke Poliklinik Hemato-Onkologi RSUP Dr. Sardjito.
Sekitar sepuluh hari sebelum masuk rumah sakit pasien mulai mengeluhkan
adanya nyeri pada kedua tungkai, kanan dan kiri, mulai dari setinggi lutut
sampai ke telapak kaki. Pasien menyangkal adanya riwayat jatuh maupun
terbentur. Pasien menyangkal adanya bercak merah pada badan dan betis
kanan dan kiri. Pasien juga menyangkal adanya pembengkakan pada tungkai.
Pasien memeriksakan diri ke RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo dan
selanjutnya dirawat selama 2 hari. Selama perawatan pasien mengeluhkan
nyeri memberat. Pasien mengeluhkan mata memerah tetapi tidak
mengeluhkan pandangan kabur. Pasien menyangkal adanya demam, nyeri
kepala hebat, mual, muntah, batuk, maupun gangguan buang air besar dan
buang air kecil. (Indah Sapta Wardani, 2019)
Pada pemeriksaan fisik, pasien compos mentis dengan gizi cukup
dengan tinggi badan 166 cm, berat badan 55 kilogram, dan indeks massa
tubuh 19,9 m/kg2 ,tampak kesakitan dengan VAS score 7-8, Tekanan darah
160/80 mmHg, nadi 108 kali per menit, irama teratur, isi dan tekanan nadi
cukup, frekuensi nafas 20 kali per menit, dan suhu 37,9◦ Celcius.
Pada pemeriksaan konjungtiva ditemukan adanya konjungtiva yang
anemis, sklera tidak ikterik, dan subconjunctival bleeding pada kedua mata.
Hasil pemeriksaan leher, pemeriksaan paru, dan pemeriksaan jantung dalam
batas normal. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan petekie pada kulit
abdomen. Pemeriksaan ekstremitas menunjukkan adanya purpura di beberapa
tempat dan hipoestesi mulai dari setinggi dermatom lumbalis 4 ke bawah
dengan hiperalgesia.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan hemoglobin 7,6 g/dL,
jumlah leukosit 11,16x103 /µL, jumlah trombosit 7x103 /µL, jumlah eritrosit
3,1 x 103 /µL, hematokrit 22%, jumlah netrofil segmen 75,9%, limfosit
15,9%, monosit 8,2%, eosinofil 0, basofil 0, mean corpuscular volume 71,0
fL, mean corpuscular hemoglobin 24,5 pg, blood urea nitrogen (BUN) 29
mg/dL, kreatinin 0,69 mg/dL, dengan enzim transaminase SPGT 10 U/L,
SGOT 10 U/L, dan kadar albumin 3,90 mg/dL, kadar natrium 136 mEq/L,
kalium 4,8 mEq/L, klorida 100 mEq/L, magnesium 2,19 mg/dL (normal),
kalsium 2,08 mg/dL, gula darah sewaktu 158 mg/dL, kadar Fe 209 mg/dL,
Total Iron Binding Capacity (TIBC) 216 µ/L, dan index saturasi 97%. Hasil
pemeriksaan morfologi darah tepi menunjukkan kesan bisitopenia e causa
suspek proses hemolitik pada penderita CML disertai proses
infeksi/inflamasi.
D. Peran Perawat dalam Penatalaksanaan Leukemia (kemoterapi)
1. Perawat harus mengetahui syarat-syarat pemberian obat kemoterapi,
yaitu:
 Perawat harus mengetahui keadaan umum pasien, dimana keadaan
pasien harus cukup baik.
 Penderita cukup mengerti terhadap pengobatan dan mengetahui efek
samping yang akan terjadi setelah pengobatan.
2. Perawat harus mengetahui cara pemberian pengobatan kemoterapi, yaitu:
 Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara
pemberian, waktu pemberian dan akhir pemberian.
 Menggunakan alat proteksi yang sesuai, agar terindungi dari percikan
obat kemoterapi karena obat kemoterapi merupakan jenis obat keras.
 Lakukan teknik aseptik dan antiseptik.
 Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah
tusukan infus.
 Obat anti mual diberikan setengah jam sebelum pemberian
antibeoplastik (primperan, zoran, kitril secara IV) karena dampak
kemoterapi adalah mual dan muntah.
 Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9%.
 Beri obat kanker secara perlahan sesuai program.
 Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 0,9%.
 Semua alat yang sudah dipakai dimasukkan ke dalam kantung plastik
dan diikat serta diberi etiket.
 Buka gaun kemudian rendam dengan deterjen: bila disposible
masukkan ke dalam kantong plastik kemudian diikat dan diberi etiket,
kirim ke incinerator/bakaran.
 Catat semua prosedur.
3. Perawat waijb memberikan informasi mengenai efek samping kemoterapi
4. Perawat melakukan evaluasi pada pasien setelah dilakukan kemoterapi:
 Evaluasi kemajuan klinik setelah pemberian obat.
 Mengenali adanya efek samping.
 Evaluasi teknik yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, Indah Dwi. 2015. Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan


Leukemia. [Online]. Tersedia:
https://www.scribd.com/doc/283781679/Lp-Leukimia. Diakses pada 21
Januari 2018.

Erlinda. 2017. Askep Leukemia.[Online]. Tersedia:


https://www.scribd.com/document/356126017/Askep-Leukemia-doc.
Diakses pada 21 Januari 2017.

Indah Sapta Wardani. (2019). Tasigna Induced Musculoskeletal Disorder pada


Pasien Chronic Myeloid Leukemia. Unram Medical Journal, 8(1), 21.
https://doi.org/10.29303/jku.v8i1.330

Anda mungkin juga menyukai